Minggu, 31 Januari 2021

JANGAN BURU-BURU

1 TOMOTIUS, 5:17-25

 TEKS Terjemahan Bebas (TB): Ayat 17  Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. 18  Bukankah Kitab Suci berkata: "Janganlah engkau memberangus[1] mulut lembu yang sedang mengirik[2]," dan lagi "seorang pekerja patut mendapat upahnya." 19  Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi. 20  Mereka yang berbuat dosa hendaklah kautegor di depan semua orang agar yang lain itupun takut. 21  Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihan-Nya kupesankan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak. 22  Janganlah engkau terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu. 23  Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah. 24  Dosa beberapa orang menyolok, seakan-akan mendahului mereka ke pengadilan, tetapi dosa beberapa orang lagi baru menjadi nyata kemudian. 25  Demikianpun perbuatan baik itu segera nyata dan kalau tidak demikian, ia tidak dapat terus tinggal tersembunyi.

PENGANTAR

Teks ini merupakan bagian dari nasehat Rasul Paulus kepada Timotius tentang bagaimana seharusnya menghormati pimpinan sebagai orang yang bekerja keras dalam pelayanan yaitu mereka yang berkhotbah dan yang mengajar.  Sebagai pengkhotbah dan pengajar mempersiapkan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Tuhan mereka melakukan  secara sadar dan terencana dan itu tidak terburu-buru. Semua kata-kata yang mereka ucapkan adalah bersumber dari refleksi rohani  bagi umat, agar hidupnya tidak terburu-buru alias tidak sembarangan di hadapan manusia dan di hadapan Tuhan. Terburu-buru yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mengatakan atau melakukan segala sesuatu tanpa mempertimbangkan dampaknya yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan, hilangnya kekeluargaan, hilangnya segala hal baik yang melekat dalam diri setiap anak Tuhan. Sebagai umat Tuhan mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak adalah bentuk dari kedewasaan rohani dalam keKristenan sebagai anak-anak Tuhan.

Segala sesuatu yang dikerjakan dengan terburu-buru akan berdampak negative dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan.  terburu-buru itu penting tetapi tidak terlalu penting, sebab terburu-buru selalu meninggalkan kesan negative dalam menjalani hidup sebagai umat Tuhan. Seperti halnya terburu-buru terhadap pekerjaan, terburu-buru terhadap sesuatu hal itu baik tetapi terkadang terburu-buru selalu meninggalkan kesan lain yaitu pekerjaan yang dikerjakan hasilnya tidak memuaskan atau ada saja yang dilewatkan. Oleh karena itu Rasul Paulus mengajarkan kepada kita bahwa sebagai Anak Tuhan harus mampu mengendalikan diri secara bijak. Dalam ayat 22 dikatakan bahwa  Janganlah engkau terburu-buru” menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu. Atas dasar pesan Rasul Paulus kepada Tomotius ini, memberikan gambaran bagaimana seharusnya anak Tuhan menjalani hidup dan menghormati orang lain. Dalam ayat tersebut diatas memberitahu kita bahwa “jagalah kemurnian dirimu”. Empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain itu penting dan baik tetapi Rasul Paulus mengingatkan agar memperhatikan kondisi dimana kita berbicara dan dimana kita ada. Terkadang karena terburu-buru melihat penderitaan atau kehidupan orang lain yang menyedikan, kita seringkali melibatkan diri dalam hal-hal yang harusnya tidak terlibat. Sebab dengan keterlibatan kita bisa berdampak negative bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi orang lain. Karena itu memperhatikan konteks dimana kita sedang berada dan dimana kita sedang berbicara itu sangat penting, tujuannya supaya kita terhidar dari segala hal yang berdampak balik terhadap kehidupan kita. Terburu-buru akan berdampak bagi kita sebagai anak-anak Tuhan seperti;

1.    Merusak Nama Tuhan

Terburu-buru dalam melibatkan diri atas persoalan atau kehidupan orang lain tanpa memperhatikan konteks kehidupan orang yang kepadanya kita melibatkan diri akan berdampak balik kepada diri kita. Menolong dan memberi bantuan itu penting yang lebih sering disebutkan dengan empati dan simpati itu baik, tetapi hal –hal itu bisa saja menjadi batu sandungan yang dari padanya nama Tuhan dipermalukan. Suatu pekerjaan yang menurut kita baik dan memuliahkan Tuhan belum tentu itu baik untuk orang lain. Seperti 1 Samuel 13:9-10, Saul mempersembahkan korban untuk Tuhan. Tetapi dampak balik bagi Saul adalah kehilangan hak sebagai raja bangsa Israel. Apa yang salah dalam teks ini, bukankah Saul melakukan yang benar ? Namun Tuhan tidak berkenan akan hal itu. Lalu apa yang harus dilakukan? Semuanya terlambat. Tindakan Daniel berbeda dengan tindakan Musa ataupun Abraham dan banyak nabi-nabi dan raja-raja yang bisa menjadi contoh untuk menjalani hidup yang takut akan Tuhan dan memuliahkan Tuhan melalui nama kita.

2.    Merusak nama baik  kita sendiri

Selain sebagai anak Tuhan, suatu perbuatan kita akan berbalik kepada diri kita sendiri baik itu perbuatan yang bersifat menolong ataupun yang bersifat hanya empati terhadap kehidupan orang lain. Jika kita melakukan suatu perbuatan yang baik maka dampaknya adalah nama kita juga akan ikut baik tetapi jika kita melakukan  kebalikannya maka nama kita sendiri juga yang akan dipertaruhkannya. Karena itu sangat penting bagi seorang anak Tuhan untuk belajar mengandalkan Tuhan dalam segala hal, sebelum menolong orang lain atau melibatkan diri dalam persoalan hidup orang lain mintalah petunjuk Tuhan supaya Tuhan memberikan kecerahan dan memberikan jalan keluar yang saling menguntungkan yang di dalamnya kita menjadi berkat dan orang lain mengalami berkatnya dan akhirnya nama Tuhan yang di permuliahkan di dalam pelayanan kita.

3.    Merusak nama organisasi

Setiap hal atau perbuatan kita di ikuti oleh organisasi atau lembaga yang daripadanya kita bernaung dan belindung. Karena itu semua pelayanan dan perbuatan yang melibatkan diri kita terdapat nama organisasi. Itulah sebabnya sebagai anak Tuhan mempertimbangkan sebelum bertindak adalah jalan bijak untuk terhidar dari segala hal yang memalukan nama oraganisas melalui keterlibatan kita. Misalnya seorang hamba Tuhan mengambil tindakan untuk memberkati orang lain tanpa memperhatikan kebenarannya akan berdampak balik, seperti seorang gembala memberkati orang yang mempunyai istri lebih dari satu akan berdampak dalam pengajaran suatu organisasi.

4.    Merusak nama Keluarga

Sadar atau tidak sesungguhnya dalam diri kita terdapat nama besar keluarga kita sebagai anak Tuhan. Kita masih hidup dalam dunia dan hal-hal seperti hubungan kekeluargaan masih sangat melekat dalam diri kita. Oleh karena itu sebagai anak Tuhan sangat penting menjaga nama baik keluarga kita sendiri. Sebab Yerusalem yang dimaksudkan oleh Yesus adalah dimulai dari keluarga kita sendiri. Apalah artinya jika kita mempunyai pelayanan yang hebat di luar sana tetapi keluarga kita sendiri hidup berantakan. Karena itu melalui pelayanan kita harusnya mempermuliahkan nama keluarga kita dan daripadanya nama Tuhan lebih di tinggihkan dan di mazsyurkan.

Jika demikian maka apa yang harus kita lalukan ?

1.    Mendengarkan terlebih dahulu akan kebenarannya

Salah satu kunci mempertahankan kehidupan yang lebih baik adalah “mendengarkan” segala sesuatu yang kita dengarkan. Mendengarkan artinya adalah “memperhatikan, mengindahkan dan menuruti, tidak tergesah-gesah” berbeda dengan “dengar” yang artinya (menangkap suara) tidak ada esensinya. Mendengarkan jauh lebih penting daripada melibatkan diri tanpa memahami kebenaran yang sebenarnya. Pengkhotbah 4-17)  mengajarkan kita bahwa “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat”.

 

2.    Memberikan arahan secara bijak

Kunci suksesnya terletak dalam tindakan kita yaitu memberikan jalan keluar atas segala hal yang terjadi dalam kehidupan orang lain. Memberikan bimbingan dan arahan setelah memahami kebenaran jauh lebih berakar dan berdampak baik daripada melibatkan diri tanpa memahami konteks kehidupan orang secara buru-buru akan tidak berakar dan tidak berdampak positip. Oleh karena itu sebagai anak Tuhan memohon hikmat dan kuasa Tuhan untuk memberikan pertolongan  secara rohani kepada orang lain sebagai bukti Allah menyertai kita dalam perbuatan dan dalam kata-kata kita yang daripadanya orang lain bisa mengenal Tuhan secara pribadi dan mengakui Tuhan adalah jalan kebenaran dan kehidupan.

 

3.    Mengambil tindakan tepat tanpa meninggalkan luka hati

Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak Tuhan, semua pasti mungkin kuncinya adalah seberapa besar kita mengandalkan Tuhan dan memohon pertolongan-Nya. Jika kita banyak mengandalkan Tuhan dalam tuturkata dan dalam perbuatan pasti kita akan menjadi garam dan terang bagi kehidupan orang lain. Matius 5:13-16 mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya garam itu berfungsi. Demikianlah harusnya kehidupan seorang anak Tuhan, sehingga menjadi garam bagi kehidupan orang lain.

 

4.    Mengambil waktu untuk berdoa sebagai akhir dari tindakan tersebut

Setelah mengetahui dan memahami serta memberikan jalan keluar bagi persoalan hidup orang lain maka akhirnya sebagai anak Tuhan diakhiri dengan Doa sebagai tanda kita berhasil menyelesaikan konflik atau pproblematik kehidupan orang lain. Doa merupakan jembatan yang menghubungkan antara kita sebagai manusia yang bermasalah dengan Tuhan sebagai pihak yang memberikan pertolongan maka dalam hal ini kita menyampaikan terimakasi melalui jembatan yang disebut DOA. Doa dapat membangun komunikasi yang intim antara sesama kita dan dengan Tuhan. Dengan tindakan-tindakan yang demikian kita menjadi pembawa damai bagi sesama kita dan nama Tuhan dipermuliahkan.

Kesimpulan

Akhirnya dalam kesempatan ini dibuat suatu kesimpulan bahwa terburu-buru adalah hal negative yang harus dihindari oleh setiap anak Tuhan. Sebab terburu-buru akan menjauhkan kita dari kehidupan yang saling mengasihi dan saling menolong, hidup yang lebih baik adalah dengan adanya melibatkan Tuhan dalam segala hal dan bertindak hati-hati akan membawa kita untuk menikmati janji-janji Allah sebagaimana Janji Allah kepada Yosua 1:8 bahwa “jangan lupa memperkatakan Firman Allah sebab di dalamnya terdapat hidup kelimpahan. Tuhan Yesus memberkati kita semua”.

 

Ambon, 25 April 2020

Yoel Giban, S.Th. M.Pd.K

 

[1] Devinisi menurut Kamus kata “memberangus” adalah,  Melarang, atau menutup mulut, mengeluarkan.

[2] Mengirik artinya: Menginjak, menebah agar terlepas dari tangkainya seperti (padi kering, kacang dan sebagainya)

EBEN HAEZER

SAMPAI DISINI TUHAN MENOLONG KITA “EBEN HAEZER”

1 Samuel 7:12 (TB)  Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: "Sampai di sini TUHAN menolong kita."  

Salah satu penyebab utama untuk umat Israel sering kali gagal dan terpuruk adalah mereka melupakan Allah dan perbuatan-Nya. Keadaan seperti ini sedang terjadi ketika Samuel dipanggil dan memulai pelayanannya sebagai pemimpin umat Israel. Keadaan itu juga yang membuat Bangsa Isarel di bawah pimpinan Imam Samuel tidak lagi mengalami penyertaan Tuhan.

Tabut Allah yang mereka andalkan hanya sebagai simbol belaka, yang tanpa makna. Allah membiarkan mereka mengalami kekalahan yang mengenaskan. Di mata bangsa Filistin, Israel dianggap sebagai bangsa pecundang. Tabut perjanjian sebagai simbol kehadiran Allah bagi umat Israel telah dirampas bangsa Filistin. Dengan demikian “telah lenyap kemuliaan dari Israel” (1 Samuel 4:21).

Namun Allah tidak membiarkan tabut-Nya diperlakukan dengan tidak patut. Sehingga bangsa Filistin akhirnya harus melepaskan rampasan tabut Allah. Tetapi tabut Allah tetap tidak kembali kepada umat Israel; selama dua puluh tahun tabut itu tidak berada di antara mereka. Ini berarti umat Israel hidup tanpa mengalami penyertaan Allah.

