SATU IOTA ATAU SATU TITIK PUN TIDAK AKAN DITIADAKAN
=================================================
17. 'Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18.Karena Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 19. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.20.Maka Aku berkata kepadamu; Jika hidup keagamaanmu tidak lebih baik daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak masuk ke dalam Kerajaan Surga'
Perkataan di atas dengan tegas merupakan pernyataan yang tidak kenal kompromi tentang keabsahan Hukum Musa yang kekal. Bagian yang paling kecil pun tidak dihapuskan. 'Jot' (Authorized [King James] Version of the English Bible) adalah huruf terkecil dari abjad Ibrani. 'Iota' (Revised Standart Version [1 946- 1952]) adalah huruf terkecil dari abjad Yunani. 'Titik' adalah tanda yang sangat kecil yang ditambahkan pada sebuah huruf, mungkin untuk membedakannya dengan huruf lain yang mirip, seperti dalam abjad kita 'G' dibedakan dari 'C', atau 'Q' dari 'O'.
Apakah yang keras dan sulit dari pernyataan yang tidak kenal kompromi ini ? Bagi beberapa pembaca, kekerasan itu terletak dalam kesulitan untuk mengenali Si Pembicara Sang Kristus yang menurut Paulus, 'adalah kegenapan Hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya' (Roma 10:4). Yang lain lagi tidak merasa sulit untuk menanggapi bahwa konsepsi Paulus mengenai Tuhan Yesus berbeda secara radikal dari apa yang dipaparkan dalam kitab-kitab Injil mengenai sifat dan ajaranNya. Pandangan ini memang pernah diutarakan (sekarang tidak sesering seperti pada masa-masa yang lebih awal) bahwa Paulus dianggap sebagai orang yang memperlemah salah satu dari perintah-perintah ini yang paling kecil dan mengajarkan demikian orang lain'. Pernyataan seperti ini menandakan bahwa perkataan ini tidak berasal dari Tuhan Yesus, tetapi dari sekelompok orang di gereja purba yang tidak menyukai Paulus. Bahkan tanpa mengacu pada kata-kata Paulus pun, banyak orang berpendapat bahwa kata-kata ini berasal dari sekelompok orang di gereja purba yang ingin mempertahankan wewenang Hukum Taurat atas orang-orang Kristen. Menurut Bultman, perkataan ini merekam sikap kolot masyarakat Palestina yang bertolak belakang dengan sikap orang Hellenis.
Mungkin ada beberapa kumpulan dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus yang telah beredar sebelum kitab-kitab Injil diterbitkan secara benar. Dan salah satunya, yang lebih disukai oleh orang-orang Yahudi Kristen yang kolot, rupa-rupanya dipakai oleh Matius bersama-sama dengan perkataan-perkataan lainnya. Kumpulan-kumpulan dari perkataan-perkataan semacam ini bisa dibuat sesuai dengan pandangan orang yang menghimpunnya : perkataan-perkataan yang kelihatannya menunjang pandangan itu akan disertakan, sedang perkataan-perkataan yang kelihatannya berlawanan tidak akan disertakan. Ajaran Tuhan Yesus lebih beragam daripada yang bisa diungkapkan oleh bagian mana pun dari kumpulan perkataan-perkataanNya. Dengan tidak mengkhususkan diri pada kumpulan yang mana pun, maka Matius memberikan gambaran lengkap dari ajaran Tuhan Yesus. Perkataan seperti yang baru dikutip ini mempunyai tiga latar belakang kehidupan yang berurut-urutan : latar belakang kehidupan dalam pelayanan Tuhan Yesus yang bersifat sejarah, latar belakang dalam kumpulan perkataan Tuhan Yesus yang terbatas, dan latar belakang dalam Injil Matius. Yang langsung berhubungan dengan kita hanyalah yang mempunyai latar belakang dalam Injil Matius. (Selain dari ketiga latar belakang ini tentunya bisa didapatkan latar belakang kehidupan lain yang timbul kemudian sesuai dengan perkembangan sejarah gereja dan tafsiran. Pernyataan yang berbunyi 'Aku datang untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya' telah dipakai, misalnya, untuk memperkenalkan Injil sebagai kegenapan Hinduisme, tetapi penggunaan semacam ini tidak ada hubungannya dengan maksud Tuhan Yesus atau Matius).
