- HP selalu di genggam walaupun sedang berada di rumah
- Ditanya nomor baru selalu berkata tidak tahun [sengaja nomor tersebut dihapal]
- Ditanya nomor-nomor baru yang mencurigakan dia akan mengalikan ke kesalahan pasangannya di masa lalu
- Henpon di Privasi sehingga kita tidak bisa mengakses
- Suka Foto selfi hot dan berdandan yang berlebihan [fotonya dikirim ke selingkuhan]
Selasa, 12 Desember 2023
SELINGKUH
Sabtu, 09 Desember 2023
JAGA HATI PASANGANMU
Sabtu, 04 November 2023
Renungan Harian Lilin Kecil
Selasa, 31 Oktober 2023
Renungan Harian Lilin Kecil
Senin, 30 Oktober 2023
Refleksi Kehidupan
MAKNA KATA HIDUP
Kata HIDUP merupakan konsep yang kompleks dan relevan bagi setiap individu. Kata hidup memiliki berbagai makna yang dapat diinterpretasikan oleh masing-masing orang sesuai dengan pengalaman dan pandangan hidup mereka.
Secara umum, hidup dapat diartikan sebagai keadaan atau proses keberadaan yang dimiliki oleh semua makhluk hidup di dunia ini. Namun, makna hidup tidak hanya terbatas pada penjelasan tersebut. Makna hidup juga mencakup pemahaman tentang tujuan, arti, dan nilai yang dikaitkan dengan kehidupan seseorang.
Dalam konteks ini, hidup memiliki makna yang lebih dalam dan filosofis. Banyak ahli dan filsuf telah mencoba memberikan penjelasan tentang makna hidup. Misalnya, Viktor Frankl, seorang psikolog eksistensial, berpendapat bahwa hidup memiliki makna yang terkait dengan pencarian dan pemenuhan tujuan hidup serta menemukan arti hidup dalam menghadapi tantangan dan penderitaan.
Selain itu, hidup dapat diartikan sebagai anugerah yang mengandung tanggung jawab moral. Dalam perspektif ini, hidup memiliki makna yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban yang harus dijalani oleh setiap individu demi kebaikan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Lebih jauh lagi, hidup juga dapat diartikan sebagai perjalanan atau petualangan pribadi. Hidup adalah proses pembelajaran dan pertumbuhan, di mana setiap pengalaman dan pelajaran yang diperoleh membentuk dan mengubah diri kita.
Namun, penting untuk diingat bahwa makna hidup adalah konseptual dan bergantung pada perspektif individu. Setiap orang memiliki interpretasi unik tentang makna hidup mereka sendiri berdasarkan kepercayaan, nilai, dan pengalaman pribadi mereka.
Dalam menghadapi pertanyaan tentang makna hidup, penting bagi setiap individu untuk melakukan refleksi diri, mengenali nilai-nilai yang penting bagi mereka, menentukan tujuan hidup, dan hidup sesuai dengan pemahaman tentang makna hidup tersebut. Dengan demikian, seseorang dapat mencapai kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Semoga bermanfaat
Disini
JAYAPURA 31 Oktober 2023
an Yoel Giban
Minggu, 29 Oktober 2023
Refleksi Rohani
Minggu, 22 Oktober 2023
Comentary Mathew Hendry
Lukas 17:11-19
Ucapan Syukur 1 dari 10 orang yang Disembuhkan oleh Yesus
Di sini diceritakan mengenai kesembuhan sepuluh orang kusta, yang tidak kita temukan di dalam kitab-kitab Injil lainnya. Kusta merupakan sebuah penyakit yang dianggap orang Yahudi sebagai hukuman atas dosa tertentu, dan terkena penyakit ini, lebih dari penyakit lainnya, diartikan sebagai tanda ketidaksenangan Allah. Dan oleh karena itulah Yesus, yang datang untuk menghapuskan dosa dan melenyapkan murka, sangat peduli untuk mentahirkan orang kusta yang Ia temui dalam perjalanan-Nya. Yesus sedang menuju Yerusalem, di tengah-tengah perjalanan-Nya, di mana Dia tidak begitu banyak memiliki kenalan bila dibandingkan dengan yang dimiliki-Nya di Yerusalem ataupun di Galilea. Dia telah berada di garis batas wilayah, perbatasan yang menghampar di antara Samaria dan Galilea. Dia melewati jalan itu untuk menemukan orang-orang kusta itu dan menyembuhkan mereka, sebab Dia berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari-Nya.
