Sabtu, 26 Februari 2022

ARTI KATA "HOSANA"

▶Matius 21:15 (BIMK)  Tetapi imam-imam kepala dan guru-guru agama marah melihat keajaiban-keajaiban yang dilakukan oleh Yesus. Dan mereka marah juga mendengar anak-anak bersorak-sorak di Rumah Tuhan, "Hidup Anak Daud!"

Matius 21:15 (TSI3)  Namun para imam kepala dan ahli Taurat menjadi sangat marah ketika melihat perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Yesus dan mendengar anak-anak kecil bersorak-sorai di teras rumah Allah, “Hosana, terpujilah TUHAN atas kedatangan Keturunan Daud ini.”

◀Hosana: selamatkan kami, adalah doa kami. Mat 21:9. (Kamus Gering)

Hosana. (Bhs. Ibr.: datanglah membantu)

merupakan sebuah permintaan untuk sebuah bantuan yang tetap. Sebagai sebuah bagian dari Hallel, ungkapan itu lambat-laun menjadi sebuah ungkapan sorak-sorai di dalam kebaktian, yang antara lain diungkapkan orang pada saat Yesus masuk ke kota Yerusalem. (Mark 11:10)

HOSANA [Kamus Browning]

Kata Ibrani yang berarti: Berilah kiranya keselamatan, kami berdoa (bukan 'Hurra'). Mzm. 118:25. Seluruh mazmur itu dinyanyikan pada hari raya Pondok Daun dan ada nada tambahan mesianik yang kelihatannya menjadi makna Mrk. 11:9-10 dan Yoh. 12:3. Pohon palem yang disebutkan Yohanes mengingatkan penggunaannya dalam prosesi kemenangan pada 141 sM, setelah perebutan kembali benteng Yerusalem oleh Simon Makabeus (1Mak. 13:51). Kata tersebut dimasukkan ke dalam liturgi Kristen perdana dan selalu digunakan sejak itu.

HOSANA [Ensiklopedia]

Dalam bahasa Yunani dari satu istilah Ibrani, diteriakkan pada saat Yesus memasuki Yerusalem dalam suasana kemenangan (Mat 21:9,15; Mrk 11:9; Yoh 12:13). 

Dalam pola bh Ibrani, Hosana terdiri dari hiphil imperatif hosya`, 'selamat', diikuti oleh kata mini yg memohon, na', umumnya diterjemahkan 'doa', atau 'kami memohon kepadamu'. 

Kata ini muncul dalam PL hanya dalam bentuk imperatif panjang, hosyi'ana', misalnya Mzm 118:25, di mana kata ini diikuti serangkaian kata (yg juga dikutip pada saat Yesus memasuki Yerusalem dlm nada kemenangan) 'diberkatilah Dia yg datang dalam nama Tuhan'. 

Mzm 118 menggunakannya terkait dengan Pesta Pondok Daun, dan ay 25 mempunyai makna sangat khusus sebagai tanda untuk melambai-lambaikan dahan-dahan. Tetapi ungkapan-ungkapan kegembiraan agamawi yg sama tidak dibatasi hanya pada Pesta Pondok Daun: 2 Makabe 10:6,7 mencatat bahwa menyanyikan mazmur dan melambai-lambaikan dahan adalah juga bagian dari kegembiraan pesta Penahbisan Bait Allah. Cukup beralasan menerima bahwa melambai-lambaikan dahan korma dan meneriakkan hosana untuk mengucapkan selamat datang bagi Yesus, adalah gerakan spontan yg menunjukkan rasa hormat, tanpa menunjuk pada suatu pesta istimewa, juga tidak mengandung arti doa sebagaimana dalam Mzm 118. 

Jadi, makna kata HOSANA dapat dipahami dua hal yaitu ;

1. Permohonan yang mengandung unsur doa Untuk keselamatan "

# Datanglah Selamatkanlah kami

# Datanglah Bantu Kami

# Datang Bebaskanlah Kami

# Datang Ampunilah Kami

2. Pesta Perayaan kemenangan atas jawaban Doa.▷ (Pengucapan syukur)◁

# pengucapan Syukur

# Kemenangan

# Kegembiraan


Jumat, 18 Februari 2022

HIDUP YANG MEMULIAKAN TUHAN BAGIAN III

Matius 18:6-11 (TB)

Hal ini menunjukkan kesetiaan malaikat-malaikat Allah untuk selalu melayani orang-orang kudus-Nya. Mereka ini selalu memandang wajah Allah untuk menantikan penugasan dari-Nya untuk menjaga orang-orang kudus-Nya. Seperti halnya mata seorang hamba yang selalu memandang kepada tangan tuannya, siap datang dan pergi melakukan perintah tuannya itu, demikian pula mata para malaikat selalu memandang kepada wajah Allah, menantikan perintah yang menjadi kehendak-Nya. Para pembawa pesan bersayap ini dengan cepat terbang menunaikan tugas mereka. Mereka terbang ke sana ke mari seperti kilat (Yeh. 1:14). Jika kita ingin memandang wajah Allah dalam kemuliaan-Nya di kehidupan yang akan datang seperti yang dilakukan para malaikat (Luk. 20:36), maka kita harus memandang wajah-Nya mulai dari sekarang, dengan selalu siap melaksanakan perintah-perintah-Nya, seperti halnya para malaikat (Kis. 9:6).