Oleh sebab itu mereka mengeluh kepada Allah atas kondisi yang terpuruk tersebut. Dalam keadaan yang terpuruk dan rusak ini, Samuel tampil dan mengajak seluruh umat Israel mengakui dosa dan bertobat. Dalam kondisi yang terpuruk dan tidak berdaya, ancaman dahsyat dari musuh menyerang. Pada saat itulah mereka berseru kepada Allah dan Allah menolong mereka dengan cara-Nya yang ajaib.

Eben-haezer, yang berarti batu pertolongan, merupakan batu peringatan tentang pertolongan Tuhan atas umat Israel yang didirikan oleh Samuel. Dengan mendirikan batu tersebut Samuel berkata: “Sampai di sini, hari ini Tuhan telah dan selalu menolong kita.” Apa yang penting dari eben-haezer bukanlah batu itu sendiri, melainkan pertolongan Tuhan atas umat Israel.

Dengan eben-haezer Samuel bermaksud agar:

1. Umat Israel selalu mengingat akan kebaikan dan pertolongan Tuhan.

2. Umat Israel selalu mengingat akan kasih-setia Tuhan.

3. Umat Israel selalu mengingat akan kesalahan mereka, yaitu tidak setia pada Allah.

DENGAN HARAPAN:

Relasi yang baik dengan Allah, tidak mungkin tanpa ingatan (memori), karena kita mengenal Allah juga lewat pengalaman kita tentang Allah: kebaikanNya, berkatNya, pertolonganNya, dll. Sehingga tanpa ingatan berarti sama dengan tanpa adanya relasi. Ingatan adalah hal yang sangat penting dalam relasi kita dengan Allah.

 

Setiap kita pasti telah mengalami kebaikan dan pertolongan Tuhan sepanjang hidup kita. Meskipun tidak setiap hari kita kelanjaran (nyeri,urut) hidup dan tidak setiap tahun kita mengalami keberhasilan usaha kita. Kita tidak boleh melupakan hal-hal yang Tuhan sudah perbuat dalam hidup kita. Kebaikan dan pertolonganNya sudah dan akan selalu kita alami dalam hidup kita.

Benarlah apa yang dikatakan Yeremia dalam kitab Ratapan: 
“This I recall in my mind, therefore I have hope” (NASB, 3:21)
"Ini saya ingat dalam pikiran saya, oleh karena itu saya memiliki
 harapan" (NASB, 3:21)

 

Hari ini adalah hari TERAKHIR kita di tahun 2020. Kita tidak tahu bagaimana perjalanan hidup kita di tahun 2021. Kita berharap bahwa tahun 2021 ini akan lebih baik dari tahun 2020. Bagi kita yang dalam tahun lalu menghadapi banyak kesulitan dan persoalan, mungkin tahun ini menjadi tanda tanya buat kita, apakah semua akan ada penyelesaian. Life is problem, tidak ada hidup yang tanpa persoalan. Eben-haezer mengingatkan kita bahwa Allah adalah sumber pertolongan kita, Ia akan selalu memberi pertolongan.

A.     Eben-haezer mengingatkan kita bahwa pertolongan Allah pasti selalu ada; namun ini tidak meniadakan kesulitan yang Allah mungkin izinkan terjadi dalam kehidupan anak-anakNya. Pertolongan Tuhan pasti tidak akan terlambat, pertolonganNya pasti datang pada waktunya. Sumber pertolongan bagi umat Israel adalah Allah sendiri, bukan tabut Allah, meskipun tabut melambangkan kehadiran Allah. Tanpa relasi yang benar dengan Allah, tabut hanya sekedar simbol atau “jimat” yang tidak menolong sama sekali.

B.      Eben-haezer mengingatkan kita bahwa kasih setia Allah tidak pernah berkesudahan; namun ini tidak meniadakan tanggung jawab dan kesetiaan kita kepadaNya. Kita selalu terkondisi oleh situasi kehidupan kita yang bisa membuat kita kehilangan kesetiaan kita kepada Tuhan.

C.      Eben-haezer mengingatkan kita bahwa kita adalah manusia yang cenderung melupakan apa yang harus kita ingat senantiasa. Kita bisa melupakan semua kebaikan Tuhan yang telah kita alami hanya karena satu persoalan yang tidak menyenangkan.

D.     Eben-haezer mengingatkan kita bahwa Allah adalah Allah yang selalu mendengar permohonan pengampunan umat dan anak-anakNya. Ia memulihkan dan mengampuni meskipun umat Israel telah berpaling dari Allah dan berbuat dosa.

 

KESIMPULAN

Apapun pengalaman kita di tahun 2020, kita harus selalu mengingat bahwa “tidak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu.” (Ratapan 3:22-23)

Eben Haezer  sampai di sini Tuhan telah menolong kita. Jika Tuhan telah hantar sampai saat ini, maka Ia yang setia pasti akan menolong kita menyongsong masa depan - berharaplah pada Tuhan Yesus yang setia, di tahun 2021 ini, amin.

WAMENA, 31 Desember 2020

Pdm.Yoel Giban, S.Th.M.Pd.K

MENJAGA PERKATAAN

Menjaga Perkataan
Bilangan 30:1-16 

1 Musa berkata kepada kepala-kepala suku Israel, demikian: "Inilah yang diperintahkan TUHAN. 

2 Apabila seorang laki-laki bernazar atau bersumpah kepada TUHAN, sehingga ia mengikat dirinya kepada suatu janji, maka janganlah ia melanggar perkataannya itu; haruslah ia berbuat tepat seperti yang diucapkannya. 

3 Tetapi apabila seorang perempuan bernazar kepada TUHAN dan mengikat dirinya kepada suatu janji di rumah ayahnya, yakni pada waktu ia masih gadis, 

4 dan ayahnya mendengar nazar dan janji yang mengikat diri anaknya itu, tetapi ayahnya tidak berkata apa-apa kepadanya, maka segala nazarnya itu akan tetap berlaku dan setiap janji mengikat dirinya akan tetap berlaku juga. 

5 Tetapi jika ayahnya melarang dia pada waktu mendengar itu, maka segala nazar dan janji yang mengikat diri anaknya itu tidak akan berlaku; dan TUHAN akan mengampuni perempuan itu, sebab ayahnya telah melarang dia. 

6 Tetapi jika perempuan itu bersuami, dan ia masih berhutang karena salah satu nazar atau salah satu janji yang diucapkan begitu saja dan yang mengikat dirinya,

7 dan suaminya mendengar tentang hal itu, tetapi tidak berkata apa-apa kepadanya pada waktu mendengarnya, maka nazarnya itu akan tetap berlaku dan janji yang mengikat dirinya akan tetap berlaku juga.

8 Tetapi apabila suaminya itu, pada waktu mendengarnya, melarang dia, maka ia telah membatalkan nazar yang menjadi hutang isterinya dan janji yang diucapkan begitu saja dan yang mengikat isterinya; dan TUHAN akan mengampuni isterinya itu. 

9 Mengenai nazar seorang janda atau seorang perempuan yang diceraikan, segala apa yang mengikat dirinya akan tetap berlaku baginya.

10 Jika seorang perempuan di rumah suaminya bernazar atau mengikat dirinya kepada suatu janji dengan bersumpah, 

11 dan suaminya mendengarnya, tetapi tidak berkata apa-apa kepadanya dan tidak melarang dia, maka segala nazar perempuan itu akan tetap berlaku, dan setiap janji yang mengikat diri perempuan itu akan tetap berlaku juga. 

12 Tetapi jika suaminya itu membatalkannya dengan tegas pada waktu mendengarnya, maka ucapan apa pun yang keluar dari mulutnya, baik nazar maupun janji, tidak akan berlaku; suaminya telah membatalkannya, dan TUHAN akan mengampuni isterinya itu. 

13 Setiap nazar dan setiap janji sumpah perempuan itu untuk merendahkan diri dengan berpuasa, dapat dinyatakan berlaku oleh suaminya atau dapat dibatalkan oleh suaminya.

14 Tetapi apabila suaminya sama sekali tidak berkata apa-apa kepadanya dari hari ke hari, maka dengan demikian ia telah menyatakan berlaku segala nazar isterinya atau segala ikatan janji yang menjadi hutang isterinya; ia telah menyatakannya berlaku, karena ia tidak berkata apa-apa kepadanya pada waktu mendengarnya. 

15 Tetapi jika ia baru membatalkannya beberapa lama setelah didengarnya, maka ia akan menanggung akibat kesalahan isterinya."

16 Itulah ketetapan-ketetapan yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, yakni antara seorang suami dengan isterinya, dan antara seorang ayah dengan anaknya perempuan pada waktu ia masih gadis di rumah ayahnya.

==============================

Firman Tuhan yang kita baca hari ini sebagian besar membicarakan perihal nazar, khususnya nazar yang diucapkan oleh seorang perempuan. Nazar yang diucapkan oleh perempuan, apa pun statusnya, baik menikah maupun lajang atau janda, sering kali berkaitan dengan laki-laki.

Sebenarnya, tidak ada pembedaan antara nazar yang dilakukan oleh perempuan atau laki-laki, tidak juga terdapat adanya diskriminasi terhadap pelaku nazar. Perihal nazar, Allah memerintahkan kepada umat-Nya bahwa setiap orang yang bernazar haruslah melakukan tepat seperti apa yang sudah diucapkannya. Seorang yang bernazar disebut sebagai nazir. Seorang nazir dilarang melanggar nazar yang diucapkannya di hadapan Allah. Seorang nazir yang melanggar nazarnya sama halnya dengan melanggar perintah Allah.

Pada saat itu bangsa Israel cenderung patriarki. Tampaknya juga, Allah menghendaki seorang ayah atau suami untuk memutuskan berlaku atau tidak berlakunya nazar yang diucapkan oleh anaknya perempuan atau istrinya. Jika ayah atau suami diam, maka nazar itu akan berlaku. Jika ayah atau suami melarang, maka nazar itu tidak berlaku dan Allah mengampuni anaknya perempuan atau istrinya yang telah bernazar.

Sejauh ini kita berupaya memahami ketetapan Allah yang diberikan kepada umat-Nya. Kita menyadari bahwa nazar sangatlah penting bagi kehidupan iman kita dan perlu perhatian yang serius. Tuhan Yesus pernah menyinggung tentang nazar dalam khotbah-Nya di atas bukit. Yesus menekankan perihal melanggar sumpah atau nazar yang artinya sama dengan bersumpah palsu. Jadi, jauh lebih baik kita tidak bersumpah. Ketimbang bersumpah, jauh lebih baik bagi kita berkata benar.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga perkataan. Jangan sampai sumpah dan janji palsu keluar dari mulut kita. Baik laki-laki maupun perempuan, mari kita jaga perkataan kita di hadapan Allah. Mari kita katakan iya jika iya, dan tidak jika tidak. Yesus berkata, "di luar itu berasal dari si jahat" (Mat 5:37). [MAR]

Selamat Pagi, Tuhan memberkati

Kamis, 28 Januari 2021

ALASAN YESUS DI TOLAK DARI NAZARET

Matius 13:53-58 (TB) 53 Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Ia pun pergi dari situ. 54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? 55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?" 57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." 58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ. 
===============

Mereka menolak Yesus karena tidak senang/ tidak suka berakibat pada pengusiran Yesus dari tempat kelahirannya. Ada beberapa alasan mengapa mereka mengusir Yesus dari kampung halamannya:

1. MEREKA TAHU SIAPA YESUS 
Secara historis dan silsila Yesus adalah anak dari Yusuf dan Maria, saudaranya adalah Yakobus, Yusuf, Simon, dan Yudas serta ada beberapa saudara perempuan lainnya. Jadi Yesus bukanlah Tuhan dan Dia bukan siapa siapa. DIA hanyalah seorang manusia biasa yang status pendidikannya tidak jelas, tiba-tiba memakai gelar Mesias atau Tuhan. Konsep inilah yang terdapat pada orang Nazaret.

Sebagai contoh pada Filem "THE GREATS SHOWMAN" Seorang anak dari tukang jahit bayu, anak yang dibesarkan di jalanan, suatu ketiga dia sukses membuat TEATHER HEBAT dan akhirnya sukses luarbiasa namun keluarga istrinya memiliki konsep bahwa walaupun kamu sukses ingat kamu tetap anak tukang Jahit bayu, kamu bukan siapa-siapa.

Walaupun Yesus membuat banyak mujizat kesembuhan dan membuat banyak keajaiban-keajaiban diantara mereka namun mereka tetap mempunyai keyakinan bahwa Dia hanyala anak dari tukang kayu. Dia bukanlah siapa-siapa, konsep seperti inilah yang membuat mereka tidak melihat sebagaimana yang dilihat oleh seorang perempuan dari Finisia, MATIUS 15:21-28.

