Selasa, 12 Desember 2023

SELINGKUH

Satu kata yang enak dalam pendengaran bagi mereka  suka dan menjadi pahit bagi mereka yang menjadi korbannya yaitu kata "selingkuh atau perselingkuhan". juga Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa kata "selingkuh" Adalah
[suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus terang; tidak jujur; curang; serong; 2 suka menyeleweng;].

Dilihat dari definisi ini maka selingkuh adalah suatu sikap yang mana berusaha untuk merahasiakan sesuatu untuk kepentingan pribadi yang sifatnya RAHASIA sehingga dapat menyimpan secara Rahasiapula sebab hal tersebut mengandung unsur moral yang dapat berakibat negatif pada individu.

Selingkuh biasanya dilakukan  oleh orang -orang yang tidak memiliki komitmen yang kuat sehingga prinsip mereka sangat lemah dalam hal-hal  tertentu. Selain itu mereka tidak mempunyai moral yang baik dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Faktor utama dari Perselingkuhan adalah adanya kesempatan, pengaruh teman, pergaulan yang salah, atau karena memang keinginannya demikian untuk melakukan perselingkuhan secara terencana atau temporal saja untuk memuaskan hasrat pribadinya.

Perselingkuhan merupakan bentuk ketidaktaatan  aatau ketidak setiaan tau ketidak setiaan terhadap pasangan yang telah menikah, diluar dari pasangan suami istri  bukan perselingkuhan tetapi lebih tepat disebut pergaulan bebas yang dilakukan oleh pasangan yang tidak terikat secara hukum dan secara adat. Maka itu tepat jika Kata perselingkuhan hanya berlaku untuk suami dan istri yang sah terikat secara hukum baik dimata Agama dan dimata hukum sehingga ditandaskan dalam arsip negara melalui kantor catatan sipil barulah dapat disebut berselingkuh.

Akibat perselingkuhan terkadang dapat menghadirkan penyesalan dalam hati mereka karena selain menyesal terdapat perasaan bersalah dan TERTUDUH terhadap pasangan mereka sendiri. Perasaan bersalah tersebut membuat hidup mereka yang berselingkuh tidak nyaman untuk menatap pasangan mereka dan terkadang perasaan bersalah muncul sangat berlebihan yang membuat mereka terhina dan kotor.

Konsep yang berbeda dengan orang yang hidupnya mengganggu keluarga orang lain akan beranggapan perselingkuhan itu enak dan biasa saja sehingga tidak mempunyai dampak apapun dalam diri mereka.

Jangan lupa bahwa perselingkuhan dapat membawa dampak yang sangat buruk dalam keluarga dan lingkungan masyarakat serta hilangnya berkat Tuhan dalam keluarga seperti contoh banyak menanam tetapi hasilnya sedikit, mendapat hasil banyak tetapi hilang seperti ditelan bumi artinya otoritas keluarga dalam ambang kehancuran.

Ciri-ciri pasang sedang berselingkuh adalah
  1. HP selalu di genggam walaupun sedang berada di rumah
  2. Ditanya nomor baru selalu  berkata tidak tahun  [sengaja nomor tersebut dihapal]
  3. Ditanya nomor-nomor baru yang mencurigakan dia akan mengalikan ke  kesalahan pasangannya di masa lalu
  4. Henpon di Privasi sehingga kita tidak bisa mengakses
  5. Suka Foto selfi hot dan berdandan yang berlebihan [fotonya dikirim ke selingkuhan]
ciri-ciri diatas hanyalah rentetan dari banyaknya ciri seseorang yang sedang berselingkung dengan orang lain. jika terdapat ciri-ciri seperti diatas anda perlu melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan keluarga saudara.

Jadi, jangan pernah bermain dengan perselingkuhan, perselingkuhan itu seperti api kecil tetapi dapat membakar hutan yang besar. Kamu harus tahu bahwa  seorang perempuan bersuami selingkuh dengan orang lain dia menyakiti suaminya tetapi seorang suami yang selingkuh dapat menyakiti hati Tuhan. Laki-laki adalah kepala keluarga dan kepala laki-laki adalah Kristus karena itu hargai keluarga sebagai ciptaan Tuhan dalam hidupmu. Keluarga adalah lembaga yang paling sakral dan paling kudus yang diciptakan Tuhan bagi Manusia.

Untuk menghindari perselingkuhan biasakan untuk membaca Alkitab dan mendengarkan Firman Tuhan serta perbanyak menyembah Tuhan sebab hanya dengan demikian anda akan terhindar dari berbagai godaan iblis. Tuhan Yesus memberkati kalian semua, Amin.

Disini Gulon Progo,
10 Desember 2023
an Dr. Yoel Giban

Sabtu, 09 Desember 2023

JAGA HATI PASANGANMU

Tulisan ini terinspirasi dari cerita beberapa teman saya.

Beberapa orang pernah terjebak dalam realitas yang bertolak belakang dengan hati nurani. Hati nurani sesungguhnya adalah simbol hadirnya Tuhan dalam hidup kita sehingga menuntut kejujuran dan penerapan kebenaran namun realitasnya selalu bertentangan yaitu takut untuk menyatakan kebenaran dan berani berbohong untuk menutupi kesalahan sebagai suatu realitas yang pahit dalam hidup. Sesungguhnya sikap berani berbohong tersebut akan hadir sebagai racun dalam keluarga yang merusak serta menghancurkan kepercayaan dalam keluarga.

Dalam posisi demikian dibutuhkan komitmen dan keberanian untuk menyatakan tidak pada kondisi yang menyakitkan tersebut dengan cara menerima sikap hati nurani sebagai petunjuk dari Tuhan untuk menyatakan KEBENARAN dan KEJUJURAN sebagai simbol penyesalan atau PERTOBATAN atas realitas yang sebenarnya.

Hal itu dilakukan untuk menghindari perasaan bersalah yang bisa saja sewaktu-waktu dapat hadir dalam hati nurani sebagai HAKIM yang dapat menghukum setiap orang dengan tuduhan-tuduhan nya atas kesalahan yang Anda lakukan, akhirnya perasaan tertudu AKAN benar-benar menjadi HAKIM atas sikap atau perbuatan yang mendukakan Tuhan dan orang-orang yang benar benar menyayangi kita.

Banyak diantaranya, terjebak dalam jeratan maut ini melalui kondisi yang tidak di harapkan namun dialami tanpa sadar membawa pada PERASAAN yang akhirnya sebagian orang berani mengambil RESIKO sehingga kehilangan kepercayaan dan kasih sayang yang terpupuk bertahun tahun lamanyaa. Sayang perasaan sesaat tersebut benar-benar menghancurkan kepercayaan dan kasih sayang yang dibangun atas nama cinta.

Posisi demikian, hati nurani benar-benar akan menjadi hakim untuk menuntut setiap pelakunya agar berbalik dari jalan-jalan yang salah kepada jalan yang benar. Sebab kondisi ini akan sangat berbeda bagi pelakunya, dimana akan hilangnya kehangatan,kepercayaan dan kasih sayang "DISINI SEBAGAI ORANG ASING".

Anda harus tahu bahwa tidak semua orang mampu menerima suatu realitas yang PAHIT bilamana perbuatan Anda dapat membunuh harga dirinya, karakternya dan nuraninya dihancurkan oleh perbuatan yang semestinya anda tidak lakukan. Ingatlah hanya mereka yang memiliki hati yang luas yang dapat menerima realitas pahit yang Anda lakukan ini.

Dalam posisi ini Anda membutuhkan KEBERANIAN untuk jujur dan terbuka sebagai langkah awal untuk memulai hidup yang lebih baik dari sebelumnya namun Anda harus ingat bahwa kondisi ini sangat sukar dipahami secara jasmani kecuali ada sentuhan tangan yang Maha Kuasa.

Karena itu jangan pernah bermain api dan termakan rajuan gombal dari pihak ke tiga, sebab kemolekan dan kecantikan adalah suatu kondisi yang sedang disiapkan setan untuk merusak keluarga sebagai simbol bait Allah.

Ingat janji yang pernah di ucapkan di hadapan jemaat dan di hadapan Tuhan. Kecuali maut yang memisahkan. Kalau bukan maut jangan paksakan untuk pisah karena itu awal datangnya keHANCURAN dalam Keluarga. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Disini, 09 Desember 2023
Gulon Progo
An Yoel Giban 

Sabtu, 04 November 2023

Renungan Harian Lilin Kecil

Teks Injil Yohanes 6:25-59 adalah bagian dari kitab Injil Yohanes di dalam Alkitab. Bagian ini menceritakan tentang ketika Yesus memberi pengajaran kepada banyak orang di luar Kapernaum.

Dalam pasal ini, Yesus memulai dengan mengingatkan orang-orang bahwa mereka mencari-Nya bukan karena tanda-tanda yang Dia lakukan, tetapi karena mereka kenyang dari roti yang dijadikan-Nya untuk mereka sehingga mereka ingin mencari-Nya lebih banyak (ayat 26). Yesus kemudian memberi mereka pengajaran yang penting tentang roti hidup yang sejati.

Yesus menjelaskan bahwa Ia adalah roti hidup yang turun dari surga, dan setiap orang yang makan roti ini akan hidup selama-lamanya. Ia mengatakan bahwa roti hidup yang Ia berikan adalah daging-Nya sendiri, yang Ia akan berikan untuk keselamatan dunia (ayat 51). Hal ini membuat orang-orang terkejut dan bertanya bagaimana mungkin mereka dapat makan daging-Nya (ayat 52).

Yesus menjelaskan bahwa dengan memakan daging-Nya dan minum darah-Nya, orang-orang dapat memiliki kehidupan kekal bersama-Nya. Ia mengajarkan bahwa Iman adalah bagian penting dari hidup rohani dan memakan daging-Nya melalui iman adalah cara bagi orang-orang untuk hidup kekal (ayat 53-58).

Beberapa orang yang mendengar pengajaran Yesus ini tidak bisa menerimanya dan meninggalkan-Nya (ayat 66). Namun, murid-murid-Nya tetap setia kepada-Nya karena mereka yakin bahwa Ia adalah Mesias yang diutus oleh Allah (ayat 68-69).

Renungan Yohanes 6:25-59 memberikan pengajaran yang mendalam tentang pentingnya iman dalam hidup orang percaya. Yesus mengajarkan bahwa Ia adalah sumber kehidupan yang sejati dan hanya melalui iman di dalam-Nya, seseorang dapat memiliki hidup kekal.

Kita juga diajari untuk tidak hanya mencari-Nya karena berkat dan hal-hal duniawi, tetapi untuk mencari-Nya sebagai roti hidup yang memberikan kehidupan sejati. Penting bagi kita untuk memahami dan menerima ajaran ini, agar kita dapat hidup dengan iman yang kokoh dan hidup dalam persekutuan yang intim dengan Yesus Kristus.

Renungan Yohanes 6:25-59 adalah pengingat bahwa Yesus adalah roti hidup yang memberikan kehidupan abadi dan hanya melalui iman di dalam-Nya kita dapat mencapai keselamatan dan kehidupan yang sejati. Mari kita makan roti hidup ini dengan iman setiap hari dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan kita.Amin

disini
Wamena, 5 November 2023
an Yoel Giban

Selasa, 31 Oktober 2023

Renungan Harian Lilin Kecil

Bacaan kita dari Yohanes 3:1-21 adalah bagian dari Perjanjian Baru dalam Alkitab. Pasal ini merupakan dialog antara Yesus dan Nikodemus, seorang Farisi dan anggota Sanhedrin, yang datang menjumpai Yesus di malam hari.

Dalam pasal ini, Nikodemus mengakui bahwa Yesus diturunkan oleh Allah sebagai guru dan pewahyuan yang berasal dari Allah. Namun, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa untuk melihat dan masuk ke dalam Kerajaan Allah, seseorang harus dilahirkan kembali. Nikodemus terkejut dan bertanya bagaimana mungkin seseorang bisa lahir kembali saat sudah tua. Yesus menjelaskan bahwa yang dilahirkan dari daging adalah daging, tetapi yang dilahirkan dari Roh adalah roh.

Yesus kemudian menggunakan perbandingan dengan ular tembaga yang digantung di tiang untuk menyelamatkan orang-orang Israel yang digigit ular berbisa di padang gurun. Demikian juga, setiap orang yang percaya kepada Yesus akan memperoleh hidup yang kekal. Allah mengasihi dunia ini sehingga Dia mengutus Yesus untuk menjadi korban penyelamatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Ayat terkenal dalam pasal ini adalah Yohanes 3:16, "Sebab begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Ayat ini menyampaikan pesan bahwa Allah mengasihi umat-Nya sedemikian rupa sehingga Dia memberikan Anak-Nya sebagai korban tukar bagi dosa-dosa kita. Menerima Yesus sebagai Juruselamat dan mengimani-Nya membawa hidup yang kekal dan kebebasan dari hukuman dosa.