[2] Rencana Yesus yang penuh anugerah terhadap anak-anak-Nya yang kecil (ay. 11), Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.

Pertama, mengapa malaikat Allah ditugaskan untuk menjaga dan melindungi anak-anak-Nya yang kecil. Hal ini adalah bagian dari rencana Yesus untuk menyelamatkan mereka. Perhatikanlah, penugasan para malaikat dilakukan melalui perantaraan Yesus, karena hanya melalui Dialah malaikat-malaikat dipersatukan dengan kita. Ketika para malaikat merayakan kehendak baik Allah terhadap manusia, mereka juga mengambil bagian dalam sukacita di dalamnya.

Kedua, anak-anak-Nya yang kecil tidak boleh direndahkan karena Yesus datang untuk menyelamatkan mereka, menyelamatkan mereka yang sesat, yaitu anak-anak kecil yang tersesat di jalan mereka sendiri (Yes. 66:2), atau lebih tepat lagi, anak-anak manusia.

Kita pada dasarnya adalah jiwa-jiwa yang tersesat, seperti seorang pengelana yang kehilangan arahnya atau seorang penjahat yang dipenjarakan karena sesat. Allah kehilangan pelayanan dari orang-orang yang tersesat, serta penyembahan yang seharusnya Ia terima dari mereka.

Tugas Kristus datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan mereka yang tersesat, memulihkan ketaatan kita, mengembalikan kegairahan kita dalam melakukan pekerjaan Allah, memulihkan hak-hak istimewa kita, mengembalikan kita ke jalan yang benar menuju hidup kekal, serta menyelamatkan jiwa-jiwa supaya tidak tersesat secara rohani untuk selama-lamanya.

Ini adalah alasan mengapa orang-orang percaya yang paling kecil dan lemah tidak boleh direndahkan dan dianiaya. Jika Kristus sendiri sangat menghargai mereka, maka kita juga tidak boleh merendahkan mereka. Jika Kristus sendiri mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan anak-anak-Nya yang kecil, maka kita juga harus berusaha untuk memberikan penguatan dan penghiburan kepada mereka. Lihatlah bagaimana maksud ini kembali ditegaskan (Rm. 14:15; 1Kor. 8:11-12). Begitulah, jika Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat dan mencurahkan seluruh hati-Nya pada pekerjaan tersebut, maka Ia akan sangat murka kepada mereka yang mencoba menghalangi dan menggagalkan rencana besar-Nya dengan menghalang-halangi jalan orang-orang yang sedang mengarahkan pandangannya ke sorga.

[3] Perhatian lembut Bapa di sorga terhadap anak-anak-Nya yang kecil dan kepedulian-Nya terhadap keselamatan mereka. Hal ini digambarkan dalam suatu perbandingan (ay. 12-14). Amatilah bagaimana pernyataannya ditegaskan secara bertingkat: Malaikat Tuhan adalah pelayan mereka, Anak Allah adalah penyelamat mereka, dan untuk melengkapi kehormatan mereka, Allah sendiri adalah sahabat mereka. Tidak ada seorang pun yang boleh merebut mereka dari tangan Bapa-Ku (Yoh. 10:28).

Pertama, kita lihat perumpamaan yang digunakan di sini (ay. 12-13). Seorang gembala yang kehilangan satu dari seratus ekor dombanya tidak akan tinggal diam, sebaliknya, dengan gigih ia akan mencarinya, dan ia akan sangat bersukacita ketika menemukannya. Sesungguhnya, kasihnya kepada seekor yang tersesat itu lebih besar daripada kepada kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak tersesat. Rasa takut akan kehilangan domba yang satu itu dan kejutan ketika menemukannya kembali, membuat dia sangat bersuka hati.

Keadaan manusia yang telah terjatuh ke dalam dosa secara umum. Kita seperti seekor domba yang tersesat. Malaikat-malaikat yang tidak terjatuh dalam dosa adalah seperti sembilan puluh sembilan domba lain yang tidak pernah tersesat. Kristus akan mencari orang-orang yang tersesat sampai ke atas gunung-gunung dan tetap mendaki untuk mencarinya walaupun sangat lelah. Ketika sudah ditemukan, Kristus akan sangat bersukacita. Akan ada lebih banyak sukacita di sorga untuk pendosa yang bertobat daripada malaikat-malaikat yang tidak pernah tersesat.

Orang-orang yang percaya, yang akan jatuh oleh batu sandungan yang diletakkan di tengah-tengah jalan oleh kelicikan orang-orang yang menyesatkan mereka dari jalan yang benar. Meskipun hanya satu dari seratus domba yang tersesat (karena domba sering kali mudah tersesat), namun satu yang tersesat itu akan dicari dengan segala upaya, dan akan ada kesukaan besar ketika yang tersesat itu sudah ditemukan. Oleh karena itu, orang yang menyebabkan kesesatan itu pasti akan mendapat penghukuman yang hebat. Jika ada sukacita di sorga atas kembalinya salah satu dari hamba-hamba yang kecil ini, maka juga akan ada murka di sorga terhadap orang-orang fasik yang menyesatkan mereka. Perhatikanlah, kasih dan perhatian Allah tidak hanya akan diberikan kepada kawanan domba-Nya secara umum, namun juga kepada setiap domba dan anak domba yang terhitung dalam kawanan tersebut. Walaupun jumlahnya banyak, Ia sangat cepat merasa rindu dengan setiap dari mereka, karena Ia adalah Sang Gembala Agung, namun juga, tidaklah mudah bagi seekor dari mereka untuk hilang, karena Ia adalah Sang Gembala yang Baik. Ia sangat mengenal kawanan domba-Nya lebih dari siapa pun juga, karena Ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya (Yoh. 10:3). Lihatlah gambaran lengkap perumpamaan ini dalam Yehezkiel 34:2, 10, 16, 19.