I. Permintaan orang-orang kusta itu kepada Yesus. Mereka bersepuluh, sebab, meskipun mereka dikucilkan dari pergaulan dengan orang lain, mereka tetap leluasa untuk bergaul dengan sesama penderita kusta lainnya, dan hal itu menghiburkan mereka, sebab dengan begitu mereka memiliki kesempatan untuk saling berbagi dan saling menguatkan.
Mereka menemui Yesus ketika Ia memasuki suatu desa. Mereka tidak membiarkan-Nya beristirahat terlebih dahulu setelah perjalanan jauh, melainkan segera menemui-Nya begitu Ia memasuki desa, dengan tubuh yang pasti masih letih. Namun, Dia tetap tidak mengusir mereka ataupun menunda-nunda melayani perkara mereka.
Mereka tinggal berdiri agak jauh, sebab mereka tahu bahwa berdasarkan hukum Taurat, penyakit mereka itu mengharuskan mereka untuk menjaga jarak. Kesadaran akan penyakit kusta rohani kita haruslah membuat kita rendah hati saat datang menghampiri-Nya. Siapakah kita ini, sehingga berani mendekat kepada Dia yang benar-benar kudus? Kita sendiri jauh dari kudus.
Mereka sepakat meminta satu hal, dan benar-benar gigih memohonkannya (ay. 13): Mereka berteriak, sebab mereka berada agak jauh, dan berseru, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Orang-orang yang mengharapkan bantuan dari Kristus harus memandang-Nya sebagai Guru dan taat terhadap perintah-Nya. Jika Dia adalah Guru, maka itu berarti bahwa Dia juga adalah Yesus, Sang Juruselamat, dan bukan sebaliknya. Mereka tidak secara khusus meminta supaya disembuhkan dari penyakit kusta, melainkan memohon, "Kasihanilah kami"; dan itu pun cukup untuk menimbulkan belas kasihan Yesus, sebab belas kasihan-Nya tak habis-habisnya. Mereka telah mendengar tentang Yesus (sekalipun Ia sendiri jarang berkhotbah di daerah itu), dan itulah yang meneguhkan mereka untuk meminta pertolongan dari-Nya. Dan memang, jika ada satu orang saja yang memulai permohonan yang sederhana seperti itu, maka semua yang lain pun akan ikut bergabung.
II. Yesus mengirim mereka kepada imam, supaya diperiksa oleh imam, yang merupakan pengadil dalam hal penyakit kusta. Yesus tidak mengatakan bahwa mereka pasti akan sembuh. Ia hanya menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri kepada imam-imam (ay. 14).
Hal itu merupakan ujian bagi ketaatan mereka, dan mereka memang pantas diuji sebagaimana Naaman yang disuruh pergi mandi dalam sungai Yordan. Perhatikanlah, orang-orang yang mengharapkan kebaikan Yesus haruslah bersedia mendapatkannya dengan cara yang telah Ia tentukan. Beberapa dari orang kusta ini mungkin saja ingin membantah suruhan itu: "Kalau Dia mau, seharusnya Dia langsung saja menyembuhkan kita. Tetapi kalau tidak, Dia sebaiknya berterus-terang saja. Tidak usah suruh kita pergi menemui imam-imam seperti ini." Akan tetapi, karena sisanya setuju, maka akhirnya mereka semua pergi menghadap imam. Oleh karena hukum tata cara masih berlaku, Yesus pun berhati-hati menjaga hukum tersebut supaya dijalankan dan supaya nama baik hukum itu tetap dijaga. Ia juga ingin menjaga agar penghormatan yang selayaknya tetap diberikan kepada para imam yang menjalankan tugas mereka sesuai dengan hukum itu. Akan tetapi, mungkin juga Ia memiliki rencana lain, yaitu supaya imam itu bisa menilai dan menyaksikan kesempurnaan kesembuhan tersebut, dan supaya sang imam menjadi tergugah, dan menggugah rekan-rekan imamnya yang lain untuk mencari tahu mengenai pribadi yang memiliki kuasa sebegitu dahsyatnya atas penyakit-penyakit tubuh.
III. Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir, sehingga mereka layak untuk diperiksa oleh sang imam dan disahkan olehnya bahwa mereka telah menjadi tahir.
Perhatikanlah, kita barulah dapat berharap Allah akan menyongsong kita dengan belas kasihan-Nya bila kita didapati sedang menjalankan tugas kita. Jika kita melakukan apa yang kita bisa, Allah tidak akan segan-segan turun tangan untuk melakukan apa yang tidak mampu kita lakukan. Pergilah, jalankanlah segala perintah dan ketetapan. Pergilah, berdoalah dan bacalah firman Allah: Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam; pergilah dan ungkapkanlah perkaramu di hadapan hamba Allah yang setia. Segala sarana itu tidaklah dengan sendirinya punya kekuatan untuk memulihkanmu, tetapi Allah sendirilah yang akan memulihkan engkau melalui sarana-sarana tersebut.
IV. Seorang dari mereka, hanya seorang saja, kembali, untuk mengucap syukur (ay. 15).
Ketika melihat bahwa ia telah sembuh, dia tidak lantas terus pergi menemui sang imam untuk dinyatakan tahir olehnya dan dibebaskan dari segala pengucilan yang sebelumnya telah mengungkungnya, seperti yang hendak dilakukan oleh sembilan orang lainnya, melainkan kembali kepada Dia yang merupakan sumber dari kesembuhannya itu. Ia ingin memberikan kemuliaan kepada-Nya terlebih dahulu, sebelum ia mengecap kebaikan-Nya. Kelihatannya dia begitu tulus dan bersungguh-sungguh dalam pengucapan syukurnya itu: Ia memuliakan Allah dengan suara nyaring, mengakui bahwa kesembuhannya itu berasal dari Dia. Ia mengangkat suaranya dalam puji-pujian, seperti yang dilakukannya ketika berseru memohon kepada-Nya (ay. 13). Orang-orang yang telah menerima belas kasihan dari Allah haruslah mengumandangkannya kepada orang lain, supaya mereka dapat memuji Allah juga, dan didorong melalui pengalaman mereka itu, memercayai Allah. Akan tetapi, dia juga mengungkapkan rasa syukurnya kepada Kristus dengan cara yang istimewa (ay. 16): Ia lalu tersungkur di depan kaki Yesus, dalam sikap hormat yang menunjukkan kerendahan hati yang paling dalam, dan mengucap syukur kepada-Nya.
Perhatikanlah, kita harus mengucap syukur atas kebaikan yang telah Yesus limpahkan kepada kita, terutama atas kesembuhan penyakit kita, dan kita haruslah bergegas dalam melayangkan pujian, tidak menunda-nundanya, sebab bisa saja waktu akan melunturkan kesadaran kita akan belas kasihan tersebut. Kita juga wajib merendahkan diri saat mengucapkan syukur, seperti saat berdoa. Sudah merupakan kewajiban keturunan Yakub, sebagaimana dia sendiri, untuk mengakui diri mereka sebagai yang paling hina dan tidak layak menerima belas kasihan Allah, sesudah mereka menerima belas kasihan itu, seperti halnya ketika mereka sedang meminta belas kasihan tersebut.
V. Yesus memperhatikan yang seorang itu, yang dengan demikian terlihat menonjol dari yang lainnya. Kelihatannya dia adalah seorang Samaria, sementara yang lainnya adalah orang-orang Yahudi (ay. 16).
Orang-orang Samaria terpisah dari jemaat Yahudi dan tidak memiliki pengetahuan dan ibadah penyembahan yang murni terhadap Allah seperti yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi. Akan tetapi, justru seorang Samaria-lah yang memuliakan Allah ketika orang-orang Yahudi lupa melakukannya, atau bahkan menolak untuk melakukannya.
Perhatian khusus yang diberikan Yesus kepadanya. Orang Samaria itu kembali untuk berterima kasih. Padahal yang lainnya menunjukkan sikap tidak berterima kasih walaupun mereka juga sama-sama menikmati belas kasihan Kristus. Ternyata justru orang asing di negeri Israellah yang menjadi satu-satunya orang yang kembali untuk memuliakan Allah (ay. 17-18).
(1) Betapa murah hatinya Yesus dalam berbuat baik: Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di sini terjadi penyembuhan secara besar-besaran, semua si sakit dipulihkan dengan hanya sebuah perkataan saja. Perhatikanlah, ada kelimpahan penyembuhan di dalam darah Kristus, yang cukup bagi semua pasien-Nya, betapapun banyaknya jumlah mereka itu. Kita lihat di sini sepuluh orang ditahirkan sekaligus. Jadi, kita tidak akan kehabisan anugerah dengan membaginya bersama orang lain.
(2) Betapa pelitnya kita dalam membalas budi: "Di manakah yang sembilan orang itu? Mengapa mereka tidak kembali untuk berterima kasih?" Hal ini menyiratkan bahwa sikap tidak tahu berterima kasih adalah dosa yang kerap ditemukan. Dari antara banyak orang yang menerima belas kasihan Allah, hanya ada sedikit, sangat sedikit, yang kembali untuk berterima kasih dengan cara yang benar (bahkan kurang dari satu berbanding sepuluh), yang bersikap tahu membalas budi atas kebaikan yang telah mereka terima.
(3) Betapa seringnya terjadi bahwa yang paling berterima kasih justru adalah orang yang paling tidak terduga akan melakukannya. Seorang Samaria mengucap syukur, sementara orang Yahudi tidak. Begitulah, banyak orang yang mengaku-ngaku beragama dikalahkan dan dipermalukan oleh orang-orang yang hanya mengikuti dorongan rohani alamiah saja, bukan hanya dalam hal nilai-nilai moral, tetapi juga di dalam kesalehan dan bakti. Hal ini memperberat kesalahan orang-orang Yahudi yang tidak tahu berterima kasih itu, yang menurut Kristus telah menyepelekan kebaikan-Nya. Hal itu juga menunjukkan bahwa Kristus sungguh layak untuk merasa kesal karena sikap umat manusia yang tidak tahu berterima kasih itu. Dia telah berbuat begitu banyak bagi mereka, tetapi hanya menerima begitu sedikit saja balas budi dari mereka.
Peneguhan besar yang Kristus berikan baginya (ay. 19). Kesembilan orang lainnya memang mendapatkan kesembuhan, dan kesembuhan itu tidak ditarik kembali, walaupun hal sedemikian pantas diterima oleh mereka yang tidak tahu berterima kasih itu, bahkan sekalipun mereka melihat suatu teladan sikap berterima kasih di depan mata mereka. Akan tetapi, orang ini mendapatkan peneguhan atas kesembuhannya itu secara khusus, dengan sebuah pujian istimewa: Imanmu telah menyelamatkan engkau. Kesembilan orang lainnya dipulihkan oleh kuasa Kristus, oleh belas kasihan-Nya atas kesulitan mereka, dan sebagai jawaban atas doa mereka. Akan tetapi orang Samaria itu diselamatkan oleh imannya, yang membuatnya menonjol di mata Kristus. Perhatikanlah, berkat-berkat sementara yang kita peroleh di dunia ini akan dilipatgandakan dan terasa manis bagi kita bila didapatkan melalui doa yang penuh iman dan disyukuri dengan puji-pujian yang juga penuh iman. Amin
Wamena 22 Oktober 2023
Senin, 16 Oktober 2023
Renungan Pagi
Jumat, 29 September 2023
Renungan Pagi
Renungan Harian Lilin Kecil
Rabu, 27 September 2023
Renungan LUKAS 1:1-4
Rabu, 13 September 2023
Renungan Lilin Kecil Markus 2:23-28
Minggu, 27 Agustus 2023
Renungan Lilin Kecil Matius 23
Sabtu, 26 Agustus 2023
Renungan Harian Lilin Kecil Matius 22:1-14
Jumat, 25 Agustus 2023
Renungan Lilin Kecil
Jumat, 18 Agustus 2023
Renungan Lilin Kecil Matius 16:21-28
Kamis, 17 Agustus 2023
Renungan Lilin Kecil Matius 16:5-12
Rabu, 16 Agustus 2023
Renungan Lilin Kecil Matius 15:29-32
Selasa, 15 Agustus 2023
Renungan Lilin Kecil Matius 14:13-21
Senin, 14 Agustus 2023
Renungan Harian Lilin Kecil Matius 13:31-35
Sabtu, 12 Agustus 2023
Renungan Harian Lilin Kecil Minggu 13 Agustus 2022
Jumat, 11 Agustus 2023
Renungan dari Lilin Kecil Matius 12:1-8
Renungan dari Lilin Kecil
Kamis, 10 Agustus 2023
Renungan Lilin Kecil
Rabu, 09 Agustus 2023
Renungan Harian Lilin Kecil
Senin, 07 Agustus 2023
Renungan Lilin Kecil
Minggu, 06 Agustus 2023
Renungan Pagi Lilin Kecil
Sabtu, 05 Agustus 2023
MENYENDIRI ( Nomunak)
Matius 5:17-20
SATU IOTA ATAU SATU TITIK PUN TIDAK AKAN DITIADAKAN
=================================================
17. 'Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi, Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18.Karena Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 19. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah Hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.20.Maka Aku berkata kepadamu; Jika hidup keagamaanmu tidak lebih baik daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak masuk ke dalam Kerajaan Surga'
Perkataan di atas dengan tegas merupakan pernyataan yang tidak kenal kompromi tentang keabsahan Hukum Musa yang kekal. Bagian yang paling kecil pun tidak dihapuskan. 'Jot' (Authorized [King James] Version of the English Bible) adalah huruf terkecil dari abjad Ibrani. 'Iota' (Revised Standart Version [1 946- 1952]) adalah huruf terkecil dari abjad Yunani. 'Titik' adalah tanda yang sangat kecil yang ditambahkan pada sebuah huruf, mungkin untuk membedakannya dengan huruf lain yang mirip, seperti dalam abjad kita 'G' dibedakan dari 'C', atau 'Q' dari 'O'.
Apakah yang keras dan sulit dari pernyataan yang tidak kenal kompromi ini ? Bagi beberapa pembaca, kekerasan itu terletak dalam kesulitan untuk mengenali Si Pembicara Sang Kristus yang menurut Paulus, 'adalah kegenapan Hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya' (Roma 10:4). Yang lain lagi tidak merasa sulit untuk menanggapi bahwa konsepsi Paulus mengenai Tuhan Yesus berbeda secara radikal dari apa yang dipaparkan dalam kitab-kitab Injil mengenai sifat dan ajaranNya. Pandangan ini memang pernah diutarakan (sekarang tidak sesering seperti pada masa-masa yang lebih awal) bahwa Paulus dianggap sebagai orang yang memperlemah salah satu dari perintah-perintah ini yang paling kecil dan mengajarkan demikian orang lain'. Pernyataan seperti ini menandakan bahwa perkataan ini tidak berasal dari Tuhan Yesus, tetapi dari sekelompok orang di gereja purba yang tidak menyukai Paulus. Bahkan tanpa mengacu pada kata-kata Paulus pun, banyak orang berpendapat bahwa kata-kata ini berasal dari sekelompok orang di gereja purba yang ingin mempertahankan wewenang Hukum Taurat atas orang-orang Kristen. Menurut Bultman, perkataan ini merekam sikap kolot masyarakat Palestina yang bertolak belakang dengan sikap orang Hellenis.
Mungkin ada beberapa kumpulan dari perkataan-perkataan Tuhan Yesus yang telah beredar sebelum kitab-kitab Injil diterbitkan secara benar. Dan salah satunya, yang lebih disukai oleh orang-orang Yahudi Kristen yang kolot, rupa-rupanya dipakai oleh Matius bersama-sama dengan perkataan-perkataan lainnya. Kumpulan-kumpulan dari perkataan-perkataan semacam ini bisa dibuat sesuai dengan pandangan orang yang menghimpunnya : perkataan-perkataan yang kelihatannya menunjang pandangan itu akan disertakan, sedang perkataan-perkataan yang kelihatannya berlawanan tidak akan disertakan. Ajaran Tuhan Yesus lebih beragam daripada yang bisa diungkapkan oleh bagian mana pun dari kumpulan perkataan-perkataanNya. Dengan tidak mengkhususkan diri pada kumpulan yang mana pun, maka Matius memberikan gambaran lengkap dari ajaran Tuhan Yesus. Perkataan seperti yang baru dikutip ini mempunyai tiga latar belakang kehidupan yang berurut-urutan : latar belakang kehidupan dalam pelayanan Tuhan Yesus yang bersifat sejarah, latar belakang dalam kumpulan perkataan Tuhan Yesus yang terbatas, dan latar belakang dalam Injil Matius. Yang langsung berhubungan dengan kita hanyalah yang mempunyai latar belakang dalam Injil Matius. (Selain dari ketiga latar belakang ini tentunya bisa didapatkan latar belakang kehidupan lain yang timbul kemudian sesuai dengan perkembangan sejarah gereja dan tafsiran. Pernyataan yang berbunyi 'Aku datang untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya' telah dipakai, misalnya, untuk memperkenalkan Injil sebagai kegenapan Hinduisme, tetapi penggunaan semacam ini tidak ada hubungannya dengan maksud Tuhan Yesus atau Matius).
