1 TOMOTIUS, 5:17-25
PENGANTAR
Teks ini merupakan bagian dari nasehat Rasul Paulus kepada
Timotius tentang bagaimana seharusnya menghormati pimpinan sebagai orang yang
bekerja keras dalam pelayanan yaitu mereka yang berkhotbah dan yang mengajar. Sebagai pengkhotbah dan pengajar
mempersiapkan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Tuhan mereka
melakukan secara sadar dan terencana dan
itu tidak terburu-buru. Semua kata-kata yang mereka ucapkan adalah bersumber
dari refleksi rohani bagi umat, agar
hidupnya tidak terburu-buru alias tidak sembarangan di hadapan manusia dan di
hadapan Tuhan. Terburu-buru yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mengatakan
atau melakukan segala sesuatu tanpa mempertimbangkan dampaknya yang
mengakibatkan hilangnya kepercayaan, hilangnya kekeluargaan, hilangnya segala
hal baik yang melekat dalam diri setiap anak Tuhan. Sebagai umat Tuhan
mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak adalah bentuk dari kedewasaan
rohani dalam keKristenan sebagai anak-anak Tuhan.
Segala sesuatu yang dikerjakan dengan terburu-buru akan berdampak
negative dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan. terburu-buru itu penting tetapi tidak terlalu
penting, sebab terburu-buru selalu meninggalkan kesan negative dalam menjalani
hidup sebagai umat Tuhan. Seperti halnya terburu-buru terhadap pekerjaan, terburu-buru
terhadap sesuatu hal itu baik tetapi terkadang terburu-buru selalu meninggalkan
kesan lain yaitu pekerjaan yang dikerjakan hasilnya tidak memuaskan atau ada
saja yang dilewatkan. Oleh karena itu Rasul Paulus mengajarkan kepada kita
bahwa sebagai Anak Tuhan harus mampu mengendalikan diri secara bijak. Dalam
ayat 22 dikatakan bahwa “Janganlah engkau terburu-buru” menumpangkan tangan atas seseorang
dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu. Atas dasar pesan
Rasul Paulus kepada Tomotius ini, memberikan gambaran bagaimana seharusnya anak
Tuhan menjalani hidup dan menghormati orang lain. Dalam ayat tersebut diatas
memberitahu kita bahwa “jagalah kemurnian dirimu”. Empati
dan simpati terhadap penderitaan orang lain itu penting dan baik tetapi Rasul
Paulus mengingatkan agar memperhatikan kondisi dimana kita berbicara dan dimana
kita ada. Terkadang karena terburu-buru melihat penderitaan atau kehidupan
orang lain yang menyedikan, kita seringkali melibatkan diri dalam hal-hal yang
harusnya tidak terlibat. Sebab dengan keterlibatan kita bisa berdampak negative
bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi orang lain. Karena itu memperhatikan
konteks dimana kita sedang berada dan dimana kita sedang berbicara itu sangat
penting, tujuannya supaya kita terhidar dari segala hal yang berdampak balik
terhadap kehidupan kita. Terburu-buru akan berdampak bagi kita sebagai
anak-anak Tuhan seperti;
1.
Merusak Nama Tuhan
Terburu-buru dalam melibatkan diri atas persoalan atau kehidupan orang lain tanpa memperhatikan konteks kehidupan orang yang kepadanya kita melibatkan diri akan berdampak balik kepada diri kita. Menolong dan memberi bantuan itu penting yang lebih sering disebutkan dengan empati dan simpati itu baik, tetapi hal –hal itu bisa saja menjadi batu sandungan yang dari padanya nama Tuhan dipermalukan. Suatu pekerjaan yang menurut kita baik dan memuliahkan Tuhan belum tentu itu baik untuk orang lain. Seperti 1 Samuel 13:9-10, Saul mempersembahkan korban untuk Tuhan. Tetapi dampak balik bagi Saul adalah kehilangan hak sebagai raja bangsa Israel. Apa yang salah dalam teks ini, bukankah Saul melakukan yang benar ? Namun Tuhan tidak berkenan akan hal itu. Lalu apa yang harus dilakukan? Semuanya terlambat. Tindakan Daniel berbeda dengan tindakan Musa ataupun Abraham dan banyak nabi-nabi dan raja-raja yang bisa menjadi contoh untuk menjalani hidup yang takut akan Tuhan dan memuliahkan Tuhan melalui nama kita.
2. Merusak nama baik kita sendiri
Selain sebagai anak Tuhan, suatu perbuatan kita akan berbalik kepada diri kita sendiri baik itu perbuatan yang bersifat menolong ataupun yang bersifat hanya empati terhadap kehidupan orang lain. Jika kita melakukan suatu perbuatan yang baik maka dampaknya adalah nama kita juga akan ikut baik tetapi jika kita melakukan kebalikannya maka nama kita sendiri juga yang akan dipertaruhkannya. Karena itu sangat penting bagi seorang anak Tuhan untuk belajar mengandalkan Tuhan dalam segala hal, sebelum menolong orang lain atau melibatkan diri dalam persoalan hidup orang lain mintalah petunjuk Tuhan supaya Tuhan memberikan kecerahan dan memberikan jalan keluar yang saling menguntungkan yang di dalamnya kita menjadi berkat dan orang lain mengalami berkatnya dan akhirnya nama Tuhan yang di permuliahkan di dalam pelayanan kita.