Kedua, inti dari perumpamaan ini (ay. 14) adalah bahwa Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang. Lebih banyak yang tersirat daripada yang tersurat. Bukan keinginan Allah bahwa satu pun dari domba-domba-Nya akan binasa, namun:

 

Adalah kehendak-Nya bahwa anak-anak-Nya yang kecil ini akan selamat karena hal ini adalah bagian dari rencana dan sukacita-Nya. Allah telah merencanakan dan mencurahkan perhatian-Nya dan pasti akan melaksanakannya. Adalah kehendak perintah-Nya agar kita semua melakukan semampu kita untuk menunjang maksud-Nya ini dan tidak menghalang-halanginya.

Perhatian-Nya mencakup setiap anggota dalam kawaan tersebut, bahkan yang terhina sekali pun. Kita sering berpikir, bukanlah masalah yang besar jika hanya satu atau dua domba tersesat atau terperangkap. Itu tidak menjadi masalah. Namun, kasih dan perhatian Allah melampaui pikiran kita.

Di sini tersirat bahwa mereka yang menyesatkan anak-anak-Nya yang kecil ini ke dalam kebinasaan telah menentang kehendak Allah dan telah membangkitkan murka-Nya, sehingga walaupun mereka jatuh ke dalam kebinasaan, hukuman akan diperhitungkan kepada mereka yang menyebabkannya, karena Ia adalah Allah yang cemburu dan tidak rela jika kemuliaan-Nya diinjak-injak (Yes. 3:15). Mengapa kamu menyiksa umat-Ku dan menganiaya orang-orang yang tertindas? (Mzm. 76:9-10).

Perhatikanlah, Kristus memanggil Allah (ay. 19) sebagai Bapa-Ku yang di sorga dan Bapamu yang di sorga (ay. 14). Hal ini menyiratkan bahwa Ia tidak merasa malu untuk menyebut murid-murid-Nya yang miskin sebagai saudara-saudara-Nya, karena bukankah Ia dan mereka mempunyai satu Bapa? Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu (Yoh. 20:17). Oleh karena itu, apa yang menjadi milik kita adalah karena itu telah menjadi milik-Nya. Hal ini memberikan dasar jaminan keselamatan bagi anak-anak-Nya yang kecil, karena Bapa di sorga adalah juga Bapa mereka, dan oleh karena itu, Ia akan selalu ada untuk melindungi mereka. Seorang ayah akan menjaga semua anak-anaknya, tetapi terutama ia sangat lembut terhadap yang kecil (Kej. 33:13). Allah adalah Bapa yang berdiam di sorga bagi hamba-hamba-Nya yang kecil. Ia berdiam di tempat yang mahatinggi, sehingga Ia bisa melihat segala penderitaan yang menimpa mereka. Ia berdiam di tempat yang mahakuasa, sehingga Ia bisa mengadakan pembalasan atas nama mereka. Ini adalah sumber sukacita bagi anak-anak-Nya yang kecil, karena Allah adalah Saksi (Ayb. 16:19) dan Pelindung mereka di sorga (Mzm. 68:6). Amin

 

HIDUP YANG MEMULIAKAN TUHAN BAGIAN II

Matius 18:6-11 (TB)

 II. Secara khusus, Yesus berbicara mengenai penyesatan yang dilakukan:

Oleh kita kepada diri kita sendiri, yang diumpamakan dengan tangan dan kaki yang harus dipenggal karena menyesatkan kita (ay. 8-9). Kristus pernah menyinggung hal ini sebelumnya, di mana Ia secara khusus mengacu kepada dosa-dosa terhadap perintah yang ketujuh dari Sepuluh Perintah (5:29-30), namun di sini Ia berbicara secara lebih umum. Perrkataan-perkataan Yesus yang keras, yang tidak mengenakkan bagi tubuh dan darah, perlu diulangi terus-menerus supaya kita semakin memahaminya.

(1) Apa yang dituntut di sini. Kita harus menyingkirkan mata,tangan,kaki, atau apa pun yang sangat berharga bagi kita jika hal-hal tersebut terbukti menyesatkan kita ke dalam dosa:

[1] Godaan untuk melakukan dosa umumnya berasal dari diri kita sendiri, seperti halnya mata atau tangan kita sendirilah yang menyesatkan kita ke dalam dosa. Walaupun kita tidak disesatkan oleh Iblis, sering kali kita disesatkan oleh nafsu-nafsu duniawi kita sendiri. Begitulah, tubuh kita yang pada hakikatnya baik dan seharusnya digunakan sebagai alat-alat yang baik, sering kali justru terbukti menjadi jerat bagi kita karena kejahatan hati kita, dan menyebabkan kita selalu ingin berbuat dosa dan menghalangi kita berbuat baik.