Ada sedikit pengecualian di dalam pendapat bahwa hanya di dalam latar belakang dalam Injil Matius perkataan ini langsung berhubungan dengan kita. Di dalam Lukas 16:16-17 Tuhan Yesus berkata, "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya serta berebut memasukinya. Lebih mudah langit dan bumi lenyap daripada satu titik dari Hukum Taurat batal". Kalimat kedua dari dua kalimat ini paralel (tetapi tidak identik) dengan Matius 5:18, yaitu perkataan mengenai iota dan titik. Kumpulan perkataan yang dianggap telah dihimpun oleh orang-orang Kristen yang berpikir lebih legalistis, dan yang sangat mungkin dipakai oleh Matius sebagai salah satu sumber tulisan-tulisannya, sering disebut sebagai perkataan M (karena hanya terdapat di dalam Injil Matius). Kumpulan lain yang lebih luas juga sangat mungkin dipakai baik oleh Matius dan Lukas disebut sebagai perkataan Q. Jadi, kemungkinan susunan perkataan mengenai 'iota dan titik' yang terdapat dalam Matius 5:18 adalah susunan M, sedangkan yang terdapat dalam Lukas 16:17 adalah susunan D. T.W. Manson adalah salah seorang ahli yang percaya bahwa ini memang demikian, dan ia menganjurkan agar pembacapembacanya memikirkan dua kemungkinan. Kemungkinan pertama ialah bahwa susunan perkataan dari Lukas lebih mendekati yang asli dan bahwa susunan di dalam Matius 'adalah perbaikan dari Lukas supaya bisa cocok dengan ajaran para rabi'. Kemungkinan lain, yang mengikuti kemungkinan yang pertama, ialah bahwa 'perkataan ini dalam bentuk aslinya bukan menyatakan keabadian Hukum Taurat tetapi kekolotan yang tak bisa dibengkokkan dari ahli-ahli Taurat', bahwa maksud perkataan ini bukan sebagai 'ajaran sehat para nabi tetapi ironi yang pahit'. Boleh dikatakan bahwa Tuhan Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat. "Dunia akan sampai kepada kesudahannya sebelum engkau meninggalkan bagian yang paling kecil dari penafsiran Hukum Taurat menurut adat istiadat nenek moyangmu.
Jelaslah bahwa Tuhan Yesus tidak menerima penafsiran Hukum Taurat menurut adat istiadat nenek moyang. Memang la mendakwa ahli-ahli Taurat, para pelajar dan pengajar yang diakui dari Hukum Taurat, dengan mengatakan, "kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu". (begitu kita baca dalam Matius 15:3 dalam sebuah kutipan berdasarkan Markus 7:9). Ia mengatakan bahwa dengan aplikasi mereka dari Hukum Taurat, mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkan di atas bahu orang' (Matius 23:4); berlawanan dengan ayat ini, Ia mengundang : 'pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku .... sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan' (Markus 11:29-30).
Tetapi dengan mengatakan ini Tuhan Yesus tidak memperlemah tuntutan-tuntutan Hukum Allah; la juga tidak merekomendasikan standar kebenaran yang lebih rendah daripada yang dituntut oleh 'ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi'. Sebaliknya : la menekankan bahwa izin memasuki Kerajaan Surga bersyaratkan kebenaran, melebihi kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi. Pernyataan yang terakhir ini, terdapat dalam Matius 5:20, merupakan kata pembukaan dari pasal-pasal berikutnya, yang berisi pernyataan Tuhan Yesus mengenai apa artinya taat kepada hukum yang la berikan dalam serentetan perkataan keras, yang akan kita pelajari satu per satu. Tetapi untuk kesempatan ini kita bisa menyebutkan dua prinsip dalam menafsirkan dan mengaplikasikan Hukum Taurat.