Ada sedikit pengecualian di dalam pendapat bahwa hanya di dalam latar belakang dalam Injil Matius perkataan ini langsung berhubungan dengan kita. Di dalam Lukas 16:16-17 Tuhan Yesus berkata, "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya serta berebut memasukinya. Lebih mudah langit dan bumi lenyap daripada satu titik dari Hukum Taurat batal". Kalimat kedua dari dua kalimat ini paralel (tetapi tidak identik) dengan Matius 5:18, yaitu perkataan mengenai iota dan titik. Kumpulan perkataan yang dianggap telah dihimpun oleh orang-orang Kristen yang berpikir lebih legalistis, dan yang sangat mungkin dipakai oleh Matius sebagai salah satu sumber tulisan-tulisannya, sering disebut sebagai perkataan M (karena hanya terdapat di dalam Injil Matius). Kumpulan lain yang lebih luas juga sangat mungkin dipakai baik oleh Matius dan Lukas disebut sebagai perkataan Q. Jadi, kemungkinan susunan perkataan mengenai 'iota dan titik' yang terdapat dalam Matius 5:18 adalah susunan M, sedangkan yang terdapat dalam Lukas 16:17 adalah susunan D. T.W. Manson adalah salah seorang ahli yang percaya bahwa ini memang demikian, dan ia menganjurkan agar pembacapembacanya memikirkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama ialah bahwa susunan perkataan dari Lukas lebih mendekati yang asli dan bahwa susunan di dalam Matius 'adalah perbaikan dari Lukas supaya bisa cocok dengan ajaran para rabi'. Kemungkinan lain, yang mengikuti kemungkinan yang pertama, ialah bahwa 'perkataan ini dalam bentuk aslinya bukan menyatakan keabadian Hukum Taurat tetapi kekolotan yang tak bisa dibengkokkan dari ahli-ahli Taurat', bahwa maksud perkataan ini bukan sebagai 'ajaran sehat para nabi tetapi ironi yang pahit'. Boleh dikatakan bahwa Tuhan Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat. "Dunia akan sampai kepada kesudahannya sebelum engkau meninggalkan bagian yang paling kecil dari penafsiran Hukum Taurat menurut adat istiadat nenek moyangmu.
Jelaslah bahwa Tuhan Yesus tidak menerima penafsiran Hukum Taurat menurut adat istiadat nenek moyang. Memang la mendakwa ahli-ahli Taurat, para pelajar dan pengajar yang diakui dari Hukum Taurat, dengan mengatakan, "kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu". (begitu kita baca dalam Matius 15:3 dalam sebuah kutipan berdasarkan Markus 7:9). Ia mengatakan bahwa dengan aplikasi mereka dari Hukum Taurat, mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkan di atas bahu orang' (Matius 23:4); berlawanan dengan ayat ini, Ia mengundang : 'pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku .... sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan' (Markus 11:29-30).
Tetapi dengan mengatakan ini Tuhan Yesus tidak memperlemah tuntutan-tuntutan Hukum Allah; la juga tidak merekomendasikan standar kebenaran yang lebih rendah daripada yang dituntut oleh 'ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi'. Sebaliknya : la menekankan bahwa izin memasuki Kerajaan Surga bersyaratkan kebenaran, melebihi kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi. Pernyataan yang terakhir ini, terdapat dalam Matius 5:20, merupakan kata pembukaan dari pasal-pasal berikutnya, yang berisi pernyataan Tuhan Yesus mengenai apa artinya taat kepada hukum yang la berikan dalam serentetan perkataan keras, yang akan kita pelajari satu per satu. Tetapi untuk kesempatan ini kita bisa menyebutkan dua prinsip dalam menafsirkan dan mengaplikasikan Hukum Taurat.