[2] Jika kita ingin sungguh-sungguh taat terhadap perintah Allah, maka kita harus menyingkirkan hal-hal yang dapat menjerat kita ke dalam dosa.

Pertama, hawa nafsu dalam diri kita harus dimatikan walaupun hal itu sangat berharga seperti mata atau tangan kita. Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya harus disalibkan (Gal. 5:24). Tubuh dosa kita harus dihilangkan kuasanya, segala kecenderungan dan keinginan hati yang jahat harus dihentikan dan disalibkan, dan hawa nafsu tercinta yang dikulum bagaikan manisan harus dihentikan sebagai suatu kejijikan.

Kedua, godaan-godaan duniawi yang menyesatkan harus dihindari meskipun hal itu berarti bahwa kita harus menyakiti tubuh kita sendiri seperti memenggal tangan atau mencungkil mata kita. Pemotongan tangan yang tepat dalam menghindari godaan dosa adalah seperti Abraham yang meninggalkan negeri tempat kelahirannya karena takut terjerat pemujaan berhala, atau Musa yang meninggalkan istana Firaun karena takut akan jatuh ke dalam godaan kenikmatan daging. Kita harus rela memotong tangan kita agar jiwa kita tidak tercemar.

(2) Dasar yang melandasi tuntutan ini. Lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Alasan ini memakai keadaan yang akan terjadi kelak, yakni mengenai sorga dan neraka, supaya kita menjauhkan diri dari dosa. Alasan yang sama juga dipakai oleh Rasul Paulus (Rm. 8:13).

[1] Sebab jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; dengan tubuh yang utuh dan tidak bercacat, dengan nafsu-nafsu yang tidak pernah terpuaskan seperti Adonia, kita akan dicampakkan ke dalam api kekal.

[2] Namun, jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup, tetapi hal itu berarti bahwa masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang karena bagian tubuh yang menyesatkan akan dipotong, karena lebih baik jika hal itu dilakukan selagi kita masih hidup di dunia ini. Jika tangan kanan seseorang dipotong dan mata kanannya dicungkil, kekuatan utamanya memang dipatahkan, dan itu baik. Akan tetapi, masih ada mata dan tangan yang lain, yang masih bergumul dengan dosa. Mereka yang menjadi milik Kristus telah menyalibkan daging pada salib, tetapi daging itu sendiri belumlah mati. Daging itu memang masih hidup, tetapi kekuasaannya sudah dicabut (Dan. 7:12), dan luka-luka yang diakibatkannya tidak akan sembuh.

Sesuai dengan firman-Nya, kita harus selalu waspada agar kita jangan sampai menjadi sumber kesesatan bagi orang lain, terutama hamba-hamba Kristus yang kecil (ay. 6)

(1) Peringatan yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya di sini, Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Kristus membenci orang-orang yang memusuhi dan melakukan kejahatan kepada jemaat-Nya serta memperlakukan jemaat-Nya, terutama anggota-anggota jemaat yang paling kecil. Demikian halnya, Ia juga tidak berkenan dengan anggota-anggota jemaat yang besar, jika mereka memandang rendah mereka yang kecil. "Kalian yang selalu bertengkar untuk menjadi yang terbesar, waspadalah agar jangan sampai dalam pertengkaranmu itu kalian merendahkan orang (anak) yang kecil ini." Anak-anak kecil di sini dapat dipahami secara harfiah sebagai anak-anak kecil yang Yesus bicarakan dalam ayat 2 dan 4. Anak-anak dari jemaat yang percaya juga merupakan bagian dari keluarga besar-Nya sehingga mereka tidak boleh direndahkan. Secara kiasan, anak-anak kecil yang dimaksudkan di sini adalah orang-orang percaya yang lemah, jiwa mereka masih kecil seperti seorang anak, seperti anak-anak domba dalam kawanan yang digembalakan Kristus.

[1] Kita tidak boleh merendahkan orang-orang percaya yang kecil, tidak boleh berpikiran picik terhadap mereka, seperti anak domba yang hina (Ayb. 12:5). Kita tidak boleh mengejek kelemahan-kelemahan mereka, memandang rendah mereka, menjauhi atau acuh tak acuh terhadap mereka dan berkata, "Apa urusan kita jika mereka dianiaya, menderita, dan tersandung?" Begitu juga kita tidak dibenarkan melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyesatkan atau membingungkan orang-orang percaya yang kecil ini. Hal inilah yang diperingatkan kepada kita untuk berhati-hati (Rm. 14:3, 10, 15, 20, 21). Kita tidak boleh mempermainkan perasaan dan hati nurani mereka atau membuat mereka menjadi sasaran olok-olok seperti orang-orang yang mengatakan sujudlah supaya kami dapat melangkahi engkau. Pribadi-pribadi yang terhormat adalah mereka yang bertindak dengan bijak sesuai dengan hati nurani.

[2] Kita harus waspada agar kita tidak merendahkan hamba-hamba-Nya yang kecil. Kita harus takut terhadap dosa tersebut, dengan selalu menjaga setiap ucapan dan tindakan kita agar jangan sampai kita menyesatkan mereka atau merendahkan mereka tanpa kita sadari. Ada orang-orang yang membenci dan mengusir hamba-hamba-Nya yang kecil itu, namun tetap berkata, "Dimuliakanlah nama Tuhan." Kita hendaknya gentar terhadap hukuman atas hal tersebut, "Waspadalah agar kamu jangan sampai merendahkan hamba-hamba-Ku yang kecil, karena kamu akan menanggung akibatnya."

