Minggu, 27 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 23

Matius 23:1-36 melanjutkan ajaran Yesus kepada orang banyak dan murid-murid-Nya. Dalam pasal ini, Yesus mengkritik orang-orang Farisi dan ahli Taurat karena hipokrisi dan kesombongan mereka.

Yesus memulai dengan mengingatkan orang-orang tentang status otoritas orang-orang Farisi dan ahli Taurat, tetapi juga memperingatkan agar mereka tidak meniru perilaku mereka. Yesus mengatakan bahwa mereka mengikuti hukum Taurat tetapi tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Mereka meletakkan beban-beban berat pada orang lain, tetapi tidak mau memikulnya sendiri. Mereka tampil baik di depan orang banyak, tetapi hati mereka penuh dengan keserakahan dan kejahatan.

Yesus juga mengkritik sikap sombong dan mencari penghormatan orang-orang Farisi. Mereka menyukai tempat kehormatan yang terkemuka di pesta dan memilih tempat yang terhormat di sinagog. Mereka menuntut agar orang lain memanggil mereka dengan panggilan yang terhormat, tetapi mereka sendiri tidak siap untuk melayani dan menghormati orang lain.

Yesus juga mengutuk orang-orang Farisi karena mereka bersumpah dengan berbagai hal, seperti dengan Bait Allah, langit, atau Yerusalem, tetapi mereka tidak memegang janji mereka. Mereka juga memisahkan harta mereka dari kebutuhan orang-orang miskin dan tidak adil dalam hukum dan hukuman.

Yesus kemudian menyampaikan bahwa orang-orang Farisi adalah keturunan orang-orang yang membunuh nabi-nabi dan mereka juga sedang merencanakan untuk membunuh Dia sendiri. Dia menyatakan rasa duka atas Yerusalem yang telah membunuh nabi-nabi dan mengumpulkan orang-orang yang diutus-Nya.

Pasal ini berakhir dengan Yesus menyatakan bahwa hukuman akan menimpa mereka dan kemurkaan Allah akan datang atas mereka, karena mereka telah menolak dan membunuh para nabi dan hamba-hamba Allah yang diutus-Nya. Yesus merindukan untuk mengumpulkan dan melindungi Yerusalem, tetapi mereka enggan.

Dalam pasal ini, Yesus mengungkapkan ketidaksetiaan, kemunafikan, dan kesombongan orang-orang agama yang berkuasa pada saat itu. Dia menuntut agar orang-orang menjalankan keadilan, kasih, dan kerendahan hati. Yesus juga memperingatkan tentang konsekuensi yang akan datang atas perbuatan jahat mereka.Amin


Bogor, 28 Agustus 2023
An Yoel Giban

Sabtu, 26 Agustus 2023

Renungan Harian Lilin Kecil Matius 22:1-14

Teks Matius 22:1-14 menceritakan perumpamaan tentang undangan pernikahan. Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Surga dapat dibandingkan dengan seorang raja yang mengadakan perjamuan pernikahan bagi anaknya.

Raja itu mengirimkan hamba-hamba-Nya untuk memanggil orang-orang yang diundang ke pernikahan tersebut. Namun, mereka tidak mau datang. Raja ini kemudian mengirimkan kembali hamba-hamba-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang itu bahwa semuanya sudah siap, dan menyuruh mereka untuk datang ke pernikahan. Tetapi, mereka tidak mempedulikannya dan bahkan ada yang memperlakukan dengan buruk dan membunuh hamba-hamba itu.

Mendengar hal itu, raja itu sangat marah dan mengirim pasukannya untuk memusnahkan orang-orang itu dan membakar kota mereka. Setelah itu, raja itu mengatakan kepada hamba-hambanya, "Pernikahan itu sudah siap, tetapi tamu-tamu yang saya undang tidak pantas. Oleh sebab itu, pergilah ke persimpangan jalan dan undanglah semua orang yang kamu temui, baik mereka baik maupun jahat."

Hamba-hamba itu pergi dan mengumpulkan semua orang yang mereka temui, baik yang baik maupun yang jahat, dan ruangan pernikahan pun penuh dengan para tamu.

Namun, ada seseorang yang datang ke pernikahan tanpa mengenakan pakaian pernikahan. Raja itu mendekatinya dan bertanya, "Teman, bagaimana kamu masuk ke sini tanpa mengenakan pakaian pernikahan?" Orang itu tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, sehingga raja itu mengatakan kepada para hamba-Nya, "Ikatan tangannya dan kakinya, dan lemparkanlah dia ke luar kegelapan di luar sana. Di situlah tangis dan kertakan gigi akan terjadi."

Perumpamaan ini mengajarkan beberapa pelajaran. Pertama, umat Allah, yang diundang untuk bergabung dalam Kerajaan Surga, tidak selalu merespon undangan tersebut. Bahkan, ada yang dengan sengaja menolak dan memperlakukan dengan buruk hamba-hamba Allah. Kedua, Allah akan menghukum mereka yang menolak undangan-Nya dan menerima hukuman-Nya. Ketiga, undangan-Nya kemudian diperluas untuk semua orang, baik yang baik maupun yang jahat. Keempat, menjadi bagian dari Kerajaan Surga tidak hanya cukup mengikuti Yesus, tetapi juga mempersiapkan diri dan mengenakan pakaian pernikahan, yaitu hidup dalam kebenaran dan ketaatan kepada Allah. Jika tidak, akan ada konsekuensi yang serius.

Dalam perumpamaan ini, pakaian pernikahan menggambarkan keutamaan dan kebenaran Allah yang harus dimiliki dan dimiliki oleh setiap orang yang ingin menjadi bagian dari Kerajaan-Nya. Orang yang datang tanpa mengenakan pakaian pernikahan menggambarkan orang yang datang kepada Allah tanpa memperhitungkan kebutuhan akan transformasi hati dan hidup yang melibatkan pengakuan dan pertobatan dari dosa.Amin


Disini
Sentani 27 Agustus 2023
an Yoel Giban

Jumat, 25 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil

Matius 21:1-11 menceritakan tentang kedatangan Yesus ke Yerusalem pada saat Paskah, yang dikenal sebagai "Hari Minggu Palma" dalam tradisi Kristen.

Pada waktu itu, Yesus dan murid-murid-Nya mendekati desa Betfage di sebelah Gunung Zaitun. Yesus mengirim dua murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Pergilah ke desa di depanmu dan segeralah kamu akan menemui seekor keledai yang terikat dengan anak keledai. Lepaskan dan bawalah kepada-Ku. Dan apabila ada yang berkata apa-apa, jawablah bahwa Tuhan membutuhkannya dan segera ia akan mengembalikannya."

Murid-murid pergi dan melakukan sesuai yang diperintahkan Yesus. Mereka menemukan keledai dan anak keledai, sebagaimana dikatakan Yesus, dan membawanya kepada-Nya. Mereka meletakkan pakaian mereka di atas keledai dan membantu Yesus naik ke atasnya.

Ketika Yesus naik ke atas keledai, banyak orang yang mengikutinya berteriak, "Hosana bagi Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Hosana di tempat yang maha tinggi!" Orang-orang ini mengelu-elukan Yesus dan menyambut-Nya dengan penuh sukacita, menjunjung-Nya sebagai Raja dan Juruselamat mereka.

Kedatangan Yesus ini sesuai dengan nubuat yang terdapat dalam Kitab Zakharia 9:9 yang mengatakan, "Bersuka-citalah dengan sangat, hai puteri Sion! Bersorak-soraklah, hai puteri Yerusalem! Sesungguhnya, Raja-Mulah datang kepadamu, adil dan selamat sentosa; rendah hati, menunggang keledai, menunggang anak keledai, anak keledai betina."

Kesan utama dari cerita ini adalah bahwa Yesus datang sebagai Raja yang rendah hati, bukan sebagai Raja yang mengendarai kuda atau berkuasa dengan cara duniawi. Kedatangan-Nya yang seperti itu mengisyaratkan sifat-Nya yang rendah hati, penebusan-Nya yang melibatkan penderitaan dan kematian, serta tujuan-Nya untuk membawa keselamatan bagi umat manusia.