Pertama, Ia menyatakan bahwa cara yang benar untuk menaati hukum yang mana pun juga ialah dengan memenuhi tujuan untuk apa hukum itu diberikan. Ia mengatakan ini sehubungan dengan hukum pernikahan; Ia mengatakan ini sehubungan dengan hukum hari Sabat. Pada hari Sabat, menurut hukum yang keempat, 'jangan engkau melakukan sesuatu pekerjaan'. Menurut pandangan para pemelihara Hukum Taurat, perintah ini mengharuskan kita dengan teliti membuat definisi tentang apa yang dimaksud dengan 'pekerjaan', sehingga orang bisa tahu dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari itu. Keadaan bisa mengubah beberapa kasus, misalnya tindakan penyembuhan diperbolehkan kalau itu menyangkut hidup atau mati, tetapi bila pengobatan bisa ditunda sampai keesokan hari tanpa membahayakan pasien, maka itu lebih baik. Tepatnya dalam hal seperti inilah Tuhan Yesus berkonfrontasi berulang-ulang dengan para ahli Taurat dan antek-anteknya, kriteria Tuhan Yesus dalam memenuhi hukum ini ialah dengan menanyakan untuk apakah hari Sabat itu ditetapkan. Hari itu ditetapkan, kata Tuhan, adalah untuk memberikan istirahat dan kelegaan bagi umat manusia : mereka tidak dicipta demi hari Sabat, tetapi hari Sabat diberikan demi kebaikan mereka. Karena itu, setiap tindakan yang membuat mereka lebih santai dan lega, lebih memajukan keadaan mereka secara umum diperbolehkan pada hari Sabat. Hal itu bukan saja diperbolehkan pada hari Sabat : hari Sabat adalah hari yang paling cocok untuk melakukannya, karena perbuatan itu begitu mendukung secara istimewa tujuan Allah dalam menetapkan hari Sabat. Kita melihat bahwa Tuhan Yesus menyembuhkan orang dengan memilih hari Sabat, karena perbuatan semacam ini meninggalkan hari Sabat.
la tidak melanggar hukum yang keempat, tetapi ia menafsirkannya secara berbeda dari penafsiran yang sedang berlaku. Apakah prinsip penafsiranNya 'mengungguli kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi?' Mungkin demikian. Ada beberapa orang yang merasa lebih gampang mempunyai satu set peraturan-peraturan : bila muncul masalah secara praktis, ia bisa berpaling pada peraturan-peraturan itu dan ia tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi bila mereka harus memutuskan perbuatan mana yang paling memenuhi tujuan hukum itu, maka mereka harus memutar otak, dan pemutaran otak semacam ini yang melibatkan tanggung jawab pribadi, merupakan sesuatu yang sulit bagi mereka.
Kedua, Tuhan Yesus menyatakan bahwa ketaatan atau ketidaktaatan pada Hukum Taurat dimulai dari dalam hati manusia. Tidak cukup untuk menyesuaikan perbuatan dan perkataan yang di luar dengan apa yang dikehendaki oleh Hukum Taurat; pertama-tama kehidupan yang di dalam harus diselaraskan dengan Hukum Taurat. Maka salah seorang pemazmur dari Perjanjian Lama menyatakan perasaannya demikian : 'aku akan melakukan kehendakMu ya Allahku; TauratMu ada di dalam dadaku' (Mazmur 40:9). Mazmur ini tidak dikutip oleh Tuhan Yesus dalam kitab-kitab Injil, tetapi di bagian lain dalam Perjanjian Baru bahasa yang dipakai menunjuk pada Dia (Ibrani 10:7,9). Memang kata-kata yang dipakai sangat jelas menyatakan sikap Tuhan Yesus sendiri dan sikap yang la nasehatkan kepada pendengar-pendengarNya. jika pikiran dan kemauan ditekadkan untuk melakukan kehendak Allah, maka perkataan dan perbuatan tidak akan menyimpang daripadanya.