(2) Alasan-alasan mengapa kita harus waspada dan jangan sampai merendahkan anak-anak Allah yang kecil adalah karena mereka sangat berharga di mata Allah. Dunia tidak boleh merendahkan mereka yang dihargai di sorga. Kita harus menghargai mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah. Untuk membuktikan bahwa anak-anak-Nya yang kecil, namun beriman kepada Yesus, patut dihormati, pikirkanlah:

[1] Malaikat Allah diperintahkan untuk menjaga anak-anak-Nya yang kecil. Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. Ini dikatakan oleh Kristus, dan kita boleh percaya akan perkataan-Nya, karena Dia datang dari sorga untuk memberitahukan kepada kita apa yang dilakukan di dunia malaikat di sana. Ada dua hal yang disampaikan Yesus mengenai para malaikat di sini:

Pertama, malaikat-malaikat Allah adalah malaikat-malaikat pelindung dari anak-anak-Nya yang kecil. Malaikat-malaikat Allah adalah malaikat mereka juga, karena sesungguhnya segala yang menjadi milik Allah adalah juga milik kita, jika kita menjadi milik Kristus (1Kor. 3:22). Malaikat-malaikat Allah adalah milik orang-orang percaya, karena para malaikat itu ditugaskan untuk menjaga keselamatan mereka, menjaga tenda-tenda mereka dan melindungi mereka (Ibr. 1:14). Sebagian orang berpikir bahwa setiap orang kudus mempunyai malaikat pelindung. Tetapi, kita tidak perlu menduga-duga hal ini, karena kita yakin bahwa setiap orang kudus pasti akan selalu dilindungi oleh malaikat-malaikat Allah. Hal ini secara khusus terjadi dengan anak-anak-Nya yang kecil, karena merekalah yang paling lemah dan sering direndahkan. Walaupun tidak banyak yang mereka miliki di dunia ini, mereka dapat selalu berharap dalam iman kepada para penghuni sorga dan menganggap mereka sebagai milik mereka sendiri. Jika orang-orang besar di dunia berlindung pada orang-orang terhormat, maka anak-anak yang kecil ini dapat berlindung pada malaikat-malaikat sorga yang agung. Malaikat-malaikat ini tidak hanya akan menunjukkan kebesaran mereka, namun juga akan membawa kebinasaan bagi mereka yang merendahkan dan menganiaya anak-anak yang kecil ini. Celakalah mereka yang memusuhi orang-orang yang dilindungi oleh malaikat Allah, dan berbahagialah kita yang memiliki Allah sebagai pelindung, sehingga malaikat-malaikat-Nya juga menjadi milik kita.

Kedua, malaikat-malaikat selalu memandang wajah Bapa-Ku di sorga

Rasa hormat dan kesetiaan yang tiada akhir dari malaikat-malaikat kepada Allah. Sukacita sorgawi terpancar ketika mereka menatap Allah, ketika mereka melihat Dia muka dengan muka. Mereka memandang keindahan-Nya. Tiada henti-hentinya mereka menatap Dia. Bahkan saat melayani kita di bumi pun, mereka tetap memandang wajah Allah di sorga dengan penuh hikmat, karena mereka penuh dengan mata. Ketika malaikat Gabriel berbicara dengan Zakharia, ia tetap berdiri di hadirat Allah (Why. 4:8; Luk. 1:19). Gambaran ini menunjukkan, seperti anggapan sebagian orang, keagungan dan kebesaran malaikat-malaikat milik anak-anak-Nya yang kecil. Kalau para perdana menteri mendapat hak istimewa untuk selalu memandang wajah raja (Est. 1:14), maka para malaikat perkasa mendapat tugas mengawal orang-orang kudus yang terlemah. Bersambung

HIDUP YANG MEMULIAKAN TUHAN BAGIAN I

Matius 18:6-11 (TB)

6 "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. 7 Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. 8 Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. 9 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua. 10 Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. 11 [Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.]"

PENDAHULUAN

Pada bagian ini, Juruselamat kita berbicara mengenai tindakan penyesatan atau kecemaran:

I. Secara umum (ay. 7). Setelah memperingatkan kita untuk jangan sampai menyesatkan anak-anak kecil, Ia kemudian menjelaskan tindakan-tindakan penyesatan secara lebih umum. Penyesatan-penyesatan yang dimaksudkan di sini adalah:

Godaan-godaan dan hasrat-hasrat duniawi yang membawa kecemaran sehingga menyesatkan manusia dari kebaikan ke dalam kejahatan.