Pertama, Ia menyatakan bahwa cara yang benar untuk menaati hukum yang mana pun juga ialah dengan memenuhi tujuan untuk apa hukum itu diberikan. Ia mengatakan ini sehubungan dengan hukum pernikahan; Ia mengatakan ini sehubungan dengan hukum hari Sabat. Pada hari Sabat, menurut hukum yang keempat, 'jangan engkau melakukan sesuatu pekerjaan'. Menurut pandangan para pemelihara Hukum Taurat, perintah ini mengharuskan kita dengan teliti membuat definisi tentang apa yang dimaksud dengan 'pekerjaan', sehingga orang bisa tahu dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari itu. Keadaan bisa mengubah beberapa kasus, misalnya tindakan penyembuhan diperbolehkan kalau itu menyangkut hidup atau mati, tetapi bila pengobatan bisa ditunda sampai keesokan hari tanpa membahayakan pasien, maka itu lebih baik. Tepatnya dalam hal seperti inilah Tuhan Yesus berkonfrontasi berulang-ulang dengan para ahli Taurat dan antek-anteknya, kriteria Tuhan Yesus dalam memenuhi hukum ini ialah dengan menanyakan untuk apakah hari Sabat itu ditetapkan. Hari itu ditetapkan, kata Tuhan, adalah untuk memberikan istirahat dan kelegaan bagi umat manusia : mereka tidak dicipta demi hari Sabat, tetapi hari Sabat diberikan demi kebaikan mereka. Karena itu, setiap tindakan yang membuat mereka lebih santai dan lega, lebih memajukan keadaan mereka secara umum diperbolehkan pada hari Sabat. Hal itu bukan saja diperbolehkan pada hari Sabat : hari Sabat adalah hari yang paling cocok untuk melakukannya, karena perbuatan itu begitu mendukung secara istimewa tujuan Allah dalam menetapkan hari Sabat. Kita melihat bahwa Tuhan Yesus menyembuhkan orang dengan memilih hari Sabat, karena perbuatan semacam ini meninggalkan hari Sabat.
la tidak melanggar hukum yang keempat, tetapi ia menafsirkannya secara berbeda dari penafsiran yang sedang berlaku. Apakah prinsip penafsiranNya 'mengungguli kebenaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi?' Mungkin demikian. Ada beberapa orang yang merasa lebih gampang mempunyai satu set peraturan-peraturan : bila muncul masalah secara praktis, ia bisa berpaling pada peraturan-peraturan itu dan ia tahu apa yang harus dilakukan. Tetapi bila mereka harus memutuskan perbuatan mana yang paling memenuhi tujuan hukum itu, maka mereka harus memutar otak, dan pemutaran otak semacam ini yang melibatkan tanggung jawab pribadi, merupakan sesuatu yang sulit bagi mereka.
Kedua, Tuhan Yesus menyatakan bahwa ketaatan atau ketidaktaatan pada Hukum Taurat dimulai dari dalam hati manusia. Tidak cukup untuk menyesuaikan perbuatan dan perkataan yang di luar dengan apa yang dikehendaki oleh Hukum Taurat; pertama-tama kehidupan yang di dalam harus diselaraskan dengan Hukum Taurat. Maka salah seorang pemazmur dari Perjanjian Lama menyatakan perasaannya demikian : 'aku akan melakukan kehendakMu ya Allahku; TauratMu ada di dalam dadaku' (Mazmur 40:9). Mazmur ini tidak dikutip oleh Tuhan Yesus dalam kitab-kitab Injil, tetapi di bagian lain dalam Perjanjian Baru bahasa yang dipakai menunjuk pada Dia (Ibrani 10:7,9). Memang kata-kata yang dipakai sangat jelas menyatakan sikap Tuhan Yesus sendiri dan sikap yang la nasehatkan kepada pendengar-pendengarNya. jika pikiran dan kemauan ditekadkan untuk melakukan kehendak Allah, maka perkataan dan perbuatan tidak akan menyimpang daripadanya.