2. MEREKA TIDAK MENGENAL YESUS
Oleh karena alasan pertama diatas membuat mereka semakin tidak mengenal Yesus dari sudut pandang keAllahhan-Nya. Yesus hanyalah seorang Manusia biasa dari keluarga tukang kayu. Status pendidikannya tidak terlalu jelas, sehingga orang Nazaret tidak mengenal Dia secara dekat. 

Sesungguhnya mengenal tidak searti dengan kata tahu, tahu atau mengetahui adalah suatu konsep yang hanya dilihat dari yang bisa dilihat dan diamati oleh pandangan jasmani semata. Sementara "mengenal" mempunyai pengertian yang sangat dalam tidak sama dengan pengertian dari kata "tahu". 

Seperti contoh: untuk menetapkan suatu danau banyak ikan mas maka  kita harus masuk ke dalamnya/ tenggelam dalam danau untuk mengenal satu persatu sesuai jenisnya kemudian kita membuat kesimpulan bahwa benar atau tidaknya akan pengakuan kita berdasarkan banyak/ sedikitnya ikan mas di danau itu. Dalam bahasa teologisnya dikatakan "INTHEOS" di dalam Tuhan. Jadi hanya orang yang berada di dalam Tuhan yang mengerti dan memahami siapa Yesus.

3. MEREKA BUTA DAN TULI
Alasan pertama dan kedua ini membuat seolah-olah mereka buta dan tuli. Sehingga semua mujizat dan keajaiban yang dilakukan YESUS di hadapan mereka seolah-olah mereka tidak melihat serta tidak mendengar semua peristiwa yang dilakukan Yesus sehingga  Yesus harus mengutif nubuat Yesaya dalam Pasal, 13: 14,15. 

YESUS mengetahui pikiran dan kehidupan mereka bahwa mereka itu buta dan tuli maka Dia mengajar mereka dengan cara perumpamaan-perumpamaan. Alasannya, mungkin dengan perumpamaan itu mereka mengerti atau percaya kepada-Nya, namun ternyata konsep dan cara pandang mereka tetap sama, bahwa Yesus hanyalah manusia biasa dari seorang anak tukang kayu.

#Mungkin juga berlaku  bagi kita bahwa menjalani hidup sebagai orang Kristen, kita menganggap Yesus adalah Tuhan, tetapi faktanya kita tidak menikmati kebaikan Tuhan. 

Seperti Contohnya: 
#Saya bisa berkata  bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah tetapi menghadapi fakta jauh dari harapan Tuhan terhadap saya. Saya mengandalkan kemanusiaan saya, saya berusaha dengan kemampuan saya, akibatnya saya kecewa dan gagal

#atau berlaku juga dalam pelayanan kita bahwa Pelayanan hanya sebatas sebagai suatu tanggung jawab moral, bukan merupakan panggilan ilahi. Sehingga mengabaikan esensinya yaitu HIDUP SESUAI KEHENDAK TUHAN.

4. MEREKA KECEWA
Alasan pertama, kedua dan ketiga diatas menjadi standar untuk mereka tidak percaya  kepada-Nya, akibatnya adalah kekecewaanlah yang mereka dapatkan disini. Kekecewaan adalah melencengnya harapa akan sesuatu. Akibatnya bisa berdampak pada pandangan kita pada-Nya. 

Kenapa Yesus tidak banyak membuat mujizat di Nazaret karena ketidak percayaan mereka. Maka itulah Yesus berkat " seorang anabi di hormati dimana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri dan dirumahnya" maksudnya sangat jelas. Yesus dihormati dimana mana kecuali di tempat kelahirannya yaitu di Nazaret.

5. MEREKA TIDAK DAPAT APA APA
Alasan, pertama, kedua, ketiga dan keempat telah membuktikan bahwa Yesus bukan siapa-siapa bagi orang Nazaret. Akibatnya mereka tidak mendapatkan apa-apa, hanyalah kekecewaan dan cerita sajalah yang orang Nazaret dapatkan. 
==========
Seringkali kita sebagai orang Kristen berharap untuk mendapatkan mujizat  dan pertolongan Tuhan sesuai dengan harapan kita namun fakta yang kita dapatkan adalah kebalikan, bahwa pertolongan tidak datang sesuai harapan kita. Tuhan seolah-olah terlihat jauh bahkan Tuhan tidak perduli dengan kehidupan kita. Sehingga kita menjadi bosan dengan gaya hidup sebagai orang Kristen yang penuh dengan rutinitas keKristenan kita.

Jika demikian maka apa yang salah disini, dan apa yang harus kita perbaiki ?

# yang salah adalah konsep kita terhadap Yesus harus diperbaiki: jangan lagi berharap untuk mendapatkan mujizat tetapi berusaha untuk membuat mujizat. Bagaimana caranya: kerjakan dan lakukan yang bisa mendatangkan Mujizat,  sembari mengandalkan Dia dalam hal-hal yang paling kecil sekalipun.

# memahami betul maksud Tuhan bagi kita sebab waktu Tuhan bukan waktu kita, Tuhan berjanji untuk memberkati sesuai dengan kerelaan dan kehendakNya.

#jangan pernah berhenti untuk berseru kepada-Nya, sebab ketiga kita berhenti berseru, maka saat itu dàtang berbagai-bagai badai hidup yang menghantar kita semakin jauh dari hadapan Tuhan, sehingga Tuhan seolah-olah makin jauh dari kita.Sesungguhnya kitalah yang makin jauh dari-Nya dengan konsep kita yang salah pada-Nya. Jadi bukan Tuhan yang menjaukan diri dari kita, melainkan kitalah yang menjaukan diri dari Tuhan dengan PERAHU yang bernama KONSEP kita.

APLIKASINYA BAGI ORANG KRISTEN 
Kita melihat YESUS sebagai apa ?  Dan siapa ?
Apakah kita memandang Yesus sebagai anak Yusuf dan Maria atau kita memandangNya sebagai Yesus Seminar yang statusnya di turunkan lebih rendah sedikit dari Tuhan dan lebih tinggi dari Manusia. Atau kita memandangNya sebagai Yesus Historis. Terkantung pada konsep dan pandangan kita kepadanya.

@ Namun sebagai orang percaya, seharusnya kita memandang Yesus sebagai TUHAN DAN ALLAH sumber kehidupan Manusia

@Maka:
1. Kita akan mendapatkan, segala Mujizat yang bersumber dari pada-Nya
2. Kita akan hidup dalam kelimpahan
3. Kita akan melihat segala pemeliharaan Allah walaup dalam lemba gegelaman
4.  Tuhan menyertai dan memberkati segala usaha kita.

@Jika kita memandan-Nya sebagai TUHAN dan ALLAH.

@Karena itu:
1. Percayalah Yesus sebagai Tuhan tanpa Syarat
2. Jadikan DIA sebagai Tuhan dan Allah dalam hidup ini  dan sebagai pemilik kehidupan
3. Jangan bimbang dan ragu-ragu sebab Dialah Tuhan yang menepati semua janji-Nya.
4. Jangan kuatir akan fakta hari ini, sebab semua yang kita lihat dan nikmati hari ini bagian dari rencana-Nya untuk mendewasakan kita agar bersandar pada-Nya.
5. Jangan meninggalkan-Nya walau sedetikpun melainkan ajak DIA dalam doa dan penyembahan agar kita dapat menikmati segala kebaikannya.

=========Amen=========

Rabu, 27 Januari 2021

GEREJA YANG BERPENGARUH

Matius 13:31-35

Perumpamaan biji sesawi dan ragi merupakan penjelasan Tuhan Yesus tentang Kerajaan Allah yang akan makin memberikan pengaruhnya.

Perumpamaan pertama, Kerajaan Surga seumpama biji sesawi (31). Biji ini berdiameter kurang dari setengah milimeter. Biji yang sedemikian kecil bertumbuh perlahan dengan warna yang tidak mencolok. Setelah bertumbuh pohonnya menjadi sangat besar (3-5 meter) sehingga burung-burung pun datang dan bisa bersarang padanya (32).

Perumpamaan kedua, ragi yang dicampurkan dalam adonan tepung terigu (33). Ragi berguna untuk membuat adonan mengembang dan siap dibakar menjadi roti. Ragi begitu sedikit, tetapi setelah ditaburkan, ragi itu memengaruhi seluruh adonan.

Demikian juga Kerajaan Surga, dimulai dari apa yang sangat kecil dan tidak diperhatikan. Yesus memulai dengan mengumpulkan sekelompok nelayan sederhana untuk menyebarkan berita tentang Kerajaan-Nya. Kemudian, kematian dan kebangkitan-Nya disaksikan dan dikisahkan oleh para murid.

Gereja mula-mula dimulai dengan beberapa orang pengikut Yesus yang masih setia. Mereka kemudian menjadi golongan yang tertindas. Namun demikian, Tuhan menyertai mereka sehingga mereka makin giat mewartakan Kerajaan Surga. Berita Injil kemudian mulai memengaruhi rakyat di dalam Kekaisaran Romawi, sampai kemudian Kristen menjadi agama negara.

Pengikut Kristus makin banyak dan berkembang sampai saat ini, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pergerakan Injil yang terus dikerjakan oleh para pekerja Kerajaan Surga dilakukan supaya orang mengenal Kristus. Dengan menebarkan cinta kepada sesama, kita memberi kontribusi positif bagi kebersamaan sosial di tengah masyarakat.

Seperti pohon yang menjadi tempat berteduh burung-burung, demikian pula kehadiran kita menjadi peneduh bagi mereka yang belum mengenal Kristus. Langkah awal bagi kita adalah merelakan diri untuk hadir menjadi pendengar yang empatik bagi rekan yang belum mengenal Kristus. [MKG]

Senin, 25 Januari 2021

Penuaian Yang Adil

Penuai yang Adil
Matius 13:24-30, 36-43

Kejahatan dan ketidakadilan merajalela sehingga orang benar mengalami pergumulan dalam kehidupan mereka. Matius menceritakan pengajaran Yesus tentang bagaimana respons orang percaya di dunia ini.

Yesus mengajarkan tentang Kerajaan Surga melalui perumpamaan lalang di antara gandum supaya para murid mengintrospeksi diri. Gandum adalah sumber makanan penting. Oleh sebab itu, petani di Israel mengharapkan hasil panen gandum yang melimpah. Hanya saja pada masa itu, sering terjadi kesulitan karena musuh kerap menaburkan lalang ke ladang lawannya (25). Jelas sekali produktivitas gandum jadi terganggu. Lalang dikenal sebagai gandum palsu, ia tumbuh menyerupai gandum. Akar lalang mengait akar gandum sehingga sulit membedakan keduanya. Oleh karenanya petani perlu sabar menanti sampai masa panen. Pada masa itulah lalang dan gandum baru dapat dibedakan dan dipisahkan.

Penjelasan perumpamaan ini dipaparkan kepada murid-murid Tuhan Yesus. Penabur benih adalah Yesus (37), gandum adalah anak Allah yang sejati, dan lalang adalah pengikut Iblis yang menjalani kehidupan mirip gandum (38). Lalang terlihat rohani, mereka beribadah, berdoa, dan melayani, namun hatinya tidak berpaut kepada Tuhan. Kehadirannya menimbulkan penyesatan, kesulitan dan penderitaan bagi gandum.

Tentu orang percaya berharap dirinya bisa segera lepas dari situasi adanya lalang. Uniknya Yesus tidak menghendaki umat-Nya main hakim sendiri. Tuhan justru berkata, "Biarkan keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai" (30). Lalang tidak perlu segera disingkirkan, sebab Yesus lebih peduli pertumbuhan gandum. Akan ada masanya segala sesuatu akan dihakimi oleh Sang Tuan Yang Adil.

Realitas kejahatan ada dalam hidup kita, namun bukan hak kita untuk menilai dan menghakimi mereka yang jahat. Masa ini adalah masa ketika Tuhan menjadikan gandum meningkat kualitasnya melalui segala kesulitan kehidupan. Syukur kepada Tuhan yang memegang jalan hidup kita dan menjadi hakim yang adil. [MKG]

Jumat, 22 Januari 2021

FOKUS DALAM HIDUP

Fokus dalam Hidup
Matius 12:15-21

Dalam masyarakat, pada umumnya orang yang dipandang baik adalah orang yang taat dan tunduk pada peraturan-peraturan yang ada. Demikian halnya dengan orang-orang Farisi, mereka adalah orang-orang yang dikenal tidak hanya baik tetapi juga kudus di masanya.

Banyak orang mengikuti Yesus dan Dia menyembuhkan semua orang sakit, namun Dia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia (15b, 16). Yesus sungguh tahu bahwa misi-Nya di dunia adalah "... memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan" (17-19).

Nubuat Mesianik Nabi Yesaya (lih. Yes 42:1-4) digenapi dengan sempurna di dalam diri Yesus. Yesus bekerja bukan untuk popularitas. Di dalam Pribadi-Nya, orang-orang yang lemah akan menemukan kekuatan, sebab Dia tidak akan membiarkan "buluh yang patah terkulai" atau "sumbu yang pudar nyalanya menjadi padam" (20). Dan, pada Yesus ada pengharapan bagi bangsa-bangsa (21).