Perbuatan-perbuatan yang menyengsarakan jiwa orang-orang yang benar. mengenai penyesatan, Yesus mengajar murid-murid-Nya bahwa:

(1) Hal-hal yang demikian akan ada; penyesatan harus ada. Ketika kita mengetahui dengan pasti bahwa sedang ada bahaya, kita akan lebih mawas diri. Bukan berarti bahwa Yesus menyuruh kita melakukan penyesatan, tetapi ini merupakan perkiraan yang dibuat-Nya berdasarkan alasan-alasan tertentu. Mengingat adanya tipu daya dan kelicikan Iblis, kelemahan dan kebejatan hati manusia serta kebebalan mereka, secara moral tidak mungkin penyesatan tidak terjadi. Allah telah memutuskan untuk membiarkan penyesatan-penyesatan demi maksud-maksud yang bijak dan suci, supaya akan menjadi nyata siapa hamba-hamba-Nya yang benar dan yang sesat (1Kor. 11:19; Dan. 11:35). Kita hendaknya selalu waspada karena Yesus telah memperingatkan jauh-jauh hari sebelumnya bahwa akan tiba saatnya ketika penghujat, penggoda, penganiaya dan pelaku kefasikan lain akan muncul (Mat. 24:24; Kis. 20:29-30).

(2) Akan datang banyak celaka yang membawa kebinasaan.

 

Dua celaka yang disebabkan oleh penyesatan-penyesatan tersebut adalah:

[1] Celakalah mereka yang lalai dan tidak mawas diri ketika penyesatan itu datang. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya. Tantangan-tantangan dan cobaan-cobaan terhadap iman dan kekudusan di segala tempat akan membawa celaka dan bencana bagi umat manusia dan mendatangkan kebinasaan bagi ribuan orang. Dunia sekarang ini adalah dunia yang jahat, penuh dengan penyesatan, dosa, perangkap, dan dukacita. Dunia sekarang ini seperti sebuah jalan berbahaya yang tengah kita lalui, penuh dengan batu-batu sandungan, lereng-lereng yang curam, dan petunjuk-petunjuk yang menyesatkan. Celakalah dunia ini! Akan tetapi, orang-orang yang telah dipilih dan dipanggil keluar serta dibebaskan dari dunia ini oleh Allah, mereka akan dipelihara oleh kuasa-Nya, sehingga mereka akan terhindar dari godaan-godaan yang menyesatkan dan akan dituntun untuk melewati semua batu sandungan itu. Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka (Mzm. 119:165).

[2] Celakalah orang fasik yang sengaja melakukan penyesatan. Celakalah orang yang mengadakannya. Walaupun haruslah demikian, bahwa penyesatan itu akan datang juga; namun bagi orang-orang yang mengadakannya, tidak akan ada pengampunan. Walaupun Allah menggunakan dosa-dosa para pendosa untuk maksud-Nya, mereka yang mengadakannya tidak akan lolos dari murka-Nya. Hukuman yang lebih besar akan ditimpakan kepada mereka yang mengadakan penyesatan, walaupun mereka juga menjadi korban dari penyesatan yang dilakukan oleh orang lain. Perhatikanlah, mereka yang dengan cara apa saja menghalangi keselamatan orang lain akan mendapat penghukuman yang lebih berat lagi, seperti Yerobeam, yang berdosa dan mengakibatkan orang Israel berdosa pula. Celaka ini juga menjadi landasan keadilan dalam hukum Taurat (Kel. 21:33, 21:34-22:6), bahwa mereka yang menggali lubang dan memicu api harus menanggung segala akibat kerusakan yang ditimbulkannya. Generasi yang anti-Kristus, yang membuat penyesatan besar terjadi melalui mereka, akan tertimpa celaka ini, karena mereka terus-menerus tidak mau percaya (2Tes. 2:11-12) dan menganiaya orang-orang kudus (Why. 17:1-2, 6). Allah Yang Mahabenar akan berurusan dengan orang-orang yang menghancurkan kepentingan keselamatan jiwa-jiwa berharga milik-Nya. Ia juga akan menangani mereka yang menghalangi pekerjaan orang-orang kudus yang mulia itu di dunia ini, karena berharga di mata Tuhan jiwa dan darah orang-orang kudus. Karena itu, manusia akan diadili bukan saja atas segala perbuatan mereka, melainkan juga atas buah dari segala perbuatan mereka itu, yaitu kejahatan yang diperbuat mereka. Bersambung

Sabtu, 05 Februari 2022

Tafsiran Matew Hendry

ROMA 1:16-17

Di sini Paulus memasuki perbincangan panjang tentang ajaran pembenaran. 

Di bagian terakhir dari pasal ini ia memaparkan pandangannya, dan, untuk membuktikan ajaran itu, ia menggambarkan keadaan yang menyedihkan pada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Caranya mengalihkan pokok pembicaraan sangat mulus, dan itu dilakukannya seperti seorang ahli pidato. Ia siap memberitakan Injil di Roma, meskipun itu adalah tempat di mana Injil diinjak-injak oleh mereka yang menyebut diri sebagai kaum cerdik pandai. Sebab, tegasnya, aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil (ay. 16, KJV: Aku tidak malu akan Injil – pen.). Ada banyak hal di dalam Injil yang bisa membuat orang seperti Paulus tergoda untuk merasa malu, terutama bahwa Dia yang diberitakan oleh Injil adalah orang yang mati digantung di atas kayu salib. Atau, bahwa ajarannya sederhana, tidak banyak bisa menarik perhatian kaum cendekiawan, dan bahwa para pemeluknya adalah orang-orang yang rendah dan hina, dan mendapat perlawanan di mana-mana. Namun, Paulus tidak malu mengakuinya. Bagi saya pribadi, yang saya anggap sebagai orang Kristen sejati adalah orang yang tidak malu akan Injil, dan tidak pula memalukan Injil. Alasan untuk pengakuan yang berani ini, yang didasarkan atas hakikat dan keunggulan Injil, mengantarkan apa yang ingin dipaparkannya.