Di samping itu, jika ini yang terjadi, maka akan ada penekanan pada aspek-aspek batiniah dan rohaniah dari etika dan agama daripada aspek-aspek lahiriah dan duniawi. pemikiran bahwa suatu tuntutan agama bisa lebih diprioritaskan daripada kewajiban seseorang kepada orang tuanya adalah salah satu yang ditentang Tuhan Yesus (bandingkan Markus 7:10-13). Pemikiran semacam ini disetujui oleh beberapa penafsir hukum Taurat pada waktu itu, tetapi dalam hal ini orang Yahudi secara umum setuju dengan ajaran Tuhan Yesus. Sekali lagi Tuhan sangat tidak mengindahkan detil-detil dari upacara penyucian atau aturan-aturan makan, karena hal ini tidak mempunyai bobot etis. Markus bahkan mengatakan, bahwa dengan pernyataan-pernyataanNya mengenai perkara ini la menyatakan semua makanan halal (Markus 7:19). Matius tidak menuliskan apa yang dikatakan Markus ini, tetapi ia menuliskan pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus yang diinterpretasikan sedemikian oleh Markus (Matius 15:17-20).
Tetapi bukanlah upacara-upacara mencuci tangan dan aturan tentang makanan termasuk dalam iota-iota dan titik-titik dari Hukum Taurat ? Tidakkah mereka termasuk paling tidak dalam 'perintah Hukum Taurat yang paling kecil?' Mungkin begitu, tetapi di mata Tuhan Yesus 'keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan' jauh lebih penting lagi (Matius 23:23). Dan bagaimana dengan upacara-upacara korban ? Mereka jelas termasuk dalam Hukum Taurat, tetapi sikap Tuhan Yesus terhadap hal-hal semacam itu dimantapkan dalam kutipanNya dari seorang nabi besar Perjanjian Lama : 'Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan' (Hosea 6:6) Hanyalah Matius sendiri, di antara keempat penginjil, yang mencatat bahwa Tuhan Yesus mengutip kata-kata ini, dan ia mencatat bahwa Tuhan Yesus menggunakan kata-kata itu dua kali (Matius 9:13; 12:7). Hukum Taurat digenapi lebih secara etis daripada secara upacara. Tuhan Yesus meneguhkan penekanan dari nabi-nabi besar ketepatan dalam pelaksanaan upacaraupacara agama itu sia-sia belaka kalau seseorang lalai 'berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah' (Mikha 6:8). Yang penting adalah manusia, bukan hal-hal yang tidak bernyawa.
Bagi Tuhan Yesus, Hukum Taurat adalah pernyataan dari kehendak Allah, kehendak Allah itu kekal dan tidak bisa diubah. Tuhan Yesus datang bukan untuk mengubah kehendak Allah; la menggenapinya. Standar ketaatan kepada kehendak Allah yang la berikan, lewat teladan dan ajaranNya, lebih tepat daripada standar yang diberikan lewat hukum yang tertulis. la menekankan bahwa kehendak Allah harus dilakukan dari hati. Tetapi, dengan menekankan hal ini, ia menyediakan jalan di mana melakukan kehendak Allah dari hati bukan merupakan angan-angan yang tidak bisa dilakukan. Jika Paulus diikutsertakan untuk menafsirkan ajaran Tuhan Yesus ini, maka rasul yang menyatakan bahwa pria dan wanita dibenarkan di hadapan Allah karena iman kepada Tuhan Yesus dan bukan karena melakukan Hukum Taurat juga menyatakan bahwa barangsiapa yang beriman kepada Tuhan Yesus menerima Roh Kudus sehingga 'tuntutan Hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh' (Roma 8:4). Injil menuntut lebih banyak daripada Hukum Taurat, tetapi Injil memberikan kuasa untuk melakukannya. Seseorang menuliskan hal ini dalam sebuah sanjak yang kurang beraturan tetapi yang kata-katanya sangat bermakna:
Berlelah berusaha melakukan Hukum Taurat, namun aku tidak diberi kaki maupun tangan, berita yang lebih baik oleh Injil:yang menyuruhku terbang dan memberiku sayap.
Disini
Wamena, 5 Agustus 2023
An Yoel Giban