Jelas bahwa Yesus mengambil pilihan yang berbeda dari orang Farisi. Orang Farisi memilih untuk sibuk memastikan diri sendiri dan orang lain agar tidak melanggar aturan hukum Taurat, sehingga dibutakan hatinya untuk melihat kesulitan, penderitaan, dan teriakan tolong dari sesamanya. Yesus memberikan pengajaran yang berbeda dari orang Farisi, yaitu bahwa hukum Taurat sebenarnya diberikan untuk menolong manusia agar semakin mengasihi Allah, diri sendiri, dan sesamanya.

Ajaran Yesus sungguh menyatu dengan tindakan dan karya-Nya. Lalu, bagaimana dengan kita? Berita apakah yang kita wartakan? Apakah kita mewartakan Kristus ataukah kehebatan kita sendiri?

Sebagai orang Kristen, kita sering kali menilai dan menghakimi orang lain sehingga justru menjauhkan mereka dari kasih Kristus. Marilah kita lebih berfokus dalam hidup dengan melihat kebutuhan, kesulitan, dan penderitaan orang lain. Kasih kita kepada sesama seharusnya mengikuti teladan Yesus dan diwujudkan melalui tindakan yang nyata. [MKG]

Kamis, 14 Januari 2021

MEMAHAMI PNEUMATOLOGI

PNEUMATOLOGI , ROH KUDUS  ENSIKLOPEDIA: ROH KUDUS ; LAIN: Dalam Versi-Versi Alkitab ; Roh Kudus

PNEUMATOLOGI [Kamus Browning]

Bidang dalam ilmu teologi yang mempelajari ajaran tentang  Roh Kudus (dari bahasa Yunani pneuma, yang berarti 'nafas', atau 'roh'). Kata Ibrani ruah dan kata Yunani pneuma berarti 'napas' atau 'angin', dan diterjemahkan dengan 'roh', yang menunjukkan kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat. Jika digabungkan dengan 'kudus', maka kuasa itu dikatakan sebagai yang ilahi, meskipun kombinasi dua kata tersebut hanya tampak tiga kali dalam PL (Yes. 63:10, 11; Mzm. 51:11).Roh dalam Kej. 1:2 adalah kuasa Allah, yang dengan-Nya Allah menciptakan alam semesta. Itu adalah roh yang menyemarakkan *persekutuan dengan pengharapan masa depan (Yeh. 11:14-21) dan yang menghembuskan kehidupan ke dalam tulang-tulang kering di lembah dalam penglihatan Yehezkiel (Yeh. 37:1-10). Dinubuatkan bahwa era mesianik di masa depan akan ditandai dengan karunia Roh Allah ke atas semua bangsa, tanpa memandang umur atau jenis kelamin (Yl. 2:28).

Pembicaraan mengenai Roh Kudus dalam Injil-injil Sinoptik hanya sedikit, kecuali pada saat kelahiran Yesus (Mat, 1:18; Luk. 1:35) dan pembaptisan-Nya (Mrk. 1:8). Dikatakan bahwa Roh bekerja dalam pelayanan Yesus melawan kuasa-kuasa jahat (Mat. 12:28). Sedikitnya petunjuk tentang Roh Kudus mungkin karena adanya keyakinan bahwa karya Roh Kudus baru terlihat setelah kebangkitan Yesus (Yoh. 7:39). Dikatakan bahwa setelah kebangkitan, Roh Kudus akan menjadi penopang semangat misioner jemaat (Kis. 1:8), sebagaimana dijanjikan Yesus (Luk. 24:49). 50 hari setelah Paskah (Kis. 2:1), atau pada malam Paskah (Yoh. 20:22) Roh Kudus turun, Dia adalah Roh Kristus (Rm. 8:4; 2Kor. 3:18). Paulus tidak menyamakan Yesus dengan Roh Kudus. Juga tidak dalam 2Kor. 3:17, di sana terdapat kesamaan fungsi dalam karya penebusan. 

Roh bekerja melalui Gereja, dan Kisah Para Rasul merupakan cerita panjang lebar mengenai pimpinan Roh atas para rasul dan para pemberita Injil. Dalam Injil Yohanes lima kali Roh itu disebut sebagai 'paraklete', yang berarti 'pembela'. Ia hadir untuk memperdalam pengertian para murid mengenai kebenaran Kristus. Sebagaimana Roh memenuhi jemaat (Ef. 4:4), Ia juga adalah kuasa yang membimbing orang beriman secara individual dan mengaruniakan berbagai karunia kepada mereka untuk melayani seluruh persekutuan (1Kor. 12:7), jangan dikacaukan dengan roh-roh jahat (Rm. 8:5) yang menimbulkan perselisihan (1Tim. 4:1). Karena itu, roh' dipertentangkan dengan 'daging', yang berturut-turut merupakan sifat kehidupan zaman baru dan kehidupan lama. Dalam teologi Kristen kemudian hari, Roh Kudus adalah pribadi ketiga Trinitas dalam PB bukanlah doktrin yang dapat dilihat secara eksplisit. Namun, dipertahankan bahwa para penulis PB memberi jalan bagi apa yang pada waktunya didefinisikan oleh Bapa-bapa Gereja, yang hidup dalam iklim filsafat Yunani. Mereka menggunakan terminologi zamannya untuk menarik implikasi-implikasi metafisik dari data PB.

Roh Kudus [Glosari AYT]

Disebut juga Roh Allah, Roh Kristus, dan Penghibur. Bersatu dengan Allah dan Kristus, Dia melakukan pekerjaan Allah di antara manusia di dunia ini. Dia menolong umat Allah dan menyampaikan firman (kebenaran) Allah kepada mereka.

ROH KUDUS [Ensiklopedia]

Alkitab menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh Penghibur. Roh Kudus juga dilambangkan dengan nafas, angin, merpati, jari Allah, api. Kepelbagaian itu membantu untuk menerangkan identitas dan kerja Roh.

Ada yg berpendapat bahwa ajaran PL dan ajaran PB mengenal pokok ini tak dapat dipersatukan, tapi pendapat itu tidak benar. PL dan PB tidak bertentangan tentang pemeliharaan Allah dan anugerah-Nya, atau tentang tindakan Logos dalam penciptaan dan pekerjaan penyelamatan oleh Anak Allah, atau mengenal Roh Kudus. Bapak dan Anak aktif dalam kedua Kitab Perjanjian itu, dan Roh Kudus bekerja sepanjang zaman. Memang benar, hanya dalam PB terdapat gambaran rinci mengenal aktivitas-Nya. Tapi ajaran Tuhan Yesus dan para rasul sama sekali tidak bertentangan dengan apa yg kita pelajari dari penulis PL.

Karena Allah itu Roh adanya (Yoh 4:24), pemikiran tentang Trinitas berasaskan 'Roh', mengaburkan perbedaan antara Roh, Bapak, dan Anak. Berbicara mengenal Roh sebagai tali kasih antara Bapak dan Anak, atau mendefinisikan Roh sebagai 'tindakan hidup Allah di dunia', memang menekankan kebenaran berharga namun cenderung mengurangi kepribadian Roh, sehingga Ia menjadi tidak lebih dari pengaruh atau kekuatan yg bersifat baik.

Berita PL tentang aktivitas Roh memang lebih mudah diterangkan sebagai aktivitas dari sesuatu yg impersonal tidak berpribadi daripada berita PB. Tapi Allah hadir secara pribadi dan berkuasa melalui Roh-Nya, demikian PL dan PB. Dalam PL dan PB ada gerakan dalam pekerjaan Roh Kudus dari yang eksternal ke yang internal dari yang lahiriah ke yang batiniah, dan dari penerapan atas 'keadaan' ke penerapan atas 'watak'. Ihwal yang ragawi dan amoral menuju ke yang rohani dan moral.

I. Perjanjian Lama "PL"

Dalam PL dapat dilihat lima segi pekerjaan Roh

a. Pekerjaan Roh dalam penciptaan

Roh melayang-layang di atas permukaan air (Kej 1:2), membentuk manusia (Kej 2:7), mencerahkan langit (Ayb 26:13), memelihara kehidupan binatang, dan membaharui permukaan bumi (Mzm 104:30). Roh itulah ruakh ('nafas', 'angin') Allah, tenaga dan kekuatan Allah, asas dari kehidupan manusia dalam segala seginya. Manusia roh, jiwa dan tubuh terbuka bagi kuasa Roh Allah, belajar mencerminkan Allah. Roh manusia adalah 'pelita Tuhan' (Ams 20:27) bila berada dalam Roh Tuhan. Bila roh manusia mempunyai hubungan yang benar dengan Roh Allah, maka ia memenuhi kehendak Tuhan atas dirinya. (Dlm PL manusia mempunyai roh atau roh adalah sinonim dari ia mempunyai 'hati' atau ia adalah pribadi.) Sayang, karena dosa, manusia membuat dirinya menjadi pusat hidupnya. Dalam keadaan ini ia merusak kepribadiannya sendiri, tidak menghormati Allah dan menghinakan RohNya. Tapi bila kepribadiannya berpusat pada Roh Allah maka ia mempermuliakan Allah.

b. Pekerjaan Roh dalam melengkapi manusia bagi pelayanan

Roh datang pada orang yang dipilih Allah untuk tugas tertentu dan menganugerahkan kecakapan untuk mengemban tugas itu, mis keahlian (Kel 31:3), kepemimpinan (Hak 3:10), kekuatan badani (Hak 14:6). Hal itu dibuat-Nya tanpa harus mengubah moral orang itu.

c. Pekerjaan Roh dalam mengilhami para nabi

Ada kalanya mereka yang fanatik mengatakan dini digerakkan oleh Roh Kudus melakukan hal-hal yang bagi orang-orang lain adalah berlebih-lebihan. Orang-orang lain itu sangat berhati-hati dan lebih mengerti perihal rohani. Akibatnya orang-orang lain itu cenderung memisahkan dini dari kelompok fanatik itu, dan tidak begitu gamblang menyebut diri didiami oleh Roh Kudus (Am 7:14; Yer 31:33; Hos 9:7). Sementara itu ada pula nabi yang sungguh-sungguh menyadari peranan dan pengaruh Roh Kudus. Karya Roh Kudus dipandang tinggi bobotnya dalam wujud moral, sedangkan kemungkinan bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani dan kebebasan melampaui kebiasaan diakui.

Pada prinsipnya pandangan ini diulangi oleh Yesaya dan Yehezkiel, yang terus terang dan tegas menyamakan Roh Kudus dengan Allah (Yes 63:10, 11) dan memberikan dua dari ketiga contoh dalam PL dimana istilah 'Roh Kudus' digunakan.

d. Pekerjaan Roh Kudus dalam menghasilkan kehidupan bermoral

Bagi pemazmur kehadiran Roh Kudus berarti kehancuran roh manusia dan penyesalan, hati yang bersih, setia dan bahagia. Dalam Mzm 139:7 Roh Allah disamakan dengan kehadiran-Nya dan keduanya tak dapat dihindari. Pendekatan dan kuasa Allah membuat pemazmur menaikkan permohonan supaya hati nuraninya diselidiki dan ia dipimpin di jalan kekal (ay 23, 24).

e. Pekerjaan Roh menubuatkan Mesias

Pemazmur mencatat kehadiran Roh pada zamannya dan beberapa penafsir menganggap itu puncak penyataan Roh dalam PL. Tapi nabi juga merujuk pada pekerjaan Roh pada masa datang, dan tentang itu ada dua acuan. Pertama, nubuat bahwa Roh akan mendiami tokoh mesianis (Yes 11:2; 42:1-4; 61:1, 2; bnd Luk 4:18). Kedua, nubuat tentang kegiatan Roh dalam umat perjanjian Allah umumnya (Yeh 36:26, 27; Yl 2:28 dab).

Kurun waktu antar perjanjian (inter-testamental) kurang mengalami kehadiran Roh. Menurut dugaan, dengan penuh kerinduan orang zaman itu menoleh ke belakang, atau dengan sangat berharap memandang ke depan, tapi tidak mengalami sukacita sebagai dampak pekerjaan Roh. Namun beberapa penafsir Gulungan Laut Mati berkata, kuasa Roh Kudus dialami oleh orang Esen dan mungkin juga oleh sekte lain sebelum kedatangan Kristus.

II. PERJANJIAN BARU "PB"

PB penuh rujukan pada Roh (Yunani pneuma). Ia disebut dalam tiap kitab kecuali 2 dan 3 Yoh. Dalam Injil Sinoptik banyak acuan kepada Roh berkaitan dengan peristiwa akbar dalam hidup Yesus, kontras dengan kurangnya ucapan Yesus sendiri mengenai pekerjaan Roh. Ucapan Yesus yg berkaitan dengan Roh hanya lima, dan beberapa sarjana mengatakan hanya satu dari antaranya sebagai asli (Mrk 3:29 = Mat 12:31 = Luk 12:10), yg lainnya dicurigai dengan berbagai alasan. Ini bukanlah tempat untuk membicarakan keberatan itu secara rinci. Cukup mengatakan bahwa seandainya ucapan Kristus tentang Roh ditiadakan, maka tindakan itu sama sekali tidak dapat diterapkan atas rincian kehidupan-Nya yg dicatat penulis Sinoptik. Roh itu berperan serta dalam peristiwa sebelum kelahiran Yesus (Luk 1:15, 35, 41), pada kelahiran dan peristiwa lain yg segera menyusul (Luk 2:25-27), baptisan (Mat 3:13-17), pencobaan (Mat 4:1-11), permulaan pelayanan (Luk 4:14), ucapan pengantar pada awal pelayanan Yesus (Luk 4:18 dab), pengusiran roh jahat dan pemberian kuasa kepada rasul-Nya untuk membaptis dalam nama Tritunggal termasuk Roh Kudus (Mat 28:19). Hal ini bersama pertimbangan lain, cukup untuk membantah pendapat bahwa dalam 'agama Yesus' peranan Roh lebih sempit dari peranan-Nya dalam 'kepercayaan gereja perdana', dan pendapat bahwa Yesus takut terhadap pengertian yg berlebih-lebihan perihal Roh pada saat itu, sehingga lebih menyukai persekutuan akrab dengan BapakNya.

Yoh 14-16 yg penuh uraian tentang Roh, menerangkan mengapa Yesus kurang menyebut Roh pada permulaan pelayanan-Nya. Roh tak berperan sepenuhnya dalam dini orang percaya dan atas dunia sampai Anak kembali kepada Bapak melalui salib, kebangkitan dan kenaikan. Memang Yesus memiliki Roh dan Roh tersedia bagi Dia (Yoh 3:34), tapi Roh hanya dapat mendiami murid Yesus (Yoh 14:17). Dan karena Roh  pada hakikatnya adalah 'diri Kristus', maka peranan langsung Roh tidak terlalu mendesak bagi sedikit orang yg sedang menikmati kehadiran Kristus. Kristus sendiri adalah Penasihat, Pembela, Penghibur dan Sumber kekuatan, sehingga selama kehadiran-Nya sepanjang kurun waktu inkarnasi-Nya di bumi ini, peranan penghibur (Parakletos) belum begitu mendesak hingga Kristus kembali ke sorga. Selama Kristus sendiri dapat langsung menjelaskan diriNya sendiri, bersaksi dan menyampaikan ajaran-Nya kepada murid-murid-Nya, maka tidak diperlukan Yg lain untuk memberikan pencerahan, bersaksi dan membuat Firman diingat. Tapi bila Yesus meninggalkan mereka, maka penting Bapak mengutus Roh untuk mengambil alih tugas-tugas tersebut terhadap orang-orang percaya, dan juga tugas-tugas selanjutnya yakni menginsafkan dunia akan dosa karena tidak percaya kepada Kristus; akan kebenaran karena Kristus, penjelmaan kebenaran, telah naik kepada Bapak; akan penghakiman karena penguasa dunia dihukum dalam kematian Kristus (Yoh 16:7-11). Dengan jelas Kristus menyatakan bahwa Roh tidak akan meniadakan karya dan pribadi-Nya, tapi akan menyampaikan dan menata kekayaan anugerah dan karya Kristus (lih Kis 1:1, berarti Yesus melanjutkan pekerjaan dan ajaran-Nya melalui RohNya Yg Kudus).

Dengan demikian tak dapat dikatakan bahwa Yesus menurut Alkitab sengaja mengabaikan atau tidak mengakui pentingnya peranan Roh; atau bahwa bila Ia dicatat menyebut Roh, maka hal itu adalah melulu pengaruh gereja perdana yg memasukkan pengalaman Pentakosta dan post Pentakosta ke dalam Injil.

Pernah dikatakan bahwa pada ps-ps permulaan Injil Yoh, Yesus menarik perhatian pada Roh yg ada sekarang (Yoh 3:5-8), tapi dalam bagian terakhir Yesus berbicara mengenai Roh yg akan datang. Dalam hal ini harus diterima keduanya, bukan mempertentangkan yg satu terhadap yg lain. Nubuat Yohanes Pembaptis bahwa Kristus akan membaptis orang dengan Roh dan api, digenapi sebagian dalam hidup-Nya, namun hal ini baru mendapat penggenapan sepenuhnya pada hari Pentakosta.

Kis menceritakan 'pencurahan' Roh dan pekerjaan ganda-Nya. Kadang-kadang penekanan terletak pada kekuatan Roh seakan-akan Ia bertindak secara impersonal ('turun ke atas', 'memenuhi'; lih Kis 2:1 dab). Kadang-kadang Ia bertindak dengan penampilan berpribadi -- personal, ump Kis 5:1 dab, di mana Ia dapat dibohongi dan dalam ay lain Ia membimbing, memilih dan menghibur. Dalam Kis, Kristus dan Roh terang dibedakan. Perhatikanlah 8:16 dan 19:1-6, di mana karunia Roh diberikan menyusuli kelahiran baru dan nampaknya dapat dilihat dan didengar. Tapi tidak ada landasan untuk menyimpulkan bahwa kuasa karunia Roh dapat dialami tanpa Kristus. Roh datang kepada orang yg percaya akan janji yg dibuat bagi dan oleh Kristus (bnd acuan PL yg mengacu pada Kis 2:39 yakni Yes 54:13; 57:19; Yl 2:28-32), dan menantikan penggenapannya -- bahwa Roh Kudus datang. Tujuan kedatangan Roh disebut sebagai memperlengkapi saksi-saksi perihal karya akbar Allah dalam Kristus ketika Ia mengerjakan keselamatan di Sion. Janganlah kita mensyukuri Roh demi Roh itu sendiri, tapi demi Kristus. Rasul-rasul dipenuhi oleh Roh, berkhotbah dan melakukan pekerjaan kasih yg ajaib dalam nama Yesus dari Nazaret (Kis 3:6); Roh menjaga kehormatan Anak dan menolak hormat bagi diriNya dan bagi manusia (Yoh 16:14).

Ajaran paling rinci perihal Roh terdapat dalam surat rasuli yg bicara tentang pengalaman jemaat yg dipenuhi oleh Roh. Beberapa sarjana melihat perkembangan kronologis dalam ajaran Paulus mengenai Roh. Menurut mereka dalam Surat Paulus yg paling pertama (2 dan 2 Tes), ia sependapat dengan gereja perdana, terutama dalam pengakuan yg kurang kritis mengenai karunia lahiriah dari Roh (karunia lidah, nubuat, 1 Tes 5:19, 20) disamping sifat moral batiniah, kekuatan-kekuatan moral yg dikerjakan oleh Roh (1 Tes 1:5, 6). Tapi dalam Surat Rm, Kor dan Gal Paulus prihatin -- demikian para sarjana itu -- perihal tuntutan berlebih-lebihan akan Roh dari orang-orang yg menyalahgunakan karunia Roh sehingga merusak keharmonisan gereja. Ia tetap mengklaim dan sadar akan pengalamannya sendiri dan rekannya tentang 'karunia lahiriah' itu, tapi menomorduakannya dibanding agape Kristen kasih Kristus yg dicurahkan dalam hati oleh Roh dan disebut kasih Roh (Rm 15:30). Penekanan lebih terletak pada buah moral spontan yg memancar nyata dalam hidup atau perilaku orang percaya karena Roh, ketimbang pada 'karunia' Roh. Karunia itu dinilai berdasarkan bobot buah-buah Roh itu (Gal 5:22, 23).

Pada tahap ini terdapat ajaran Paulus mengenai Roh yg sangat berharga, yaitu hubungan Roh yg sangat dekat dengan Kristus yg hampir tak dapat dipisahkan. Paulus bicara tentang 'Roh Kristus', 'Roh Allah' 'Roh Kudus' dan 'Roh' tanpa perbedaan sampai ungkapan yg sangat sulit 'Tuhan yg adalah Roh' (2 Kor 3:18).

Kumpulan Surat-surat terakhir ditulis (menurut tradisi) saat masa Paulus di penjara (Flp, Ef, Kol, dan Surat-surat Penggembalaan) menekankan secara bersama-sama pekerjaan Roh yg menciptakan dan memelihara kesatuan gereja (Ef 4:3, 4).

Dalam tulisan baik yg paling pertama maupun yg terkemudian (1 Kor 2 dan 2 Tim 3 bila theopneustos menunjuk pada Nafas Roh Allah), Paulus memperlihatkan hubungan antara Roh dan pengetahuan spiritual, pengertian dan kebijaksanaan. Roh-lah yg mengetahui pikiran Allah dan yg sanggup mengajarkan perihal Allah dengan meresapkannya ke dalam pikiran (roh) manusia (1 Kor 2:4; Rm 8:26, 27). Karya Roh dalam penyataan bersifat menebus. Ia tidak hanya memberitakan berita menarik tentang Allah, tapi juga bekerjasama dengan Allah dalam aktivitas yg dibarengi kekuatan (1 Kor 2:4). Paulus tidak menulis langsung mengenai karya Roh yg menuntun orang pada pertobatan, atau mengenai kelahiran baru. Tapi karya Roh pada saat kelahiran baru atau sesudahnya sering disebut. Roh-lah yg mengangkat manusia menjadi anak Allah, dan bersaksi dengan roh manusia tentang hal itu (Rm 8:15, 16; Gal 4:6). Roh Perjanjian yg memeteraikan orang percaya (Ef 1:13). Roh yg satu yg oleh-Nya tersedia jalan masuk dalam Kristus kepada Bapak. Jalan masuk meliputi perdamaian dan persekutuan, terutama dalam doa. Sama seperti Anak yg berdoa di sebelah kanan Bapak, Roh juga berdoa untuk kita (Ef 2:18; Rm 8:26).

Roh Kudus dengan memberi diriNya menjadi kehidupan rohani orang percaya, memungkinkan orang percaya itu mengalami kehidupan Kristus yg bangkit dalam dirinya. Roh adalah Pencipta, Sumber dan Penata kekuatan sepanjang hidup dalam proses pertumbuhan spiritual, dan hanya dengan Roh maka orang percaya dapat memperoleh kemenangan melawan dosa. Roh melepaskan orang kudus dari belenggu ketergantungan mutlak pada hukum secara harfiah; Roh adalah Roh Kristus Pembebas, dan Yg mengubah orang berdosa, yg menyesuaikannya dengan citra Kristus (2 Kor 3:17, 18). Roh Kudus ialah Roh Kerajaan Allah yg mengutamakan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di atas makanan dan minuman (Rm 14:17). Di atas segala-galanya, Roh-lah sumber kebenaran, sumber kasih kudus yg mengungguli imam dan pengharapan, yg paling pertama dan utama dalam daftar buah Roh hasil spontan dari pekerjaan-Nya (Gal 5:22, 23). Dalam rangka itu maka karunia-Nya kepada gereja harus dihargai dan digunakan (1 Kor 12, 13). Roh-lah yg mempersatukan, dan apabila Ia membagikan karunia yg berbeda Ia berusaha memelihara kesatuan dalam ikatan damai sejahtera (Ef 4:3). Janganlah memadamkan Roh karena tidak bersandar pada-Nya, dan janganlah mendukakan-Nya dengan mengandalkan-Nya secara salah (1 Tes 5:19; Ef 4:30).

Di luar Surat-surat rasul Paulus acuan pada Roh Kudus sedikit dan tidak menambah kejelasan mengenai sifat atau tabiat-Nya. Alkitab adalah ucapan dan karya-Nya (Ibr 3:7; 2 Ptr 1:21). Hubungan-Nya dengan Kristus dinyatakan (Ibr 9:14; 1 Ptr 1:1, 2; 1 Yoh 4:3). Dalam Why Kristus yg ditinggikan berbicara kepada jemaat melalui Roh yg transenden; Roh memperlengkapi penulis Why dengan wahyu eskatologis dan melihat drama universal yg mencapai puncaknya pada saat Roh dan Pengantin Perempuan bersama-sama memberi hormat kepada Kristus Tuhan pada kedatangan-Nya yg kedua kalinya kelak.