Selain itu, reaksi orang-orang yang menyambut Yesus dengan penuh sukacita juga mengungkapkan harapan dan keyakinan mereka bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka nantikan. Namun, dalam beberapa hari berikutnya, sorak-sorai dan pujian mereka akan berubah menjadi seruan penolakan dan seruan untuk Yesus disalibkan. Tapi, Inilah awal perjalanan Yesus menuju penderitaan dan kematian-Nya yang akan menggenapi rencana penyelamatan Allah.Amin

Disini
Wamena, 26 Agustus 2023
An Yoel Giban

Jumat, 18 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 16:21-28

Matius 16:21-27 berbicara tentang pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya mengenai penderitaan-Nya yang akan datang dan panggilan untuk mengikutinya dengan mengorbankan diri.

Pada saat itu, Yesus mulai memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem, menderita banyak hal dari para tua-tua, imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, dan dibunuh, tetapi akan bangkit kembali pada hari ketiga.

Namun, Petrus menarik Yesus ke sisi dan mulai menegor-Nya, katanya, "Tuhan, jauhkanlah hal itu dari-Mu, hal ini tidak boleh terjadi kepadamu."

Yesus membalas Petrus, "Enyahlah, Iblis! Engkau menjadi batu penghalang bagi-Ku, sebab engkau tidak berpikir tentang apa yang dipikirkan Allah, melainkan tentang apa yang dipikirkan manusia."

Kemudian Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Jika ada orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Sebab barangsiapa ingin menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Atau apakah yang dapat diberikan seseorang sebagai gantinya atas nyawanya? Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya dengan para malaikat-Nya, lalu Ia akan menghakimi setiap orang sesuai dengan perbuatannya."

Dalam cerita ini, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya tentang tujuan dan akibat para pengikut-Nya. Ia dengan jelas menyatakan bahwa Ia harus menderita, mati, dan bangkit kembali sebagai rencana penyelamatan Allah. Namun, Petrus tidak paham atau tidak menerima kebenaran ini, dan mencoba mencegah Yesus untuk mengalami penderitaan tersebut.

Yesus menegur Petrus dan memanggilnya "Iblis", menunjukkan bahwa perlawanan terhadap rencana penyelamatan-Nya berasal dari pikiran manusia dan bukan dari kehendak Allah. Yesus kemudian mengajarkan bahwa siapa pun yang ingin mengikutinya harus siap untuk menyangkal dirinya sendiri, memikul salibnya (merelakan hidupnya untuk Yesus), dan mengikuti-Nya sepenuhnya. Ia juga menjelaskan bahwa mengorbankan hidup kita untuk Yesus adalah jalan menuju hidup yang sejati, sementara memilih untuk menyelamatkan diri sendiri akan menyebabkan kehilangan hidup yang kekal.

Kesan utama dari cerita ini adalah bahwa mengikut Yesus melibatkan pengorbanan diri. Kita harus siap untuk menyerahkan kehendak kita kepada Tuhan, mengikuti-Nya dalam penderitaan, dan hidup sesuai dengan prinsip dan nilai-Nya. Yesus juga mengingatkan kita bahwa pengorbanan kita tidak akan sia-sia, karena pada akhirnya Ia akan datang dalam kemuliaan-Nya dan menghakimi setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk hidup dengan kesadaran bahwa hidup kita adalah milik Tuhan dan untuk kemuliaan-Nya.Amin


Disini
Wamena, 19 Agustus 2023
an Yoel Giban

Kamis, 17 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 16:5-12

Teks Matius 16:5-12 berbicara tentang peringatan Yesus terhadap "pengajaran dan dosa kaum Farisi dan Saduki".

Pada waktu itu, murid-murid Yesus berangkat dengan perahu, tetapi mereka lupa membawa roti. Mereka pun mulai berbicara dan berkata satu sama lain, "Kami lupa membawa roti."

Mendengar itu, Yesus berkata kepada mereka, "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."

Mereka pun berkata dalam hati mereka sendiri, "Ini karena kami tidak membawa roti."

Yesus menyadari pikiran mereka dan berkata kepada mereka, "Hai kamu orang-orang yang sedikit percaya, mengapa kamu memperbincangkan bahwa kamu tidak membawa roti? Apakah kamu tidak mengerti? Kamu tidak memahami tentang roti yang Aku perkatakan kepada kamu? Mengapa kamu memperbincangkan bahwa kamu tidak membawa roti? Tidakkah kamu mengerti? Tidakkah kamu ingat tentang lima roti yang bagi lima ribu orang, dan berapa banyak peti-peti penuh sisa-sisanya yang kamu kumpulkan? Atau tentang tujuh roti yang bagi empat ribu orang, dan berapa banyak bakul-bakul penuh dengan sisa-sisanya yang kamu kumpulkan? Bagaimana kamu dapat mengerti bahwa Aku tidak mengatakan tentang roti, tetapi kamu harus berhati-hati terhadap ragi orang Farisi dan Saduki?"

Dalam cerita ini, Yesus memberi peringatan kepada murid-murid-Nya tentang bahaya pengajaran dan dosa kaum Farisi dan Saduki. Mereka khawatir tentang roti fisik yang mereka lupa membawa, tetapi Yesus mengubah pembicaraan itu ke pengajaran dan dosa. Yesus mengingatkan mereka tentang pelajaran sebelumnya, tentang bagaimana Dia memperbanyak roti untuk makanan banyak orang.

Yesus menyebutkan ragi orang Farisi dan Saduki sebagai simbol pengajaran dan dosa mereka yang harus diwaspadai. Orang Farisi dan Saduki sering terlibat dalam hipokrisi, penyembahan palsu, dan mengajarkan ajaran-ajaran yang melawan Firman Allah.

Kesan utama dari cerita ini adalah pentingnya menjaga diri kita dari pengajaran dan dosa yang sesat. Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berhati-hati dan waspada terhadap ajaran orang-orang yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab.

Cerita ini juga mengingatkan kita untuk lebih memahami ajaran dan pengajaran Yesus, agar kita tidak terpengaruh oleh hal-hal yang salah atau menyesatkan. Kita juga diajak untuk bertumbuh dalam iman dan pengetahuan akan Firman Tuhan, agar kita dapat membedakan ajaran yang benar dan menjaga diri kita dari kesesatan. Amin


Disini
Wamena 18 Agustus 2023
An Yoel Giban

Rabu, 16 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 15:29-32

Matius 15:29-31 berbicara tentang mukjizat yang dilakukan oleh Yesus dimana DIA menyembuhkan banyak orang yang buta, bisu, pincang, dan lain-lain.

Setelah Yesus mengajar dan memberi makan kepada orang banyak, Ia pergi ke tepi danau Galilea. Di sana, banyak orang membawa kepada-Nya orang-orang yang lumpuh, buta, bisu, pincang, dan lain-lain, dan meletakkannya di depan-Nya.

Melihat keadaan mereka, Yesus merasa belas kasihan dan menyembuhkan mereka semua. Ia menyembuhkan orang-butu sehingga mereka bisa melihat, menyembuhkan orang-bisu sehingga mereka bisa berbicara, menyembuhkan orang-pincang sehingga mereka bisa berjalan, dan menyembuhkan semua penyakit dan kelemahan lainnya yang mereka miliki.

Orang-orang itu sangat tercengang dan memuji Allah karena telah melihat mukjizat yang besar. Mereka melihat bagaimana orang-butu bisa melihat, orang-bisu bisa berbicara, orang-pincang bisa berjalan, dan penyakit-penyakit mereka sembuh.

Pesan utama dari cerita ini adalah tentang kuasa penyembuhan Yesus dan belas kasih-Nya yang melimpah. Yesus tidak hanya memiliki kuasa untuk menyembuhkan, tetapi juga memiliki belas kasih yang mendalam terhadap orang-orang yang menderita.

Cerita ini mengajarkan kita untuk memiliki iman dalam kuasa penyembuhan Yesus. Meskipun kita mungkin menghadapi penyakit, kelemahan, atau kesulitan lainnya, kita dapat berharap dan percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan memulihkan kita.

Selain itu, cerita ini juga menunjukkan pentingnya melayani dan mengasihi orang-orang yang membutuhkan. Yesus tidak hanya secara pribadi menyembuhkan dan memberi perhatian kepada orang-orang yang datang kepada-Nya, tetapi Ia juga mengajarkan kita untuk melihat kebutuhan orang lain dan terlibat dalam pelayanan dan kasih kepada mereka.

Dalam hal ini, kita diajarkan untuk bersikap peka terhadap kebutuhan orang lain di sekitar kita dan dengan sukacita membantu mereka mencapai kesembuhan dan pemulihan, baik secara fisik, mental, maupun rohani.Amin


Disini
Wamena, 17 Agustus 2023
An Yoel Giban

Selasa, 15 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 14:13-21

Matius 14:14-21 berbicara tentang mukjizat Yesus memberi makan kepada banyak orang menggunakan hanya lima roti dan dua ikan.