Renungan dari Yohanes 3:1-21 mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kelahiran rohani dan iman kepada Yesus Kristus. Melalui kelahiran kembali oleh Roh Kudus, kita menjadi anak-anak Allah dan memiliki jaminan hidup kekal di dalam Kerajaan-Nya. Allah mengasihi setiap orang di dunia ini dan menawarkan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Marilah kita hidup dalam iman kepada-Nya dan membagikan kabar baik ini kepada orang lain, agar mereka juga dapat mengalami hidup yang kekal melalui Yesus Kristus.

Sekian dari renungan  Yohanes 3:1-21. Semoga hal ini menjadi berkat dan pencerahan bagi kita semua. Amin.

Disini
JAYAPURA, 1 November 2023
an Yoel Giban

Senin, 30 Oktober 2023

Refleksi Kehidupan


MAKNA KATA HIDUP

Kata HIDUP merupakan konsep yang kompleks dan relevan bagi setiap individu. Kata hidup memiliki berbagai makna yang dapat diinterpretasikan oleh masing-masing orang sesuai dengan pengalaman dan pandangan hidup mereka.


Secara umum, hidup dapat diartikan sebagai keadaan atau proses keberadaan yang dimiliki oleh semua makhluk hidup di dunia ini. Namun, makna hidup tidak hanya terbatas pada penjelasan tersebut. Makna hidup juga mencakup pemahaman tentang tujuan, arti, dan nilai yang dikaitkan dengan kehidupan seseorang.

Dalam konteks ini, hidup memiliki makna yang lebih dalam dan filosofis. Banyak ahli dan filsuf telah mencoba memberikan penjelasan tentang makna hidup. Misalnya, Viktor Frankl, seorang psikolog eksistensial, berpendapat bahwa hidup memiliki makna yang terkait dengan pencarian dan pemenuhan tujuan hidup serta menemukan arti hidup dalam menghadapi tantangan dan penderitaan.

Selain itu, hidup dapat diartikan sebagai anugerah yang mengandung tanggung jawab moral. Dalam perspektif ini, hidup memiliki makna yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban yang harus dijalani oleh setiap individu demi kebaikan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.


Lebih jauh lagi, hidup juga dapat diartikan sebagai perjalanan atau petualangan pribadi. Hidup adalah proses pembelajaran dan pertumbuhan, di mana setiap pengalaman dan pelajaran yang diperoleh membentuk dan mengubah diri kita.


Namun, penting untuk diingat bahwa makna hidup adalah konseptual dan bergantung pada perspektif individu. Setiap orang memiliki interpretasi unik tentang makna hidup mereka sendiri berdasarkan kepercayaan, nilai, dan pengalaman pribadi mereka.

Dalam menghadapi pertanyaan tentang makna hidup, penting bagi setiap individu untuk melakukan refleksi diri, mengenali nilai-nilai yang penting bagi mereka, menentukan tujuan hidup, dan hidup sesuai dengan pemahaman tentang makna hidup tersebut. Dengan demikian, seseorang dapat mencapai kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Semoga bermanfaat


Disini

JAYAPURA 31 Oktober 2023

an Yoel Giban


Minggu, 29 Oktober 2023

Refleksi Rohani

Mengapa kita perlu mengenal Yesus? Ada enam keuntungan jika kita mengenal Yesus

1. Penyelamat Dosa
Yesus adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa kita. Ia mati di kayu salib sebagai pengorbanan untuk menebus dosa  umat manusia. Dengan mengenal Yesus, kita dapat menerima pengampunan-Nya dan hidup dalam kebebasan dari dosa-dosa kita.

2. Teladan Hidup
Yesus adalah contoh teladan yang sempurna bagi kita. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk hidup seperti Yesus, mengasihi sesama, melayani dengan rendah hati, dan menaati perintah-perintah-Nya. Melalui pengenalan diri kita kepada Yesus, kita dapat belajar dari sikap-Nya yang penuh kasih dan kesetiaan.

3. Hubungan dengan Allah
Yesus adalah pengantara antara manusia dan Allah. Melalui pengorbanan-Nya, kita dapat memiliki hubungan yang hidup dan pribadi dengan Allah Bapa. Dalam mengenal Yesus, kita dapat mengalami kehadiran Allah dalam hidup kita sehari-hari dan memperoleh penghiburan, petunjuk, dan kekuatan dari-Nya.

4. Kehidupan Abadi
Yesus menjanjikan kehidupan abadi bagi semua yang percaya dan mengikut-Nya. Dalam mengenal Yesus, kita dapat memiliki harapan yang pasti akan kehidupan yang kekal bersama-Nya di surga. Pengenalan diri kita kepada Yesus memberi kita jaminan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari kehidupan yang baru dengan-Nya.

5. Transformasi Hidup
Mengenal Yesus memberikan peluang kepada kita untuk mengalami perubahan yang nyata dalam hidup kita. Melalui kuasa Roh Kudus, kita dapat diberdayakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan kita, mengubah pikiran dan perilaku kita menjadi lebih sesuai dengan kehendak Allah. Pengenalan diri kita kepada Yesus membawa transformasi spiritual yang membantu kita untuk hidup dalam ketaatan dan kebenaran.

Mengenal Yesus adalah suatu anugerah besar dalam hidup kita. Ini tidak hanya memberikan arti dan makna hidup kita, tetapi juga membawa transformasi dan harapan yang kekal. Marilah kita meluangkan waktu dan usaha untuk mengenal Yesus dengan lebih dalam melalui membaca Firman-Nya, sehingga kita dapat hidup dalam kebenaran dan berbagi berkat-Nya dengan sesama.

Disini
JAYAPURA 29 Oktober 2023
an Yoel Giban

Minggu, 22 Oktober 2023

Comentary Mathew Hendry

Lukas 17:11-19

Ucapan Syukur 1 dari 10 orang yang Disembuhkan oleh Yesus


Di sini diceritakan mengenai kesembuhan sepuluh orang kusta, yang tidak kita temukan di dalam kitab-kitab Injil lainnya. Kusta merupakan sebuah penyakit yang dianggap orang Yahudi sebagai hukuman atas dosa tertentu, dan terkena penyakit ini, lebih dari penyakit lainnya, diartikan sebagai tanda ketidaksenangan Allah. Dan oleh karena itulah Yesus, yang datang untuk menghapuskan dosa dan melenyapkan murka, sangat peduli untuk mentahirkan orang kusta yang Ia temui dalam perjalanan-Nya. Yesus sedang menuju Yerusalem, di tengah-tengah perjalanan-Nya, di mana Dia tidak begitu banyak memiliki kenalan bila dibandingkan dengan yang dimiliki-Nya di Yerusalem ataupun di Galilea. Dia telah berada di garis batas wilayah, perbatasan yang menghampar di antara Samaria dan Galilea. Dia melewati jalan itu untuk menemukan orang-orang kusta itu dan menyembuhkan mereka, sebab Dia berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari-Nya. 


I. Permintaan orang-orang kusta itu kepada Yesus. Mereka bersepuluh, sebab, meskipun mereka dikucilkan dari pergaulan dengan orang lain, mereka tetap leluasa untuk bergaul dengan sesama penderita kusta lainnya, dan hal itu menghiburkan mereka, sebab dengan begitu mereka memiliki kesempatan untuk saling berbagi dan saling menguatkan.


Mereka menemui Yesus ketika Ia memasuki suatu desa. Mereka tidak membiarkan-Nya beristirahat terlebih dahulu setelah perjalanan jauh, melainkan segera menemui-Nya begitu Ia memasuki desa, dengan tubuh yang pasti masih letih. Namun, Dia tetap tidak mengusir mereka ataupun menunda-nunda melayani perkara mereka.


Mereka tinggal berdiri agak jauh, sebab mereka tahu bahwa berdasarkan hukum Taurat, penyakit mereka itu mengharuskan mereka untuk menjaga jarak. Kesadaran akan penyakit kusta rohani kita haruslah membuat kita rendah hati saat datang menghampiri-Nya. Siapakah kita ini, sehingga berani mendekat kepada Dia yang benar-benar kudus? Kita sendiri jauh dari kudus.


Mereka sepakat meminta satu hal, dan benar-benar gigih memohonkannya (ay. 13): Mereka berteriak, sebab mereka berada agak jauh, dan berseru, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Orang-orang yang mengharapkan bantuan dari Kristus harus memandang-Nya sebagai Guru dan taat terhadap perintah-Nya. Jika Dia adalah Guru, maka itu berarti bahwa Dia juga adalah Yesus, Sang Juruselamat, dan bukan sebaliknya. Mereka tidak secara khusus meminta supaya disembuhkan dari penyakit kusta, melainkan memohon, "Kasihanilah kami"; dan itu pun cukup untuk menimbulkan belas kasihan Yesus, sebab belas kasihan-Nya tak habis-habisnya. Mereka telah mendengar tentang Yesus (sekalipun Ia sendiri jarang berkhotbah di daerah itu), dan itulah yang meneguhkan mereka untuk meminta pertolongan dari-Nya. Dan memang, jika ada satu orang saja yang memulai permohonan yang sederhana seperti itu, maka semua yang lain pun akan ikut bergabung.


II. Yesus mengirim mereka kepada imam, supaya diperiksa oleh imam, yang merupakan pengadil dalam hal penyakit kusta. Yesus tidak mengatakan bahwa mereka pasti akan sembuh. Ia hanya menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri kepada imam-imam (ay. 14). 


Hal itu merupakan ujian bagi ketaatan mereka, dan mereka memang pantas diuji sebagaimana Naaman yang disuruh pergi mandi dalam sungai Yordan. Perhatikanlah, orang-orang yang mengharapkan kebaikan Yesus haruslah bersedia mendapatkannya dengan cara yang telah Ia tentukan. Beberapa dari orang kusta ini mungkin saja ingin membantah suruhan itu: "Kalau Dia mau, seharusnya Dia langsung saja menyembuhkan kita. Tetapi kalau tidak, Dia sebaiknya berterus-terang saja. Tidak usah suruh kita pergi menemui imam-imam seperti ini." Akan tetapi, karena sisanya setuju, maka akhirnya mereka semua pergi menghadap imam. Oleh karena hukum tata cara masih berlaku, Yesus pun berhati-hati menjaga hukum tersebut supaya dijalankan dan supaya nama baik hukum itu tetap dijaga. Ia juga ingin menjaga agar penghormatan yang selayaknya tetap diberikan kepada para imam yang menjalankan tugas mereka sesuai dengan hukum itu. Akan tetapi, mungkin juga Ia memiliki rencana lain, yaitu supaya imam itu bisa menilai dan menyaksikan kesempurnaan kesembuhan tersebut, dan supaya sang imam menjadi tergugah, dan menggugah rekan-rekan imamnya yang lain untuk mencari tahu mengenai pribadi yang memiliki kuasa sebegitu dahsyatnya atas penyakit-penyakit tubuh.


III. Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir, sehingga mereka layak untuk diperiksa oleh sang imam dan disahkan olehnya bahwa mereka telah menjadi tahir. 


Perhatikanlah, kita barulah dapat berharap Allah akan menyongsong kita dengan belas kasihan-Nya bila kita didapati sedang menjalankan tugas kita. Jika kita melakukan apa yang kita bisa, Allah tidak akan segan-segan turun tangan untuk melakukan apa yang tidak mampu kita lakukan. Pergilah, jalankanlah segala perintah dan ketetapan. Pergilah, berdoalah dan bacalah firman Allah: Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam; pergilah dan ungkapkanlah perkaramu di hadapan hamba Allah yang setia. Segala sarana itu tidaklah dengan sendirinya punya kekuatan untuk memulihkanmu, tetapi Allah sendirilah yang akan memulihkan engkau melalui sarana-sarana tersebut.


IV. Seorang dari mereka, hanya seorang saja, kembali, untuk mengucap syukur (ay. 15). 


Ketika melihat bahwa ia telah sembuh, dia tidak lantas terus pergi menemui sang imam untuk dinyatakan tahir olehnya dan dibebaskan dari segala pengucilan yang sebelumnya telah mengungkungnya, seperti yang hendak dilakukan oleh sembilan orang lainnya, melainkan kembali kepada Dia yang merupakan sumber dari kesembuhannya itu. Ia ingin memberikan kemuliaan kepada-Nya terlebih dahulu, sebelum ia mengecap kebaikan-Nya. Kelihatannya dia begitu tulus dan bersungguh-sungguh dalam pengucapan syukurnya itu: Ia memuliakan Allah dengan suara nyaring, mengakui bahwa kesembuhannya itu berasal dari Dia. Ia mengangkat suaranya dalam puji-pujian, seperti yang dilakukannya ketika berseru memohon kepada-Nya (ay. 13). Orang-orang yang telah menerima belas kasihan dari Allah haruslah mengumandangkannya kepada orang lain, supaya mereka dapat memuji Allah juga, dan didorong melalui pengalaman mereka itu, memercayai Allah. Akan tetapi, dia juga mengungkapkan rasa syukurnya kepada Kristus dengan cara yang istimewa (ay. 16): Ia lalu tersungkur di depan kaki Yesus, dalam sikap hormat yang menunjukkan kerendahan hati yang paling dalam, dan mengucap syukur kepada-Nya. 


Perhatikanlah, kita harus mengucap syukur atas kebaikan yang telah Yesus limpahkan kepada kita, terutama atas kesembuhan penyakit kita, dan kita haruslah bergegas dalam melayangkan pujian, tidak menunda-nundanya, sebab bisa saja waktu akan melunturkan kesadaran kita akan belas kasihan tersebut. Kita juga wajib merendahkan diri saat mengucapkan syukur, seperti saat berdoa. Sudah merupakan kewajiban keturunan Yakub, sebagaimana dia sendiri, untuk mengakui diri mereka sebagai yang paling hina dan tidak layak menerima belas kasihan Allah, sesudah mereka menerima belas kasihan itu, seperti halnya ketika mereka sedang meminta belas kasihan tersebut.


V. Yesus memperhatikan yang seorang itu, yang dengan demikian terlihat menonjol dari yang lainnya. Kelihatannya dia adalah seorang Samaria, sementara yang lainnya adalah orang-orang Yahudi (ay. 16). 


Orang-orang Samaria terpisah dari jemaat Yahudi dan tidak memiliki pengetahuan dan ibadah penyembahan yang murni terhadap Allah seperti yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi. Akan tetapi, justru seorang Samaria-lah yang memuliakan Allah ketika orang-orang Yahudi lupa melakukannya, atau bahkan menolak untuk melakukannya.


Perhatian khusus yang diberikan Yesus kepadanya. Orang Samaria itu kembali untuk berterima kasih. Padahal yang lainnya menunjukkan sikap tidak berterima kasih walaupun mereka juga sama-sama menikmati belas kasihan Kristus. Ternyata justru orang asing di negeri Israellah yang menjadi satu-satunya orang yang kembali untuk memuliakan Allah (ay. 17-18).


(1) Betapa murah hatinya Yesus dalam berbuat baik: Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di sini terjadi penyembuhan secara besar-besaran, semua si sakit dipulihkan dengan hanya sebuah perkataan saja. Perhatikanlah, ada kelimpahan penyembuhan di dalam darah Kristus, yang cukup bagi semua pasien-Nya, betapapun banyaknya jumlah mereka itu. Kita lihat di sini sepuluh orang ditahirkan sekaligus. Jadi, kita tidak akan kehabisan anugerah dengan membaginya bersama orang lain.


(2) Betapa pelitnya kita dalam membalas budi: "Di manakah yang sembilan orang itu? Mengapa mereka tidak kembali untuk berterima kasih?" Hal ini menyiratkan bahwa sikap tidak tahu berterima kasih adalah dosa yang kerap ditemukan. Dari antara banyak orang yang menerima belas kasihan Allah, hanya ada sedikit, sangat sedikit, yang kembali untuk berterima kasih dengan cara yang benar (bahkan kurang dari satu berbanding sepuluh), yang bersikap tahu membalas budi atas kebaikan yang telah mereka terima.


(3) Betapa seringnya terjadi bahwa yang paling berterima kasih justru adalah orang yang paling tidak terduga akan melakukannya. Seorang Samaria mengucap syukur, sementara orang Yahudi tidak. Begitulah, banyak orang yang mengaku-ngaku beragama dikalahkan dan dipermalukan oleh orang-orang yang hanya mengikuti dorongan rohani alamiah saja, bukan hanya dalam hal nilai-nilai moral, tetapi juga di dalam kesalehan dan bakti. Hal ini memperberat kesalahan orang-orang Yahudi yang tidak tahu berterima kasih itu, yang menurut Kristus telah menyepelekan kebaikan-Nya. Hal itu juga menunjukkan bahwa Kristus sungguh layak untuk merasa kesal karena sikap umat manusia yang tidak tahu berterima kasih itu. Dia telah berbuat begitu banyak bagi mereka, tetapi hanya menerima begitu sedikit saja balas budi dari mereka.


Peneguhan besar yang Kristus berikan baginya (ay. 19). Kesembilan orang lainnya memang mendapatkan kesembuhan, dan kesembuhan itu tidak ditarik kembali, walaupun hal sedemikian pantas diterima oleh mereka yang tidak tahu berterima kasih itu, bahkan sekalipun mereka melihat suatu teladan sikap berterima kasih di depan mata mereka. Akan tetapi, orang ini mendapatkan peneguhan atas kesembuhannya itu secara khusus, dengan sebuah pujian istimewa: Imanmu telah menyelamatkan engkau. Kesembilan orang lainnya dipulihkan oleh kuasa Kristus, oleh belas kasihan-Nya atas kesulitan mereka, dan sebagai jawaban atas doa mereka. Akan tetapi orang Samaria itu diselamatkan oleh imannya, yang membuatnya menonjol di mata Kristus. Perhatikanlah, berkat-berkat sementara yang kita peroleh di dunia ini akan dilipatgandakan dan terasa manis bagi kita bila didapatkan melalui doa yang penuh iman dan disyukuri dengan puji-pujian yang juga penuh iman. Amin


Wamena 22 Oktober 2023

Senin, 16 Oktober 2023

Renungan Pagi

Renungan pagi kita hari ini diambil dari Lukas 13:18-21, di mana Yesus menceritakan dua perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Mari kita pelajari pesan yang terkandung dalam teks ini.

Perumpamaan pertama yang diceritakan oleh Yesus adalah tentang butir sesawi yang sangat kecil. Ia berkata, "perumpamaan soal Kerajaan Allah itu seperti sebutir sesawi yang diambil seseorang lalu ditaburkan ke dalam kebunnya, dan tumbuhlah ia menjadi pohon, sehingga burung di udara datang dan diam di cabangnya." (Lukas 13:19).

Makna perumpamaan ini adalah bahwa Kerajaan Allah seolah-olah dimulai dari yang kecil dan tampak tidak berarti, namun akan berkembang menjadi sesuatu yang besar dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak meremehkan hal-hal sederhana dalam kehidupan kita, tetapi melihat potensi dan dampak yang dapat kita hasilkan melalui tindakan kecil yang dilakukan dengan setia dan penuh kasih.

Perumpamaan kedua yang dikemukakan oleh Yesus adalah tentang ragi yang diambil wanita dan dicampurkan dengan tepung hingga adonan seluruhnya beragi. Ia berkata, "Seumpama ragi, yang diambil oleh seorang perempuan lalu dicampurkan ke dalam sekawanan tepung sebanyak tiga sapunduit hingga seluruh adonan menjadi beragi." (Lukas 13:21).

Makna perumpamaan ini adalah bahwa Kerajaan Allah membawa pengaruh yang besar dan menyeluruh dalam hidup kita. Ragi ini menggambarkan kebaikan dan kebenaran yang diberikan oleh Allah, dan ketika kita menerima dan membiarkannya bekerja dalam hidup kita, ia akan mengubah dan mengisi segala sesuatu yang ada dalam diri kita. Dengan demikian, kita dipanggil untuk menerima dan merenungkan Firman Tuhan serta membiarkannya mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita.

Dari kedua perumpamaan ini, kita dapat mengambil banyak pelajaran. Pertama, kita diajarkan untuk menghargai dan memperhatikan hal-hal kecil dalam hidup, karena mereka dapat berkembang menjadi sesuatu yang besar. Kedua, kita diingatkan untuk membiarkan Firman Tuhan mengisi hidup kita. Ketiga, kita dipanggil untuk melihat potensi dan dampak positif yang dapat kita wujudkan ketika kita hidup dalam Kerajaan Allah.

Semoga renungan ini memotivasi kita untuk hidup dengan sederhana, setia, serta merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Tuhan memberkati kita semua, Amin

Diaini,
Wamena 17 Oktober 2023
an Yoel Giban

Jumat, 29 September 2023

Renungan Pagi

Lukas 1:39-45, Anda dapat membaca tentang makna tradisional dan teologis dari kunjungan Maria kepada Elisabet, yang menunjukkan ketaatan dan kepercayaan mereka kepada Allah yang bekerja dalam hidup mereka. Anda juga dapat mempelajari tentang pembagian kisah ini menjadi tiga bagian: Maria mengunjungi Elisabet (1:39-40), Elisabet dan pengalamannya (1:41), dan pernyataan Elisabet (1:42-45).

“Berbahagialah Ia yang Percaya” - Lukas 1:39-45 -, Anda dapat membaca tentang sukacita dan kebahagiaan yang dirasakan oleh Maria dan Elisabet ketika mereka bertemu dan saling berbagi tentang anugerah dan keajaiban Allah dalam kehidupan mereka. Anda juga dapat merenungkan tentang makna Natal yang seutuhnya dalam pikiran Anda, dan bagaimana Anda dapat menjadi saksi iman yang percaya dan mengikuti Yesus Kristus.

Lukas 1:39-45 -, Anda dapat membaca tentang salam yang dikatakan Elisabet kepada Maria, yang telah menjadi bagian doa devosi umat Katolik. Anda juga dapat merenungkan tentang bagaimana salam Elisabet memberikan kesegaran dan kekuatan pada Maria dalam perjalanan imannya yang menantang kemustahilan, dan bagaimana Anda dapat meneladani sikap Elisabet yang penuh hormat dan pengakuan kepada Maria sebagai ibu Tuhan. Amin

Disini, Manado 30 September 2023
an Yoel Giban

Renungan Harian Lilin Kecil

Matius 28:19-20 adalah ayat-ayat yang sangat penting dan terkenal dalam Alkitab. Ayat-ayat ini sering disebut sebagai Amanat Agung, yaitu perintah terakhir yang diberikan oleh Yesus kepada para murid-Nya sebelum Ia naik ke sorga. Dalam ayat-ayat ini, Yesus memberikan dua hal utama kepada para murid-Nya, yaitu panggilan dan perintah.

Panggilan yang diberikan oleh Yesus adalah untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Panggilan ini menunjukkan bahwa misi Yesus tidak terbatas pada satu bangsa atau satu wilayah saja, tetapi meliputi semua orang dari setiap suku, bahasa, ras, dan budaya. Panggilan ini juga menunjukkan bahwa tujuan Yesus bukan hanya untuk menyelamatkan orang-orang dari dosa dan hukuman, tetapi juga untuk mengubah hidup mereka menjadi sesuai dengan kehendak Allah. Panggilan ini membutuhkan komitmen, kerjasama, dan pengorbanan dari para murid-Nya.

Perintah yang diberikan oleh Yesus adalah untuk membaptis dan mengajar semua orang yang menjadi murid-Nya. Perintah ini menunjukkan bahwa proses pemuridan tidak berhenti pada saat seseorang percaya kepada Yesus, tetapi harus dilanjutkan dengan tindakan-tindakan konkret yang menandai identitas dan pertumbuhan mereka sebagai pengikut Kristus. Perintah ini juga menunjukkan bahwa isi ajaran yang harus disampaikan oleh para murid-Nya adalah segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Yesus sendiri, yaitu ajaran yang bersumber dari Alkitab dan berpusat pada Kristus. Perintah ini membutuhkan kesetiaan, ketaatan, dan ketekunan dari para murid-Nya.

Dalam memberikan panggilan dan perintah ini, Yesus tidak meninggalkan para murid-Nya tanpa dukungan dan jaminan. Dia menjanjikan bahwa Ia akan menyertai mereka senantiasa sampai kepada akhir zaman. Janji ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya memiliki otoritas penuh di sorga dan di bumi, tetapi juga memiliki kasih setia dan kuasa ajaib yang tidak pernah berubah atau berkurang. Janji ini juga menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya peduli dengan hasil akhir dari misi-Nya, tetapi juga dengan proses dan tantangan yang dihadapi oleh para murid-Nya. Janji ini membutuhkan kepercayaan, pengharapan, dan kegembiraan dari para murid-Nya.