I. Perkara yang diajukan (ay. 16-17). Keunggulan Injil terdapat pada hal ini, bahwa Injil menyingkapkan kepada kita,

1. Keselamatan orang-orang percaya sebagai tujuannya: Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Paulus tidak malu akan Injil, betapapun tampak hina dan rendahnya Injil di mata manusia duniawi. Sebab kekuatan Allah bekerja melaluinya untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya. Injil menunjukkan kepada kita jalan kepada keselamatan (Kis. 16:17), dan merupakan piagam yang melaluinya keselamatan disampaikan dan diserahkan kepada kita. Akan tetapi,

(1) Itu terjadi melalui kekuatan Allah. Tanpa kekuatan Allah, Injil hanyalah huruf mati. Pewahyuan Injil adalah pewahyuan tangan kekuasaan TUHAN (Yes. 53:1), karena kuasa menyertai firman Kristus untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

(2) Injil adalah untuk mereka, dan hanya mereka, yang percaya. Dengan percaya, kita mempunyai kepentingan di dalam keselamatan Injil. Bagi yang lain, Injil tersembunyi. Obat yang sudah dipersiapkan tidak akan menyembuhkan pasien jika tidak diminum. 

Pertama-tama orang Yahudi. Domba-domba yang hilang dari umat Israel diberikan tawaran terlebih dahulu, baik oleh Kristus maupun para rasul-Nya. Bagi kamulah pertama-tama (Kis. 3:26). Tetapi setelah mereka menolak, para rasul berpaling kepada bangsa-bangsa lain (Kis. 13:46). Orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi sekarang berdiri sama tinggi, kedua-duanya sama-sama menyedihkan tanpa Juruselamat, dan kedua-duanya sama-sama diundang untuk datang kepada Juruselamat (Kol. 3:11). Ajaran seperti ini mengejutkan orang-orang Yahudi, yang hingga saat itu menjadi umat istimewa, dan memandang rendah bangsa-bangsa bukan Yahudi. Tetapi ternyata Mesias yang lama dinanti-nantikan adalah terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan juga menjadi kemuliaan bagi umat-Nya, Israel.

2. Pembenaran orang-orang percaya sebagai jalannya (ay. 17)

Sebab di dalamnya, yaitu di dalam Injil ini, yang begitu dime gahkan Paulus, nyata kebenaran Allah. Karena kesengsaraan dan kehancuran kita merupakan hasil dan akibat dari pelanggaran kita, maka apa yang akan menunjukkan kepada kita jalan keselamatan haruslah juga menunjukkan kepada kita jalan pembenaran. Dan inilah yang dilakukan Injil. Injil menyatakan suatu kebenaran. Allah itu adil dan kudus, sementara kita adalah para pendosa yang bersalah, maka penting bagi kita untuk dibenarkan dalam menghadap Dia. Dan, terpujilah Allah, kebenaran seperti itu dibawa oleh Mesias Sang Raja (Dan. 9:24) dan dinyatakan di dalam Injil. Suatu kebenaran, maksudnya, sebuah jalan pendamaian dan penerimaan yang penuh rahmat, kendati dengan keberdosaan kita. Kebenaran Injili ini,

(1) Disebut kebenaran Allah. Kebenaran itu ditetapkan oleh Allah, disetujui dan diterima oleh Allah. Kebenaran itu disebut demikian untuk menghindari segala macam kesombongan bahwa kebenaran yang kita peroleh adalah hasil dari jasa dan usaha-usaha kita sendiri. Kebenaran itu kebenaran Kristus, yang adalah Allah, yang dihasilkan dari korban penebusan yang tak terhingga nilainya.

(2) Kebenaran Injil ini dikatakan bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, bertolak dari kesetiaan Allah yang memberi wahyu dan memimpin kepada iman manusia yang menerimanya (begitu menurut sebagian orang). Bertolak dari iman yang bergantung pada Allah, dan berurusan dengan-Nya secara langsung, seperti Adam sebelum jatuh ke dalam dosa, dan memimpin kepada iman yang bergantung pada Pengantara, dan berurusan dengan Allah melalui Pengantara (begitu menurut sebagian yang lain). Bertolak dari iman yang pertama, yang dengannya kita ditempatkan dalam keadaan yang dibenarkan, dan memimpin kepada iman selanjutnya, yang dengannya kita hidup, dan tetap dalam keadaan yang dibenarkan. Iman yang membenarkan kita itu tidak kurang dari Kristus yang kita terima sebagai Juruselamat kita. Dan dengan iman itu kita menjadi orang-orang Kristen sejati, sesuai dengan maksud dan tujuan kovenan baptisan. Bertolak dari iman yang mencangkokkan kita ke dalam Kristus, dan memimpin kepada iman yang mendapat kekuatan dari Dia sebagai Akar kita. Kedua-duanya tersirat dalam apa yang dikatakan selanjutnya, orang benar akan hidup oleh iman. Benar oleh iman, jadi ada iman yang membenarkan kita. Hidup oleh iman, jadi ada iman yang mempertahankan hidup kita. Dan dengan demikian ada kebenaran yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Iman itu segala-galanya di dalam segala hal, baik di awal maupun di tengah perkembangan kehidupan kristiani. Bukan bertolak dari iman dan memimpin kepada perbuatan, seolah-olah iman membawa kita pada keadaan yang dibenarkan, lalu perbuatan menjaga dan mempertahankan kita di dalam keadaan itu. Sebaliknya, sejak awal bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti dalam 2 Korintus 3:18, dalam kemuliaan yang semakin besar (KJV: bertolak dari kemuliaan dan memimpin kepada kemuliaan – pen.)