Ketika Yesus mendengar tentang kematian Yohanes Pembaptis, Ia meninggalkan tempat peristirahatan-Nya dengan perahu untuk mencari waktu sendiri. Namun, orang banyak berlari mengikutinya dan saat Yesus tiba, Ia merasa belas kasihan terhadap mereka dan menyembuhkan mereka yang sakit.

Ketika hari mulai menjelang petang, murid-murid Yesus menghampiri-Nya dan meminta-Nya untuk mengirim orang banyak pergi agar mereka dapat mencari makanan di desa-desa sekitar. Namun, Yesus berkata kepada mereka, "Tidak perlu mereka pergi, kalian beri mereka makan."

Murid-murid itu terkejut dan mengatakan kepada Yesus bahwa mereka hanya memiliki lima roti dan dua ikan. Namun, Yesus meminta lima roti tersebut dan dua ikan, memberkatinya, lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak yang ada di situ.

Mukjizat pun terjadi, semua orang makan sampai kenyang dan bahkan tersisa dua belas keranjang penuh dengan sisa-sisa. Jumlah orang yang makan dalam mukjizat ini diperkirakan sekitar lima ribu laki-laki, ditambah wanita dan anak-anak.

Pesan inti dari cerita ini adalah mengenai kekuasaan dan kuasa Yesus. Ia tidak hanya memiliki belas kasihan terhadap orang banyak yang lapar, tetapi Ia juga mampu melakukan mukjizat menggandakan roti dan ikan tersebut untuk memberi makan kepada semua orang.

Secara praktis, cerita ini mengajarkan kita untuk memiliki iman yang besar pada Yesus. Meskipun kita mungkin merasa tidak memiliki cukup sumber daya, Tuhan mampu memberkati dan melipatgandakan apa yang kita miliki untuk memberkati orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka.

Kita juga diajarkan untuk mempercayai kuasa dan kasih Tuhan dalam situasi apapun. Meskipun saat itu tampak tidak mungkin atau sulit, Tuhan memiliki kuasa untuk melakukan apa yang manusia anggap sebagai mustahil.

Akhirnya, kita dapat mengambil contoh dari Yesus dalam melayani dan memberdayakan orang lain. Yesus tidak hanya memberi makan kepada orang banyak, tetapi Ia juga mengajarkan murid-murid-Nya untuk terlibat dalam pelayanan ini dengan mendistribusikan roti dan ikan kepada orang banyak. Dalam hal ini, kita diajarkan untuk melayani dengan sukacita dan mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan.Amin


Disini
Wamena, 16 Agustus 2023
An Yoel Giban

Senin, 14 Agustus 2023

Renungan Harian Lilin Kecil Matius 13:31-35

Dalam Teks ini Yesus sedang berbicara tentang perumpamaan biji sesawi dan ragi, yang menggambarkan pertumbuhan dan penyebaran Kerajaan Allah. Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah dapat dibandingkan dengan sekecil biji sesawi yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar, sehingga burung-burung datang dan bertengger di atasnya.

Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan bagaimana Kerajaan Allah tumbuh secara bertahap, mulai dari yang kecil dan tidak terlihat hingga menjadi besar dan tampak bagi semua orang. Pertumbuhan ini terjadi melalui proses yang alami dan tidak dapat dilihat secara langsung.

Selain itu, Yesus juga menggambarkan Kerajaan Allah sebagai setetes ragi yang dicampurkan dengan tepung sebanyak tiga ukuran. Ragi ini menyebabkan adonan mengembang dan menjadi roti yang lezat. Dalam hal ini, ragi melambangkan pengaruh Kerajaan Allah yang berperan dalam mengubah dan membuat hidup yang baru.

Selanjutnya, Yesus mengutip dari kitab Mazmur 78:2, mengatakan bahwa Ia akan mengucapkan hal-hal yang tersembunyi sejak semula. Dalam hal ini, Yesus mengisyaratkan bahwa Ia memberikan pengajaran dan pengungkapan kebenaran yang sebelumnya tersembunyi bagi manusia.

Pesan inti dari pasal ini adalah bahwa Kerajaan Allah akan tumbuh dan berkembang secara perlahan tetapi pasti, dan akan mencapai kemanunggalan dan kejayaan yang sempurna pada akhirnya. Meskipun saat ini Kerajaan Allah mungkin tidak tampak luar biasa, namun di dalamnya terdapat kekuatan dan potensi yang besar yang akan mengubah dunia.

Dalam praktiknya, pasal ini mengajarkan kita untuk memiliki iman dan ketekunan dalam mengembangkan dan memperluas Kerajaan Allah di dunia ini. Meskipun tindakan kita mungkin terlihat kecil dan tidak bernilai, namun jika kita memberikan diri kita untuk melayani dan memperluas Kerajaan Allah, maka Tuhan dapat menggunakan itu untuk melakukan pekerjaan besar.

Kita juga diajarkan untuk menjadi penyebar Injil dan orang-orang yang menyebarkan kebenaran Allah kepada orang lain, sehingga mereka dapat tahu dan memahami rencana keselamatan-Nya.

Terakhir, kita diajak untuk memiliki sikap rendah hati, karena pertumbuhan dan kesuksesan Kerajaan Allah bukanlah hasil dari usaha atau kemampuan kita sendiri, tetapi hasil dari kuasa dan pengaruh Roh Kudus dalam hidup kita.Amin


Disini
Wamena 15 Agustus 2023
An Yoel Giban

Sabtu, 12 Agustus 2023

Renungan Harian Lilin Kecil Minggu 13 Agustus 2022

Matius 12:22-37 berbicara tentang Yesus yang menyembuhkan seorang yang dirasuki setan yang buta dan bisu. Setelah orang itu disembuhkan, orang-orang mulai bertanya-tanya apakah Yesus adalah Anak Daud, yaitu Mesias yang ditunggu-tunggu. Firasat ini membuat para pemimpin agama marah dan mereka mencoba menjatuhkan Yesus dengan mengatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa Setan sendiri.

Yesus menanggapi tuduhan mereka dengan memberikan penjelasan yang masuk akal dan tajam. Dia menjelaskan bahwa kerajaan yang terbagi tidak akan bertahan, dan jika Dia benar-benar menggunakan kuasa Setan, itu berarti Setan bertentangan dengan dirinya sendiri. Yesus juga menekankan bahwa membicarakan kata-kata yang jahat melawan Roh Kudus tidak akan diampuni.

Pesan inti dari pasal ini adalah Yesus adalah Mesias yang dijanjikan sejak lama dan kuasa-Nya berasal dari Roh Kudus. Ia membawa penyembuhan dan kebebasan bagi mereka yang tertindas oleh kekuatan setan. Yesus menunjukkan kuasa-Nya bukan hanya dengan kata-kata-Nya tetapi juga dengan perbuatan-Nya yang maha kuasa.

Ketika kita merenungkan pasal ini, kita diajak untuk memperhatikan bahwa Yesus adalah Mesias yang kita nantikan dan percayai. Ia adalah sumber kekuatan dan kesembuhan bagi kita dalam melawan kekuatan setan dan dosa. Kita juga harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata kita, karena apa yang kita katakan mencerminkan tilikan hati kita dan dapat berdampak pada hubungan kita dengan Roh Kudus.

Selain itu, kita juga diajarkan tentang pentingnya memahami bahwa kuasa dan tindakan Yesus adalah dari Roh Kudus. Kekuasaan dan karya-Nya tidak boleh dipersempit oleh keraguan atau kritik manusia. Kitapun diajak untuk memiliki iman yang kokoh dan meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan yang mampu mengubah hidup kita.

Dalam praktiknya, pasal ini mengingatkan kita untuk menjauhi dosa dan kejahatan serta mengandalkan kuasa Yesus dan Roh Kudus dalam menjalani hidup yang kudus dan takut akan Tuhan. Kita juga diajak untuk menjadi saksi-Nya yang setia, dengan membagikan berkat dan kebenaran-Nya kepada orang lain.Amin


Disini 
Wamena, 13 Agustus 2023
An Yoel Giban

Jumat, 11 Agustus 2023

Renungan dari Lilin Kecil Matius 12:1-8

Pada renungan pagi kali ini, kita akan mempelajari tentang peristiwa ketika Yesus dan murid-murid-Nya berjalan melewati ladang-ladang pada hari Sabat. Ketika mereka merasa lapar, murid-murid Yesus mulai memetik biji-bijian gandum dan makan. Ketika orang-orang Farisi melihat ini, mereka menegur Yesus dan murid-murid-Nya karena melanggar hukum Sabat.