Saudara-saudara yang terkasih, kita semua adalah penerima dan pewaris dari panggilan dan perintah Kristus. Kita semua dipanggil untuk menjadi bagian dari misi Allah di dunia ini, yaitu untuk membawa Injil kepada semua orang dan menjadikan mereka murid Kristus. Kita semua diperintah untuk mengikuti teladan Kristus dalam hidup kita sehari-hari, yaitu untuk membaptis dan mengajar orang-orang yang menjadi murid Kristus. Kita semua juga mendapatkan janji Kristus yang luar biasa, yaitu bahwa Ia akan selalu bersama kita dalam segala situasi dan kondisi.

Mari kita renungkan kembali ayat-ayat ini dan meresponnya dengan hati yang bersyukur dan taat. Mari kita berdoa agar Roh Kudus memberi kita hikmat, keberanian, dan kasih untuk menjalankan panggilan dan perintah Kristus dengan setia. Mari kita percaya bahwa Kristus akan menuntun, melindungi, dan memberkati kita dalam misi-Nya yang mulia.Amin


Disini
Manado, 29 September  2023
an Yoel Giban

Rabu, 27 September 2023

Renungan LUKAS 1:1-4

LUKAS 1:1-4 merupakan pembukaan dari Injil Lukas dalam Alkitab. Injil Lukas ditulis oleh Lukas, yang juga merupakan seorang dokter dan seorang pengikut Yesus. 

Pemahaman dari ayat-ayat ini adalah Lukas ingin memberikan sebuah laporan yang teliti dan akurat tentang kehidupan Yesus kepada Theofilus, seorang penerima suratnya. Lukas menyebutkan bahwa berbagai saksi mata dan para pelayan Firman telah menyampaikan kabar-kabar itu kepada mereka. Lukas sendiri melakukan penyelidikan yang cermat untuk menyusun Injil ini. Dia menulis dengan tujuan agar Theofilus memiliki keyakinan yang kokoh tentang berbagai hal yang telah diajarkan tentang Yesus.

Renungan ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya keakuratan dan ketelitian dalam menyampaikan Kabar Baik tentang Yesus. Lukas memberikan contoh tentang betapa pentingnya berdasarkan bukti dan saksi mata yang dapat dipercaya. Dalam kehidupan kita sebagai pengikut Yesus, juga penting bagi kita untuk meneliti dan memahami Firman-Nya secara seksama agar kita dapat dengan jelas dan akurat menyampaikan ajaran-Nya kepada orang lain. Amin


Disini 
Manado 29 September 2023
An Yoel Giban

Rabu, 13 September 2023

Renungan Lilin Kecil Markus 2:23-28

Pada suatu hari Sabat, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan melalui ladang-ladang gandum. Saat mereka berjalan, murid-murid-Nya mulai memetik bulir-bulir gandum. Para orang Farisi melihat hal ini dan menegur Yesus, mengatakan bahwa mereka melanggar hukum dengan melakukan hal ini pada hari Sabat.

Namun, Yesus menjawab mereka dengan memberi contoh peristiwa di mana Daud dan pengikut-pengikutnya memakan tulang belulang dalam Bait Allah yang hanya boleh dimakan oleh imam-imam. Yesus menjelaskan bahwa Sabat bukanlah untuk mengikat manusia, tetapi untuk memberkati manusia. Sabat ada untuk memberikan istirahat dan kebebasan bagi manusia.

Yesus berbicara tentang otoritas-Nya sebagai Anak Manusia yang juga adalah Tuhan atas Sabat. Ia memiliki kuasa untuk menafsirkan dan mengajarkan hukum-hukum Allah dengan cara yang sejalan dengan kasih.

Renungan:
Pesan yang ingin Yesus sampaikan dalam kisah ini adalah bahwa hukum-hukum dan peraturan-peraturan Allah tidak boleh mengekang dan menyakiti manusia. Mereka harus digunakan untuk memberkati dan membantu manusia.

Ketika kita melihat orang lain melanggar aturan atau melakukan sesuatu yang berbeda dari apa yang kita yakini benar, penting bagi kita untuk ingat bahwa tujuan hukum-hukum Allah adalah untuk memberikan kasih dan keadilan. Kita harus belajar untuk melihat dan memahami hati dan motif di balik tindakan seseorang sebelum menilai atau menghakimi.

Selain itu, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas Sabat. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah otoritas tertinggi dalam mengajarkan dan menginterpretasikan Firman Tuhan. Kita harus mengasihi dan mengikuti ajaran-Nya, dan menggunakan hukum-hukum Allah sebagai pedoman untuk hidup kita, tetapi dengan pandangan kasih dan pengampunan. Amin


Disini
Wamena, 12 September 2023
an Yoel Giban

Minggu, 27 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 23

Matius 23:1-36 melanjutkan ajaran Yesus kepada orang banyak dan murid-murid-Nya. Dalam pasal ini, Yesus mengkritik orang-orang Farisi dan ahli Taurat karena hipokrisi dan kesombongan mereka.

Yesus memulai dengan mengingatkan orang-orang tentang status otoritas orang-orang Farisi dan ahli Taurat, tetapi juga memperingatkan agar mereka tidak meniru perilaku mereka. Yesus mengatakan bahwa mereka mengikuti hukum Taurat tetapi tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Mereka meletakkan beban-beban berat pada orang lain, tetapi tidak mau memikulnya sendiri. Mereka tampil baik di depan orang banyak, tetapi hati mereka penuh dengan keserakahan dan kejahatan.

Yesus juga mengkritik sikap sombong dan mencari penghormatan orang-orang Farisi. Mereka menyukai tempat kehormatan yang terkemuka di pesta dan memilih tempat yang terhormat di sinagog. Mereka menuntut agar orang lain memanggil mereka dengan panggilan yang terhormat, tetapi mereka sendiri tidak siap untuk melayani dan menghormati orang lain.

Yesus juga mengutuk orang-orang Farisi karena mereka bersumpah dengan berbagai hal, seperti dengan Bait Allah, langit, atau Yerusalem, tetapi mereka tidak memegang janji mereka. Mereka juga memisahkan harta mereka dari kebutuhan orang-orang miskin dan tidak adil dalam hukum dan hukuman.

Yesus kemudian menyampaikan bahwa orang-orang Farisi adalah keturunan orang-orang yang membunuh nabi-nabi dan mereka juga sedang merencanakan untuk membunuh Dia sendiri. Dia menyatakan rasa duka atas Yerusalem yang telah membunuh nabi-nabi dan mengumpulkan orang-orang yang diutus-Nya.

Pasal ini berakhir dengan Yesus menyatakan bahwa hukuman akan menimpa mereka dan kemurkaan Allah akan datang atas mereka, karena mereka telah menolak dan membunuh para nabi dan hamba-hamba Allah yang diutus-Nya. Yesus merindukan untuk mengumpulkan dan melindungi Yerusalem, tetapi mereka enggan.

Dalam pasal ini, Yesus mengungkapkan ketidaksetiaan, kemunafikan, dan kesombongan orang-orang agama yang berkuasa pada saat itu. Dia menuntut agar orang-orang menjalankan keadilan, kasih, dan kerendahan hati. Yesus juga memperingatkan tentang konsekuensi yang akan datang atas perbuatan jahat mereka.Amin


Bogor, 28 Agustus 2023
An Yoel Giban

Sabtu, 26 Agustus 2023

Renungan Harian Lilin Kecil Matius 22:1-14

Teks Matius 22:1-14 menceritakan perumpamaan tentang undangan pernikahan. Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Surga dapat dibandingkan dengan seorang raja yang mengadakan perjamuan pernikahan bagi anaknya.

Raja itu mengirimkan hamba-hamba-Nya untuk memanggil orang-orang yang diundang ke pernikahan tersebut. Namun, mereka tidak mau datang. Raja ini kemudian mengirimkan kembali hamba-hamba-Nya untuk mengatakan kepada orang-orang itu bahwa semuanya sudah siap, dan menyuruh mereka untuk datang ke pernikahan. Tetapi, mereka tidak mempedulikannya dan bahkan ada yang memperlakukan dengan buruk dan membunuh hamba-hamba itu.

Mendengar hal itu, raja itu sangat marah dan mengirim pasukannya untuk memusnahkan orang-orang itu dan membakar kota mereka. Setelah itu, raja itu mengatakan kepada hamba-hambanya, "Pernikahan itu sudah siap, tetapi tamu-tamu yang saya undang tidak pantas. Oleh sebab itu, pergilah ke persimpangan jalan dan undanglah semua orang yang kamu temui, baik mereka baik maupun jahat."

Hamba-hamba itu pergi dan mengumpulkan semua orang yang mereka temui, baik yang baik maupun yang jahat, dan ruangan pernikahan pun penuh dengan para tamu.

Namun, ada seseorang yang datang ke pernikahan tanpa mengenakan pakaian pernikahan. Raja itu mendekatinya dan bertanya, "Teman, bagaimana kamu masuk ke sini tanpa mengenakan pakaian pernikahan?" Orang itu tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, sehingga raja itu mengatakan kepada para hamba-Nya, "Ikatan tangannya dan kakinya, dan lemparkanlah dia ke luar kegelapan di luar sana. Di situlah tangis dan kertakan gigi akan terjadi."

Perumpamaan ini mengajarkan beberapa pelajaran. Pertama, umat Allah, yang diundang untuk bergabung dalam Kerajaan Surga, tidak selalu merespon undangan tersebut. Bahkan, ada yang dengan sengaja menolak dan memperlakukan dengan buruk hamba-hamba Allah. Kedua, Allah akan menghukum mereka yang menolak undangan-Nya dan menerima hukuman-Nya. Ketiga, undangan-Nya kemudian diperluas untuk semua orang, baik yang baik maupun yang jahat. Keempat, menjadi bagian dari Kerajaan Surga tidak hanya cukup mengikuti Yesus, tetapi juga mempersiapkan diri dan mengenakan pakaian pernikahan, yaitu hidup dalam kebenaran dan ketaatan kepada Allah. Jika tidak, akan ada konsekuensi yang serius.

Dalam perumpamaan ini, pakaian pernikahan menggambarkan keutamaan dan kebenaran Allah yang harus dimiliki dan dimiliki oleh setiap orang yang ingin menjadi bagian dari Kerajaan-Nya. Orang yang datang tanpa mengenakan pakaian pernikahan menggambarkan orang yang datang kepada Allah tanpa memperhitungkan kebutuhan akan transformasi hati dan hidup yang melibatkan pengakuan dan pertobatan dari dosa.Amin


Disini
Sentani 27 Agustus 2023
an Yoel Giban

Jumat, 25 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil

Matius 21:1-11 menceritakan tentang kedatangan Yesus ke Yerusalem pada saat Paskah, yang dikenal sebagai "Hari Minggu Palma" dalam tradisi Kristen.

Pada waktu itu, Yesus dan murid-murid-Nya mendekati desa Betfage di sebelah Gunung Zaitun. Yesus mengirim dua murid-Nya, dan berkata kepada mereka, "Pergilah ke desa di depanmu dan segeralah kamu akan menemui seekor keledai yang terikat dengan anak keledai. Lepaskan dan bawalah kepada-Ku. Dan apabila ada yang berkata apa-apa, jawablah bahwa Tuhan membutuhkannya dan segera ia akan mengembalikannya."

Murid-murid pergi dan melakukan sesuai yang diperintahkan Yesus. Mereka menemukan keledai dan anak keledai, sebagaimana dikatakan Yesus, dan membawanya kepada-Nya. Mereka meletakkan pakaian mereka di atas keledai dan membantu Yesus naik ke atasnya.

Ketika Yesus naik ke atas keledai, banyak orang yang mengikutinya berteriak, "Hosana bagi Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Hosana di tempat yang maha tinggi!" Orang-orang ini mengelu-elukan Yesus dan menyambut-Nya dengan penuh sukacita, menjunjung-Nya sebagai Raja dan Juruselamat mereka.

Kedatangan Yesus ini sesuai dengan nubuat yang terdapat dalam Kitab Zakharia 9:9 yang mengatakan, "Bersuka-citalah dengan sangat, hai puteri Sion! Bersorak-soraklah, hai puteri Yerusalem! Sesungguhnya, Raja-Mulah datang kepadamu, adil dan selamat sentosa; rendah hati, menunggang keledai, menunggang anak keledai, anak keledai betina."