Data-data alkitabiah mengenai Roh Kudus menyatakan bahwa Roh Kudus tidak diciptakan, tapi adalah daya kreatif dari Allah pengasih yg kudus, transendental namun sebagai yg berpribadi hadir dalam roh manusia. Kadang-kadang Roh Kudus nampak sebagai daya imanen, atau asas hidup, yg menopang alam semesta dan isinya. Pengakuan akan kuasa Roh pada tingkat ini pun sudah sangat bermanfaat bagi manusia, yg setiap waktu dan yg senantiasa makin tergantung pada energi alam, tapi cenderung menyalahgunakan energi itu untuk menimbulkan kekacauan dan bencana. PL bicara tentang Roh memampukan para tukang, mengilhami para pemimpin umat, dan menobatkan orang-orang saleh sehingga haus akan kekudusan. Semua peri 'kecakapan' itu digenapi dalam PB pada Dia yg melalui nafas Allah tidak terhalang mengucapkan Firman Allah, dan yg pada diriNya sendiri adalah Logos Firman Allah. Dosa yg menjadi kendala dalam diri manusia dipikul oleh Dia yg melalui Roh yg kekal mempersembahkan diriNya yg tanpa cacat kepada Allah, yg oleh Roh kekudusan dibangkitkan dari antara orang mati (Ibr 9:14; Rm 1:4). Sejak pengalaman itu Allah yg menjadi manusia bersama kita, menjadi pengalaman Allah Roh berdiam dalam kita. Kehidupan, terang, kemerdekaan dan kasih Kristus diambil oleh Roh dan diterapkan pada roh manusia, sehingga manusia diinsyafkan akan kematian, kegelapan, perhambaan, dan kebencian akan Allah dan segala kebaikan, ia diperbaharui oleh kekuatan yg menuju pada kebenaran, yaitu Roh kemuliaan.

Pengikut Kristus wajib sadar akan tindakan Roh yg berperang demi dia dan dengan dia, meyakinkannya, mengubah, mendesak, mengawal dengan peringatan lembut, supaya tidak memadamkan atau mendukakan Roh dan teristimewa supaya tidak menghujat Roh. Dampak moral dan spiritual dalam kepribadian manusia tidak dapat terjadi oleh dan karena sesuatu yg tidak berpribadi. Dan peningkatan kepribadian yg benar terjadi hanya bila manusia dipertemukan dengan Roh, dalam Siapa Allah Yahweh AKU ADALAH YANG AKU ADA menjumpai manusia. Pada perjumpaan itu manusia tahu pasti, bahwa tidak ada yg lain kecuali Allah sendiri yg memanggilnya. Waktu bersekutu dengan Allah dalam persekutuan Roh penyucian, manusia tahu bahwa sekarang dirinya berada dalam persekutuan yg baru dengan sesamanya di dalam Kristus, memasuki dan sekaligus menghayati sarana dan tanggung jawab dalam kerajaan Roh. Manusia baru dapat tercipta hanya bila Roh Kudus mempersatukan manusia ragawi yg memiliki roh itu dengan Makhluk Baru Yang Kudus. Dikelilingi oleh dosa, ketidakbenaran, pencemaran hidup dan ancaman kematian, manusia wajib berseru kepada Roh Kudus yg dapat menghidupkan dan yg dapat memberikan realitas pada ibadatnya, pekerjaannya dan kesaksiannya. Hanya dengan mengambil bagian dalam Roh Kudus dan menghormati anugerahNya, manusia dapat senantiasa dan untuk selamanya berada dalam citra baru dan menikmati persekutuan dengan Roh Kudus.


KEPUSTAKAAN

H Berkhof, The Doctrine of the Holy Spirit, 1965; 

F. D Bruner, A Theology of the Holy Spirit, 1970; 

J. D. G Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 1970; Jesus and the Spirit, 1975; 'Spirit, Holy Spirit', NIDNTT 3, hlm 689-709; M Green, I Believe in the Holy Spirit, 1975;

 G. S Hendry, The Holy Spirit in Christian Theology, 1965;

J. H. E Hull, The Spirit in the Acts of the Apostles, 1967; 

M. E Isaacs, The Concept of Spirit, 1976; 

G. W. H Lampe, Holy Spirit, 1DB 2, hlm 626-638; 

K McDonnell (red.) The Holy Spirit and Power, 1975; 

G. T Montague, The Holy Spirit: Growth of a Biblical Tradition, 1976; D Moody, Spirit of the Living God, 1968; 

E Schweizer dll, TDNT 6, hlm 332-451; 

T. S Smail, Reflected Glory, The Spirit in Christ and Christians, 1975; 

A. M Stibbs dan J. I Packer, The Spirit within You, 1967; 

L. J Suenens, A New Pentecost?, 1975; 

J. V Taylor, The Go-Between God, 1972. Tentang roh manusia: H. W Robinson, The Christian Doctrine of Man, 1926; 

W. D Stacey, The Pauline View of Man, 1956. GW/IMP/HAO


Dalam Versi-Versi Alkitab:

Roh Allah: BIS

Roh Kudus: TB

Senin, 11 Januari 2021

BUKTI KETAATAN KEPADA TUHAN

Salah satu alat ukur untuk memahami hidup kita sendiri dan ketaatan kita kepada Tuhan terlihat dari bagaimana kita melakukan PERINTAHNYA. Ketaatan kita akan hukum Tuhan menjelaskan bahwa kita taat kepada Tuhan. Ketaatan dan keadilan kita harus di wujudkan dalam meberi persepuluhan, sebab dalam persepuluhan terdapat keadilan, kesetiaan dan belaskasihan. 

Jadi, melakukan Hukum Tuhan artinya kita belajar taat kepada Allah dan perintah-Nya. Itu harus terlihat dalam memberikan persepuluhan, sebab di dalamnya terdapat Keadilan, belaskasihan dan kesetian tiga kata tersebut tidak boleh dipisahkan satu terhadap yang lainnya. Tugas kita sebagai umat-Nya adalah mengembalikan milik Tuhan kepada perbendaharaan atau dirumah Tuhan (Gereja) sementara pengelolaannya dilakukan oleh imam atau pelayan di ruma Tuhan. 

Memberi persepuluhan sebagai bukti ketatan kita kepada Allah. Ketaatan itu harus diperlihatkan dalam memberikan sepersepulu sebagai milik Tuhan. Sebab dalam pemberian sepersepuluh tersebut terdapat prinsip dan Janji Allah.  

Seseorang tidak bisa mengatakan bahwa saya berlaku adil, setia dan memiliki sifat mengasihi orang lain lebih dari semua, sementara persepuluhan tidak dikembalikan kepada Allah di gereja sesungguhnya membohongi diri sendiri. Maleakhi 3:8-9 merupakan bukti nyata ketidak taatan kita sebagai umat-Nya. Terkadang kita tidak mengerti maksud Tuhan karena kebebalan hati kita sehingga beranggapan bahwa dapat kita menipu Allah ? Benar akan hal itu karena pikiran kita terbatas untuk memahami maksud dan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Sebab itu kita perlu memiliki ketaatan akan hukum Tuhan agar memahami maksud dan kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Dalam memberi persepuluhan terdapa dua hal penting yaitu prinsip dan Janji Allah, prinsipnya adalah " bawalah persembahan persepuluhan kedalam rumah perbendaharaan" Maleakhi 3:10.  Janjinya adalah "apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap,tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai kelimpahan"....Ujilah Aku" Maleakhi 3:10.

Jadi kita sedang menipu Allah  jikalau kita merasa melakukan kehendak Tuhan. Matius 23:23,.. Yesus menegur orang Farisi yang merasa bahwa mereka sedang melakukan kehendak Tuhan pada hal esensinya diabaikan. Esensi dari persepuluhan adalah, keadilan, kasih sayang dan kesetiaan yang harus terdapat dalam perpuluhan.

Persepuluhan adalah milik Tuhan, persepuluhan ada sebelum hukum taurat sehingga persepuluhan merupakan bukti ketaatan kepada Allah atas segala berkat Allah. Abraham memberikan teladan kepada kita dalam Ibrani 7:2-7......Abraham tidak membagi-bagikan persepuluhan kepada orang miskin, tetapi ia membawanya kepada Melkisedek, Imam Allah yang Mahatinggi Ibrani 7:4,. Artinya jika anda memberikan persepuluhan kepada orang lain maka anda memberikannya tempat yang salah, dan Allah tidak memgakui itu sebagai persepuluhan.

Dalam persepuluhan itu para imam melakukan tiga hal penting sebagai esensi persepulunan yaitu keadilan, kesetiaan dan ketaatan, ketiga hal itu diwujudkan oleh imam kepada para janda, dan kepada sesama pelayan di rumah Tuhan.

Oleh sebab itu bukti ketaatannya adalah mengembalkkan kepada Allah yang seharusnya tanpa bertanya untuk apa dan kepada siapa aku harus memberi ? Jika anda bertanya kepada siapa saya harus memberi dan untuk apa, maka sebenarnya anda sedang meragukan berkat Allah dalam hidupmu. Allah itu sumber berkat jadi jangan perna bertanya ? Dia Allah sumber damai sejahtera, Paulus mempertegas itu dalam 1 Tesalonika 5:23., dan juga Roma 11:36. 

Dengan demikian adakah alasanmu untuk bertanya tentang persepuluhan ? Jika anda masih merasa berat untuk memberi saya lebih setujuh bahwa anda jangan memberikannya sebab ketika anda memberi dalam sunggut-sunggut maka pemberianmu tidak berarti sama sekali. Berilah maka kamu akan diberi. AMIN

Wamena, 12 Januari 2021
 Pdm.Yoel Giban, S.Th


Sabtu, 02 Januari 2021

MEMAHAMI PERSEPULUHAN

Dalam teks 1Sam 8:15-17 atau pada Bait Kudus untuk nafkah penghidupan para imam dan kaum Lewi (Kej 14:20; 28:22; 1Mak 3:49). Dasar pajak kultis adalah pandangan, bahwa Allah itu pemilik segala tanah. Oleh sebab itu Allah dapat menuntut hak atas penghasilan yang pertama dan terbaik (Panen pertama). Corak dan besarnya pajak bisa berubah: Buah-buahan berbiji dan buah-buahan pohon: seperti gandum, air anggur yang belum beragi, minyak dan anggur (Ul 12:6,11,17; /RAPC #Tob 1:6; Ydt 11:13). Begitu juga ternak (2Taw 31:6). Sebagai pengganti bisa diserahkan pajak uang yang sesuai nilainya (Ul 14:22-27). Kaum Farisi memperluas wajib Pajak sampai pada buah-buahan yang paling kecil (Mat 23:23).

PERSEPULUHAN [Kamus Browning]

Sepersepuluh dari pendapatan tahunan, yang dipisahkan untuk maksud-maksud keagamaan dan dikukuhkan oleh janji Yakub di Betel (Kej. 28:22). Di Bait Allah kedua, persepuluhan itu dikumpulkan dalam bait untuk mempertahankan kehidupan imamat (Neh. 10:37-38). Persepuluhan itu tidak selalu dibayarkan dengan sukarela dan lunas (Mal. 3:8, 10). Tetapi, sebelum pembuangan raja-raja mengumpulkan persepuluhan itu juga dalam bentuk buah-buahan atau ternak dan sebagian daripadanya ditimbun di Bait Allah (2Taw. 31:5-6). Sepertinya pada waktu itu persepuluhan itu berupa suatu pajak kerajaan, yang oleh raja-raja itu dipakai untuk pemeliharaan Bait. Yesus tidak mengutuk praktik pemungutan persepuluhan pada zaman-Nya yang dilakukan orang Yahudi, tetapi Yesus menilainya seperti juga dilakukan Nabi Amos (Am. 4:4) terhadap penyerahan persepuluhan yang ditempatkan di atas belas kasihan dan iman (Mat. 23:23).

PERSEPULUHAN [Ensiklopedia]

Kebiasaan memberi persepuluhan tidak dimulai oleh Taurat Musa (Kej 14:17-20), dan tidak khas kebiasaan Israel. Persepuluhan dilakukan juga oleh bangsa-bangsa kuno lainnya.

1. Atas barang apakah dituntut persepuluhan dari orang Israel? Menurut Taurat, dari 'hasil benih di tanah', 'buah pohon-pohonan' dan 'lembu sapi atau kambing domba' harus dibayar persepuluhan (Im 27:30-32). Cara membayar persepuluhan ternak adalah sbb: pemilik menghitung ternaknya waktu keluar merumput, dan dari tiap 10 ekor 1 diberikan untuk Allah. Dengan cara ini tidak mungkin memilih binatang khusus untuk membayar persepuluhan kambing domba dan lembu sapi (Im 27:32 dab). Jika seorang lebih suka membayar persepuluhan hasil gandum dan buah dalam nilai uang, maka ia boleh berbuat demikian, tapi jumlah harus ditambah seperlima. Persepuluhan kambing domba dan lembu sapi tak boleh ditebus dengan cara ini (Im 27:31, 33).