Namun, Yesus menjawab mereka dengan mengutip peristiwa ketika raja Daud dan pengikut-pengikutnya juga melakukan sesuatu yang dianggap melanggar hukum Sabat, yaitu memakan roti sajian di dalam Bait Allah. Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa Tuhan menyatakan bahwa hukum Sabat bukanlah untuk menghalangi orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka atau untuk mengucap syukur kepada Allah. Hukum Sabat bukanlah untuk mengekang dan membebani orang, tetapi untuk memberikan berkat dan kelegaan.

Yesus juga mengungkapkan kepada mereka bahwa Dia adalah Tuan Sabat, yang berarti bahwa Dia memiliki otoritas untuk menafsirkan dan melaksanakan hukum Sabat sesuai dengan kehendak Allah. Yesus menunjukkan bahwa hukum Sabat harus dipahami dalam konteks kasih dan belas kasih, bukan dalam ketaatan formalistik yang sia-sia dan tidak memiliki makna rohani.

Pada renungan ini, kita belajar bahwa Tuhan lebih peduli pada hati dan niat kita daripada pada kepatuhan formalistik terhadap hukum-hukum-Nya. Tuhan menginginkan kita untuk memiliki sikap yang bijaksana dan penuh kasih dalam memahami dan melaksanakan hukum-Nya. Tuhan tidak mau hukum-hukum-Nya menjadi beban yang terlalu berat bagi kita, tetapi Dia ingin hukum-hukum-Nya membawa keselamatan, keadilan, dan kebaikan bagi umat-Nya.

Marilah kita senantiasa memperhatikan hati dan niat kita dalam melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Janganlah kita terjebak dalam kepatuhan formalistik yang mengabaikan nilai-nilai kasih, belas kasih, dan rahmat. Mari berkomitmen untuk hidup dalam kebenaran dan kasih, mencari kehendak Tuhan dalam segala hal, dan mempersembahkan diri kita kepada-Nya dengan sepenuh hati. Amin.

Disini
Wamena,12 Agustus 2023
An Yoel Giban

Renungan dari Lilin Kecil

Matius 12:15b-21 mencatat peristiwa di mana Yesus menarik diri dari kerumunan orang setelah mereka merencanakan untuk membunuh-Nya. Yesus menyadari bahwa waktunya belum tiba, jadi Ia pergi ke tempat lain untuk menghindari konfrontasi langsung dengan musuh-musuh-Nya.

Meskipun begitu, orang-orang yang sakit dan yang menderita masih mencari-Nya, dan Yesus dengan penuh kasih menyembuhkan mereka semua. Yesus melakukan hal ini dengan sangat hati-hati, mengingat janji nubuatan dari nabi Yesaya bahwa Ia tidak akan memperkuat suara-Nya atau menimbulkan kekacauan. Yesus menyadari bahwa peran-Nya adalah untuk memberikan kesembuhan dan harapan kepada orang-orang yang menderita, bukan untuk menciptakan kerusuhan atau pertumpahan darah.

Dalam renungan ini, kita belajar tentang kasih dan belas kasihan Yesus terhadap orang-orang yang menderita. Meskipun Ia dikejar dan dianiaya oleh musuh-musuh-Nya, Yesus tidak menolak atau menolak mereka yang mencari bantuan dan penyembuhan-Nya. Ia tetap setia dalam pelayanan-Nya untuk menyembuhkan dan menyelamatkan.

Hal ini mengajarkan kita tentang belas kasihan dan penyertaan kita terhadap orang-orang yang menderita di sekitar kita. Bagaimana pun situasinya, kita juga dipanggil untuk menjadi suara Yesus, membawa kesembuhan dan harapan kepada mereka yang membutuhkan. Kita harus siap untuk mengasihi orang-orang yang dianiaya, sakit, dan terluka, dan menyajikan diri kita kepada mereka sebagai saluran kasih Tuhan.

Selain itu, renungan ini juga menekankan kelembutan dan kerendahan hati Yesus dalam pelayanan-Nya. Ia tidak mencari kehormatan atau kejayaan bagi diri-Nya sendiri, melainkan hanya melayani kehendak Bapa-Nya dengan rendah hati. Hal ini mengajarkan kita untuk mengikuti teladan Yesus dalam setiap tindakan kita. Kita harus memilih untuk melayani dengan rendah hati dan mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kepentingan diri kita sendiri.

Dengan demikian, renungan ini memanggil kita untuk hidup seperti Yesus, mengasihi dan melayani orang-orang yang menderita dengan kasih dan rendah hati. Saat kita melakukannya, kita akan menjadi saluran berkat Tuhan di dunia ini dan menjadi saksi bagi kasih-Nya yang tiada terbatas.Amin


Disini
Wamena, 12 Agustus 2023
An Yoel Giban

Kamis, 10 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil

Matius 11:25-30 adalah bagian dari pengajaran Yesus setelah Ia menyaksikan penolakan dan kekerasan terhadap Injil-Nya. Dalam bagian ini, Yesus mengucapkan syukur kepada Bapa-Nya dan mengundang semua orang yang lelah dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya.

Yesus memulai dengan mengucap syukur kepada Bapa-Nya karena telah menyembunyikan kebenaran-Nya dari orang-orang yang pintar dan yang merasa berhak atas pengetahuan spiritual. Sebaliknya, Ia mengungkapkan kebenaran-Nya kepada "anak-anak kecil", yaitu orang-orang yang sederhana hati dan rendah hati yang mau menerima dan mengenal-Nya.

Kemudian Yesus mengundang semua orang yang berbeban berat dan lelah untuk datang kepada-Nya dan Ia akan memberikan mereka kelegaan. Yesus menawarkan jalan yang mudah dan beban yang ringan kepada mereka yang percaya dan mengikutinya.

Renungan ini mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan ketergantungan kita kepada Yesus. Dalam dunia yang penuh dengan tekanan, keremajaan, dan tenaga notasi untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan, Yesus menawarkan kebebasan dari beban itu. Ia mengajak kita untuk datang pada-Nya dengan kerendahan hati dan sungguh-sungguh mencari-Nya.

Ini adalah panggilan bagi kita untuk melepaskan ego kita, mempercayai Allah sepenuhnya, dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Saat kita datang kepada-Nya dalam kerendahan hati, Ia akan memberikan ketenangan, damai, dan kelegaan yang hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang intim dengan-Nya.

Yesus juga memperingatkan kita bahwa, sebagai murid-murid-Nya, kita akan mengalami penderitaan dan penganiayaan. Namun, kita tidak sendiri dalam menghadapinya. Yesus berjanji bahwa beban-Nya adalah ringan dan Ia akan memberi kita kekuatan dan penghiburan melalui Roh Kudus-Nya.

Renungan ini mengajak kita untuk mengingat janji-janji Yesus dan mengandalkan-Nya sepenuhnya dalam setiap aspek hidup kita. Saat kita menyerahkan diri kita kepada-Nya dan hidup dalam kesalehan-Nya, kita akan menemukan kelegaan dan sukacita yang tak tergoyahkan, meskipun dalam situasi yang sulit sekalipun.Amin


Disini
Wamena,11 Agustus 2023
An Yoel Giban

Rabu, 09 Agustus 2023

Renungan Harian Lilin Kecil

Matius 10:16-33 merupakan bagian dari nasihat Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum mengutus mereka untuk pergi memberitakan Injil. Yesus mengingatkan mereka bahwa akan ada penganiayaan dan kesulitan dalam pelayanan mereka.

Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya untuk menjadi cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Ini mengajarkan kepada mereka pentingnya memiliki kebijaksanaan dan kecerdikan dalam menghadapi tantangan yang ada dalam dunia ini.

Yesus juga memperingatkan mereka tentang penganiayaan dan penolakan yang akan mereka alami karena Kristus. Ia mengatakan bahwa mereka akan diadili dan dihakimi karena kesaksiannya tentang Dia. Namun, mereka tidak perlu takut karena Roh Kudus akan memberikan mereka kekuatan dan hikmat untuk menghadapinya.

Yesus menekankan pentingnya tetap setia kepada-Nya, bahkan dalam menghadapi penganiayaan dan penghinaan. Ia mengatakan bahwa siapa yang tidak bersedia mengakui-Nya di dunia ini, Ia juga tidak akan mengakui mereka di hadapan Bapa-Nya di surga.

Nasihat ini relevan bagi kita sebagai pengikut Kristus saat ini. Kita juga mungkin mengalami penganiayaan dan kesulitan karena iman kita. Namun, kita diingatkan untuk tetap setia, bertindak cerdik, dan mengandalkan Roh Kudus sebagai sumber kekuatan kita.

Pada akhirnya, kita diberikan jaminan oleh Yesus bahwa kita tidak perlu takut, karena Bapa surgawi kita mengenal setiap helai rambut di kepala kita dan Dia akan mengasihani dan memperhatikan kita. Kita harus memiliki keyakinan bahwa jika kita tetap setia dan mengakui Yesus di hadapan dunia ini, kita akan menerima pengakuan-Nya di hadapan Bapa surgawi.Amin


Disini
Wamena, tanggal 10 Agustus 2023
An Yoel Giban

Senin, 07 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil

Matius 9:35-38 menyampaikan pesan tentang kerinduan Yesus untuk melihat umat manusia diselamatkan dan memiliki hubungan yang hidup dengan Allah.

Dalam perikop ini, Yesus berkeliling di semua kota dan desa, mengajar dalam rumah-rumah ibadah dan memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah. Ia juga menyembuhkan setiap penyakit dan kelemahan yang ada di antara orang banyak. Namun, ketika Ia melihat kerumunan yang besar, Ia merasa kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan teraniaya seperti domba yang tidak mempunyai gembala.

Yesus mengingatkan para murid-Nya tentang pentingnya pelayanan dalam mengabdi kepada Allah. Ia menyatakan bahwa panen besar, tetapi pekerja sedikit. Yesus meminta murid-murid-Nya untuk berdoa kepada Tuhan panen, untuk mengirim pekerja-pekerja ke ladang-ladang-Nya.

Renungan dari perikop ini mengajak kita untuk memiliki kasih dan belas kasihan seperti yang dimiliki Yesus. Ketika kita melihat orang-orang yang tersesat, terluka, dan membutuhkan penghiburan, kita harus merasa kasihan dan berharap mereka dapat menemukan jalan kebenaran dan hidup yang sejati melalui Yesus Kristus.

Yesus juga mengajak kita untuk aktif terlibat dalam pembawaan Injil dan pelayanan kepada sesama. Meskipun pekerjaan ini mungkin tampak melelahkan dan tantangan, Yesus mengingatkan kita untuk berdoa dan meminta kepada Tuhan pekerja-pekerja untuk ladang pelayanan-Nya.

Marilah kita menjadikan pengabdi kepada Allah dan pelayanan kepada sesama sebagai tujuan hidup kita. Biarlah kasih dan belas kasih Yesus menggerakkan hati dan tindakan kita, agar kita dapat menjadi instrumen Tuhan dalam membangun Kerajaan-Nya di bumi ini. Amin.

Disini
Wamena, 08 Agustus 2023
An Yoel Giban

Minggu, 06 Agustus 2023

Renungan Pagi Lilin Kecil

Pagi kali ini akan kita peroleh dari Matius 8:23-27, dimana Yesus menguji iman para murid-Nya dalam situasi badai di danau.

Dalam perikop ini, Yesus dan para murid-Nya naik ke perahu untuk menyeberangi danau Galilea. Namun, di tengah perjalanan mereka, badai yang hebat tiba-tiba datang dan perahu mereka diguncang oleh ombak yang besar. Para murid panik dan takut, sementara Yesus tertidur di perahu.

Para murid membangunkan Yesus, seraya berteriak, "Tuhan, tolong selamatkan kami, kami akan tenggelam!" Melihat ketakutan mereka, Yesus berkata, "Mengapa kamu takut, hai kamu orang yang sedikit iman?"

Kemudian, Yesus bangkit dan menghardik angin dan gelombang, dan semuanya menjadi tenang. Para murid tercengang dan bertanya-tanya, "Siapakah Ia ini, sehingga angin dan gelombang pun takluk kepada-Nya?"

Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan iman kita saat menghadapi badai dalam kehidupan ini. Ketika badai datang menghantam kita, apakah kita memiliki iman yang cukup untuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu?

Para murid awalnya takut dan panik dalam badai, mereka merasa tak berdaya menghadapinya. Namun, Yesus menegur mereka karena iman mereka yang sedikit. Yesus menginginkan kita untuk memiliki iman yang kokoh dan percaya bahwa Dia memiliki kekuasaan untuk menyelamatkan dan menguasai segala sesuatu, bahkan melampaui batas alam.

Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas angin dan gelombang, Ia adalah sumber kekuatan dan perlindungan kita. Ketika kita mengalami badai dalam hidup ini, baik itu dalam bentuk masalah, kesulitan, atau cobaan, kita harus mengandalkan Yesus dan mempercayakan segala sesuatu kepada-Nya.

Renungan ini mengajak kita untuk tidak takut ketika menghadapi badai dalam hidup ini. Meskipun badai mungkin terasa hebat dan membuat kita merasa tak berdaya, kita harus mengingat bahwa Tuhan ada bersama kita dan memiliki kekuasaan untuk memelihara dan melindungi kita.

Marilah kita memiliki iman yang kuat dalam menghadapi badai hidup ini, percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Biarkan Dia menjadi sumber kekuatan, penghiburan, dan ketenangan kita di tengah badai. Dengan demikian, kita akan mengalami keajaiban dan kuasa-Nya dalam hidup kita. Amin.

Disini
Wamena, 07 Agustus 2023
An Yoel Giban

Sabtu, 05 Agustus 2023

MENYENDIRI ( Nomunak)

________________________
Amsal 18:1
"Orang yang menyendiri, mencari keinginannya,....."

Points 1
Bahwa usaha seseorang untuk menyendiri merupakan keadaan di mana seseorang memilih untuk berada sendirian dan menyisihkan diri dari orang lain. Hal ini dapat dilakukan untuk berbagai alasan, seperti untuk mengambil waktu sendiri untuk merenung, memikirkan hal-hal penting, memulihkan diri dari kelelahan emosional, atau hanya untuk menikmati kesendirian. Menyendiri dapat berdampak positif pada kesehatan mental seseorang, tetapi jika dilakukan terus-menerus dan berlebihan, dapat menjadi tanda depresi atau masalah kesehatan mental lainnya. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan interaksi sosial yang sehat dan membangun hubungan sosial yang baik.

Point 2
Adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa sedih, putus asa, dan cenderung untuk menghindar dari orang lain atau situasi yang membuat mereka tidak nyaman. Seseorang mungkin merasa tertekan atau kesepian, mengalami perubahan mood yang ekstrem, serta merasa sulit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik serta kehidupan sosial seorang individu. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan profesional jika mengalami gejala-gejala tersebut. Dalam hal ini seorang rohaniawan/rohaniwati atau pribadi yang dianggap mengerti dan memberikan motivasi serta dukungan sosial sehingga tidak terpaku pada sebuah persoalan yang sepele atau seharusnya hal biasa.

Point' 3
Pikiran positif merujuk pada pola pikir yang mengarah pada aspek positif dari situasi atau peristiwa tertentu. Ini mengandung kepercayaan bahwa segala sesuatu dapat diatasi dan bahwa kebaikan akan terjadi di masa depan, meskipun ada tantangan dan kegagalan.

Mengembangkan pikiran positif dapat membantu mengatasi stres dan cemas, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta mempromosikan sikap yang lebih baik terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal ini juga dapat membantu seseorang membangun kepercayaan diri dan optimisme, karena mereka akan cenderung fokus pada solusi daripada masalah.

Beberapa tips untuk mengembangkan pikiran positif adalah dengan mengembangkan rasa syukur, fokus pada kesempatan dan keberhasilan, menghindari pemikiran negatif, dan bergaul dengan orang-orang yang mendukung dan menyemangati. Dengan pikiran positif dan sikap yang positif, seseorang dapat mencapai tujuannya dan meraih kesuksesan dengan lebih mudah.

Rekomendasi: 
1. Positif thinking
2. Percaya diri dan terima diri apa adanya.
3. Berusaha hidup dan berbagi dengan sesama.
4. Setia pada panggilan dan komitmen.
5. Jadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai tempat mengaduh, bersandar dan berlari pada-Nya.
6. Orang yang luar biasa adalah orang yang bermimpi, bertekad luar biasa.

Wamena, 6 Agustus 2023
Neri Payage
0812 4868 8980

Matius 5:17-20

SATU IOTA ATAU SATU TITIK PUN TIDAK AKAN DITIADAKAN

=================================================

17. 'Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18.Karena Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 19. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.20.Maka Aku berkata kepadamu; Jika hidup keagamaanmu tidak lebih baik daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak masuk ke dalam Kerajaan Surga' 

Perkataan di atas dengan tegas merupakan pernyataan yang tidak kenal kompromi tentang keabsahan Hukum Musa yang kekal. Bagian yang paling kecil pun tidak dihapuskan. 'Jot' (Authorized [King James] Version of the English Bible) adalah huruf terkecil dari abjad Ibrani. 'Iota' (Revised Standart Version [1 946- 1952]) adalah huruf terkecil dari abjad Yunani. 'Titik' adalah tanda yang sangat kecil yang ditambahkan pada sebuah huruf, mungkin untuk membedakannya dengan huruf lain yang mirip, seperti dalam abjad kita 'G' dibedakan dari 'C', atau 'Q' dari 'O'.

Apakah yang keras dan sulit dari pernyataan yang tidak kenal kompromi ini ? Bagi beberapa pembaca, kekerasan itu terletak dalam kesulitan untuk mengenali Si Pembicara Sang Kristus yang menurut Paulus, 'adalah kegenapan Hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya' (Roma 10:4). Yang lain lagi tidak merasa sulit untuk menanggapi bahwa konsepsi Paulus mengenai Tuhan Yesus berbeda secara radikal dari apa yang dipaparkan dalam kitab-kitab Injil mengenai sifat dan ajaranNya. Pandangan ini memang pernah diutarakan (sekarang tidak sesering seperti pada masa-masa yang lebih awal) bahwa Paulus dianggap sebagai orang yang memperlemah salah satu dari perintah-perintah ini yang paling kecil dan mengajarkan demikian orang lain'. Pernyataan seperti ini menandakan bahwa perkataan ini tidak berasal dari Tuhan Yesus, tetapi dari sekelompok orang di gereja purba yang tidak menyukai Paulus. Bahkan tanpa mengacu pada kata-kata Paulus pun, banyak orang berpendapat bahwa kata-kata ini berasal dari sekelompok orang di gereja purba yang ingin mempertahankan wewenang Hukum Taurat atas orang-orang Kristen. Menurut Bultman, perkataan ini merekam sikap kolot masyarakat Palestina yang bertolak belakang dengan sikap orang Hellenis.

Mungkin ada beberapa kumpulan dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus yang telah beredar sebelum kitab-kitab Injil diterbitkan secara benar. Dan salah satunya, yang lebih disukai oleh orang-orang Yahudi Kristen yang kolot, rupa-rupanya dipakai oleh Matius bersama-sama dengan perkataan-perkataan lainnya. Kumpulan-kumpulan dari perkataan-perkataan semacam ini bisa dibuat sesuai dengan pandangan orang yang menghimpunnya : perkataan-perkataan yang kelihatannya menunjang pandangan itu akan disertakan, sedang perkataan-perkataan yang kelihatannya berlawanan tidak akan disertakan. Ajaran Tuhan Yesus lebih beragam daripada yang bisa diungkapkan oleh bagian mana pun dari kumpulan perkataan-perkataanNya. Dengan tidak mengkhususkan diri pada kumpulan yang mana pun, maka Matius memberikan gambaran lengkap dari ajaran Tuhan Yesus. Perkataan seperti yang baru dikutip ini mempunyai tiga latar belakang kehidupan yang berurut-urutan : latar belakang kehidupan dalam pelayanan Tuhan Yesus yang bersifat sejarah, latar belakang dalam kumpulan perkataan Tuhan Yesus yang terbatas, dan latar belakang dalam Injil Matius. Yang langsung berhubungan dengan kita hanyalah yang mempunyai latar belakang dalam Injil Matius. (Selain dari ketiga latar belakang ini tentunya bisa didapatkan latar belakang kehidupan lain yang timbul kemudian sesuai dengan perkembangan sejarah gereja dan tafsiran. Pernyataan yang berbunyi 'Aku datang untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya' telah dipakai, misalnya, untuk memperkenalkan Injil sebagai kegenapan Hinduisme, tetapi penggunaan semacam ini tidak ada hubungannya dengan maksud Tuhan Yesus atau Matius).

Ada sedikit pengecualian di dalam pendapat bahwa hanya di dalam latar belakang dalam Injil Matius perkataan ini langsung berhubungan dengan kita. Di dalam Lukas 16:16-17 Tuhan Yesus berkata, "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya serta berebut memasukinya. Lebih mudah langit dan bumi lenyap daripada satu titik dari Hukum Taurat batal". Kalimat kedua dari dua kalimat ini paralel (tetapi tidak identik) dengan Matius 5:18, yaitu perkataan mengenai iota dan titik. Kumpulan perkataan yang dianggap telah dihimpun oleh orang-orang Kristen yang berpikir lebih legalistis, dan yang sangat mungkin dipakai oleh Matius sebagai salah satu sumber tulisan-tulisannya, sering disebut sebagai perkataan M (karena hanya terdapat di dalam Injil Matius). Kumpulan lain yang lebih luas juga sangat mungkin dipakai baik oleh Matius dan Lukas disebut sebagai perkataan Q. Jadi, kemungkinan susunan perkataan mengenai 'iota dan titik' yang terdapat dalam Matius 5:18 adalah susunan M, sedangkan yang terdapat dalam Lukas 16:17 adalah susunan D. T.W. Manson adalah salah seorang ahli yang percaya bahwa ini memang demikian, dan ia menganjurkan agar pembacapembacanya memikirkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama ialah bahwa susunan perkataan dari Lukas lebih mendekati yang asli dan bahwa susunan di dalam Matius 'adalah perbaikan dari Lukas supaya bisa cocok dengan ajaran para rabi'. Kemungkinan lain, yang mengikuti kemungkinan yang pertama, ialah bahwa 'perkataan ini dalam bentuk aslinya bukan menyatakan keabadian Hukum Taurat tetapi kekolotan yang tak bisa dibengkokkan dari ahli-ahli Taurat', bahwa maksud perkataan ini bukan sebagai 'ajaran sehat para nabi tetapi ironi yang pahit'. Boleh dikatakan bahwa Tuhan Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat. "Dunia akan sampai kepada kesudahannya sebelum engkau meninggalkan bagian yang paling kecil dari penafsiran Hukum Taurat menurut adat istiadat nenek moyangmu. 

Jelaslah bahwa Tuhan Yesus tidak menerima penafsiran Hukum Taurat menurut adat istiadat nenek moyang. Memang la mendakwa ahli-ahli Taurat, para pelajar dan pengajar yang diakui dari Hukum Taurat, dengan mengatakan, "kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu". (begitu kita baca dalam Matius 15:3 dalam sebuah kutipan berdasarkan Markus 7:9). Ia mengatakan bahwa dengan aplikasi mereka dari Hukum Taurat, mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkan di atas bahu orang' (Matius 23:4); berlawanan dengan ayat ini, Ia mengundang : 'pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku .... sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan' (Markus 11:29-30).

Tetapi dengan mengatakan ini Tuhan Yesus tidak memperlemah tuntutan-tuntutan Hukum Allah; la juga tidak merekomendasikan standar kebenaran yang lebih rendah daripada yang dituntut oleh 'ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi'. Sebaliknya : la menekankan bahwa izin memasuki Kerajaan Surga bersyaratkan kebenaran, melebihi kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi. Pernyataan yang terakhir ini, terdapat dalam Matius 5:20, merupakan kata pembukaan dari pasal-pasal berikutnya, yang berisi pernyataan Tuhan Yesus mengenai apa artinya taat kepada hukum yang la berikan dalam serentetan perkataan keras, yang akan kita pelajari satu per satu. Tetapi untuk kesempatan ini kita bisa menyebutkan dua prinsip dalam menafsirkan dan mengaplikasikan Hukum Taurat. 