Di samping itu, jika ini yang terjadi, maka akan ada penekanan pada aspek-aspek batiniah dan rohaniah dari etika dan agama daripada aspek-aspek lahiriah dan duniawi. pemikiran bahwa suatu tuntutan agama bisa lebih diprioritaskan daripada kewajiban seseorang kepada orang tuanya adalah salah satu yang ditentang Tuhan Yesus (bandingkan Markus 7:10-13). Pemikiran semacam ini disetujui oleh beberapa penafsir hukum Taurat pada waktu itu, tetapi dalam hal ini orang Yahudi secara umum setuju dengan ajaran Tuhan Yesus. Sekali lagi Tuhan sangat tidak mengindahkan detil-detil dari upacara penyucian atau aturan-aturan makan, karena hal ini tidak mempunyai bobot etis. Markus bahkan mengatakan, bahwa dengan pernyataan-pernyataanNya mengenai perkara ini la menyatakan semua makanan halal (Markus 7:19). Matius tidak menuliskan apa yang dikatakan Markus ini, tetapi ia menuliskan pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus yang diinterpretasikan sedemikian oleh Markus (Matius 15:17-20).
Tetapi bukanlah upacara-upacara mencuci tangan dan aturan tentang makanan termasuk dalam iota-iota dan titik-titik dari Hukum Taurat ? Tidakkah mereka termasuk paling tidak dalam 'perintah Hukum Taurat yang paling kecil?' Mungkin begitu, tetapi di mata Tuhan Yesus 'keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan' jauh lebih penting lagi (Matius 23:23). Dan bagaimana dengan upacara-upacara korban ? Mereka jelas termasuk dalam Hukum Taurat, tetapi sikap Tuhan Yesus terhadap hal-hal semacam itu dimantapkan dalam kutipanNya dari seorang nabi besar Perjanjian Lama : 'Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan' (Hosea 6:6) Hanyalah Matius sendiri, di antara keempat penginjil, yang mencatat bahwa Tuhan Yesus mengutip kata-kata ini, dan ia mencatat bahwa Tuhan Yesus menggunakan kata-kata itu dua kali (Matius 9:13; 12:7). Hukum Taurat digenapi lebih secara etis daripada secara upacara. Tuhan Yesus meneguhkan penekanan dari nabi-nabi besar ketepatan dalam pelaksanaan upacaraupacara agama itu sia-sia belaka kalau seseorang lalai 'berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah' (Mikha 6:8). Yang penting adalah manusia, bukan hal-hal yang tidak bernyawa.
Bagi Tuhan Yesus, Hukum Taurat adalah pernyataan dari kehendak Allah, kehendak Allah itu kekal dan tidak bisa diubah. Tuhan Yesus datang bukan untuk mengubah kehendak Allah; la menggenapinya. Standar ketaatan kepada kehendak Allah yang la berikan, lewat teladan dan ajaranNya, lebih tepat daripada standar yang diberikan lewat hukum yang tertulis. la menekankan bahwa kehendak Allah harus dilakukan dari hati. Tetapi, dengan menekankan hal ini, ia menyediakan jalan di mana melakukan kehendak Allah dari hati bukan merupakan angan-angan yang tidak bisa dilakukan. Jika Paulus diikutsertakan untuk menafsirkan ajaran Tuhan Yesus ini, maka rasul yang menyatakan bahwa pria dan wanita dibenarkan di hadapan Allah karena iman kepada Tuhan Yesus dan bukan karena melakukan Hukum Taurat juga menyatakan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Tuhan Yesus menerima Roh Kudus sehingga 'tuntutan Hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh' (Roma 8:4). Injil menuntut lebih banyak daripada Hukum Taurat, tetapi Injil memberikan kuasa untuk melakukannya. Seseorang menuliskan hal ini dalam sebuah sanjak yang kurang beraturan tetapi yang kata-katanya sangat bermakna:
Berlelah berusaha melakukan Hukum Taurat, namun aku tidak diberi kaki maupun tangan, berita yang lebih baik oleh Injil:yang menyuruhku terbang dan memberiku sayap.
Disini
Wamena, 5 Agustus 2023
An Yoel Giban
Tidak ada komentar:
Posting Komentar