2. Persepuluhan dibayar kepada orang Lewi (Bil 18:21 dab). Tapi dalam Ibr 7:5 dikatakan bahwa anak-anak Lewi 'yg menerima jabatan imam' menerima persepuluhan itu. Penyimpangan dari Taurat itu barangkali dapat ditimpakan kepada ketidakmauan orang Lewi melaksanakan tugas mereka di Yerusalem sesudah orang Yehuda kembali dari pembuangan di bawah pimpinan Ezra (Ezr 8:15 dab). Orang Lewi berdasarkan sifat kedudukan dan tugasnya mereka dalam masyarakat Israel, tidak mempunyai mata pencaharian atau harta warisan untuk menjamin hidup mereka: maka untuk membalas 'pekerjaan yg mereka lakukan, yaitu pekerjaan di Kemah Pertemuan', mereka menerima persepuluhan yg dipersembahkan Israel (Bil 18:21, 24). Bil 18 hanya menyebut persepuluhan hasil padi-padian dan buah-buahan (ay 27). Tapi orang Lewi tidak boleh memegang seluruh persepuluhan itu, mereka juga disuruh untuk 'mempersembahkan persembahan khusus' yg diambil dari persepuluhan yg diterima, yaitu persepuluhan dari persepuluhan (Bil 18: 26). Persepuluhan dari persepuluhan ini harus 'dari segala yg terbaik daripadanya' (ay 29) dan diserahkan kepada imam-imam (ay 28; Neh 10:39).

3. Israel membawa persepuluhan itu ke 'tempat yg akan dipilih Tuhan Allah-mu dari segala sukumu sebagai kediaman di sana' (Ul 12:5 dab, 17 dab), yaitu Yerusalem. Persembahan persepuluhan itu berbentuk makanan yg dimakan bersama orang Lewi (Ul 12:7, 12). Jika Yerusalem agak jauh, sehingga pengangkutan persepuluhan tuaian menimbulkan masalah, maka orang selalu diperbolehkan memberi persepuluhannya dalam bentuk uang (Ul 14:22-27). Setiap 3 thn persepuluhan dipersembahkan di tempat tinggal setiap orang (Ul 14:28 dab) walaupun pada kesempatan ini ia tetap naik ke Yerusalem untuk melakukan ibadah sesudah mempersembahkan persepuluhan di tempat tinggalnya sendiri (Ul 26:12 dab).

Pada peraturan sederhana dalam Pentateukh mengenai persepuluhan, di kemudian hari ditambahkan sejumlah tetek bengek peraturan yg mengubah azas keagamaan yg indah menjadi beban yg mendukakan hati. Tambahan sejumlah tetek bengek itu dicatat dalam Misyna dan Talmud. Kecenderungan yg sangat merugikan itu pasti memupuk anggapan bahwa memenuhi tata cara persepuluhan seseorang dan praktik keagamaan lainnya dapat membuat Allah menerimanya (Luk 11:42), tanpa menunjukkan keadilan, belas kasihan dan kesetiaan (Mat 23:23 dab).

Persepuluhan yg diberikan Abraham, Bapak leluhur Israel, yg dengan demikian leluhur keimaman Harun, juga kepada Melkisedek (Kej 14:20), dan berkat raja imam itu (Kej 14:19), mengandung arti yg diterangkan dalam Ibr 7:1 dab. Imamat Melkisedek lebih unggul dari Imamat Harun dan orang Lewi. Tapi hal ini tidak diterangkan dalam Kej 14:18-20.

Dalam Mat 23:23 dan Luk 11:42 disinggung pembayaran persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, yg melukiskan bagaimana Taurat Musa sudah diperluas oleh Talmud, dengan memerintahkan bahwa'dari segala sesuatu yg dimakan ... dan dari segala yg tumbuh dari tanah', harus dibayar persepuluhan. JGSST/MHS/HAO

Jumat, 01 Januari 2021

Kata" penghiburan bagi Israel


Kata-kata Penghiburan bagi Israel; Manfaat Penderitaan; Penghiburan bagi Orang yang Menderita (Ratapan, 3:21-36)

Di sini awan-awan mulai berserak dan menghilang, dan langit pun mulai cerah. Keluhan dalam bagian awal pasal ini sangat muram, namun di sini nadanya berubah dan orang-orang berkabung di Sion mulai terlihat sedikit senang. Kalau bukan karena harapan, hati bisa saja hancur. Tetapi, supaya hati jangan sampai hancur lebur, di sini ada sesuatu yang dimunculkan lagi untuk diingat, supaya ada pijakan untuk tetap berharap (ay. 21), yang menunjuk pada apa yang akan datang, bukan apa yang sudah terjadi. Aku akan kembali pada hatiku (demikian yang dikatakan dalam tafsiran yang agak luas). Apa yang ada dalam hati kita, dan kita simpan dalam hati kita, adakalanya seolah-olah sudah terhilang dan terlupakan, sampai Allah dengan anugerah-Nya mengembalikannya kepada hati kita, supaya siap untuk kita pakai, apabila kita memerlukannya. “Hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap, dan aku dijaga supaya tidak berputus asa sepenuhnya.” Marilah kita lihat apa hal-hal yang diingatnya ini.

I. Bahwa, seburuk apa pun segala sesuatu, rahmat Allah bisa membuatnya tidak menjadi lebih buruk. Kami menderita sengsara disebabkan cambuk murka-Nya, tetapi tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya (ay. 22, KJV tetapi karena rahmat Tuhanlah kami tidak dimakan habis). 

Ketika sedang berada dalam kesusahan, kita harus, untuk membesarkan iman dan harapan kita, mengamati apa yang dapat membantu kita maupun apa yang dapat mencelakakan kita. Segala sesuatunya memang buruk, tetapi bisa saja lebih buruk, dan karena itu ada harapan supaya semuanya menjadi lebih baik. Amatilah di sini,

1. Sungai-sungai rahmat diakui: Kami tidak dimakan habis. Perhatikanlah, jemaat Allah adalah seperti semak duri Musa, yang terbakar, namun tidak dimakan api. Kesukaran apa pun yang sudah dijumpainya, atau yang akan dijumpainya, jemaat akan ada di dunia sampai akhir zaman. Jemaat dianiaya oleh manusia, namun tidak ditinggalkan sendirian oleh Allah, dan karena itu walaupun jemaat dihempaskan, ia tidak binasa (2Kor. 4:9), dihajar, namun tidak dimakan habis, dimurnikan di dalam tungku seperti perak, namun tidak dimakan api seperti sanga.

2. Sungai-sungai ini ditelusuri sampai ke sumbernya: Sumbernya adalah kasih setia TUHAN. Di sini kasih setia ditulis dalam bentuk jamak, yang menandakan melimpah dan beragamnya kasih setia itu. Allah adalah sumber kasih setia yang tiada habisnya, Bapa yang penuh belas kasihan. Perhatikanlah, kita semua berutang pada kasih setia Allah yang menyayangi kita sehingga kita tidak dimakan habis. Orang-orang lain di sekitar kita sudah dimakan habis, dan kita sendiri akan dimakan habis, tetapi kita tidak dimakan habis. Kita sudah keluar dari kubur, keluar dari neraka. Seandainya kita diperlakukan sesuai dosa-dosa kita, pasti sudah lama kita dimakan habis. Tetapi kita diperlakukan sesuai kasih setia Allah, dan kita wajib mengakui itu bagi pujian-Nya.

II. Bahwa bahkan di kedalaman penderitaan, mereka masih mengalami kelembutan belas kasihan ilahi dan kebenaran janji ilahi. Mereka sempat mengeluh beberapa kali bahwa Allah tidak mengasihani (2:17, 21), 

Tetapi di sini mereka memperbaikinya, dan mengakui,

1. Bahwa tak habis-habisnya rahmat Allah. Belas kasihan-Nya tidak betul-betul berhenti, sekalipun di dalam murka tampak ditutup-Nya rahmat-Nya. Sungai-sungai rahmat ini mengalir penuh dan terus-menerus, tetapi tidak pernah kering. Tidak, rahmat-Nya selalu baru tiap pagi. Setiap pagi kita mendapati ungkapan-ungkapan baru dari rahmat Allah terhadap kita. Ia mengunjungi kita dengan rahmat-Nya setiap pagi (Ayb. 7:18). Pagi demi pagi Ia memberi hukum-Nya (Zef. 3:5). Sekalipun penghiburan-penghiburan kita berhenti, rahmat Allah tidak.

2. Bahwa besar kesetiaan-Nya. Meskipun perjanjian itu tampak dilanggar, mereka mengakui bahwa perjanjian itu masih tetap berlaku penuh. Dan, meskipun Yerusalem ada dalam reruntuhan, kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Perhatikanlah, hal-hal keras apa pun yang kita derita, kita tidak boleh berpikiran keras tentang Allah, tetapi harus tetap siap mengakui bahwa Dia baik dan juga setia.

III. Bahwa Allah sekarang, dan akan senantiasa, menjadi kebahagiaan yang maha mencukupi bagi umat-Nya, dan mereka telah memilih Dia dan bergantung pada-Nya untuk menjadi Allah yang demikian (ay. 24)

TUHAN adalah bagianku, kata jiwaku, yaitu,
1. “Walaupun aku telah kehilangan semua yang aku miliki di dunia, kebebasan, mata pencaharian, dan nyaris hidup itu sendiri, namun aku tidak kehilangan bagianku di dalam Allah.” Bagian-bagian di bumi adalah bagian yang akan binasa, tetapi Allah adalah bagian untuk selama-lamanya.

2. “Selama aku mempunyai bagian di dalam Allah, maka di dalamnya aku berkecukupan. Aku memiliki apa yang mencukupi untuk mengimbangi semua masalahku dan menggantikan semua kerugianku.” Apa pun yang dirampas dari kita, bagian kita aman.

3. “Inilah yang aku andalkan dan yang membuatku puas: Oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. Aku akan bersandar pada-Nya, dan mendorong diriku tetap di dalam Dia, ketika semua penopang dan dorongan lain gagal.” Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjadikan Allah sebagai bagian dari jiwa kita, lalu memakai Dia sebagai bagian kita, dan mendapat penghiburan darinya di tengah-tengah ratapan-ratapan kita.

IV. Bahwa orang-orang yang berhubungan dengan Allah akan mendapati bahwa tidak sia-sia percaya kepada-Nya, sebab,

1. Dia baik bagi orang-orang yang berbuat demikian (ay. 25)

Dia baik kepada semua orang. Ia penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Semua makhluk ciptaan-Nya mengecap kebaikan-Nya. Tetapi Dia secara khusus baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Perhatikanlah, selama masalah berkepanjangan, dan pembebasan ditangguhkan, kita harus bersabar menantikan Allah dan kembalinya Dia dengan penuh rahmat kepada kita. Sewaktu kita berharap kepada-Nya dengan iman, kita harus mencari Dia dengan doa: jiwa kita harus mencari Dia, kalau tidak, kita tidak akan menemukan Dia. Pencarian kita akan membantu mempertahankan harapan kita. Dan bagi orang-orang yang menantikan dan mencari seperti itu, Allah akan mencurahkan anugerah-Nya. Ia akan menunjukkan kepada mereka kasih setia-Nya yang ajaib.

2. Orang-orang yang berbuat demikian akan mendapati hal itu baik bagi mereka (ay. 26): Adalah baik (sudah menjadi tugas kita, dan akan menjadi penghiburan dan kepuasan kita yang tak terucapkan) menanti dengan diam pertolongan TUHAN, berharap bahwa pertolongan itu akan datang, meskipun kesulitan-kesulitan yang menghadang di jalan tampak tak teratasi, menanti sampai pertolongan itu benar-benar datang, meskipun sudah lama tertunda. Dan selama kita menanti, kita harus tenang dan berdiam diri, tidak berbantah dengan Allah atau membuat gelisah diri kita sendiri, tetapi menerima saja tindakan-tindakan ilahi. Ya Bapa-Ku, jadilah kehendak-Mu!. Jika kita mengingat hal ini, kita dapat berharap bahwa semuanya akan berakhir dengan baik pada akhirnya.