Pertama, Ia menyatakan bahwa cara yang benar untuk menaati hukum yang mana pun juga ialah dengan memenuhi tujuan untuk apa hukum itu diberikan. Ia mengatakan ini sehubungan dengan hukum pernikahan; Ia mengatakan ini sehubungan dengan hukum hari Sabat. Pada hari Sabat, menurut hukum yang keempat, 'jangan engkau melakukan sesuatu pekerjaan'. Menurut pandangan para pemelihara Hukum Taurat, perintah ini mengharuskan kita dengan teliti membuat definisi tentang apa yang dimaksud dengan 'pekerjaan', sehingga orang bisa tahu dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari itu. Keadaan bisa mengubah beberapa kasus, misalnya tindakan penyembuhan diperbolehkan kalau itu menyangkut hidup atau mati, tetapi bila pengobatan bisa ditunda sampai keesokan hari tanpa membahayakan pasien, maka itu lebih baik. Tepatnya dalam hal seperti inilah Tuhan Yesus berkonfrontasi berulang-ulang dengan para ahli Taurat dan antek-anteknya, kriteria Tuhan Yesus dalam memenuhi hukum ini ialah dengan menanyakan untuk apakah hari Sabat itu ditetapkan. Hari itu ditetapkan, kata Tuhan, adalah untuk memberikan istirahat dan kelegaan bagi umat manusia : mereka tidak dicipta demi hari Sabat, tetapi hari Sabat diberikan demi kebaikan mereka. Karena itu, setiap tindakan yang membuat mereka lebih santai dan lega, lebih memajukan keadaan mereka secara umum diperbolehkan pada hari Sabat. Hal itu bukan saja diperbolehkan pada hari Sabat : hari Sabat adalah hari yang paling cocok untuk melakukannya, karena perbuatan itu begitu mendukung secara istimewa tujuan Allah dalam menetapkan hari Sabat. Kita melihat bahwa Tuhan Yesus menyembuhkan orang dengan memilih hari Sabat, karena perbuatan semacam ini meninggalkan hari Sabat.

la tidak melanggar hukum yang keempat, tetapi ia menafsirkannya secara berbeda dari penafsiran yang sedang berlaku. Apakah prinsip penafsiranNya 'mengungguli kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi?' Mungkin demikian. Ada beberapa orang yang merasa lebih gampang mempunyai satu set peraturan-peraturan : bila muncul masalah secara praktis, ia bisa berpaling pada peraturan-peraturan itu dan ia tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi bila mereka harus memutuskan perbuatan mana yang paling memenuhi tujuan hukum itu, maka mereka harus memutar otak, dan pemutaran otak semacam ini yang melibatkan tanggung jawab pribadi, merupakan sesuatu yang sulit bagi mereka.

Kedua, Tuhan Yesus menyatakan bahwa ketaatan atau ketidaktaatan pada Hukum Taurat dimulai dari dalam hati manusia. Tidak cukup untuk menyesuaikan perbuatan dan perkataan yang di luar dengan apa yang dikehendaki oleh Hukum Taurat; pertama-tama kehidupan yang di dalam harus diselaraskan dengan Hukum Taurat. Maka salah seorang pemazmur dari Perjanjian Lama menyatakan perasaannya demikian : 'aku akan melakukan kehendakMu ya Allahku; TauratMu ada di dalam dadaku' (Mazmur 40:9). Mazmur ini tidak dikutip oleh Tuhan Yesus dalam kitab-kitab Injil, tetapi di bagian lain dalam Perjanjian Baru bahasa yang dipakai menunjuk pada Dia (Ibrani 10:7,9). Memang kata-kata yang dipakai sangat jelas menyatakan sikap Tuhan Yesus sendiri dan sikap yang la nasehatkan kepada pendengar-pendengarNya. jika pikiran dan kemauan ditekadkan untuk melakukan kehendak Allah, maka perkataan dan perbuatan tidak akan menyimpang daripadanya.

Di samping itu, jika ini yang terjadi, maka akan ada penekanan pada aspek-aspek batiniah dan rohaniah dari etika dan agama daripada aspek-aspek lahiriah dan duniawi. pemikiran bahwa suatu tuntutan agama bisa lebih diprioritaskan daripada kewajiban seseorang kepada orang tuanya adalah salah satu yang ditentang Tuhan Yesus (bandingkan Markus 7:10-13). Pemikiran semacam ini disetujui oleh beberapa penafsir hukum Taurat pada waktu itu, tetapi dalam hal ini orang Yahudi secara umum setuju dengan ajaran Tuhan Yesus. Sekali lagi Tuhan sangat tidak mengindahkan detil-detil dari upacara penyucian atau aturan-aturan makan, karena hal ini tidak mempunyai bobot etis. Markus bahkan mengatakan, bahwa dengan pernyataan-pernyataanNya mengenai perkara ini la menyatakan semua makanan halal (Markus 7:19). Matius tidak menuliskan apa yang dikatakan Markus ini, tetapi ia menuliskan pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus yang diinterpretasikan sedemikian oleh Markus (Matius 15:17-20).

Tetapi bukanlah upacara-upacara mencuci tangan dan aturan tentang makanan termasuk dalam iota-iota dan titik-titik dari Hukum Taurat ? Tidakkah mereka termasuk paling tidak dalam 'perintah Hukum Taurat yang paling kecil?' Mungkin begitu, tetapi di mata Tuhan Yesus 'keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan' jauh lebih penting lagi (Matius 23:23). Dan bagaimana dengan upacara-upacara korban ? Mereka jelas termasuk dalam Hukum Taurat, tetapi sikap Tuhan Yesus terhadap hal-hal semacam itu dimantapkan dalam kutipanNya dari seorang nabi besar Perjanjian Lama : 'Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan' (Hosea 6:6) Hanyalah Matius sendiri, di antara keempat penginjil, yang mencatat bahwa Tuhan Yesus mengutip kata-kata ini, dan ia mencatat bahwa Tuhan Yesus menggunakan kata-kata itu dua kali (Matius 9:13; 12:7). Hukum Taurat digenapi lebih secara etis daripada secara upacara. Tuhan Yesus meneguhkan penekanan dari nabi-nabi besar ketepatan dalam pelaksanaan upacaraupacara agama itu sia-sia belaka kalau seseorang lalai 'berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah' (Mikha 6:8). Yang penting adalah manusia, bukan hal-hal yang tidak bernyawa.

Bagi Tuhan Yesus, Hukum Taurat adalah pernyataan dari kehendak Allah, kehendak Allah itu kekal dan tidak bisa diubah. Tuhan Yesus datang bukan untuk mengubah kehendak Allah; la menggenapinya. Standar ketaatan kepada kehendak Allah yang la berikan, lewat teladan dan ajaranNya, lebih tepat daripada standar yang diberikan lewat hukum yang tertulis. la menekankan bahwa kehendak Allah harus dilakukan dari hati. Tetapi, dengan menekankan hal ini, ia menyediakan jalan di mana melakukan kehendak Allah dari hati bukan merupakan angan-angan yang tidak bisa dilakukan. Jika Paulus diikutsertakan untuk menafsirkan ajaran Tuhan Yesus ini, maka rasul yang menyatakan bahwa pria dan wanita dibenarkan di hadapan Allah karena iman kepada Tuhan Yesus dan bukan karena melakukan Hukum Taurat juga menyatakan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Tuhan Yesus menerima Roh Kudus sehingga 'tuntutan Hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh' (Roma 8:4). Injil menuntut lebih banyak daripada Hukum Taurat, tetapi Injil memberikan kuasa untuk melakukannya. Seseorang menuliskan hal ini dalam sebuah sanjak yang kurang beraturan tetapi yang kata-katanya sangat bermakna:


Berlelah berusaha melakukan Hukum Taurat, namun aku tidak diberi kaki maupun tangan, berita yang lebih baik oleh Injil:yang menyuruhku terbang dan memberiku sayap.


Disini

Wamena, 5 Agustus 2023

An Yoel Giban



Jumat, 04 Agustus 2023

Renungan Pagi dari Lilin Kecil

Renungan pagi kali ini akan kita peroleh dari Matius 8:18-22, dimana Yesus berbicara tentang biaya mengikut-Nya.

Dalam perikop ini, Yesus tengah berjalan menuju perahu bersama para murid-Nya, ketika seorang ahli Taurat datang dan berkata, "Guru, aku akan mengikuti-Mu ke manapun Engkau pergi." Namun, Yesus menanggapi dengan mengungkapkan realitas keras dari mengikut-Nya, "Rubah-rubah mempunyai liang, dan burung-burung di udara mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya."

Yesus ingin menyadarkan kita bahwa mengikut-Nya bukanlah sekadar mengalami keajaiban dan sukacita tanpa akibat. Mengikut Kristus membutuhkan komitmen yang penuh dan pilihan yang sungguh-sungguh. Yesus ingin kita menyadari bahwa mengikut-Nya akan membutuhkan pengorbanan dan ketaatan total.