Iman itu bertumbuh, berkembang, bertahan terus. Iman yang maju ke depan dan menaklukkan ketidakpercayaan. Untuk menunjukkan bahwa ini bukanlah ajaran baru, ia mengutip nas Perjanjian Lama yang terkenal itu, yang begitu sering disebutkan dalam Perjanjian Baru (Hab. 2:4): Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya

Karena dibenarkan oleh iman atau percayanya, maka dengan iman ia akan menjalani baik itu hidup anugerah maupun hidup mulia. Dalam ayat yang dikutip itu Nabi Habakuk sedang berdiri tegak di atas menara jaga, menantikan apa yang akan difirmankan Allah kepadanya (Hab. 2:1), dan yang difirmankan itu ternyata adalah kepastian munculnya Mesias yang dijanjikan dalam kegenapan waktu, kendati tampak ditunda-tunda. Dalam ayat itu, kemunculan Mesias ini disebut sebagai penglihatan, untuk mengungkapkan sesuatu yang luar biasa, seperti di tempat lain disebut sebagai janji. Dan sambil menunggu datangnya waktu itu, seperti juga apabila waktu itu sudah datang, orang yang benar akan hidup oleh percayanya. Demikianlah, kebenaran Injili bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Bertolak dari iman Perjanjian Lama kepada Kristus yang akan datang, dan memimpin kepada iman Perjanjian Baru kepada Kristus yang sudah datang.

II. Bukti dari perkara yang diajukan ini, bahwa baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi memerlukan kebenaran dalam menghadap Allah, dan bahwa yang satu maupun yang lain tidak mempunyai kebenaran sendiri untuk ditunjukkan. Pembenaran haruslah entah oleh iman atau perbuatan. Tetapi tidak mungkin oleh perbuatan, yang dibuktikan Paulus secara panjang lebar dengan menggambarkan perbuatan-perbuatan orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Dan oleh sebab itu, ia menyimpulkan pasti lah oleh iman (3:20, 28). Rasul Paulus, seperti seorang ahli bedah yang terampil, sebelum menggunakan pembalut luka, terlebih dahulu mengorek-orek lukanya. Ia berusaha terlebih dulu meyakinkan mereka mengenai kesalahan mereka dan murka Allah, baru kemudian menunjukkan jalan keselamatan. Ini membuat Injil semakin dirindukan. Kita harus terlebih dulu melihat kebenaran Allah dalam mengutuk, barulah kemudian kebenaran Allah dalam membenarkan akan tampak patut diterima sepenuhnya. Secara umum (ay. 18), murka Allah nyata. Terang alam dan terang hukum menyingkapkan murka Allah, yang bertolak dari dosa yang satu dan memimpin kepada dosa yang lain. Sungguh baik bagi kita bahwa Injil menyingkapkan kebenaran Allah yang membenarkan, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman. Keadaan yang berlawanan dengan hal ini dapat diamati sebagai berikut. Inilah,

1. Keberdosaan manusia digambarkan. Paulus meringkasnya menjadi dua pokok, kefasikan dan kelaliman. Kefasikan berarti melawan hukum-hukum pada loh batu yang pertama, dan kelaliman pada loh batu yang kedua.

2. Penyebab dari keberdosaan itu, menindas kebenaran dengan kelaliman. Pada mereka ada sedikit banyak communes notitæ, gagasan umum tentang keberadaan Allah, dan tentang perbedaan antara yang baik dan yang buruk. Akan tetapi, mereka menindasnya dengan kelaliman, yakni, mereka tahu dan mengakuinya, namun mereka tetap hidup fasik. Mereka menahan kebenaran sebagai sandera atau tahanan, supaya kebenaran itu tidak mengubah perilaku mereka sebagaimana mestinya. Hati yang tidak benar dan fasik adalah lobang di mana banyak kebenaran yang baik dipendam dan dikubur. Memegang segala sesuatu yang telah didengar dalam iman dan kasih adalah akar dari agama (2Tim. 1:13), tetapi menindasnya dengan kelaliman adalah akar dari semua dosa.

3. Tidak berkenannya Allah terhadap kefasikan dan kelaliman itu: Murka Allah nyata dari sorga, bukan hanya dalam kata-kata tertulis, yang diberikan melalui ilham Allah (ini tidak dimiliki bangsa-bangsa bukan Yahudi), melainkan juga dalam pemeliharaan-pemeliharaan Allah, dalam penghakiman-penghakiman-Nya yang terlaksana atas para pendosa, yang tidak timbul dari debu tanah, atau jatuh begitu saja karena kebetulan, tidak juga karena penyebab-penyebab alamiah, melainkan suatu pewahyuan dari sorga. Atau, murka nyata dari sorga. Ini bukan murka manusia seperti kita, melainkan murka dari sorga, dan oleh sebab itu lebih mengerikan dan lebih tak terhindarkan.

Statistik Pengunjung