V. Bahwa penderitaan itu benar-benar baik untuk kita, dan, jika kita menanggungnya dengan benar, itu akan mengerjakan banyak kebaikan untuk kita. Bukan hanya baik untuk berharap dan menantikan keselamatan, tetapi juga baik untuk berada di dalam masalah untuk sementara waktu (ay. 27)

Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Banyak pemuda dibawa ke dalam pembuangan pada waktu itu. Untuk menenangkan mereka, sang nabi memberi tahu mereka bahwa baik bagi mereka untuk memikul kuk pembuangan itu, dan mereka akan mendapatinya demikian jika mereka mau menyesuaikan diri dengan keadaan mereka, dan berupaya untuk memenuhi tujuan-tujuan Allah dalam membebankan kuk yang berat itu kepada mereka. Ini sangat dapat diterapkan pada kuk perintah-perintah Allah. Adalah baik bagi para pemuda untuk memikul kuk pada masa muda mereka. Tidak ada kata terlalu muda untuk menjadi orang saleh. Kewajiban kita akan lebih diterima Allah, dan ringan bagi diri kita sendiri, jika kita menjalankannya ketika masih muda. Tetapi di sini tampaknya yang dimaksud adalah kuk penderitaan. Banyak orang sudah mendapati bahwa memang baik memikul kuk ini pada masa muda. Hal ini sudah membuat orang rendah hati dan bersungguh-sungguh, dan mematikan cinta mereka terhadap dunia, yang jika tidak demikian mereka akan menjadi sombong dan sulit diatur, dan seperti anak lembu yang tidak terlatih. Tetapi bagaimanakah kita harus memikul kuk itu, sehingga memang baik bagi kita untuk memikulnya pada masa muda kita? Ia menjawabnya dalam ayat-ayat berikutnya,

1. Apabila kita sabar dan tenang di bawah penderitaan-penderitaan kita, apabila kita duduk sendirian dan berdiam diri, tidak lari ke sana kemari, ke semua teman dengan keluhan-keluhan kita, membesar-besarkan malapetaka yang menimpa kita, dan berbantah dengan tindakan-tindakan Pemeliharaan ilahi menyangkut kita. Sebaliknya, hendaklah kita menarik diri, supaya pada hari malang kita dapat mengingat, duduk sendirian, supaya kita dapat bercakap-cakap dengan Allah dan merenung dalam hati kita, membungkam semua pikiran yang tidak mau puas dan tidak mau percaya, dan mendekapkan tangan kita pada mulut kita, seperti Harun, yang ketika menghadapi ujian yang sangat berat, berdiam diri. Kita harus berdiam diri di bawah kuk itu seperti mereka yang sudah memikulnya sebelum kita, bukan dengan sengaja menariknya ke pundak kita sendiri, tetapi dengan sabar menerimanya apabila Allah meletakkannya di pundak kita. Apabila orang-orang yang menderita pada masa muda mereka menyesuaikan diri dengan penderitaan-penderitaan mereka, memantaskan pundak mereka untuk memikul kuk dan berusaha memenuhi tujuan-tujuan Allah dalam menimpakan penderitaan kepada mereka, maka mereka akan mendapati bahwa baik bagi mereka untuk memikulnya, sebab hal itu menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih seperti itu olehnya.

2. Apabila kita rendah hati dan bersabar di bawah penderitaan kita. Orang akan mendapat kebaikan dari kuk itu jika ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu. Tidak hanya mendekapkan tangannya ke mulutnya, sebagai pertanda berserah pada kehendak Allah di dalam penderitaan, tetapi juga merebahkannya dalam debu, sebagai pertanda sedih, malu, dan benci pada diri sendiri, ketika mengingat dosa. Seperti orang yang betul-betul direndahkan dan diinsyafkan, dan seperti orang yang ditaklukkan dibuat menjilat debu (Mzm. 72:9). Kita harus merendahkan diri seperti itu, jika dengan demikian mungkin ada harapan, atau (seperti dalam bahasa aslinya) barangkali ada harapan. Jika ada cara untuk memperoleh dan menggenggam harapan yang baik di dalam penderitaan-penderitaan kita, inilah caranya. Namun kita harus sangat bersahaja dalam mengharapkannya, harus menantikannya dengan kata mungkin, seperti orang yang mengakui bahwa mereka benar-benar tidak layak menerimanya. Perhatikanlah, orang yang benar-benar merendah karena dosa akan senang mendapat harapan yang baik, melalui anugerah, dengan syarat apa pun, meskipun untuk itu mereka harus merebahkan diri dengan mukanya dalam debu. Orang yang ingin memiliki harapan harus berbuat demikian, dan bersandar pada anugerah yang cuma-cuma jika mereka didorong untuk berbuat itu, yang dapat menjaga hati mereka untuk tidak tenggelam di dalam debu ketika mereka merebahkan diri dengan mukanya ke situ.

3. Apabila kita bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang dipakai sebagai alat untuk permasalahan kita, dan berjiwa pengampun (ay. 30). Orang akan mendapat kebaikan dari kuk itu jika ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, dan lebih memilih memberi pipi kiri (Mat. 5:39) daripada membalas dengan memukul lagi. Yesus Tuhan kita telah meninggalkan kita sebuah teladan untuk ini, sebab Ia memberi punggung-Nya kepada orang-orang yang memukul Dia (Yes. 50:6). Orang akan mendapati bahwa sungguh baik untuk memikul kuk, bahwa hal itu akan mendatangkan keuntungan rohani baginya, jika ia dapat menanggung hinaan dan celaan, dan tidak membalas caci maki dengan caci maki, dan kepahitan dengan kepahitan. Dan, ketika kenyang dengan cercaan, ia menyimpannya di dalam hati, dan tidak membalas dengan pedas dan melimpahkannya kembali kepada orang-orang yang mengenyangkannya dengan cercaan itu, tetapi mencurahkannya di hadapan TUHAN (seperti yang dilakukan mereka, yang jiwanya sudah cukup kenyang dengan penghinaan orang-orang yang sombong [Mzm. 123:4]). Ringkasnya, jika kesengsaraan menimbulkan ketekunan, maka ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan yang tidak mengecewakan.
VI. Bahwa Allah akan kembali dengan penuh rahmat kepada umat-Nya dengan penghiburan-penghiburan yang datang pada waktunya seimbang dengan hari-hari Dia menindas mereka (ay. 31-32). Itulah mengapa si penderita bertobat seperti itu, bersabar seperti itu, karena ia percaya bahwa Allah itu pengasih dan penyayang, yang merupakan dorongan besar baginya untuk melakukan pertobatan Injili maupun untuk memiliki kesabaran kristiani. Kita dapat menopang diri kita dengan ini,
1. Bahwa, walaupun dihajar, kita tidak dibuang. Seorang ayah yang menghajar anaknya bukan berarti merampas hak warisnya.
2. Bahwa meskipun kita mungkin tampak dibuang untuk sementara waktu, ketika penghiburan-penghiburan jasmani ditangguhkan dan keselamatan-keselamatan yang diinginkan ditunda, namun kita tidak benar-benar dibuang, karena tidak untuk selama-lamanya kita dikucilkan. Perseteruan dengan kita tidak akan berlangsung untuk seterusnya.
3. Bahwa, kesedihan apa pun yang tengah meliputi kita, itu sudah ditetapkan Allah untuk kita, dan tangan-Nya bekerja di dalamnya. Dialah yang menyebabkan kesedihan, dan karena itu kita bisa yakin bahwa itu sudah diatur dengan bijak dan penuh rahmat. Dan hanya seketika, ketika diperlukan, kita berdukacita (1Ptr. 1:6).
4. Bahwa Allah menyediakan belas kasihan dan penghiburan bahkan bagi orang-orang yang telah dibuat-Nya berduka. Kita sama sekali tidak boleh berpikir bahwa, walaupun Allah membuat kita berduka, dunia akan melegakan dan menolong kita. Tidak. Dia yang menyebabkan dukacita, Dia pulalah yang harus membawa kebaikan, atau kita binasa. Una eademque manus vulnus opemque tulit – Tangan yang melukai, tangan itu pula yang menyembuhkan. Dia telah menerkam, dan Dia akan menyembuhkan kita (Hos. 6:1).
5. Bahwa, ketika Allah kembali untuk berlaku rahmat kepada kita, itu bukan menurut jasa-jasa kita, melainkan menurut kasih setia-Nya, menurut kebesaran, kelimpahan, kasih setia-Nya. Begitu tidak layaknya kita sehingga tidak ada hal lain selain kasih setia yang melimpah yang akan menolong kita. Jadi apa lagi yang tidak bisa kita harapkan dari kasih setia yang seperti itu? Dan sekalipun Allah membuat kita berduka, itu sama sekali tidak boleh mematahkan harapan-harapan kita akan kasih setia-Nya.

VII. Bahwa, apabila Allah betul-betul menyebabkan kesedihan, itu demi tujuan-tujuan yang bijak dan kudus, dan Ia tidak bersuka dalam malapetaka-malapetaka yang menimpa kita (ay. 33)

Ia memang menindas, dan merisaukan anak-anak manusia. Semua kerisauan dan penindasan mereka datang dari Dia. Tetapi Ia tidak melakukannya dengan rela hati, tidak dari hati, demikianlah kata yang dipakai.

1. Ia tidak pernah menindas kita kecuali kita memberi-Nya alasan untuk melakukannya. Ia tidak menunjukkan kernyit dahi-Nya seperti Ia menunjukkan kebaikan-Nya, ex mero motu– semata-mata berdasarkan kesenangan hati. Jika Ia berbaik hati kepada kita, memang itulah yang berkenan kepada-Nya. Tetapi, jika Ia menuliskan hal-hal yang pahit melawan kita, itu memang karena kita layak mendapatkannya dan juga memerlukannya.

2. Ia tidak menindas dengan senang hati. Ia tidak bersuka dalam kematian orang-orang berdosa, atau kegelisahan orang-orang kudus, tetapi menghukum dengan enggan dan berat hati. Ia keluar dari tempat-Nya untuk menghukum, sebab tempat-Nya adalah tutup pendamaian. Ia tidak bersuka dalam kesengsaraan makhluk-makhluk ciptaan-Nya, tetapi, berkenaan dengan umat-Nya sendiri, Ia sama sekali tidak bersuka dalam segala penderitaan mereka sehingga Ia sendiri menderita, dan jiwa-Nya berduka atas kesengsaraan Israel.

3. Ia mempertahankan kebaikan-Nya terhadap umat-Nya sekalipun Ia sedang menindas mereka. Jika Ia tidak dengan rela hati merisaukan anak-anak manusia, apalagi dengan anak-anak-Nya sendiri. Apa pun itu, Allah itu baik bagi mereka (Mzm. 73:1), dan mereka dengan iman dapat melihat kasih di dalam hati-Nya bahkan sekalipun mereka melihat kernyit di dahi-Nya dan cambuk di tangan-Nya.

VIII.Bahwa walaupun Ia memanfaatkan orang lain sebagai tangan-Nya, atau lebih tepatnya sebagai alat-alat di tangan-Nya, untuk menghajar umat-Nya, namun Ia sama sekali tidak senang dengan ketidakadilan dari perlakuan-perlakuan mereka dan kejahatan yang mereka perbuat terhadap umat-Nya (ay. 34-36). 

Meskipun Allah memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui kekerasan orang-orang fasik dan tidak berbudi, namun itu tidak lantas berarti bahwa Ia mengizinkan kekerasan itu, seperti yang adakalanya tergoda untuk dipikirkan umat-Nya yang tertindas. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu? (Hab. 1:13). Dengan dua cara umat Allah dilukai dan ditindas oleh musuh-musuh mereka, dan sang nabi di sini meyakinkan kita bahwa Allah tidak menyetujui satu pun darinya:

1. Jika orang melukai mereka dengan kekuatan senjata, Allah tidak menyetujui itu. Ia sendiri tidak memijak-mijak dengan kaki tawanan-tawanan di dunia, sebaliknya Ia mendengarkan jeritan para tahanan. Ia juga tidak menyetujui jika manusia yang melakukannya. Bahkan, Ia sangat murka terhadap perbuatan demikian. Sungguh biadab menginjak-injak orang yang sudah jatuh, dan meremukkan orang yang terikat dan tak dapat menolong diri mereka sendiri.

2. Jika orang melukai mereka dengan dalih hukum, dan mengaku-ngaku sedang menjalankan keadilan, jika mereka membelokkan hak orang, sehingga ia tidak bisa tahu apa hak-haknya atau tidak dapat menuntutnya, dan hak-haknya berada di luar jangkauannya. Jika mereka memperlakukan orang tidak adil dalam perkaranya, dan menjatuhkan putusan yang salah, atau memberikan penghakiman yang salah, maka hendaklah mereka tahu,

(1) Bahwa Allah melihat mereka. Perbuatan mereka terpampang di hadapan Yang Mahatinggi (ay. 35). Perbuatan mereka terpampang dalam pandangan-Nya, di depan mata-Nya, dan sangat membuat-Nya murka. Mereka tidak bisa tidak mengetahui bahwa memang demikian halnya, dan karena itu untuk menentang Dialah mereka melakukannya. Dia adalah Yang Mahatinggi, yang kewenangan-Nya atas mereka sudah mereka hina dengan menyalahgunakan kewenangan mereka atas bawahan-bawahan mereka, tanpa menimbang bahwa Dia yang lebih tinggi dari yang tertinggi mengawasi (Pkh. 5:7, KJV).

(2) Bahwa Allah tidak membenarkan perbuatan mereka. Apa yang tersirat lebih daripada apa yang diungkapkan. Menyelewengkan keadilan, dan menumbangkan orang yang adil, adalah penghinaan besar terhadap Allah. Dan, walaupun Ia dapat memakai mereka untuk menghajar umat-Nya, namun cepat atau lambat Ia akan mengadakan perhitungan yang berat dengan orang-orang yang berbuat demikian. Perhatikanlah, walaupun Allah mungkin untuk sementara waktu membiarkan para pembuat kejahatan hidup sejahtera, dan memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri melalui mereka, namun Ia tidak lantas menyetujui perbuatan-perbuatan jahat mereka. Jauhlah dari pada Allah untuk berbuat curang, atau menyetujui mereka yang berbuat demikian.

Sumber: Mathew Henrry

Statistik Pengunjung