Sebagai pengikut Kristus, kita harus siap untuk melepaskan hal-hal yang kita anggap penting dalam hidup ini demi mengikuti kemauan-Nya. Bukan berarti kita harus meninggalkan semua tanggung jawab kita dan mengembara di sekitar, tetapi kita harus memprioritaskan hubungan kita dengan Yesus di atas segalanya.

Yesus juga menegaskan pentingnya prioritas ketika murid lainnya meminta izin untuk mengubur ayahnya terlebih dahulu sebelum mengikuti-Nya. Yesus menjawab, "Ikutlah Aku dan biarkan orang mati mengubur orang mati mereka sendiri." Yesus mengingatkan kita untuk tidak terbebani oleh dunia dan melupakan panggilan-Nya.

Renungan ini mengajak kita untuk berintrospeksi tentang prioritas dan komitmen kita dalam mengikut Yesus. Apakah kita benar-benar siap untuk melepaskan hal-hal yang menghalangi kita dari memenuhi panggilan-Nya? Apakah kita siap untuk mengambil risiko dan mengejar Tuhan dengan sungguh-sungguh?
Mengikut Yesus bukanlah perkara yang mudah, tetapi konsekuensinya adalah kehidupan yang berkelimpahan dan kekekalan di hadapan Allah. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas dunia dan melupakan panggilan-Nya yang suci.

Marilah kita berani mengambil langkah luar biasa dalam mengikut Yesus. Membiarkan Tuhan memimpin hidup kita dan melepaskan segala hal yang menghambat kita dalam menjalani kehendak-Nya. Dengan demikian kita akan menemukan kehidupan sejati dan damai yang hanya dapat ditemukan dalam diri Kristus. Amin.

Disini
Wamena, 5 Agustus 2023
Yoel Giban

Kamis, 03 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil

Pada renungan pagi ini, kita akan mempelajari tentang iman yang mengagumkan dari seorang perwira Romawi. Dalam Matius 8:5-13, Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira yang kerasukan roh jahat.

Perwira itu datang kepada Yesus dan berkata, "Tuanku, hamba saya terbaring di rumah dalam keadaan lumpuh, sangat menderita." (Matius 8:6) Dalam budaya pada waktu itu, seorang perwira Romawi tidak akan mengungkapkan kelemahannya atau meminta pertolongan kepada orang lain. Namun, perwira ini memiliki iman yang luar biasa dalam kuasa Yesus.

Yesus terkesan dengan iman perwira itu dan berkata, "Pergilah, jadilah padamu seperti yang engkau percayai." (Matius 8:13) Tanpa melalui sentuhan fisik, Yesus menyembuhkan hamba perwira itu ketika dia percaya sepenuhnya akan kuasaNya.

Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya memiliki iman yang kuat dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan kita. Ketika kita menghadapi kesulitan dan tantangan dalam hidup, kita harus mengandalkan Allah dengan iman yang teguh dan tahu bahwa Dia mampu melakukan segala hal.

Perwira Romawi ini juga mengajarkan kita tentang kerendahan hati. Dia tidak merasa pantas untuk mengizinkan Yesus datang ke rumahnya, tetapi dia tahu bahwa kuasa dan kuasa Yesus tidak terbatas. Dia memahami bahwa segala sesuatu mungkin terjadi jika dia memiliki iman.

Hari ini, mari kita mengambil teladan dari perwira Romawi ini dan mempercayai kuasa Yesus dalam hidup kita. Jangan ragu untuk meminta pertolongan-Nya dan bergantung padanya dalam segala hal. Ketika kita memiliki iman yang kuat dan kerendahan hati yang tulus, Dia akan melakukan segala sesuatu yang luar biasa dalam hidup kita. Yesus adalah Tuhan yang kuasa yang siap menolong kita, marilah kita menggantungkan hidup kita pada-Nya dengan iman yang teguh.Amin


Disini 
Wamena, 4 Agustus 2023
An Yoel Giban

Rabu, 02 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil

Pada renungan pagi ini, kita akan mempelajari tentang doa dan kepercayaan kita kepada Allah. Dalam Matius 7:7-11, Yesus mengajar kita untuk meminta, mencari, dan mengetuk.

Yesus berkata, "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Sebab, setiap orang yang meminta, menerima; dan setiap orang yang mencari, mendapat; dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan." (Matius 7:7-8)

Ajaran ini menunjukkan bahwa kita harus aktif dalam berdoa dan memiliki keyakinan bahwa Allah akan mendengarkan dan menjawab doa kita. Ketika kita meminta, mencari, dan mengetuk dengan kerendahan hati dan keyakinan, Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan.

Yesus juga menggunakan perumpamaan seorang ayah yang memberikan hadiah yang baik kepada anak-anaknya. Dia berkata, "Adakah di antara kamu seorang ayah yang memberikan kepada anaknya sebuah batu, jika ia meminta roti, atau memberikan seekor ular, jika ia meminta ikan? Jika kamu yang jahat itu mengerti memberikan pemberian yang baik kepada anak-anakmu, betapa lebih lagi Bapamu yang di sorga akan memberikan kebaikan kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:9-11)

Dalam perumpamaan ini, Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah sebagai Bapa yang sempurna dan baik, pasti akan memberikan yang terbaik kepada kita ketika kita meminta dengan tulus. Dia mengasihi anak-anak-Nya dan tidak akan mengecewakan mereka yang percaya kepada-Nya.

Hari ini, mari kita belajar untuk menghadap Allah dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa Dia mendengar doa kita dan akan memberikan apa yang kita butuhkan. Jangan ragu-ragu untuk meminta, mencari, dan mengetuk pada-Nya. Percayalah bahwa kehendak-Nya adalah yang terbaik untuk kita. Allah adalah Bapa yang baik dan Dia akan memberikan kebaikan kepada kita. Amin

Disini
Wamena, 03 Agustus 2023
An Yoel Giban

Selasa, 01 Agustus 2023

Renungan Pagi dari Lilin Kecil

Renungan Pagi Matius 6:1-4

Pada renungan pagi ini, kita akan membahas tentang ajaran Yesus mengenai amal yang benar. Dalam Matius 6:1-4, Yesus berbicara kepada para murid-Nya tentang pentingnya motivasi yang benar dalam melakukan amal.

Yesus mengingatkan para murid-Nya untuk tidak mempraktekkan amal-amal mereka di depan orang lain untuk mendapatkan pujian dan kehormatan dari manusia. Dia berkata, "Jika kamu memberi sedekah, janganlah bunyikan terompet di hadapanmu, seperti dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di jalan-jalan, supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka itu telah memperoleh ganjaran mereka." (Matius 6:2)

Yesus menunjukkan bahwa motivasi yang benar dalam melakukan amal adalah mencari pujian dari Allah, bukan dari manusia. Dia berkata, "Apabila engkau memberi sedekah, biarlah tangan kirimu tidak tahu apa yang dilakukan tangan kananmu, supaya sedekahmu itu tersembunyi dan Bapamu yang melihat yang tersembunyi itu, akan memberikan balasan kepadamu." (Matius 6:3-4)

Renungan ini mengajarkan kita pentingnya tulus dalam melakukan amal. Tindakan yang benar adalah ketika kita melakukan perbuatan baik, memberi sumbangan, atau membantu orang lain tanpa mencari pujian atau pengakuan. Motivasi yang benar adalah karena cinta kepada Allah dan keinginan untuk membantu sesama, bukan karena mau memperoleh pujian atau kehormatan dari manusia.

Ketika kita melakukan amal dengan hati yang tulus, Allah yang melihat yang tersembunyi akan memberikan pahala dan penghargaan yang sejati. Dia menghargai tindakan kita yang tulus dan memberkati persembahan kita dengan berlimpah.

Hari ini, mari kita belajar untuk melakukan amal dengan hati yang tulus dan rendah hati. Jangan mencari pujian manusia, tetapi salurkan segala perbuatan baik kita sebagai wujud cinta kepada Allah dan keinginan untuk membantu sesama. Jadilah tangan yang tulus dan hati yang tulus dalam memberikan sedekah dan melakukan amal. Di situlah kita akan menemukan berkat dan kepuasan yang sejati dari Allah.Amin


Disini
Wamena, 02 Agustus 2022
An Yoel Giban

Statistik Pengunjung