Kesan utama dari cerita ini adalah bahwa Yesus datang sebagai Raja yang rendah hati, bukan sebagai Raja yang mengendarai kuda atau berkuasa dengan cara duniawi. Kedatangan-Nya yang seperti itu mengisyaratkan sifat-Nya yang rendah hati, penebusan-Nya yang melibatkan penderitaan dan kematian, serta tujuan-Nya untuk membawa keselamatan bagi umat manusia.

Selain itu, reaksi orang-orang yang menyambut Yesus dengan penuh sukacita juga mengungkapkan harapan dan keyakinan mereka bahwa Yesus adalah Mesias yang mereka nantikan. Namun, dalam beberapa hari berikutnya, sorak-sorai dan pujian mereka akan berubah menjadi seruan penolakan dan seruan untuk Yesus disalibkan. Tapi, Inilah awal perjalanan Yesus menuju penderitaan dan kematian-Nya yang akan menggenapi rencana penyelamatan Allah.Amin

Disini
Wamena, 26 Agustus 2023
An Yoel Giban

Jumat, 18 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 16:21-28

Matius 16:21-27 berbicara tentang pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya mengenai penderitaan-Nya yang akan datang dan panggilan untuk mengikutinya dengan mengorbankan diri.

Pada saat itu, Yesus mulai memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem, menderita banyak hal dari para tua-tua, imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, dan dibunuh, tetapi akan bangkit kembali pada hari ketiga.

Namun, Petrus menarik Yesus ke sisi dan mulai menegor-Nya, katanya, "Tuhan, jauhkanlah hal itu dari-Mu, hal ini tidak boleh terjadi kepadamu."

Yesus membalas Petrus, "Enyahlah, Iblis! Engkau menjadi batu penghalang bagi-Ku, sebab engkau tidak berpikir tentang apa yang dipikirkan Allah, melainkan tentang apa yang dipikirkan manusia."

Kemudian Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Jika ada orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku. Sebab barangsiapa ingin menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Atau apakah yang dapat diberikan seseorang sebagai gantinya atas nyawanya? Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya dengan para malaikat-Nya, lalu Ia akan menghakimi setiap orang sesuai dengan perbuatannya."

Dalam cerita ini, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya tentang tujuan dan akibat para pengikut-Nya. Ia dengan jelas menyatakan bahwa Ia harus menderita, mati, dan bangkit kembali sebagai rencana penyelamatan Allah. Namun, Petrus tidak paham atau tidak menerima kebenaran ini, dan mencoba mencegah Yesus untuk mengalami penderitaan tersebut.

Yesus menegur Petrus dan memanggilnya "Iblis", menunjukkan bahwa perlawanan terhadap rencana penyelamatan-Nya berasal dari pikiran manusia dan bukan dari kehendak Allah. Yesus kemudian mengajarkan bahwa siapa pun yang ingin mengikutinya harus siap untuk menyangkal dirinya sendiri, memikul salibnya (merelakan hidupnya untuk Yesus), dan mengikuti-Nya sepenuhnya. Ia juga menjelaskan bahwa mengorbankan hidup kita untuk Yesus adalah jalan menuju hidup yang sejati, sementara memilih untuk menyelamatkan diri sendiri akan menyebabkan kehilangan hidup yang kekal.

Kesan utama dari cerita ini adalah bahwa mengikut Yesus melibatkan pengorbanan diri. Kita harus siap untuk menyerahkan kehendak kita kepada Tuhan, mengikuti-Nya dalam penderitaan, dan hidup sesuai dengan prinsip dan nilai-Nya. Yesus juga mengingatkan kita bahwa pengorbanan kita tidak akan sia-sia, karena pada akhirnya Ia akan datang dalam kemuliaan-Nya dan menghakimi setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk hidup dengan kesadaran bahwa hidup kita adalah milik Tuhan dan untuk kemuliaan-Nya.Amin


Disini
Wamena, 19 Agustus 2023
an Yoel Giban

Kamis, 17 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 16:5-12

Teks Matius 16:5-12 berbicara tentang peringatan Yesus terhadap "pengajaran dan dosa kaum Farisi dan Saduki".

Pada waktu itu, murid-murid Yesus berangkat dengan perahu, tetapi mereka lupa membawa roti. Mereka pun mulai berbicara dan berkata satu sama lain, "Kami lupa membawa roti."

Mendengar itu, Yesus berkata kepada mereka, "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki."

Mereka pun berkata dalam hati mereka sendiri, "Ini karena kami tidak membawa roti."

Yesus menyadari pikiran mereka dan berkata kepada mereka, "Hai kamu orang-orang yang sedikit percaya, mengapa kamu memperbincangkan bahwa kamu tidak membawa roti? Apakah kamu tidak mengerti? Kamu tidak memahami tentang roti yang Aku perkatakan kepada kamu? Mengapa kamu memperbincangkan bahwa kamu tidak membawa roti? Tidakkah kamu mengerti? Tidakkah kamu ingat tentang lima roti yang bagi lima ribu orang, dan berapa banyak peti-peti penuh sisa-sisanya yang kamu kumpulkan? Atau tentang tujuh roti yang bagi empat ribu orang, dan berapa banyak bakul-bakul penuh dengan sisa-sisanya yang kamu kumpulkan? Bagaimana kamu dapat mengerti bahwa Aku tidak mengatakan tentang roti, tetapi kamu harus berhati-hati terhadap ragi orang Farisi dan Saduki?"

Dalam cerita ini, Yesus memberi peringatan kepada murid-murid-Nya tentang bahaya pengajaran dan dosa kaum Farisi dan Saduki. Mereka khawatir tentang roti fisik yang mereka lupa membawa, tetapi Yesus mengubah pembicaraan itu ke pengajaran dan dosa. Yesus mengingatkan mereka tentang pelajaran sebelumnya, tentang bagaimana Dia memperbanyak roti untuk makanan banyak orang.

Yesus menyebutkan ragi orang Farisi dan Saduki sebagai simbol pengajaran dan dosa mereka yang harus diwaspadai. Orang Farisi dan Saduki sering terlibat dalam hipokrisi, penyembahan palsu, dan mengajarkan ajaran-ajaran yang melawan Firman Allah.

Kesan utama dari cerita ini adalah pentingnya menjaga diri kita dari pengajaran dan dosa yang sesat. Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berhati-hati dan waspada terhadap ajaran orang-orang yang tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab.

Cerita ini juga mengingatkan kita untuk lebih memahami ajaran dan pengajaran Yesus, agar kita tidak terpengaruh oleh hal-hal yang salah atau menyesatkan. Kita juga diajak untuk bertumbuh dalam iman dan pengetahuan akan Firman Tuhan, agar kita dapat membedakan ajaran yang benar dan menjaga diri kita dari kesesatan. Amin


Disini
Wamena 18 Agustus 2023
An Yoel Giban

Rabu, 16 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 15:29-32

Matius 15:29-31 berbicara tentang mukjizat yang dilakukan oleh Yesus dimana DIA menyembuhkan banyak orang yang buta, bisu, pincang, dan lain-lain.

Setelah Yesus mengajar dan memberi makan kepada orang banyak, Ia pergi ke tepi danau Galilea. Di sana, banyak orang membawa kepada-Nya orang-orang yang lumpuh, buta, bisu, pincang, dan lain-lain, dan meletakkannya di depan-Nya.

Melihat keadaan mereka, Yesus merasa belas kasihan dan menyembuhkan mereka semua. Ia menyembuhkan orang-butu sehingga mereka bisa melihat, menyembuhkan orang-bisu sehingga mereka bisa berbicara, menyembuhkan orang-pincang sehingga mereka bisa berjalan, dan menyembuhkan semua penyakit dan kelemahan lainnya yang mereka miliki.

Orang-orang itu sangat tercengang dan memuji Allah karena telah melihat mukjizat yang besar. Mereka melihat bagaimana orang-butu bisa melihat, orang-bisu bisa berbicara, orang-pincang bisa berjalan, dan penyakit-penyakit mereka sembuh.

Pesan utama dari cerita ini adalah tentang kuasa penyembuhan Yesus dan belas kasih-Nya yang melimpah. Yesus tidak hanya memiliki kuasa untuk menyembuhkan, tetapi juga memiliki belas kasih yang mendalam terhadap orang-orang yang menderita.

Cerita ini mengajarkan kita untuk memiliki iman dalam kuasa penyembuhan Yesus. Meskipun kita mungkin menghadapi penyakit, kelemahan, atau kesulitan lainnya, kita dapat berharap dan percaya bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan memulihkan kita.

Selain itu, cerita ini juga menunjukkan pentingnya melayani dan mengasihi orang-orang yang membutuhkan. Yesus tidak hanya secara pribadi menyembuhkan dan memberi perhatian kepada orang-orang yang datang kepada-Nya, tetapi Ia juga mengajarkan kita untuk melihat kebutuhan orang lain dan terlibat dalam pelayanan dan kasih kepada mereka.

Dalam hal ini, kita diajarkan untuk bersikap peka terhadap kebutuhan orang lain di sekitar kita dan dengan sukacita membantu mereka mencapai kesembuhan dan pemulihan, baik secara fisik, mental, maupun rohani.Amin


Disini
Wamena, 17 Agustus 2023
An Yoel Giban

Selasa, 15 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil Matius 14:13-21

Matius 14:14-21 berbicara tentang mukjizat Yesus memberi makan kepada banyak orang menggunakan hanya lima roti dan dua ikan.

Ketika Yesus mendengar tentang kematian Yohanes Pembaptis, Ia meninggalkan tempat peristirahatan-Nya dengan perahu untuk mencari waktu sendiri. Namun, orang banyak berlari mengikutinya dan saat Yesus tiba, Ia merasa belas kasihan terhadap mereka dan menyembuhkan mereka yang sakit.

Ketika hari mulai menjelang petang, murid-murid Yesus menghampiri-Nya dan meminta-Nya untuk mengirim orang banyak pergi agar mereka dapat mencari makanan di desa-desa sekitar. Namun, Yesus berkata kepada mereka, "Tidak perlu mereka pergi, kalian beri mereka makan."

Murid-murid itu terkejut dan mengatakan kepada Yesus bahwa mereka hanya memiliki lima roti dan dua ikan. Namun, Yesus meminta lima roti tersebut dan dua ikan, memberkatinya, lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak yang ada di situ.

Mukjizat pun terjadi, semua orang makan sampai kenyang dan bahkan tersisa dua belas keranjang penuh dengan sisa-sisa. Jumlah orang yang makan dalam mukjizat ini diperkirakan sekitar lima ribu laki-laki, ditambah wanita dan anak-anak.

Pesan inti dari cerita ini adalah mengenai kekuasaan dan kuasa Yesus. Ia tidak hanya memiliki belas kasihan terhadap orang banyak yang lapar, tetapi Ia juga mampu melakukan mukjizat menggandakan roti dan ikan tersebut untuk memberi makan kepada semua orang.

Secara praktis, cerita ini mengajarkan kita untuk memiliki iman yang besar pada Yesus. Meskipun kita mungkin merasa tidak memiliki cukup sumber daya, Tuhan mampu memberkati dan melipatgandakan apa yang kita miliki untuk memberkati orang lain dan memenuhi kebutuhan mereka.

Kita juga diajarkan untuk mempercayai kuasa dan kasih Tuhan dalam situasi apapun. Meskipun saat itu tampak tidak mungkin atau sulit, Tuhan memiliki kuasa untuk melakukan apa yang manusia anggap sebagai mustahil.

Akhirnya, kita dapat mengambil contoh dari Yesus dalam melayani dan memberdayakan orang lain. Yesus tidak hanya memberi makan kepada orang banyak, tetapi Ia juga mengajarkan murid-murid-Nya untuk terlibat dalam pelayanan ini dengan mendistribusikan roti dan ikan kepada orang banyak. Dalam hal ini, kita diajarkan untuk melayani dengan sukacita dan mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan.Amin


Disini
Wamena, 16 Agustus 2023
An Yoel Giban

Senin, 14 Agustus 2023

Renungan Harian Lilin Kecil Matius 13:31-35

Dalam Teks ini Yesus sedang berbicara tentang perumpamaan biji sesawi dan ragi, yang menggambarkan pertumbuhan dan penyebaran Kerajaan Allah. Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah dapat dibandingkan dengan sekecil biji sesawi yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar, sehingga burung-burung datang dan bertengger di atasnya.

Dalam perumpamaan ini, Yesus menggambarkan bagaimana Kerajaan Allah tumbuh secara bertahap, mulai dari yang kecil dan tidak terlihat hingga menjadi besar dan tampak bagi semua orang. Pertumbuhan ini terjadi melalui proses yang alami dan tidak dapat dilihat secara langsung.

Selain itu, Yesus juga menggambarkan Kerajaan Allah sebagai setetes ragi yang dicampurkan dengan tepung sebanyak tiga ukuran. Ragi ini menyebabkan adonan mengembang dan menjadi roti yang lezat. Dalam hal ini, ragi melambangkan pengaruh Kerajaan Allah yang berperan dalam mengubah dan membuat hidup yang baru.

Selanjutnya, Yesus mengutip dari kitab Mazmur 78:2, mengatakan bahwa Ia akan mengucapkan hal-hal yang tersembunyi sejak semula. Dalam hal ini, Yesus mengisyaratkan bahwa Ia memberikan pengajaran dan pengungkapan kebenaran yang sebelumnya tersembunyi bagi manusia.

Pesan inti dari pasal ini adalah bahwa Kerajaan Allah akan tumbuh dan berkembang secara perlahan tetapi pasti, dan akan mencapai kemanunggalan dan kejayaan yang sempurna pada akhirnya. Meskipun saat ini Kerajaan Allah mungkin tidak tampak luar biasa, namun di dalamnya terdapat kekuatan dan potensi yang besar yang akan mengubah dunia.

Dalam praktiknya, pasal ini mengajarkan kita untuk memiliki iman dan ketekunan dalam mengembangkan dan memperluas Kerajaan Allah di dunia ini. Meskipun tindakan kita mungkin terlihat kecil dan tidak bernilai, namun jika kita memberikan diri kita untuk melayani dan memperluas Kerajaan Allah, maka Tuhan dapat menggunakan itu untuk melakukan pekerjaan besar.

Kita juga diajarkan untuk menjadi penyebar Injil dan orang-orang yang menyebarkan kebenaran Allah kepada orang lain, sehingga mereka dapat tahu dan memahami rencana keselamatan-Nya.

Terakhir, kita diajak untuk memiliki sikap rendah hati, karena pertumbuhan dan kesuksesan Kerajaan Allah bukanlah hasil dari usaha atau kemampuan kita sendiri, tetapi hasil dari kuasa dan pengaruh Roh Kudus dalam hidup kita.Amin


Disini
Wamena 15 Agustus 2023
An Yoel Giban

Sabtu, 12 Agustus 2023

Renungan Harian Lilin Kecil Minggu 13 Agustus 2022

Matius 12:22-37 berbicara tentang Yesus yang menyembuhkan seorang yang dirasuki setan yang buta dan bisu. Setelah orang itu disembuhkan, orang-orang mulai bertanya-tanya apakah Yesus adalah Anak Daud, yaitu Mesias yang ditunggu-tunggu. Firasat ini membuat para pemimpin agama marah dan mereka mencoba menjatuhkan Yesus dengan mengatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa Setan sendiri.

Yesus menanggapi tuduhan mereka dengan memberikan penjelasan yang masuk akal dan tajam. Dia menjelaskan bahwa kerajaan yang terbagi tidak akan bertahan, dan jika Dia benar-benar menggunakan kuasa Setan, itu berarti Setan bertentangan dengan dirinya sendiri. Yesus juga menekankan bahwa membicarakan kata-kata yang jahat melawan Roh Kudus tidak akan diampuni.

Pesan inti dari pasal ini adalah Yesus adalah Mesias yang dijanjikan sejak lama dan kuasa-Nya berasal dari Roh Kudus. Ia membawa penyembuhan dan kebebasan bagi mereka yang tertindas oleh kekuatan setan. Yesus menunjukkan kuasa-Nya bukan hanya dengan kata-kata-Nya tetapi juga dengan perbuatan-Nya yang maha kuasa.

Ketika kita merenungkan pasal ini, kita diajak untuk memperhatikan bahwa Yesus adalah Mesias yang kita nantikan dan percayai. Ia adalah sumber kekuatan dan kesembuhan bagi kita dalam melawan kekuatan setan dan dosa. Kita juga harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata kita, karena apa yang kita katakan mencerminkan tilikan hati kita dan dapat berdampak pada hubungan kita dengan Roh Kudus.

Selain itu, kita juga diajarkan tentang pentingnya memahami bahwa kuasa dan tindakan Yesus adalah dari Roh Kudus. Kekuasaan dan karya-Nya tidak boleh dipersempit oleh keraguan atau kritik manusia. Kitapun diajak untuk memiliki iman yang kokoh dan meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan yang mampu mengubah hidup kita.

Dalam praktiknya, pasal ini mengingatkan kita untuk menjauhi dosa dan kejahatan serta mengandalkan kuasa Yesus dan Roh Kudus dalam menjalani hidup yang kudus dan takut akan Tuhan. Kita juga diajak untuk menjadi saksi-Nya yang setia, dengan membagikan berkat dan kebenaran-Nya kepada orang lain.Amin


Disini 
Wamena, 13 Agustus 2023
An Yoel Giban

Jumat, 11 Agustus 2023

Renungan dari Lilin Kecil Matius 12:1-8

Pada renungan pagi kali ini, kita akan mempelajari tentang peristiwa ketika Yesus dan murid-murid-Nya berjalan melewati ladang-ladang pada hari Sabat. Ketika mereka merasa lapar, murid-murid Yesus mulai memetik biji-bijian gandum dan makan. Ketika orang-orang Farisi melihat ini, mereka menegur Yesus dan murid-murid-Nya karena melanggar hukum Sabat.

Namun, Yesus menjawab mereka dengan mengutip peristiwa ketika raja Daud dan pengikut-pengikutnya juga melakukan sesuatu yang dianggap melanggar hukum Sabat, yaitu memakan roti sajian di dalam Bait Allah. Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa Tuhan menyatakan bahwa hukum Sabat bukanlah untuk menghalangi orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka atau untuk mengucap syukur kepada Allah. Hukum Sabat bukanlah untuk mengekang dan membebani orang, tetapi untuk memberikan berkat dan kelegaan.

Yesus juga mengungkapkan kepada mereka bahwa Dia adalah Tuan Sabat, yang berarti bahwa Dia memiliki otoritas untuk menafsirkan dan melaksanakan hukum Sabat sesuai dengan kehendak Allah. Yesus menunjukkan bahwa hukum Sabat harus dipahami dalam konteks kasih dan belas kasih, bukan dalam ketaatan formalistik yang sia-sia dan tidak memiliki makna rohani.

Pada renungan ini, kita belajar bahwa Tuhan lebih peduli pada hati dan niat kita daripada pada kepatuhan formalistik terhadap hukum-hukum-Nya. Tuhan menginginkan kita untuk memiliki sikap yang bijaksana dan penuh kasih dalam memahami dan melaksanakan hukum-Nya. Tuhan tidak mau hukum-hukum-Nya menjadi beban yang terlalu berat bagi kita, tetapi Dia ingin hukum-hukum-Nya membawa keselamatan, keadilan, dan kebaikan bagi umat-Nya.

Marilah kita senantiasa memperhatikan hati dan niat kita dalam melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Janganlah kita terjebak dalam kepatuhan formalistik yang mengabaikan nilai-nilai kasih, belas kasih, dan rahmat. Mari berkomitmen untuk hidup dalam kebenaran dan kasih, mencari kehendak Tuhan dalam segala hal, dan mempersembahkan diri kita kepada-Nya dengan sepenuh hati. Amin.

Disini
Wamena,12 Agustus 2023
An Yoel Giban

Renungan dari Lilin Kecil

Matius 12:15b-21 mencatat peristiwa di mana Yesus menarik diri dari kerumunan orang setelah mereka merencanakan untuk membunuh-Nya. Yesus menyadari bahwa waktunya belum tiba, jadi Ia pergi ke tempat lain untuk menghindari konfrontasi langsung dengan musuh-musuh-Nya.

Meskipun begitu, orang-orang yang sakit dan yang menderita masih mencari-Nya, dan Yesus dengan penuh kasih menyembuhkan mereka semua. Yesus melakukan hal ini dengan sangat hati-hati, mengingat janji nubuatan dari nabi Yesaya bahwa Ia tidak akan memperkuat suara-Nya atau menimbulkan kekacauan. Yesus menyadari bahwa peran-Nya adalah untuk memberikan kesembuhan dan harapan kepada orang-orang yang menderita, bukan untuk menciptakan kerusuhan atau pertumpahan darah.

Dalam renungan ini, kita belajar tentang kasih dan belas kasihan Yesus terhadap orang-orang yang menderita. Meskipun Ia dikejar dan dianiaya oleh musuh-musuh-Nya, Yesus tidak menolak atau menolak mereka yang mencari bantuan dan penyembuhan-Nya. Ia tetap setia dalam pelayanan-Nya untuk menyembuhkan dan menyelamatkan.

Hal ini mengajarkan kita tentang belas kasihan dan penyertaan kita terhadap orang-orang yang menderita di sekitar kita. Bagaimana pun situasinya, kita juga dipanggil untuk menjadi suara Yesus, membawa kesembuhan dan harapan kepada mereka yang membutuhkan. Kita harus siap untuk mengasihi orang-orang yang dianiaya, sakit, dan terluka, dan menyajikan diri kita kepada mereka sebagai saluran kasih Tuhan.

Selain itu, renungan ini juga menekankan kelembutan dan kerendahan hati Yesus dalam pelayanan-Nya. Ia tidak mencari kehormatan atau kejayaan bagi diri-Nya sendiri, melainkan hanya melayani kehendak Bapa-Nya dengan rendah hati. Hal ini mengajarkan kita untuk mengikuti teladan Yesus dalam setiap tindakan kita. Kita harus memilih untuk melayani dengan rendah hati dan mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kepentingan diri kita sendiri.

Dengan demikian, renungan ini memanggil kita untuk hidup seperti Yesus, mengasihi dan melayani orang-orang yang menderita dengan kasih dan rendah hati. Saat kita melakukannya, kita akan menjadi saluran berkat Tuhan di dunia ini dan menjadi saksi bagi kasih-Nya yang tiada terbatas.Amin


Disini
Wamena, 12 Agustus 2023
An Yoel Giban

Kamis, 10 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil

Matius 11:25-30 adalah bagian dari pengajaran Yesus setelah Ia menyaksikan penolakan dan kekerasan terhadap Injil-Nya. Dalam bagian ini, Yesus mengucapkan syukur kepada Bapa-Nya dan mengundang semua orang yang lelah dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya.

Yesus memulai dengan mengucap syukur kepada Bapa-Nya karena telah menyembunyikan kebenaran-Nya dari orang-orang yang pintar dan yang merasa berhak atas pengetahuan spiritual. Sebaliknya, Ia mengungkapkan kebenaran-Nya kepada "anak-anak kecil", yaitu orang-orang yang sederhana hati dan rendah hati yang mau menerima dan mengenal-Nya.

Kemudian Yesus mengundang semua orang yang berbeban berat dan lelah untuk datang kepada-Nya dan Ia akan memberikan mereka kelegaan. Yesus menawarkan jalan yang mudah dan beban yang ringan kepada mereka yang percaya dan mengikutinya.

Renungan ini mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan ketergantungan kita kepada Yesus. Dalam dunia yang penuh dengan tekanan, keremajaan, dan tenaga notasi untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan, Yesus menawarkan kebebasan dari beban itu. Ia mengajak kita untuk datang pada-Nya dengan kerendahan hati dan sungguh-sungguh mencari-Nya.

Ini adalah panggilan bagi kita untuk melepaskan ego kita, mempercayai Allah sepenuhnya, dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Saat kita datang kepada-Nya dalam kerendahan hati, Ia akan memberikan ketenangan, damai, dan kelegaan yang hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang intim dengan-Nya.

Yesus juga memperingatkan kita bahwa, sebagai murid-murid-Nya, kita akan mengalami penderitaan dan penganiayaan. Namun, kita tidak sendiri dalam menghadapinya. Yesus berjanji bahwa beban-Nya adalah ringan dan Ia akan memberi kita kekuatan dan penghiburan melalui Roh Kudus-Nya.

Renungan ini mengajak kita untuk mengingat janji-janji Yesus dan mengandalkan-Nya sepenuhnya dalam setiap aspek hidup kita. Saat kita menyerahkan diri kita kepada-Nya dan hidup dalam kesalehan-Nya, kita akan menemukan kelegaan dan sukacita yang tak tergoyahkan, meskipun dalam situasi yang sulit sekalipun.Amin


Disini
Wamena,11 Agustus 2023
An Yoel Giban

Rabu, 09 Agustus 2023

Renungan Harian Lilin Kecil

Matius 10:16-33 merupakan bagian dari nasihat Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum mengutus mereka untuk pergi memberitakan Injil. Yesus mengingatkan mereka bahwa akan ada penganiayaan dan kesulitan dalam pelayanan mereka.

Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya untuk menjadi cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Ini mengajarkan kepada mereka pentingnya memiliki kebijaksanaan dan kecerdikan dalam menghadapi tantangan yang ada dalam dunia ini.

Yesus juga memperingatkan mereka tentang penganiayaan dan penolakan yang akan mereka alami karena Kristus. Ia mengatakan bahwa mereka akan diadili dan dihakimi karena kesaksiannya tentang Dia. Namun, mereka tidak perlu takut karena Roh Kudus akan memberikan mereka kekuatan dan hikmat untuk menghadapinya.

Yesus menekankan pentingnya tetap setia kepada-Nya, bahkan dalam menghadapi penganiayaan dan penghinaan. Ia mengatakan bahwa siapa yang tidak bersedia mengakui-Nya di dunia ini, Ia juga tidak akan mengakui mereka di hadapan Bapa-Nya di surga.

Nasihat ini relevan bagi kita sebagai pengikut Kristus saat ini. Kita juga mungkin mengalami penganiayaan dan kesulitan karena iman kita. Namun, kita diingatkan untuk tetap setia, bertindak cerdik, dan mengandalkan Roh Kudus sebagai sumber kekuatan kita.

Pada akhirnya, kita diberikan jaminan oleh Yesus bahwa kita tidak perlu takut, karena Bapa surgawi kita mengenal setiap helai rambut di kepala kita dan Dia akan mengasihani dan memperhatikan kita. Kita harus memiliki keyakinan bahwa jika kita tetap setia dan mengakui Yesus di hadapan dunia ini, kita akan menerima pengakuan-Nya di hadapan Bapa surgawi.Amin


Disini
Wamena, tanggal 10 Agustus 2023
An Yoel Giban

Senin, 07 Agustus 2023

Renungan Lilin Kecil

Matius 9:35-38 menyampaikan pesan tentang kerinduan Yesus untuk melihat umat manusia diselamatkan dan memiliki hubungan yang hidup dengan Allah.

Dalam perikop ini, Yesus berkeliling di semua kota dan desa, mengajar dalam rumah-rumah ibadah dan memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah. Ia juga menyembuhkan setiap penyakit dan kelemahan yang ada di antara orang banyak. Namun, ketika Ia melihat kerumunan yang besar, Ia merasa kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan teraniaya seperti domba yang tidak mempunyai gembala.

Yesus mengingatkan para murid-Nya tentang pentingnya pelayanan dalam mengabdi kepada Allah. Ia menyatakan bahwa panen besar, tetapi pekerja sedikit. Yesus meminta murid-murid-Nya untuk berdoa kepada Tuhan panen, untuk mengirim pekerja-pekerja ke ladang-ladang-Nya.

Renungan dari perikop ini mengajak kita untuk memiliki kasih dan belas kasihan seperti yang dimiliki Yesus. Ketika kita melihat orang-orang yang tersesat, terluka, dan membutuhkan penghiburan, kita harus merasa kasihan dan berharap mereka dapat menemukan jalan kebenaran dan hidup yang sejati melalui Yesus Kristus.

Yesus juga mengajak kita untuk aktif terlibat dalam pembawaan Injil dan pelayanan kepada sesama. Meskipun pekerjaan ini mungkin tampak melelahkan dan tantangan, Yesus mengingatkan kita untuk berdoa dan meminta kepada Tuhan pekerja-pekerja untuk ladang pelayanan-Nya.

Marilah kita menjadikan pengabdi kepada Allah dan pelayanan kepada sesama sebagai tujuan hidup kita. Biarlah kasih dan belas kasih Yesus menggerakkan hati dan tindakan kita, agar kita dapat menjadi instrumen Tuhan dalam membangun Kerajaan-Nya di bumi ini. Amin.

Disini
Wamena, 08 Agustus 2023
An Yoel Giban

Minggu, 06 Agustus 2023

Renungan Pagi Lilin Kecil

Pagi kali ini akan kita peroleh dari Matius 8:23-27, dimana Yesus menguji iman para murid-Nya dalam situasi badai di danau.

Dalam perikop ini, Yesus dan para murid-Nya naik ke perahu untuk menyeberangi danau Galilea. Namun, di tengah perjalanan mereka, badai yang hebat tiba-tiba datang dan perahu mereka diguncang oleh ombak yang besar. Para murid panik dan takut, sementara Yesus tertidur di perahu.

Para murid membangunkan Yesus, seraya berteriak, "Tuhan, tolong selamatkan kami, kami akan tenggelam!" Melihat ketakutan mereka, Yesus berkata, "Mengapa kamu takut, hai kamu orang yang sedikit iman?"

Kemudian, Yesus bangkit dan menghardik angin dan gelombang, dan semuanya menjadi tenang. Para murid tercengang dan bertanya-tanya, "Siapakah Ia ini, sehingga angin dan gelombang pun takluk kepada-Nya?"

Renungan ini mengajak kita untuk merenungkan iman kita saat menghadapi badai dalam kehidupan ini. Ketika badai datang menghantam kita, apakah kita memiliki iman yang cukup untuk percaya kepada Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu?

Para murid awalnya takut dan panik dalam badai, mereka merasa tak berdaya menghadapinya. Namun, Yesus menegur mereka karena iman mereka yang sedikit. Yesus menginginkan kita untuk memiliki iman yang kokoh dan percaya bahwa Dia memiliki kekuasaan untuk menyelamatkan dan menguasai segala sesuatu, bahkan melampaui batas alam.

Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas angin dan gelombang, Ia adalah sumber kekuatan dan perlindungan kita. Ketika kita mengalami badai dalam hidup ini, baik itu dalam bentuk masalah, kesulitan, atau cobaan, kita harus mengandalkan Yesus dan mempercayakan segala sesuatu kepada-Nya.

Renungan ini mengajak kita untuk tidak takut ketika menghadapi badai dalam hidup ini. Meskipun badai mungkin terasa hebat dan membuat kita merasa tak berdaya, kita harus mengingat bahwa Tuhan ada bersama kita dan memiliki kekuasaan untuk memelihara dan melindungi kita.

Marilah kita memiliki iman yang kuat dalam menghadapi badai hidup ini, percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu. Biarkan Dia menjadi sumber kekuatan, penghiburan, dan ketenangan kita di tengah badai. Dengan demikian, kita akan mengalami keajaiban dan kuasa-Nya dalam hidup kita. Amin.

Disini
Wamena, 07 Agustus 2023
An Yoel Giban

Sabtu, 05 Agustus 2023

MENYENDIRI ( Nomunak)

________________________
Amsal 18:1
"Orang yang menyendiri, mencari keinginannya,....."

Points 1
Bahwa usaha seseorang untuk menyendiri merupakan keadaan di mana seseorang memilih untuk berada sendirian dan menyisihkan diri dari orang lain. Hal ini dapat dilakukan untuk berbagai alasan, seperti untuk mengambil waktu sendiri untuk merenung, memikirkan hal-hal penting, memulihkan diri dari kelelahan emosional, atau hanya untuk menikmati kesendirian. Menyendiri dapat berdampak positif pada kesehatan mental seseorang, tetapi jika dilakukan terus-menerus dan berlebihan, dapat menjadi tanda depresi atau masalah kesehatan mental lainnya. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan interaksi sosial yang sehat dan membangun hubungan sosial yang baik.

Point 2
Adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa sedih, putus asa, dan cenderung untuk menghindar dari orang lain atau situasi yang membuat mereka tidak nyaman. Seseorang mungkin merasa tertekan atau kesepian, mengalami perubahan mood yang ekstrem, serta merasa sulit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik serta kehidupan sosial seorang individu. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan profesional jika mengalami gejala-gejala tersebut. Dalam hal ini seorang rohaniawan/rohaniwati atau pribadi yang dianggap mengerti dan memberikan motivasi serta dukungan sosial sehingga tidak terpaku pada sebuah persoalan yang sepele atau seharusnya hal biasa.

Point' 3
Pikiran positif merujuk pada pola pikir yang mengarah pada aspek positif dari situasi atau peristiwa tertentu. Ini mengandung kepercayaan bahwa segala sesuatu dapat diatasi dan bahwa kebaikan akan terjadi di masa depan, meskipun ada tantangan dan kegagalan.

Mengembangkan pikiran positif dapat membantu mengatasi stres dan cemas, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta mempromosikan sikap yang lebih baik terhadap diri sendiri dan orang lain. Hal ini juga dapat membantu seseorang membangun kepercayaan diri dan optimisme, karena mereka akan cenderung fokus pada solusi daripada masalah.

Beberapa tips untuk mengembangkan pikiran positif adalah dengan mengembangkan rasa syukur, fokus pada kesempatan dan keberhasilan, menghindari pemikiran negatif, dan bergaul dengan orang-orang yang mendukung dan menyemangati. Dengan pikiran positif dan sikap yang positif, seseorang dapat mencapai tujuannya dan meraih kesuksesan dengan lebih mudah.

Rekomendasi: 
1. Positif thinking
2. Percaya diri dan terima diri apa adanya.
3. Berusaha hidup dan berbagi dengan sesama.
4. Setia pada panggilan dan komitmen.
5. Jadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai tempat mengaduh, bersandar dan berlari pada-Nya.
6. Orang yang luar biasa adalah orang yang bermimpi, bertekad luar biasa.

Wamena, 6 Agustus 2023
Neri Payage
0812 4868 8980

Matius 5:17-20

SATU IOTA ATAU SATU TITIK PUN TIDAK AKAN DITIADAKAN

=================================================

17. 'Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18.Karena Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 19. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.20.Maka Aku berkata kepadamu; Jika hidup keagamaanmu tidak lebih baik daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak masuk ke dalam Kerajaan Surga' 

Perkataan di atas dengan tegas merupakan pernyataan yang tidak kenal kompromi tentang keabsahan Hukum Musa yang kekal. Bagian yang paling kecil pun tidak dihapuskan. 'Jot' (Authorized [King James] Version of the English Bible) adalah huruf terkecil dari abjad Ibrani. 'Iota' (Revised Standart Version [1 946- 1952]) adalah huruf terkecil dari abjad Yunani. 'Titik' adalah tanda yang sangat kecil yang ditambahkan pada sebuah huruf, mungkin untuk membedakannya dengan huruf lain yang mirip, seperti dalam abjad kita 'G' dibedakan dari 'C', atau 'Q' dari 'O'.

Apakah yang keras dan sulit dari pernyataan yang tidak kenal kompromi ini ? Bagi beberapa pembaca, kekerasan itu terletak dalam kesulitan untuk mengenali Si Pembicara Sang Kristus yang menurut Paulus, 'adalah kegenapan Hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya' (Roma 10:4). Yang lain lagi tidak merasa sulit untuk menanggapi bahwa konsepsi Paulus mengenai Tuhan Yesus berbeda secara radikal dari apa yang dipaparkan dalam kitab-kitab Injil mengenai sifat dan ajaranNya. Pandangan ini memang pernah diutarakan (sekarang tidak sesering seperti pada masa-masa yang lebih awal) bahwa Paulus dianggap sebagai orang yang memperlemah salah satu dari perintah-perintah ini yang paling kecil dan mengajarkan demikian orang lain'. Pernyataan seperti ini menandakan bahwa perkataan ini tidak berasal dari Tuhan Yesus, tetapi dari sekelompok orang di gereja purba yang tidak menyukai Paulus. Bahkan tanpa mengacu pada kata-kata Paulus pun, banyak orang berpendapat bahwa kata-kata ini berasal dari sekelompok orang di gereja purba yang ingin mempertahankan wewenang Hukum Taurat atas orang-orang Kristen. Menurut Bultman, perkataan ini merekam sikap kolot masyarakat Palestina yang bertolak belakang dengan sikap orang Hellenis.

Mungkin ada beberapa kumpulan dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus yang telah beredar sebelum kitab-kitab Injil diterbitkan secara benar. Dan salah satunya, yang lebih disukai oleh orang-orang Yahudi Kristen yang kolot, rupa-rupanya dipakai oleh Matius bersama-sama dengan perkataan-perkataan lainnya. Kumpulan-kumpulan dari perkataan-perkataan semacam ini bisa dibuat sesuai dengan pandangan orang yang menghimpunnya : perkataan-perkataan yang kelihatannya menunjang pandangan itu akan disertakan, sedang perkataan-perkataan yang kelihatannya berlawanan tidak akan disertakan. Ajaran Tuhan Yesus lebih beragam daripada yang bisa diungkapkan oleh bagian mana pun dari kumpulan perkataan-perkataanNya. Dengan tidak mengkhususkan diri pada kumpulan yang mana pun, maka Matius memberikan gambaran lengkap dari ajaran Tuhan Yesus. Perkataan seperti yang baru dikutip ini mempunyai tiga latar belakang kehidupan yang berurut-urutan : latar belakang kehidupan dalam pelayanan Tuhan Yesus yang bersifat sejarah, latar belakang dalam kumpulan perkataan Tuhan Yesus yang terbatas, dan latar belakang dalam Injil Matius. Yang langsung berhubungan dengan kita hanyalah yang mempunyai latar belakang dalam Injil Matius. (Selain dari ketiga latar belakang ini tentunya bisa didapatkan latar belakang kehidupan lain yang timbul kemudian sesuai dengan perkembangan sejarah gereja dan tafsiran. Pernyataan yang berbunyi 'Aku datang untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya' telah dipakai, misalnya, untuk memperkenalkan Injil sebagai kegenapan Hinduisme, tetapi penggunaan semacam ini tidak ada hubungannya dengan maksud Tuhan Yesus atau Matius).

Ada sedikit pengecualian di dalam pendapat bahwa hanya di dalam latar belakang dalam Injil Matius perkataan ini langsung berhubungan dengan kita. Di dalam Lukas 16:16-17 Tuhan Yesus berkata, "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya serta berebut memasukinya. Lebih mudah langit dan bumi lenyap daripada satu titik dari Hukum Taurat batal". Kalimat kedua dari dua kalimat ini paralel (tetapi tidak identik) dengan Matius 5:18, yaitu perkataan mengenai iota dan titik. Kumpulan perkataan yang dianggap telah dihimpun oleh orang-orang Kristen yang berpikir lebih legalistis, dan yang sangat mungkin dipakai oleh Matius sebagai salah satu sumber tulisan-tulisannya, sering disebut sebagai perkataan M (karena hanya terdapat di dalam Injil Matius). Kumpulan lain yang lebih luas juga sangat mungkin dipakai baik oleh Matius dan Lukas disebut sebagai perkataan Q. Jadi, kemungkinan susunan perkataan mengenai 'iota dan titik' yang terdapat dalam Matius 5:18 adalah susunan M, sedangkan yang terdapat dalam Lukas 16:17 adalah susunan D. T.W. Manson adalah salah seorang ahli yang percaya bahwa ini memang demikian, dan ia menganjurkan agar pembacapembacanya memikirkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama ialah bahwa susunan perkataan dari Lukas lebih mendekati yang asli dan bahwa susunan di dalam Matius 'adalah perbaikan dari Lukas supaya bisa cocok dengan ajaran para rabi'. Kemungkinan lain, yang mengikuti kemungkinan yang pertama, ialah bahwa 'perkataan ini dalam bentuk aslinya bukan menyatakan keabadian Hukum Taurat tetapi kekolotan yang tak bisa dibengkokkan dari ahli-ahli Taurat', bahwa maksud perkataan ini bukan sebagai 'ajaran sehat para nabi tetapi ironi yang pahit'. Boleh dikatakan bahwa Tuhan Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat. "Dunia akan sampai kepada kesudahannya sebelum engkau meninggalkan bagian yang paling kecil dari penafsiran Hukum Taurat menurut adat istiadat nenek moyangmu. 

Jelaslah bahwa Tuhan Yesus tidak menerima penafsiran Hukum Taurat menurut adat istiadat nenek moyang. Memang la mendakwa ahli-ahli Taurat, para pelajar dan pengajar yang diakui dari Hukum Taurat, dengan mengatakan, "kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu". (begitu kita baca dalam Matius 15:3 dalam sebuah kutipan berdasarkan Markus 7:9). Ia mengatakan bahwa dengan aplikasi mereka dari Hukum Taurat, mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkan di atas bahu orang' (Matius 23:4); berlawanan dengan ayat ini, Ia mengundang : 'pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku .... sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan' (Markus 11:29-30).

Tetapi dengan mengatakan ini Tuhan Yesus tidak memperlemah tuntutan-tuntutan Hukum Allah; la juga tidak merekomendasikan standar kebenaran yang lebih rendah daripada yang dituntut oleh 'ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi'. Sebaliknya : la menekankan bahwa izin memasuki Kerajaan Surga bersyaratkan kebenaran, melebihi kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi. Pernyataan yang terakhir ini, terdapat dalam Matius 5:20, merupakan kata pembukaan dari pasal-pasal berikutnya, yang berisi pernyataan Tuhan Yesus mengenai apa artinya taat kepada hukum yang la berikan dalam serentetan perkataan keras, yang akan kita pelajari satu per satu. Tetapi untuk kesempatan ini kita bisa menyebutkan dua prinsip dalam menafsirkan dan mengaplikasikan Hukum Taurat. 

Pertama, Ia menyatakan bahwa cara yang benar untuk menaati hukum yang mana pun juga ialah dengan memenuhi tujuan untuk apa hukum itu diberikan. Ia mengatakan ini sehubungan dengan hukum pernikahan; Ia mengatakan ini sehubungan dengan hukum hari Sabat. Pada hari Sabat, menurut hukum yang keempat, 'jangan engkau melakukan sesuatu pekerjaan'. Menurut pandangan para pemelihara Hukum Taurat, perintah ini mengharuskan kita dengan teliti membuat definisi tentang apa yang dimaksud dengan 'pekerjaan', sehingga orang bisa tahu dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari itu. Keadaan bisa mengubah beberapa kasus, misalnya tindakan penyembuhan diperbolehkan kalau itu menyangkut hidup atau mati, tetapi bila pengobatan bisa ditunda sampai keesokan hari tanpa membahayakan pasien, maka itu lebih baik. Tepatnya dalam hal seperti inilah Tuhan Yesus berkonfrontasi berulang-ulang dengan para ahli Taurat dan antek-anteknya, kriteria Tuhan Yesus dalam memenuhi hukum ini ialah dengan menanyakan untuk apakah hari Sabat itu ditetapkan. Hari itu ditetapkan, kata Tuhan, adalah untuk memberikan istirahat dan kelegaan bagi umat manusia : mereka tidak dicipta demi hari Sabat, tetapi hari Sabat diberikan demi kebaikan mereka. Karena itu, setiap tindakan yang membuat mereka lebih santai dan lega, lebih memajukan keadaan mereka secara umum diperbolehkan pada hari Sabat. Hal itu bukan saja diperbolehkan pada hari Sabat : hari Sabat adalah hari yang paling cocok untuk melakukannya, karena perbuatan itu begitu mendukung secara istimewa tujuan Allah dalam menetapkan hari Sabat. Kita melihat bahwa Tuhan Yesus menyembuhkan orang dengan memilih hari Sabat, karena perbuatan semacam ini meninggalkan hari Sabat.

la tidak melanggar hukum yang keempat, tetapi ia menafsirkannya secara berbeda dari penafsiran yang sedang berlaku. Apakah prinsip penafsiranNya 'mengungguli kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi?' Mungkin demikian. Ada beberapa orang yang merasa lebih gampang mempunyai satu set peraturan-peraturan : bila muncul masalah secara praktis, ia bisa berpaling pada peraturan-peraturan itu dan ia tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi bila mereka harus memutuskan perbuatan mana yang paling memenuhi tujuan hukum itu, maka mereka harus memutar otak, dan pemutaran otak semacam ini yang melibatkan tanggung jawab pribadi, merupakan sesuatu yang sulit bagi mereka.

Kedua, Tuhan Yesus menyatakan bahwa ketaatan atau ketidaktaatan pada Hukum Taurat dimulai dari dalam hati manusia. Tidak cukup untuk menyesuaikan perbuatan dan perkataan yang di luar dengan apa yang dikehendaki oleh Hukum Taurat; pertama-tama kehidupan yang di dalam harus diselaraskan dengan Hukum Taurat. Maka salah seorang pemazmur dari Perjanjian Lama menyatakan perasaannya demikian : 'aku akan melakukan kehendakMu ya Allahku; TauratMu ada di dalam dadaku' (Mazmur 40:9). Mazmur ini tidak dikutip oleh Tuhan Yesus dalam kitab-kitab Injil, tetapi di bagian lain dalam Perjanjian Baru bahasa yang dipakai menunjuk pada Dia (Ibrani 10:7,9). Memang kata-kata yang dipakai sangat jelas menyatakan sikap Tuhan Yesus sendiri dan sikap yang la nasehatkan kepada pendengar-pendengarNya. jika pikiran dan kemauan ditekadkan untuk melakukan kehendak Allah, maka perkataan dan perbuatan tidak akan menyimpang daripadanya.

Di samping itu, jika ini yang terjadi, maka akan ada penekanan pada aspek-aspek batiniah dan rohaniah dari etika dan agama daripada aspek-aspek lahiriah dan duniawi. pemikiran bahwa suatu tuntutan agama bisa lebih diprioritaskan daripada kewajiban seseorang kepada orang tuanya adalah salah satu yang ditentang Tuhan Yesus (bandingkan Markus 7:10-13). Pemikiran semacam ini disetujui oleh beberapa penafsir hukum Taurat pada waktu itu, tetapi dalam hal ini orang Yahudi secara umum setuju dengan ajaran Tuhan Yesus. Sekali lagi Tuhan sangat tidak mengindahkan detil-detil dari upacara penyucian atau aturan-aturan makan, karena hal ini tidak mempunyai bobot etis. Markus bahkan mengatakan, bahwa dengan pernyataan-pernyataanNya mengenai perkara ini la menyatakan semua makanan halal (Markus 7:19). Matius tidak menuliskan apa yang dikatakan Markus ini, tetapi ia menuliskan pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus yang diinterpretasikan sedemikian oleh Markus (Matius 15:17-20).

Tetapi bukanlah upacara-upacara mencuci tangan dan aturan tentang makanan termasuk dalam iota-iota dan titik-titik dari Hukum Taurat ? Tidakkah mereka termasuk paling tidak dalam 'perintah Hukum Taurat yang paling kecil?' Mungkin begitu, tetapi di mata Tuhan Yesus 'keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan' jauh lebih penting lagi (Matius 23:23). Dan bagaimana dengan upacara-upacara korban ? Mereka jelas termasuk dalam Hukum Taurat, tetapi sikap Tuhan Yesus terhadap hal-hal semacam itu dimantapkan dalam kutipanNya dari seorang nabi besar Perjanjian Lama : 'Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan' (Hosea 6:6) Hanyalah Matius sendiri, di antara keempat penginjil, yang mencatat bahwa Tuhan Yesus mengutip kata-kata ini, dan ia mencatat bahwa Tuhan Yesus menggunakan kata-kata itu dua kali (Matius 9:13; 12:7). Hukum Taurat digenapi lebih secara etis daripada secara upacara. Tuhan Yesus meneguhkan penekanan dari nabi-nabi besar ketepatan dalam pelaksanaan upacaraupacara agama itu sia-sia belaka kalau seseorang lalai 'berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah' (Mikha 6:8). Yang penting adalah manusia, bukan hal-hal yang tidak bernyawa.

Bagi Tuhan Yesus, Hukum Taurat adalah pernyataan dari kehendak Allah, kehendak Allah itu kekal dan tidak bisa diubah. Tuhan Yesus datang bukan untuk mengubah kehendak Allah; la menggenapinya. Standar ketaatan kepada kehendak Allah yang la berikan, lewat teladan dan ajaranNya, lebih tepat daripada standar yang diberikan lewat hukum yang tertulis. la menekankan bahwa kehendak Allah harus dilakukan dari hati. Tetapi, dengan menekankan hal ini, ia menyediakan jalan di mana melakukan kehendak Allah dari hati bukan merupakan angan-angan yang tidak bisa dilakukan. Jika Paulus diikutsertakan untuk menafsirkan ajaran Tuhan Yesus ini, maka rasul yang menyatakan bahwa pria dan wanita dibenarkan di hadapan Allah karena iman kepada Tuhan Yesus dan bukan karena melakukan Hukum Taurat juga menyatakan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Tuhan Yesus menerima Roh Kudus sehingga 'tuntutan Hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh' (Roma 8:4). Injil menuntut lebih banyak daripada Hukum Taurat, tetapi Injil memberikan kuasa untuk melakukannya. Seseorang menuliskan hal ini dalam sebuah sanjak yang kurang beraturan tetapi yang kata-katanya sangat bermakna:


Berlelah berusaha melakukan Hukum Taurat, namun aku tidak diberi kaki maupun tangan, berita yang lebih baik oleh Injil:yang menyuruhku terbang dan memberiku sayap.


Disini

Wamena, 5 Agustus 2023

An Yoel Giban



Statistik Pengunjung