3. Merusak nama organisasi
Setiap hal atau perbuatan kita di ikuti oleh organisasi atau lembaga yang daripadanya kita bernaung dan belindung. Karena itu semua pelayanan dan perbuatan yang melibatkan diri kita terdapat nama organisasi. Itulah sebabnya sebagai anak Tuhan mempertimbangkan sebelum bertindak adalah jalan bijak untuk terhidar dari segala hal yang memalukan nama oraganisas melalui keterlibatan kita. Misalnya seorang hamba Tuhan mengambil tindakan untuk memberkati orang lain tanpa memperhatikan kebenarannya akan berdampak balik, seperti seorang gembala memberkati orang yang mempunyai istri lebih dari satu akan berdampak dalam pengajaran suatu organisasi.
4. Merusak nama Keluarga
Sadar atau tidak sesungguhnya dalam diri kita terdapat
nama besar keluarga kita sebagai anak Tuhan. Kita masih hidup dalam dunia dan
hal-hal seperti hubungan kekeluargaan masih sangat melekat dalam diri kita.
Oleh karena itu sebagai anak Tuhan sangat penting menjaga nama baik keluarga
kita sendiri. Sebab Yerusalem yang dimaksudkan oleh Yesus adalah dimulai dari
keluarga kita sendiri. Apalah artinya jika kita mempunyai pelayanan yang hebat
di luar sana tetapi keluarga kita sendiri hidup berantakan. Karena itu melalui
pelayanan kita harusnya mempermuliahkan nama keluarga kita dan daripadanya nama
Tuhan lebih di tinggihkan dan di mazsyurkan.
Jika demikian maka
apa yang harus kita lalukan ?
1.
Mendengarkan terlebih dahulu akan kebenarannya
Salah satu kunci mempertahankan
kehidupan yang lebih baik adalah “mendengarkan” segala sesuatu yang kita
dengarkan. Mendengarkan artinya adalah “memperhatikan, mengindahkan dan
menuruti, tidak tergesah-gesah” berbeda dengan “dengar” yang artinya (menangkap
suara) tidak ada esensinya. Mendengarkan jauh lebih penting daripada melibatkan
diri tanpa memahami kebenaran yang sebenarnya. Pengkhotbah 4-17) mengajarkan kita bahwa “Jagalah langkahmu,
kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih
baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh,
karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat”.
2.
Memberikan arahan secara bijak
Kunci suksesnya terletak dalam
tindakan kita yaitu memberikan jalan keluar atas segala hal yang terjadi dalam
kehidupan orang lain. Memberikan bimbingan dan arahan setelah memahami
kebenaran jauh lebih berakar dan berdampak baik daripada melibatkan diri tanpa
memahami konteks kehidupan orang secara buru-buru akan tidak berakar dan tidak
berdampak positip. Oleh karena itu sebagai anak Tuhan memohon hikmat dan kuasa
Tuhan untuk memberikan pertolongan
secara rohani kepada orang lain sebagai bukti Allah menyertai kita dalam
perbuatan dan dalam kata-kata kita yang daripadanya orang lain bisa mengenal
Tuhan secara pribadi dan mengakui Tuhan adalah jalan kebenaran dan kehidupan.
3.
Mengambil tindakan tepat tanpa meninggalkan luka hati
Tidak ada yang tidak mungkin
dilakukan oleh anak-anak Tuhan, semua pasti mungkin kuncinya adalah seberapa
besar kita mengandalkan Tuhan dan memohon pertolongan-Nya. Jika kita banyak
mengandalkan Tuhan dalam tuturkata dan dalam perbuatan pasti kita akan menjadi
garam dan terang bagi kehidupan orang lain. Matius 5:13-16 mengajarkan kepada
kita bagaimana seharusnya garam itu berfungsi. Demikianlah harusnya kehidupan
seorang anak Tuhan, sehingga menjadi garam bagi kehidupan orang lain.
4.
Mengambil waktu untuk berdoa sebagai akhir dari tindakan tersebut
Setelah mengetahui dan memahami serta memberikan jalan keluar
bagi persoalan hidup orang lain maka akhirnya sebagai anak Tuhan diakhiri
dengan Doa sebagai tanda kita berhasil menyelesaikan konflik atau pproblematik
kehidupan orang lain. Doa merupakan jembatan yang menghubungkan antara kita
sebagai manusia yang bermasalah dengan Tuhan sebagai pihak yang memberikan
pertolongan maka dalam hal ini kita menyampaikan terimakasi melalui jembatan
yang disebut DOA. Doa dapat membangun komunikasi yang intim antara sesama kita
dan dengan Tuhan. Dengan tindakan-tindakan yang demikian kita menjadi pembawa
damai bagi sesama kita dan nama Tuhan dipermuliahkan.
Kesimpulan
Akhirnya dalam
kesempatan ini dibuat suatu kesimpulan bahwa terburu-buru adalah hal negative
yang harus dihindari oleh setiap anak Tuhan. Sebab terburu-buru akan menjauhkan
kita dari kehidupan yang saling mengasihi dan saling menolong, hidup yang lebih
baik adalah dengan adanya melibatkan Tuhan dalam segala hal dan bertindak
hati-hati akan membawa kita untuk menikmati janji-janji Allah sebagaimana Janji
Allah kepada Yosua 1:8 bahwa “jangan lupa memperkatakan Firman Allah sebab di
dalamnya terdapat hidup kelimpahan. Tuhan Yesus memberkati kita semua”.
Ambon, 25
April 2020
Yoel Giban,
S.Th. M.Pd.K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar