Jumat, 30 Desember 2022

INILAH

Catatan Akhir Tahun

Sejak dari 1 Januari sampai hari ini tanggal 31 Desember 2022 kita telah melewati  sekitar 365 hari, dan 52 Minggu masing-masing 6 hari dalam setiap minggunya plus 1 yaitu hari Minggu. Kita telah menghabiskan segitu banyak waktu tanpa menghitung betapa luarbiasa nya segala berkat Tuhan  yang kita nikmati dan ngalamin sepanjang tahun sampai hari ini.

Akhirnya kita harus mengakui bahwa  kita telah tibah pada  hari ini tanggal 31 Desember 2022 dan sebentar lagi akan meninggalkan tahun ini dan akan memasuki 1 Januari 2023 adalah tahun yang baru. Apa yang telah kita alami dan lakukan dalam tahun 2022 jangan lagi mengulang di tahun 2023. Tahun baru harus hati baru, hidup baru dan program yang baru supaya di tahun ini berbeda ceritanya dengan tahun lalu yang mungkin adalah pahit. 

Setiap tahun harus berbeda, cerita berbeda, hidupun harus berbeda. Jika hari ini kita masih ada itu hanya karena Anugerah Tuhan. Tuhan telah menolong kita untuk melewati badai kehidupan dan akhirnya kita selamat sampai penghujung tahun ini membuktikan bahwa Tuhan menolong kita. EBEN HAEZER

Mohon maaf jika dalam tahun ini Basudara tersinggung atau marah karena tindak tanduk kami yang tidak menyenangkan Basudara semua tanpa sadar ataupun dalam keadaan sadar. Semoga tahun yang baru kita memulai semua dengan hati baru dan hidup yang baru. Amin.

Selamat  tinggal tahun penuh kenangan 2022 dan selamat datang Tahun baru 2023  yang adalah TAHUN "ANUGERAH". 

SELAMAT TAHUN BARU 1JANUARI 2023
Kel.Dr.Yoel Giban

Minggu, 25 Desember 2022

MARIA TERPILIH

MARIA MENDAPAT ANUGERAH

Lukas 1:28 (TB)  Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Lukas 1:28 (AYT)  Lalu, malaikat itu datang kepada Maria dan berkata, “Salam, hai engkau yang diberkati! Tuhan besertamu.” Lukas 1:28 (FAYH)  Gabriel muncul di hadapannya dan berkata, "Berbahagialah engkau, wanita yang terpilih! Tuhan menyertai engkau! "

🤗Istilah karunia atau kharisma (dari bahasa Yunani: χαρίσμα; jamak: kharismata) merupakan anugerah spiritual yang diberikan kepada semua orang percaya untuk menjalankan pelayanan mereka di gereja. 

Definisi ini berbeda dengan Kamus Bahasa Indonesia yang menyatakan sebagai kasih atau belas kasihan👈. Namun Alkitab memakai kata "dikaruniai" Artinya diberikan tanda sebagai pernyataan Allah kepada Maria bahwa Engkau Maria adalah yang terpilih sebagai mempelainya Allah. 

Mengapa Maria? Apakah tidak ada wanita lain ? Siapa Maria ? 

Jawaban atas tiga pertanyaan ini menarik untuk dijawab. Alasan utamanya adalah Alkitab tidak menjelaskan secara detail tentang kehidupan dan identitas dari Maria. 

Gambaran ringkas dari Perjanjian Baru mengenai Maria dan hubungannya dengan Yesus menimbulkan banyak kekosongan dalam riwayat hidupnya, yang tanpa menunggu diisi oleh legenda-legenda, seperti Allah memilih Nuh, Abraham Daud dan banyak Nabi" Dalam Alkitan. 

Untuk memahami ayat ini kita perlu melihat bagaimana Allah memelihara bangsa pilihannya dengan cara yang tidak di pahami oleh logika Manusia, seperti tersirat dalam Injil Matius 1:3-6👈 Oleh sebab itu kita tidak boleh memaksakan berita Injil di luar batas catatan Alkitab. 

Artinya kita harus puas dan mengakui bahwa Allah memilih Maria karena tiga alasan yaitu: 

1.👌kerendahan hati

2 👌ketaatan 

3 ✌dan penghormatan (takut akan Tuhan)🎄Maria yg jelas terhadap Yesus. 

Dan karena dia adalah ibu dari Anak Allah, tak dapat kita ucapkan tentang dia kurang dari yang diucapkan Elisabet, yaitu "dia 'diberkati di antara semua perempuan". 

Apa yang kita dapatkan dari cerita Ini? 

1. Tuhan tidak memandang Identitas, Status Sosial, dan golongan seasorang

2 Tuhan mencari setiap orang yang relah untuk melaksanakan kehendak-Nya

3. Tuhan hanya akan memberkati mereka yang bersedia (standar berkat dimata Tuhan dan manusia berbeda)

Kesimpulan saya

1. Jangan anggap saya lebih hebat dari yang lain akan tetapi belajar untuk rendah hati. Orang renda hati akan mewarisi sorga. 

2. Jika Tahun ini kita menjadi orang yang angkuh maka tahun depan harus belajar renda hati. 

3. Jika tahun ini malas-malas maka tahun depan harus rajin. 

4. Tidak boleh hidup bergantung pada kata orang dan hidup orang. 

5. Harus mempunyai komitmen pribadi. 

Tuhan Yesus memberkati kita semua amin. 


Wamena, 25 Desember 2022

Ibadah Natal GBI Anugerah

Pdm. Dr. Yoel Giban








Kamis, 15 Desember 2022

PULANGLAH MEREKA KE NEGERINYA

Matius 2:12 "Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain"

Tafsiran 

Herodes menyuruh mereka mengabarkan kepadanya tentang penemuan mereka, dan boleh jadi mereka akan melakukannya seandainya mereka tidak diperingatkan untuk membatalkan niat mereka itu, karena sebelum itu mereka tidak menyadari bahwa mereka diperalat Herodes untuk rencana jahatnya. 

Orang yang tulus dan bermaksud baik mudah dibuat percaya bahwa orang lain juga berlaku yang sama; mereka tidak dapat membayangkan bahwa dunia ini sebenarnya jahat. Namun, Tuhan tahu bagaimana menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan. 

Kita tidak melihat bahwa orang-orang majus berjanji kepada Herodes untuk kembali, dan seandainya mereka melakukannya, hal itu tentunya terjadi dengan syarat yang biasa, yaitu Bila Allah mengizinkan. Tetapi Allah tidak mengizinkan mereka berbuat demikian, dan Dia mencegah kejahatan yang dirancang Herodes terhadap Yesus yang masih kecil, serta menjauhkan orang-orang majus itu dari kemungkinan ikut terlibat secara tidak langsung. 

Mereka diperingatkan oleh Allah, chrēmatisthentes oraculo vel responso accepto melalui penyataan ilahi. Ada yang beranggapan hal ini mengisyaratkan bahwa mereka meminta nasihat dari Allah, dan bahwa itulah jawabannya.

Perhatikanlah, 

orang yang bertindak dengan hati-hati, takut pada dosa dan perangkap, jikalau meminta petunjuk kepada Allah, bisa berharap akan dibimbing menuju jalan yang benar. 

Orang-orang majus diperingatkan supaya jangan kembali kepada Herodes, ataupun ke Yerusalem, karena mereka ini tidak layak menerima laporan menyangkut diri Kristus; mereka bisa menemui-Nya sendiri, tetapi mereka sendiri tidak mau. Maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain, untuk menyampaikan berita itu kepada orang-orang sebangsa. Namun, aneh juga bahwa setelah itu kita tidak pernah mendengar apa pun tentang mereka lagi, atau bahwa mereka atau orang-orang sebangsa mereka mengikuti Dia, yang sudah mereka sembah di dalam palungan ini di Bait Allah. 

Namun, bagaimanapun juga petunjuk yang mereka terima dari Allah dalam perjalanan pulang akan menjadi penegasan selanjutnya akan iman mereka kepada Anak itu, sebagai Tuhan yang berasal dari sorga. Amin

Sumber: tafsiran Mathew Henrry


Kamis, 08 Desember 2022

RENUNGAN NATAL 2022

APA MAKNA NATAL

Orang Kristen menggangap Natal sebagai tanda perayaan kelahiran Tuhan Yesus di Betlehem, Lukas 2:1-7 dan Matius 1:18-25. Namun sesungguhnya dalam Natal tersimpan makna yang jauh lebih penting dan lebih dalam yaitu adanya perwujudan belas kasihan Allah kepada Manusia yang berdosa melalui kelahiran Yesus di dalam kandang domba.

Alkitab mencatat dalam Injil Yohanes 3:16 bahwa "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal"    Sebab itulah Natal dirayakan sebagai peringatan bagi manusia yang seharusnya binasa karena dosa namun oleh karena belas kasihan dan kemurahan Allah yang besar kita di tebus dan diselamatkan melalui kelahiran Yesus sehingga itu diperingati sebagai Natal. 

Natal tidak hanya berbicara soal kelahiran secara jasmania tetapi Natal berbicara soal belas kasihan dan kemurahan Allah untuk manusia yang berdosa, karena itu setiap manusia seharusnya menikmati Natal sebagai  anugerah Tuhan dalam hidupnya. Namun realitanya banyak diantara umat Tuhan tidak menikmati makna Natal dalam hidup mereka. Banyak faktor yang menjadi penyebab utama sehingga mereka tidak menikmati anugerah kemurahan Tuhan tersebut. 

Tahun ini adalah tahun dimana kita merayakan Natal setelah melewati musibah besar yaitu COVID-19 yang mana kita telah kehilangan banyak orang yang kita cintai dan kasihi namun dalam kesemuanya itu tersimpan Rahasia Allah yang besar agar kita belajar untuk mengucapkan syukur atas segala anugerah Tuhan dalam hidup kita. 

Oleh sebab itu dalam Natal tahun ini marilah kita belajar merenungkan kemurahan dan kebaikan yang Tuhan berikan kepada kita dengan cara membagi sukacita kita kepada yang lain dalam kesederhanaan Natal. Tuhan Yesus memberkati

SELAMAT NATAL DAN  SELAMAT MENYAMBUT PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER 2022

Jayapura, 09 Desember 2022
Dr. Yoel Giban

Senin, 31 Oktober 2022

COMENTARI MATIUS 23:1-36

Dalam pasal sebelumnya diceritakan tentang percakapan Juruselamat kita dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sekarang, dalam pasal ini diceritakan tentang percakapan-Nya mengenai mereka, atau tepatnya menentang mereka.
 
I.    Kristus mengakui jabatan mereka (ay. 2-3).
II. Ia memperingatkan murid-murid-Nya agar tidak meniru kemunafikan dan kesombongan mereka (ay. 4-12).
III. Ia menyampaikan tuduhan terhadap mereka atas berbagai kejahatan dan pelanggaran besar yang mereka lakukan, merusak hukum Taurat, menentang Injil, dan mengkhianati Allah dan sesama, dan atas setiap kejahatan ini Ia menambahkan celaka yang akan menimpa mereka (ay. 13-33).
IV. Ia menyampaikan hukuman yang akan menimpa Yerusalem, dan menubuatkan kehancuran kota itu dan Bait Allah, khususnya akibat dosa penganiayaan yang mereka lakukan (ay. 34-39).
 
Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi Dikecam
Peringatan terhadap Kesombongan (23:1-12)
 
Dalam semua khotbah-Nya, belum pernah kita membaca Kristus bersikap begitu keras terhadap kelompok mana pun seperti kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini. Karena tidak ada lagi yang lebih bertentangan dengan Injil daripada perilaku dan tindakan generasi manusia-manusia ini yang hanya terdiri atas kesombongan, keduniawian, dan kesewenang-wenangan, dan semuanya dibungkus dalam jubah agama. Namun, orang-orang seperti ini malah menjadi pujaan dan kesukaan banyak orang, yang berpikir bahwa bila ada dua orang masuk sorga, salah satunya pasti seorang Farisi. Sekarang Kristus mengarahkan pembicaraan-Nya di sini kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya (ay. 1) untuk meralat kesalahan mereka tentang para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini, dengan menggambarkan warna asli mereka, supaya dengan demikian Ia bisa menghapus prasangka buruk sebagian orang terhadap diri dan ajaran-Nya. Pada masa itu, ajaran-Nya ditentang oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang menyebut diri mereka sendiri sebagai penuntun umat. Perhatikanlah, sangat baik untuk mengenal watak manusia yang sebenarnya, sehingga kita tidak terkecoh oleh nama besar, gelar, dan keangkuhan kekuasaan. Orang-orang harus diingatkan tentang serigala-serigala (Kis. 20:29-30), anjing-anjing (Flp. 3:2), pekerja-pekerja curang (2Kor. 11:13), agar mereka dapat berjaga-jaga. Bukan hanya kumpulan orang banyak itu saja, tetapi para murid juga perlu mewaspadai hal ini, karena mata orang baik pun mudah disilaukan oleh kemegahan duniawi.
 
I.    Kristus mengakui jabatan mereka sebagai pengajar hukum.
 
Mereka ini adalah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (yaitu, seluruh Mahkamah Agama (Sanhedrin), yang memegang tampuk pemerintahan atas jemaat, yang disebut ahli-ahli Taurat, dan sebagian dari mereka adalah orang-orang Farisi). Mereka menduduki kursi Musa (ay. 2), sebagai guru-guru masyarakat dan penafsir hukum. Hukum Musa sendiri menjadi hukum politis yang berlaku dalam bangsa mereka, dan merekalah yang menjadi hakim-hakimnya, atau yang bertugas sebagai hakim di pengadilan. Mengajar dan mengadili tampaknya merupakan pekerjaan yang sama (2Taw. 17:7, 9 dengan 2Taw. 19:5, 6, 8). Mereka bukanlah hakim-hakim yang berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, tetapi bertugas di satu tempat di kota-kota tertentu. Mereka memutuskan perkara kriminal, hukuman-hukuman khusus, atau mengeluarkan surat perintah keputusan pengadilan atas seseorang. Mereka menduduki kursi Musa, tetapi bukan sebagai pengantara antara Allah dan bangsa Israel seperti Musa, melainkan hanya sebatas menjadi kepala pengadilan belaka, seperti Musa juga (Kel. 18:26). Tugas jabatan anggota Mahkamah Agama yang demikian bisa dikatakan dijalankan juga oleh orang-orang Farisi dan para ahli Taurat lainnya, yang bertugas menjelaskan hukum Taurat secara rinci dan mengajar orang banyak cara menerapkan hukum tersebut pada kasus tertentu. Mimbar kayu, seperti yang dibuat untuk Ezra, ahli kitab yang mahir dalam hukum Taurat Allah (Neh. 8:5), di sini disebut kursi Musa, karena Musa memiliki kursi-kursi semacam itu di setiap kota (seperti yang dinyatakan dalam Kis. 15:21). Merekalah yang memberitakan hukum Taurat dari atas mimbar itu. Inilah jabatan mereka, sebuah jabatan yang sah dan terhormat menurut hukum. Di sana diperlukan imam-imam yang dari perkataan mulutnya orang bisa mencari pengajaran (Mal. 2:7).
 
Banyak kedudukan yang baik justru diisi oleh orang-orang jahat. Bukan merupakan hal baru bila orang-orang fasik justru ditinggikan, bahkan sampai menduduki kursi Musa (Mzm. 12:9). Bila keadaannya sudah menjadi seperti ini, orang-orang ini tidak akan dihormati lagi dengan kedudukannya itu, karena kedudukan itu telah dicemari oleh mereka. Nah, akhlak mereka yang duduk di kursi Musa itu telah begitu merosotnya sehingga kini tibalah saatnya bagi Sang Nabi Agung, seorang nabi seperti Musa, untuk membangun kursi yang lain.
 
Oleh karena itu, jabatan dan kekuasaan yang baik dan berguna tidak bisa dihukum dan dihapuskan begitu saja (sebab nanti akan menjadi rusak), karena ada kalanya jabatan dan kekuasaan tersebut jatuh ke tangan orang-orang fasik, yang menyalahgunakan kedua hal tersebut. Oleh karena itu, kita juga tidak boleh menurunkan kursi Musa, karena ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi kini telah menguasainya. Lebih baik bila kita biarkan keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai (Mat. 13:30).
 
Karena itu Kristus menyimpulkan (ay. 3), "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu selama mereka masih menduduki kursi Musa, yakni selama mereka bertugas membacakan dan memberitakan hukum yang diberikan oleh Musa" (yang saat itu masih berlaku kuat dan punya wewenang penuh serta berstandar tinggi), "selama mereka bertugas untuk menghakimi sesuai dengan hukum itu. Selama itu pula, kamu harus mendengarkan mereka dengan saksama, sebagai peringatan bagimu akan firman yang tertulis." Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi bertugas mempelajari Kitab Suci, dan sangat mengenal bahasa, sejarah, dan kebiasaan yang berkaitan dengan hukum tersebut, begitu juga dengan gaya dan ungkapan khusus yang digunakan di dalamnya. Sekarang Kristus mengajak orang banyak itu untuk memanfaatkan bantuan yang mereka berikan untuk memahami Kitab Suci, dan menjalankan apa yang diajarkan. Selama pemahaman mereka menggambarkan apa yang dimaksud oleh Kitab Suci dan tidak menyesatkan, membuatnya semakin jelas, dan tidak membatalkan perintah Allah, sejauh itu pula perkataan mereka harus diperhatikan dan ditaati, tetapi harus dengan penuh kewaspadaan dan kebijaksanaan. Perhatikanlah, kita tidak boleh berpikir buruk tentang kebenaran-kebenaran yang baik hanya karena yang memberitakannya adalah pelayan-pelayan Tuhan yang jahat. Begitu juga terhadap peraturan-peraturan baik yang dilaksanakan oleh penguasa yang buruk. Meskipun kita sangat menginginkan agar makanan kita disajikan oleh para malaikat, namun, bila Allah mengirimkannya kepada kita melalui burung-burung gagak, bila hal itu baik dan bermanfaat, kita harus menerimanya dan bersyukur kepada Allah atas pemberian itu. Demikianlah, dengan ajakan seperti ini, Tuhan Yesus ingin mencegah orang berpikiran bahwa dengan menyalahkan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, Ia solah-olah bermaksud merendahkan hukum Musa dan menjauhkan orang dari hukum Taurat. Tidak, Ia menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Perhatikanlah, dalam mengkritik pejabat dan jabatannya, kita harus bijak supaya tidak menyalahkan pelayanan, karena yang bersalah adalah pelayannya dan bukan pelayanan itu sendiri.
 
II. Tuhan Yesus mencela orangnya
 
Ia telah memerintahkan orang banyak itu untuk melakukan segala sesuatu yang mereka ajarkan, tetapi di sini Ia menambahkan sebuah peringatan untuk tidak meniru perbuatan-perbuatan mereka, untuk mewaspadai ragi mereka; "Tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka." Adat istiadat mereka adalah karya mereka, pujaan mereka, dan hasil rekaan mereka belaka. Atau, "Janganlah kamu mengikuti teladan mereka." Ajaran dan perbuatan adalah roh-roh yang harus diuji, dan harus dipisahkan dan dibedakan dengan hati-hati. Kita juga tidak boleh menelan mentah-mentah ajaran-ajaran yang salah hanya berdasarkan perbuatan-perbuatan terpuji yang dilakukan oleh mereka yang mengajarkannya. Begitu juga kita tidak boleh meniru teladan buruk dari mereka yang memberikan pengajaran yang jujur dan dapat dipercaya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sangat membanggakan kebaikan perbuatan mereka sebagai kemurnian pengajaran mereka, dan mereka berharap bisa dibenarkan oleh hal-hal itu. Itulah dalih yang mereka sampaikan (Luk. 18:11-12). Tetapi hal-hal yang begitu mereka banggakan itu justru merupakan kekejian di mata Allah.
 
Di sini dan pada ayat-ayat berikutnya, Juruselamat kita menggali lebih khusus lagi tentang perbuatan-perbuatan mereka yang tidak boleh kita teladani. Secara umum, yang dituduhkan kepada mereka adalah kemunafikan, ketidakjujuran, atau patokan ganda yang mereka terapkan dalam agama. Kejahatan seperti ini tidak bisa diperiksa dalam pengadilan manusia, karena kita hanya bisa mengadili sebatas penampilan luar saja. Tetapi Allah yang menyelidik hati mampu menemukan kejahatan kemunafikan. Hal ini sungguh tidak menyenangkan hati-Nya, karena yang didambakan-Nya hanyalah kebenaran. Dalam ayat-ayat ini ada empat hal yang dituduhkan kepada mereka.
 
[Perkataan dan perbuatan mereka merupakan dua hal yang berbeda]
 
Perbuatan mereka sama sekali tidak sepadan dengan khotbah-khotbah atau jabatan mereka, karena mereka mengajarkan tetapi tidak melakukan. Mereka mengajarkan hukum Taurat yang sebenarnya baik, tetapi perilaku mereka sehari-hari menunjukkan kebohongan mereka. Sepertinya mereka telah menemukan jalan lain menuju sorga bagi diri sendiri yang berbeda dengan yang mereka tunjukkan kepada orang lain. Lihatlah bagaimana hal ini digambarkan dan akhirnya dituduhkan kepada mereka dalam Roma 2:17-24. Mereka adalah orang-orang berdosa yang paling tidak bisa diampuni, karena mereka membiarkan diri sendiri melakukan dosa yang justru dicela oleh mereka sendiri dalam diri orang lain, atau bahkan mungkin dosa yang mereka lakukan itu lebih buruk lagi. Secara khusus hal ini ditujukan kepada para pelayan jahat, yang pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal dengan orang-orang munafik (Mat. 24:51). Kemunafikan apa lagi yang lebih besar daripada menyuruh orang lain percaya dan melakukan, sedangkan diri sendiri tidak mau percaya dan tidak mematuhinya? Dengan perbuatan seperti itu, mereka menghancurkan apa yang telah mereka sampaikan dalam khotbah-khotbah. Ketika berdiri di atas mimbar, mereka berkhotbah dengan begitu indah sehingga terasa sayang bila mereka harus keluar, tetapi ketika berada di luar mimbar, hidup mereka begitu jahat, sehingga sangat disayangkan bahwa mereka pernah masuk dan melayani. Mereka seperti genta yang memanggil orang-orang datang beribadat, tetapi tetap tergantung sendirian di ketinggian, atau seperti mercu suar yang menunjukkan jalan bagi orang lain, dan tetap tegak berdiri sendirian. Orang-orang seperti ini akan dihakimi menurut perkataan mereka sendiri. Hal ini juga berlaku bagi semua orang lain yang mengajarkan kebenaran tetapi tidak melakukannya, yang hanya membuat pengakuan iman di luar saja dan tidak hidup sesuai pengakuan tersebut. Mereka juga membuat banyak janji-janji indah, tetapi tidak menepati janji-janji mereka. Mereka sarat dengan pembicaraan yang baik dan mampu menjelaskan semua hukum kepada orang lain, tetapi miskin dalam perbuatan baik. Mereka adalah pembicara-pembicara yang hebat, tetapi pelaku-pelaku yang payah. Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan, tangan Esau. Vox et praeterea nihil -- hanya bunyi belaka. Mereka berkata dengan jelas, "Baik, bapa," tetapi tidak bisa dipercaya, karena tujuh kekejian ada di dalam hati mereka.
 
Mereka sangat keras dalam membebankan kepada orang lain hal-hal yang mereka sendiri tidak bersedia memikulnya (ay. 4). Mereka mengikat beban-beban berat, yang sukar ditanggung. Bukan hanya membebankan hal-hal teramat kecil dalam hukum Taurat yang disebut kuk (Kis. 15:10), dan mengharuskan orang menjalankan hukum tersebut dengan lebih ketat dan keras daripada yang dilakukan oleh Allah sendiri (padahal pepatah para ahli hukum mengatakan, Aspices juris son sunt jura -- hanya butir-butir hukum belaka, bukanlah hukum), tetapi juga menambah-nambahkan sesuatu yang lain pada firman Allah dan mereka-reka temuan dan adat istiadat mereka sendiri dengan memberikan hukuman yang sangat berat atas semua pelanggarannya. Mereka suka memamerkan kuasa mereka dan bertindak menguasai orang lain melebihi apa yang telah diwariskan Allah, sambil dalam hati berkata kepada orang lain, "Tunduklah supaya kami lewat menginjak kamu!" Saksikanlah betapa banyaknya tambahan yang mereka buat atas hukum perintah keempat, sehingga hari Sabat pun mereka ubah menjadi suatu beban berat bagi orang lain, padahal hari Sabat ini sebenarnya dirancang untuk menjadi hari sukacita bagi hati manusia. Demikianlah, dengan kekerasan dan kekejaman gembala-gembala memerintah kawanan domba dengan menginjak-nginjak mereka, seperti yang terjadi pada zaman dulu (Yeh. 34:4).
 
(1) Mereka sendiri tidak mau melakukan hal-hal yang mereka bebankan kepada orang lain. Secara ketat mereka memaksa orang-orang untuk beribadah, tetapi mereka sendiri tidak mau terikat dengan hal-hal yang mereka paksakan itu. Secara sembunyi-sembunyi mereka melanggar adat istiadat mereka sendiri, yang mereka paksakan kepada masyarakat luas. Mereka memuaskan keangkuhan mereka dengan memberikan hukum Taurat kepada orang lain, tetapi memberikan keringanan kepada diri sendiri dalam menjalankan hukum itu. Seperti sindiran yang pernah timbul tentang para imam yang jahat, bahwa mereka berpuasa dengan anggur dan manisan, sementara mereka memaksa orang banyak berpuasa dengan roti dan air saja. Mereka juga memberi keringanan hukuman bagi diri sendiri dari aturan penebusan dosa yang mereka perintahkan kepada orang awam.
(2) Mereka tidak mau meringankan beban orang banyak dari hal-hal ini, sekalipun mereka melihat bagaimana beban-beban itu mengimpit orang banyak itu. Mereka bisa mereka-reka cara untuk mencari kelonggaran dalam hukum Allah dan dengan begitu bisa membebaskan diri sendiri. Akan tetapi, untuk orang lain, mereka tidak mau mengurangi sedikit pun beban yang mereka telah tetapkan. Mereka tidak membolehkan adanya jalur hukum apa pun yang dapat meringankan beratnya hukum adat mereka. Betapa bertolak belakangnya hal ini dengan apa yang dilakukan oleh rasul-rasul Kristus, yang memperbolehkan orang lain menggunakan kemerdekaan Kristen untuk menolak hal-hal yang mereka tidak berkenan, demi terciptanya kedamaian dan kemajuan dalam jemaat! Mereka tidak akan menanggungkan lebih banyak beban selain hal-hal yang memang diperlukan, lagi pula beban mereka itu ringan (Kis. 15:28). Betapa berhati-hatinya Rasul Paulus meringankan beban tersebut kepada orang-orang yang ia surati (1Kor. 7:28; 9:12).
 
Semua hanya untuk pamer belaka, tidak ada yang penting untuk hidup keagamaan (ay. 5), Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Kita harus melakukan perbuatan baik supaya orang yang melihatnya memuliakan Allah. Kita tidak boleh memamerkan perbuatan baik itu dengan maksud agar orang lain bisa melihatnya dan kemudian meninggikan kita. Itulah yang dibenci oleh Juruselamat kita dalam diri orang Farisi pada umumnya, seperti yang telah Ia sampaikan sebelumnya dalam hal doa dan pemberian sedekah. Semua tujuan mereka adalah untuk dipuji orang. Sebab itu semua yang mereka lakukan dimaksudkan supaya dilihat orang, untuk membuat pertunjukan di dalam daging. Dalam hal menjalankan kewajiban-kewajiban agama supaya dilihat, tidak ada orang lain lagi yang bisa melebihi mereka. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan hubungan jiwa mereka dengan Allah, karena tidak ada renungan pribadi yang mereka lakukan dengan Dia, hati mereka dijauhkan dari Dia. Mereka mengingini suatu bentuk kesalehan hanya supaya mereka bisa memperoleh nama untuk hidup, dan karena itu mereka tidak mau menyusahkan diri sendiri dengan memikirkan kuasa kesalehan. Padahal hal inilah yang sebenarnya justru bisa memberikan hidup bagi mereka. Orang yang melakukan segala sesuatu hanya demi dilihat orang, pada dasarnya melakukan sesuatu tanpa tujuan.
 
Tuhan Yesus menunjukkan dua hal yang mereka lakukan supaya dilihat orang.
 
(1) Mereka memakai tali sembahyang yang lebar. Tali sembahyang itu adalah gulungan kertas atau kulit yang memuat kutipan empat paragraf hukum Taurat yang ditulis dengan sangat rapi dan indah (Kel. 13:2-11; 13:11-16; Ul. 6:4-9; 11:13-21). Tulisan ini dijahit di atas kulit dan dipakai pada dahi dan lengan kiri mereka. Ini adalah adat istiadat para leluhur mereka mengikuti Keluaran 13:9 dan Amsal 7:3. Tradisi ini tampaknya hanya bersifat kiasan, yang tiada lain hanya untuk menunjukkan bahwa kita harus menyimpan perkara-perkara Allah secermat mungkin di dalam pikiran kita, seolah-seolah perkara-perkara itu terus terlihat oleh mata kita. Nah, orang-orang Farisi membuat tali sembahyang itu menjadi lebih lebar, supaya dipandang lebih suci, lebih taat, dan lebih giat dalam menjalankan hukum Taurat daripada orang-orang lain. Memang sungguhlah mulia kalau kita giat berusaha supaya menjadi lebih suci melebihi orang lain, namun, kalau hal ini dilakukan untuk dilihat orang, maka ini hanyalah keinginan nafsu yang sombong saja. Memang baik untuk menjadi unggul dalam kesalehan yang sesungguhnya, tetapi janganlah untuk pamer saja. Karena mengerjakan sesuatu secara berlebihan pantas dianggap sebagai bermaksud buruk (Ams. 27:14). Orang munafik selalu meribut-ributkan hal-hal luar melebihi apa yang diperlukan ketika beribadah, yang tidak ada gunanya untuk memperbaiki atau untuk mengembangkan rasa kasih dan watak jiwa yang baik.
 
(2) Mereka memakai jumbai yang panjang. Allah memerintahkan orang Israel untuk membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka (Bil. 15:38), untuk membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain, dan untuk mengingatkan mereka tentang keberadaan mereka sebagai bangsa yang khusus. Tetapi orang-orang Farisi merasa tidak puas dengan hanya memakai jumbai-jumbai yang sama seperti yang dipakai orang lain, yang sebenarnya sudah sesuai dengan pola yang diperintahkan Tuhan kepada mereka. Mereka merasa harus memakai jumbai yang lebih besar dan panjang daripada yang biasa, untuk memenuhi hasrat hati mereka agar lebih diperhatikan sebagai orang yang lebih saleh daripada orang lain. Mereka yang memperbesar tali sembahyang dan jumbai-jumbai pada punca baju mereka, sementara hati mereka sangat kurang dan sangat miskin akan kasih kepada Allah dan sesama, pada akhirnya akan menipu diri sendiri, meskipun sekarang tampaknya mereka bisa menipu orang lain.
 
Mereka cenderung mencari ketenaran dan keunggulan, dan sangat menyombongkan diri dengan hal-hal ini. Kesombongan adalah dosa yang akrab menguasai orang-orang Farisi, dosa yang begitu merintangi mereka dan untuk mana Tuhan Yesus menggunakan setiap kesempatan untuk bersaksi guna menentang dosa tersebut.
 
(1) Tuhan Yesus menguraikan kesombongan mereka (ay. 6-7). Mereka berusaha meraih dan menginginkan:
 
[1] Tempat-tempat terhormat dan rasa hormat. Pada setiap kemunculan di depan umum, seperti di tempat perjamuan dan rumah ibadat, mereka mengharapkan dan mengharuskan, demi kesenangan hati mereka, tempat terhormat dan tempat utama. Ini juga berlaku dalam semua hal yang lain, dan hak yang lebih tinggi ini diberikan secara resmi kepada mereka, sebagai orang-orang terkemuka dan layak. Mudah dibayangkan betapa puasnya hati mereka menerima semua hal itu, karena mereka memang ingin menjadi orang terkemuka (3Yoh. 9). Yang dipersalahkan bukanlah soal duduk di tempat terhormat atau duduk di tempat utama (karena bagaimanapun harus ada seseorang yang duduk di tempat terhormat), tetapi kecintaan mereka untuk duduk di situ yang dipermasalahkan. Orang-orang seperti itu akan mengejar kehormatan dalam sepenggal acara resmi, seperti duduk di tempat terhormat, maju lebih dulu, menarik perhatian, dan menganggap diri layak untuk itu. Mereka berusaha keras memburunya dan merasa jengkel bila tidak mendapatkannya. Ini hanyalah tindakan memberhalakan diri sendiri, dengan tunduk sujud dan menyembahnya -- jenis penyembahan berhala yang paling buruk! Di mana saja, perbuatan semacam itu merupakan perbuatan yang buruk, terlebih lagi bila dilakukan di tempat ibadat. Begitulah, mencari kehormatan bagi diri sendiri, dan bukannya mempermuliakan Allah serta merendahkan hati kita di hadapan-Nya sebagaimana seharusnya, benar-benar merupakan tindakan menghujat Allah dan bukannya melayani Dia. Daud lebih suka berdiri di ambang pintu rumah Allah, begitu jauh hatinya dari mendambakan kursi terdepan yang ada di sana (Mzm. 84:11). Sangat kental aroma kesombongan dan kemunafikan pada orang-orang yang tidak memedulikan soal pergi berbakti ke rumah ibadat, kecuali bila mereka bisa tampil indah dan menjadi tokoh di sana.
 
[2] Gelar untuk memperoleh kemuliaan dan kehormatan. Mereka suka menerima penghormatan di pasar, suka melihat orang mengangkat topi kepada mereka dan menunjukkan rasa hormat ketika berjumpa dengan mereka di jalanan. Oh, betapa hal itu menyukakan hati mereka, dan memuaskan perasaan mereka yang kosong, digito monstrari et dicier, Hic est -- supaya ditunjuk dan dikatakan, "Inilah dia orangnya," dan kemudian orang memberikan jalan bagi mereka di tengah kerumunan orang-orang di pasar, "Minggir, ada orang Farisi lewat!" Mereka juga suka disapa dengan gelar yang tinggi dan hebat, "Rabi, Rabi!" Seolah-olah hal ini menjadi seperti makanan dan minuman yang mewah dan lezat bagi mereka. Mereka merasa luar biasa puas dengan semuanya ini, seperti yang dilakukan Nebukadnezar di istananya ketika ia berkata, "Bukankah ini Babel besar yang telah kubangun?" Salam penghormatan itu sebenarnya tidaklah menonjol bila saja mereka tidak berdiri di pasar-pasar, di mana semua orang bisa melihat betapa besar penghormatan yang mereka terima dan betapa tingginya derajat mereka menurut pandangan orang banyak. Hanya beberapa waktu sebelum zaman Kristus, guru-guru Yahudi, para pemimpin Israel itu mulai menggunakan gelar, Rabbi, Rab, atau Rabban, guna menunjukkan sesuatu yang besar atau hebat, dan diartikan sebagai Guru, atau Tuanku. Mereka sangat menekankan kebesaran gelar itu, sampai-sampai ada aturan umum yang berlaku, "Barangsiapa menyalami gurunya, tetapi tidak menyapanya dengan Rabi, ia akan menyebabkan kemuliaan ilahi meninggalkan Israel." Begitu banyak bumbu agama yang mereka letakkan pada sesuatu yang sebenarnya hanyalah merupakan suatu aturan sopan santun belaka! Orang yang diajar dalam firman Allah memberikan rasa hormat kepada orang yang mengajarnya sudah melakukan perbuatan yang patut dipuji, tetapi seorang pengajar yang suka dihormati, suka menuntut, sangat menginginkannya, serta menjadi besar kepala dengan penghormatan itu dan menjadi jengkel bila dilupakan, telah melakukan perbuatan dosa yang buruk. Orang seperti itu, sebaiknya jangan mengajar, ia justru perlu belajar pelajaran pertama dalam sekolah Kristus, yaitu kerendahan hati.
 
(2) Kristus memperingatkan murid-murid-Nya agar tidak menjadi seperti mereka, agar tidak meniru perbuatan mereka, "Tetapi kamu, janganlah kamu disebut begitu, janganlah mengikuti pengajaran mereka" (ay 8 dst)
 
 
[1] Larangan untuk sombong
 
Alasannya Pertama, untuk tidak mencari gelar kehormatan dan kekuasaan bagi diri sendiri (ay. 8-10). Hal ini diulangi sampai dua kali, Janganlah kamu disebut Rabi; janganlah pula kamu disebut Pemimpin atau Penuntun. Ini tidaklah berarti bahwa kita dilarang untuk menghormati mereka yang memimpin kita di dalam Tuhan. Bukan, penghormatan memang harus kita tunjukkan kepada mereka, karena ini kewajiban kita. Namun: Para pelayan Kristus tidak boleh ingin menggunakan sebutan Rabi atau Pemimpin untuk membedakan diri dari orang lain. Mereka yang mendambakan menerima kehormatan seperti yang ada di istana raja, tidak sepadan dengan kesederhanaan Injil. Mereka tidak boleh menyombongkan wewenang dan kekuasaan yang terkandung di dalam nama-nama itu. Mereka tidak boleh menjadi pemerintah atau penguasa atas saudara-saudara mereka atau umat Allah, seolah-olah merekalah yang berkuasa atas iman orang-orang percaya, bahwa apa yang mereka terima dari Allah, itulah yang semua orang percaya harus terima melalui mereka. Mereka tidak boleh menjadikan pendapat atau kehendak sendiri sebagai peraturan dan patokan bagi orang lain untuk diakui dengan penuh kepatuhan. Alasan pelarangan ini adalah:
 
(1) Hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias (ay 8 dan diulangi sekali lagi dalam ay. 10)
 
[1] Kristus adalah Pemimpin, Guru, dan Penuntun kita.
[2] Hanya Kristus saja Pemimpin kita, para pelayan umat hanyalah pembimbing di dalam sekolah Kristus. Hanya Kristus saja Pemimpin, Nabi Besar yang harus kita dengar, yang memerintah dan berkuasa atas kita, yang firman-Nya harus menjadi penyataan dan hukum bagi kita. Aku berkata kepadamu dengan sebenar-benarnya, hal ini pasti cukup bagi kita. Bila Ia adalah Pemimpin kita satu-satunya, maka para pelayan-Nya yang berusaha menjadi diktator dan menuntut kekuasaan dan kemutlakan sudah lancang merebut kehormatan Kristus yang tidak akan pernah diberikan-Nya kepada orang lain.
 
(2) Kamu semua adalah saudara. Para pelayan Tuhan bukan hanya menjadi saudara bagi sesama pelayan, tetapi juga bagi orang banyak. Oleh karena itu, jahatlah para pemimpin yang menguasai saudara-saudara mereka. Ya, bahkan kita semua ini adalah saudara-saudara yang lebih muda, karena bila tidak, si sulung akan menuntut yang terutama dalam keluhuran dan kesanggupan (Kej. 49:3). Untuk menghindari hal ini, maka Kristus sendiri menjadi yang sulung di antara banyak saudara (Rm. 8:29). Kamu semua adalah saudara, karena kamu semua adalah murid-murid dari Guru yang sama. Sesama murid adalah saudara, dan karena itu harus saling tolong-menolong dalam menyelesaikan pelajaran mereka. Dengan alasan apa pun, salah satu dari murid-murid itu tidak diperbolehkan menduduki kursi pemimpin dan menetapkan aturan kelompok. Bila kita semua adalah saudara, janganlah banyak di antara kita mau menjadi guru (Yak. 3:1).
 
Kedua, murid-murid dilarang memakai gelar ini kepada orang lain (ay. 9); "Janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini. Jangan mengangkat siapa pun menjadi bapa dalam agamamu, baik itu sebagai pendiri, pencipta, pengurus, atau penguasa darinya." Ayah darah daging kita harus dipanggil ayah, dan mereka harus kita hormati, tetapi hanya Allah saja yang boleh kita jadikan Bapa roh kita (Ibr. 12:9). Agama kita tidak boleh berasal dari, atau dibuat bergantung pada seseorang. Kita dilahirkan kembali ke dalam kehidupan rohani dan ilahi, bukan dari benih yang fana, tetapi oleh firman Allah; bukan dari daging atau keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Sekarang, kalau keinginan seorang laki-laki bukan menjadi dasar keberadaan agama kita, maka keinginan seorang laki-laki juga tidak boleh menjadi aturannya. Kita tidak boleh jurare in verba magistri -- bersumpah pada ketentuan makhluk apa pun, juga bukan pada yang paling bijaksana atau terbaik, juga tidak boleh menggantungkan iman kita pada kekuatan seseorang, karena kita tidak tahu ke mana ia akan membawa kita. Rasul Paulus menyebut dirinya sendiri sebagai seorang bapa bagi mereka yang bertobat karena pemberitaannya (1Kor. 4:15; Flm. 10), tetapi ia tetap menganggap dirinya tidak memiliki kekuasaan atas mereka, dan hanya menggunakan gelar itu untuk menunjukkan kasih sayang, bukan untuk menguasai. Oleh karena itu, ia tidak menyebut mereka sebagai anak-anak yang dikuasainya, melainkan anak-anak yang dikasihinya (1Kor. 4:14).
 
Alasan yang diberikan adalah, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga, dan yang adalah semua di dalam segala sesuatu dalam iman yang kita pegang. Ia adalah Sumber, Pendiri, Kehidupan, dan Tuhan dari segala sesuatu. Dari Dialah, sebagai yang Awal, kehidupan rohani kita berasal, dan hanya pada-Nyalah kehidupan rohani kita itu bergantung. Ia adalah Bapa segala terang (Yak. 1:17), satu Bapa, yang dari-Nya semua berasal, dan kita di dalam Dia (Ef. 4:6). Kristus telah mengajar kita untuk berkata, "Bapa kami yang di sorga," jadi janganlah kita menyebut siapa pun Bapa di bumi ini, siapa pun, karena manusia adalah berenga, dan anak manusia adalah ulat, yang dibentuk dari batu karang yang sama dengan kita, khususnya bukan di atas muka bumi ini, karena manusia di atas muka bumi ini adalah ulat yang penuh dosa. Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh, yang berbuat baik, dan tak pernah berbuat dosa, oleh karena itu, tak seorang pun layak disebut Bapa.
 
[2] Ini adalah sebuah seruan untuk merendahkan hati dan menundukkan diri satu sama lain (ay. 11),
 
Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Kita bukan hanya menyebut diri sendiri pelayan, tetapi juga harus berlaku demikian (karena kita tahu ada orang yang menyebut diri Servus servorum Dei --Pelayan dari pelayan Allah, tetapi bertindak seperti Rabi, bapa, dan pemimpin; serta Dominus Deus noster -- Tuhan adalah Allah kami, tetapi ternyata tidak mengakuinya). Biarlah kita menjadikannya seperti sebuah janji, "Seseorang akan disebut terbesar dan tertinggi dalam pandangan Allah bila dia mau merendahkan dirinya dan melayani orang lain," atau sebagai suatu aturan umum, "Ia yang lebih maju dalam kemuliaan, kepercayaan, dan kehormatan di dalam jemaat, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (beberapa naskah menerjemahkan esto untuk estai). "Janganlah ia mengira bahwa gelar kehormatannya merupakan alat untuk memperoleh kemudahan. Tidak. Barangsiapa yang terbesar, ia bukanlah seorang pemimpin, tetapi seorang pelayan." Rasul Paulus, yang mengetahui baik hak istimewa maupun tugasnya, sungguhpun ia bebas terhadap semua orang, namun ia menjadikan dirinya hamba dari semua orang (1Kor. 9:19). Tuhan kita sering menekankan hal ini kepada murid-murid-Nya agar tetap bersikap rendah hati dan menyangkal diri, lembut dan merendah, serta melimpah dalam semua karya kasih Kekristenan, meskipun tampak hina, sehina apa pun. Dan mengenai hal ini, Kristus sendiri telah memberikan contoh kepada kita semua.
 
[3] Ada alasan yang baik untuk semuanya ini (ay. 12).
 
Pertama, hukuman yang tersedia bagi mereka yang angkuh, barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan.
 
Bila Allah membuat mereka bertobat, mereka sendiri akan merasa rendah dalam pandangan mereka sendiri, dan akan membenci diri sendiri karena kesombongan mereka itu. Tetapi, bila mereka tidak bertobat, cepat atau lambat, mereka akan direndahkan di hadapan dunia ini. Nebukadnezar, pada puncak kesombongannya, dijadikan sama seperti seekor binatang. Herodes menjadi makanan pesta bagi cacing-cacing. Babel, yang duduk bagai seorang ratu, menjadi ejekan bangsa-bangsa. Allah membuat para imam yang angkuh dan berkeinginan tinggi menjadi hina dan keji (Mal. 2:9), dan nabi yang mengajarkan dusta akan menjadi ekor (Yes. 9:14). Bila orang-orang yang meninggikan diri tidak menunjukkan kerendahan hati di dunia ini, akan tiba saatnya mereka akan dibangkitkan untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal (Dan. 12:2). Orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung (Mzm. 31:24).
 
Kedua, kedudukan yang tinggi bagi orang-orang yang rendah hati, barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
 
Kerendahan hati merupakan perhiasan yang sangat berharga di mata Allah. Di dunia ini, orang-orang yang rendah hati memiliki kehormatan untuk diterima oleh Allah yang kudus, dan dihormati oleh orang-orang bijak dan baik. Mereka menjadi orang-orang yang memenuhi syarat dan sering dipanggil untuk melakukan pelayanan-pelayanan terhormat. Kehormatan itu seperti bayang-bayang, yang akan lari dari mereka yang mengejar dan mencoba menangkapnya, tetapi akan mengikuti mereka yang meninggalkannya. Selain itu, di dunia lain, mereka yang merendahkan diri dalam kesedihan yang mendalam akibat dosa-dosa mereka, sesuai dengan kehendak Allah, dan sikap rendah hati terhadap saudara-saudara mereka, akan ditinggikan untuk mewarisi takhta kemuliaan. Mereka bukan saja akan diakui, tetapi juga dimahkotai di hadapan para malaikat dan manusia.

Minggu, 24 Juli 2022

Comentari Daniel 1:1-2

NASKAH NASB (UPDATED): Dan 1:1-2
1 Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. 2 Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya.

Dan 1:1 "Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim" Ini adalah penanggalan Babel (juga digunakan oleh suku- suku utara, Israel) sementara Yer 25:1,9; 46:2 adalah penanggalan Mesir (juga digunakan oleh ahli-ahli Taurat Yudea). Jelaslah bahwa Daniel ada di Babel dan Yeremia ada di Yehuda. Yoyakim (609-598 SM) adalah salah satu putra Yosia yang ditempatkan di atas takhta oleh Firaun Nekho II setelah ia mengasingkan Yoahas, putra Yosia yang lain, yang memerintah hanya tiga bulan. Namanya (BDB 220) berarti "YHWH membangkitkan" atau "YHWH menetapkan," tetapi ia adalah seorang raja yang jahat (lih. 2Raj 23:37; 2Taw 36:5; Yer 36).

"Nebukadnezar, raja Babel" Nama ini (BDB 613) di Babel mempunyai beberapa kemungkinan arti.

1. "Nebo, lindungi batas (atau perbatasan)"

2. "Nebo, lindungi keturunan (ku) "

3. "Nebo, lindungi warisan (ku) "

4. "Nebo, lindungi mahkota (ku) "

5. "Nebo, lindungi hamba (mu) "

Dalam Daniel, seperti Yeremia, itu dieja dengan dua cara, Nebukadrezar (ejaan yang paling akurat) dan Nebukadnezar (ditemukan dalam PL 27 kali). Perbedaan ini disebabkan oleh transliterasi dari Babilonia ke bahasa Aram / Ibrani. Tapi mengapa kedua ejaan berada dalam satu buku tidaklah pasti, mungkin juru tulis yang berbeda digunakan. Nama asli dalam bahasa Akkadianya adalah Nabu-kudurri-usur.

Dia belum benar-benar menjadi raja saat itu namun karena ayahnya Nabopolassar (626-605 SM) tidak mati sampai musim panas 605 SM. Dia adalah putra mahkota yang bertanggung jawab atas kampanye militer. Kita tidak memiliki catatan sejarah lain dari penyerbuan ini. Namun, 2Raj 24:1-7 dan 2Taw 36:1-7 dengan pasti menyiratkan konfrontasi antara Nebukadnezar dan Yoyakim sebelum 597 SM Yerusalem tampaknya telah jatuh ke tangan Babel pada 605 SM (Daniel dan teman-temannya diambil), 597 SM (Yoyakim dan para bangsawan serta seniman diambil), 586 SM (deportasi umum) dan 582 SM (Semua yang dapat ditemukan diambil).

Dan 1:2 "Tuhan menyerahkan... Allah mengaruniakan... Allah memberikan" Ungkapan-ungkapan ini ditemukan dalam ayat Dan 1:2,9 (keduanya Qal IMPERFECT), 2Taw 17 (Qal PERFECT). Masing-masing bergabung untuk menunjukkan kendali Tuhan atas sejarah! Ini adalah suatu tema berulang dalam Daniel. Dalam dunia kuno setiap tentara berperang di bawah bendera / nama tuhan mereka. Sukses dalam pertempuran menunjukkan supremasi satu tuhan atas yang lain. Namun demikian, Alkitab dengan jelas menegaskan bahwa itu karena dosa-dosa Israel dan Yehuda dan pemberontakan melawan YHWH hingga YHWH memungkinkan, ya bahkan merekayasa, invasi ke tanah yang dijanjikan.

"Tuhan" Ini adalah istilah Ibrani Adon (BDB 10), yang umumnya digunakan dalam pengertian "suami," pemilik," "tuan" (lih. ay Dan 1:10 dari Nebukadnezar). Ini sebanding dengan (1) Ba'al dalam PL dan (2) istilah PB kurios. Ketika digunakan untuk YHWH itu menandakan pengaturan dan pemerintahan-Nya.

Dalam bahasa Inggris "Tuhan" digunakan (1) untuk menerjemahkan Adon dan (2) karena orang Yahudi menjadi gugup untuk mengucapkan nama perjanjian untuk Tuhan - YHWH, TUHAN dengan semua huruf besar menjadi cara untuk menunjuk hal itu. Untuk pengucapan orang-orang Yahudi menggunakan vokal untuk Adon dengan konsonan untuk YHWH. Lihat Topik Khusus: Nama untuk Tuhan di Dan 4:2.

"Yehuda" bangsa Yahudi yang berkembang dari Abraham, Ishak, dan Yakub diorganisir di sekitar tiga belas suku (dua putra Yusuf menjadi suku). Suku-suku ini bersatu di bawah Saul, Daud, dan Salomo (kerajaan bersatu), namun terpecah karena dosa Salomo (lih. 1Raj 11) dan arogansi Rehabeam (lih. 1Raj 12) di 922 SM. Suku-suku utara di bawah Yerobeam I menjadi Israel dan suku-suku selatan (Simeon, Benyamin, Yehuda, dan sebagian besar orang-orang Lewi) menjadi Yehuda.

"perkakas-perkakas di rumah Allah" Ini menunjuk pada peralatan dan perabotan dari bait suci (lih. Yer 27:19-20; 2Taw 36:7). Ini disebutkan lagi di Dan 5:2 dan Ezr 1:5-11.

"Sinear" Ini adalah nama lain untuk Babel (lih. Kej 10:10; 11:2; 14:1,9; Yes 11:11; Za 5:11). Arti Sinear tidak pasti (BDB 1042). Entah bagaimana ini berhubungan dengan peradaban Sumeria dari Irak selatan (lih. Kej 10:10), yang adalah peradaban paling awal yang dikenal menggunakan tulisan (huruf paku pada prasasti tanah liat). Ini adalah situs dari pembangunan menara Babel (lih. Kej 11:1-9). Ini menjadi suatu idiom untuk kejahatan dan pemberontakan (lih. Za 5:11).

"ke dalam rumah dewanya;" Ini secara harfiah adalah "dewa-dewa" - Elohim (BDB 43). Marduk adalah kepala dewa neo-Babilonia. Dewa ini juga dikenal sebagai Bel ("Tuhan," lih Yer 51:44) dan dalam bahasa Ibrani sebagai Merodak (lih. Yer 50:2). Dia mengambil alih fungsi En-lil (dewa badai dan pencipta) menjelang zaman Hammurabi di milenium kedua SM. Menempatkan perkakas YHWH di bait suci-nya adalah (1) tanda penghormatan, agar tidak menyinggung para dewa, tapi sebagian besar (2) tanda kekalahan YHWH oleh Marduk.


Sabtu, 16 Juli 2022

DENGAN HIKMAT KITA MEMAHAMI ANGKAH 666

WAHYU 13:11-18

Ayat 11 Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga. 12 Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatan
g pertama, yang luka parahnya telah sembuh. 13 Dan ia mengadakan tanda-tanda yang dahsyat, bahkan ia menurunkan api dari langit ke bumi di depan mata semua orang. 14 Ia menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan tanda-tanda, yang telah diberikan kepadanya untuk dilakukannya di depan mata binatang itu. Dan ia menyuruh mereka yang diam di bumi, supaya mereka mendirikan patung untuk menghormati binatang yang luka oleh pedang, namun yang tetap hidup itu. 15 Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh. 16 Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, 17 dan tidak seorangpun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya. 18 Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

Dalam teks ini terdapat empat hal penting yang harus kita garis bawahi secara baik dan benar sebelum mengerti ayat 18

 I.  Bentuk dan rupa dari binatang kedua: ia bertanduk dua sama seperti anak domba, tetapi berbicara seperti seekor naga. Semua penafsir setuju bahwa ini pastilah seorang penyamar ulung, yang berpura-pura dengan alasan agama hendak menipu jiwa-jiwa manusia.

 II.  Kuasa yang dijalankannya (ay. 12) untuk menarik manusia supaya tidak menyembah Allah yang benar dan beralih menyembah yang kodratnya bukan Allah.

 III. Cara-cara yang dipakai binatang kedua ini untuk menjalankan rencana-rencananya. Tanda-tanda dahsyat yang bohong, mujizat-mujizat palsu, dipakai untuk menipu orang. Ia berpura-pura menurunkan api dari sorga. Terkadang Allah mengizinkan musuh-musuh-Nya melakukan perkara-perkara yang tampaknya sangat ajaib, dan dengannya orang-orang yang tidak hati-hati akan disesatkan. Orang-orang yang tertipu memiliki tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan juga mempunyai nama binatang itu atau bilangan namanya. Secara terang-terangan mereka mengakui diri tunduk pada binatang itu.

 IV. Kita punyai di sini bilangan binatang itu, yang diberikan kepada kita dengan cara yang cukup untuk dipahami oleh hikmat dan pengertian manusia: bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya adalah 666.

Apa itu bilangan 666 ? dalam ilmu pasti maka bilangan berbicara tentang jumlah, golongan dan ide namun semuanya adalah abstrak/MISTERI. Berdasarkan keterangan ayat 18 maka BILANGAN yang dimaksudkan adalah BILANGAN SEORANG MANUSIA. Jika bilangan itu adalah sejumlah manusia maka siapa mereka ? Bruce Metzger, A Textual commentary on the Greek New Testament, hal 750) mengatakan bahwa 616 mencerminkan Caesar, Neron bentuk Yunani, yang ditulis dalam bahasa Ibrani, bentuk Latin dari Caesar Nero akan sama dengan 666. Angkah 666  ada banyak pendapat tentang  siapa yang dimaksud dengan bilangan ini. Namun pada umumnya diterima bahwa yang dimaksudkan adalah kaisar Nero dari kerajaan Romawi. Sejak Agustus, raja atau kepala pemerintah Roma diberi GELAR KAISAR. NERO (54-68), mungkin dialah yang disindir dengan angka 666 dalam Wahyu (Wahy 13:18), Vespasianus (69-79) dan Titus (79-81) yang pada tahun 70 memusnahkan kota Yerusalem. Beberapa di antara mereka disembah seperti dewa dan juruselamat dan diberi gelar kehormatan  Kurios Tuhan.

 Bagaimana dengan vaksin ? apakah vaksin merupakan bilangan 666 ?

 Banyak hamba Tuhan mensosialisasi kepada jemaat untuk tidak melakukan  VAKSIN, alasannya adalah vaksin merupakan simbol 666. Pertanyaannya adalah apakah betul bahwa vaksin termasuk dalam bilangan 666 ? saya dapat menyimpulkan bahwa orang yang mensosialisasikan vaksin sebagai bilangan 666  adalah pertanda kurangnya pengetahuan akan alkitab. Angkah 666 tidak ada kaitannya dengan VAKSIN COVID 19, kecuali dikaitkan dengan bisnis global. Mengapa dikatakan demikian ? struktur yang diciptakan oleh sumber Q adalah pertama VIRUS CORONA, kedua LOCKDOWN, ketiga VAKSIN[1](setiap negara beli) dari sini terjawab sudah IDE sumber Q tentang The New World Order (tata dunia baru).

 Apakah COVID-19 sudah akhir dari senjata biologi?. Jawabnya tidak karena ini baru fase percobaan, bila dunia sudah sembuh perekonomiannya maka akan diciptakan wabah baru yang lebih ganas lagi.

Karena itulah Yohanes mengingatkan orang percaya melalui Wahyu 13:18  bahwa Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.

Hikmat diterjemahkan dari kata HOKMA, namun kata itu sesungguhnya bersumber dari kata Sophia yang diambil dari bahasa FILSAFAT yaitu “PHILEIN” dan “SOPHOS” maka artinya MENCINTAI YANG BERSIFAT BIJAKSANA. Bijaksana dimaksudkan sebagai kata sifat. Apabilah Filsafat mengacu kepada asal kata  “PHILOS” dan“SOPHIA” maka artinya adalah TEMAN KEBIJAKSANAAN.(kebijaksanaan sebagai kata benda). Banyak sumber yang menegaskan bahwa “SOPHIA” mengandung arti yang lebih luas dari pada Kebijaksanaan. Dengan demikian maka Hikmat Adalah Suatu Kebijaksanan Yang Bersumber Dari Allah melalui kecedasan khusus.

Pemahaman dalam Alkitab: Hikmat adalah kemampuan rohani untuk melihat dan menilai kehidupan dan kelakuan dari sudut pandangan Allah (Ams 1:2). Hal ini meliputi pengadaan pilihan yang tepat serta melakukan hal-hal yang benar menurut kehendak Allah yang dinyatakan dalam Firman-Nya dan pimpinan Roh (Rom 8:4-17). Kita dapat menerima hikmat ini dengan menghampiri Allah dan memohonnya dengan iman (ay. Yak 1:6-8; Ams 2:6; 1Kor 1:30).Amsal 2:2-6 ayat 2  untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna, ayat 3  untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, ayat 4  untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda, ayat 5  baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan, ayat 6  untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. 7  Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Alkitab memberikan keterangan terkait dengan Hikmat bahwa:

ü Hikmat adalah kecerdasan (Ibr: hokmah), yang berkorelasi dengan kebijaksanaan (Yun. Sophia) dan wisdom (Ing).

ü Tradisi hikmat dalam PL menegaskan hikmat (kecerdasan) =  diciptakan Allah dan berada bersama Allah. 

ü Hikmat Kecerdasan  = menunjuk pd perkembangan akal budi yang utuh dan sempurna, bukan sekedar pada kemampuan rasio, akal, intelek.

ü Kecerdasan = Sebuah kemampuan akal budi (nous) yang mampu berpikir secara kritis, tajam,penuh pengertian, penghayatan, dan pertimbangan yang luas mendalam sebelum memutuskan dan melakukan sesuatu.

 Oleh sebab itulah Anak Tuhan harus mempunyai HIKMAT, untuk apa mempunyai hikmat ?

 1.        Hikmat dapat membedakan  kebenaran dan kepalsuan

2 Tawarikh 1:10-11 ayat 10  Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?" 11  Berfirmanlah Allah kepada Salomo: "Oleh karena itu yang kauingini dan engkau tidak meminta kekayaan, harta benda, kemuliaan atau nyawa pembencimu, dan juga tidak meminta umur panjang, tetapi sebaliknya engkau meminta kebijaksanaan dan pengertian untuk dapat menghakimi umat-Ku yang atasnya Aku telah merajakan engkau, ayat 12  maka kebijaksanaan dan pengertian itu diberikan kepadamu; selain itu Aku berikan kepadamu kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sebagaimana belum pernah ada pada raja-raja sebelum engkau dan tidak akan ada pada raja-raja sesudah engkau." 1Raja-raja 3:16-28 HIKMAT SALOMO DIUJI

2.        Hikmat membimbing kita untuk hidup dalam iman (Hikmat Kecerdasan)

Matius 15:22-28 (27) BIS  "Benar, Tuan," jawab wanita itu, "tetapi anjing pun makan sisa-sisa yang jatuh dari meja tuannya." TL 27  Maka kata perempuan itu, "Benarlah, ya Tuhan, tetapi anjing itu pun makan segala remah-remah, yang jatuh dari atas meja tuannya." Pengakuan Wanita ini bersumber dari kecerdasan berpikir yang luarbiasa. Logika berpikirnya sempurna dia tidak menyerah dengan pernyataan Yesus bersifat intimidasi sekaligus menguji Iman sebab pernyataan itu yang sengaja Yesus melontarkan Yesus terhadap perempuan itu. Perempuan samaria ini termasuk cerdas. Cerdas berbeda dengan pintar. Cerdas berarti perkembangan akal budinya tanyam, muda mengerti dan senang menggunakan metafora. Pintar adalah pandai, capak, cerdik, banyak akal dan mahir melakukan sesuatu. Kecerdasan mempertegas akan keyakinan Iman.

 3.        Hikmat kita kalahkan ajaran-ajaran palsu

Alkitab mengatakan pada akhir zaman akan penyesatan, Lukas 17:1 Yesus berkata kepada  mengadakannya. Ayat 2  Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Ayat 3  Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.

 Bagaimana kita bisa membedakan ajaran benar dan ajaran salah ? ajaran palsu seolah-olah merupakan suatu kebenaran, hal itu merupakan penggenapan Firman Tuhan, 2 Korintus 11:14 Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Matius 7:15-23"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

 KESIMPULAN

Biasakan untuk membaca FIRMAN Tuhan, hanya dengan membaca FIRMAN TUHAN, kita dapat mengerti maksud Tuhan. Tanpa FIRMAN TUHAN kita akan tenggelam dalam tipu daya setan yang membinasakan hidup kita.

 Karena itu  mendekatlah kepada Tuhan maka dia akan menolong kita sebab Dia berjanji untuk menolong kita. Dalam Injil Matius 7:7-11, ayat 7  "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 8  Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 9  Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, 10  atau memberi ular, jika ia meminta ikan? 11  Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Amin

 ================================================ 

1] Seruan lockdown banyak digaungkan oleh WHO dibantu tekanan media massa terkemuka di dunia yang dari awal sudah memblow up agar terjadi kepanikan. Banyak negara melakukan hal itu hasilnya mata uang hancur, pasar global anjlok, perbankan runtuh. Tujuan elite pun sukses membawa dunia menjadi krisis global, setelah itu semua terjadi lalu apa yang ditawarkan?. Tentu Vaksin, dana negara akan tersedot untuk memburu vaksin. Ketika negara sudah diambang bangkrut, apalagi selanjutnya? Tentu saja selanjutnya elite konspirasi ini menawarkan solusi untuk pemulihan ekonomi, dengan utang-utang yang baru.

Kamis, 23 Juni 2022

Arti Menggunakan GELAR

Adakah Tuntutan Bergelar ?

Kualitas manusia era digital berbeda dengan kualitas manusia era non digital. Manusia non digital menghargai segala sesuatu, bahkan gelar sekalipun, namun manusia digital hormat menghormati harus diukur dari gelar. Ini pemikiran manusia sekarang ini.

Persoalannya adalah apakah sudah paham dan mengalami proses untuk memperoleh gelar atau hanya susun tanpa mengalami dan melewati proses ? Ada tiga golongan manusia yang memegang gelar yaitu:

1. Mereka yang mengalami dan melewati proses memperoleh gelar akan menjunjung dan menghargai gelar tersebut dengan bangga sebab di dalam gelar itu ada tanggung jawab etika dan moral serta tanggung jawab akademik. 

2. Kebalikannya bagi mereka yang tidak mengalami proses memperoleh gelar, mereka akan pasang depan belakang hanya untuk dilihat dan dianggap namun sesungguhnya gelar tanpa proses adalah seperti drum tanpa isi, alias tong kosong berbunyi nyaring. 

3. Namun ada juga sekelompok orang yang mempunyai gelar melalui proses tetapi menjadi pasif karena proses itu tidak terdapat tujuan tertentu yang menjadi motivasinya, tetapi hanya menjadikan proses itu sebagai pemenuhan persyaratan, akibatnya gelar tanpa tanggung jawab akademiknya. Punya gelar tetapi tidak ada bukti kinerja sesuai dengan gelarnya.

Lalu saudara masuk dalam kategori nomor berapa ? 

1. Jika masuk dalam kategori nomor 1 maka banggakan itu sebagai Anugerah Tuhan dalam hidupmu untuk memberkati orang lain dengan pikiran dan perkataan sebagai seorang terpelajar dan intelektual di hadapan Tuhan dan Manusia. 

2. Kalau anda masuk dalam kategori nomor dua maka setidaknya anda malu untuk menyusun gelar depan belakang agar tidak dipermalukan oleh manusia tanpa gelar tetapi berpengetahuan.

3. Selanjutnya anda yang berada pada nomor tiga harusnya anda malu untuk menggunakan gelar itu karena hanya sebagai persyaratan dan tidak memiliki dampak apapun bagi orang lain. Gelar itu sesungguhnya mempermalukan mu di hadapan banyak intelektual dan dihadapan masyarakat. 

Kesimpulannya adalah hargai karunia dan gelar yang anda miliki yang mestinya sesuai dengan kemampuanmu jangan bermimpi untuk mencapai sesuatu tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan akan mempermalukan mu sendiri. 

Jadilah orang yang benar dalam kaitan dengan kepribadianmu daripada menjadi orang lain karena adanya kecemburuan sosial, membawa anda pada posisi paling rendah, anda akan di hina dan di cemooh orang lain. 

Harusnya paham benar bahwa  posisi intelektual sebagai penentu arah pembangunan Manusia ke taraf hidup yang lebih baik, untuk generasi-generasi kita yang mendatang.

Salam waras bergelar
Yoel Giban

Minggu, 12 Juni 2022

Comentarry Matius 22:1-14

Matius 22:1-14

Pasal ini merupakan lanjutan dari pembicaraan yang disampaikan Kristus di dalam Bait Allah, dua atau tiga hari sebelum kematian-Nya. Pembicaraan ini kemudian dicatat dengan panjang lebar, mengingat bobot dan pentingnya. Dalam pasal ini, kita membaca:

I. Perintah yang diberikan, melalui perumpamaan tentang perjamuan kawin, yang berkaitan dengan penolakan terhadap bangsa Yahudi dan panggilan kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi (ay. 1-10), dan melalui perumpamaan tentang tamu undangan yang tidak berpakaian pesta, sebuah gambaran mengenai berbahayanya kemunafikan di dalam iman Kristen (ay. 11-14).

II. Perbantahan dengan orang-orang Farisi, Saduki, dan ahli Taurat yang menentang Kristus:

a)    Tentang membayar pajak kepada Kaisar (ay. 15-22).

b)    Tentang kebangkitan orang mati dan keadaan di masa yang akan datang (ay. 23-33).

c)    Tentang hukum yang terutama di dalam hukum Taurat (ay. 34-40).

d)    Tentang hubungan antara Sang Mesias dan Daud (ay. 41-46).

Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin (22:1-14)

Di sini diceritakan tentang perumpamaan mengenai tamu-tamu yang diundang untuk menghadiri pesta perkawinan. Dikatakan bahwa Yesus berbicara pula (ay. 1), bukan untuk menjawab apa yang dikatakan oleh lawan-lawannya (karena Ia sudah membungkamkan mereka), tetapi untuk menanggapi apa yang sedang dipikirkan orang-orang itu, ketika mereka berharap mendapat kesempatan untuk menangkap Dia (21:46). Perhatikan baik-baik, Kristus mengetahui cara menjawab pikiran manusia, karena Ia adalah Pembaca hati manusia. Ia berbicara pula, dapat juga berarti Ia melanjutkan pembicaraan-Nya dengan pokok bahasan yang sama, karena perumpamaan yang hendak Ia sampaikan ini masih berbicara mengenai tawaran Injil serta sukacita yang diberikannya, sama seperti perumpamaan sebelumnya, tetapi dengan kiasan yang berbeda. Dalam perumpamaan sebelumnya, yaitu mengenai penggarap-penggarap kebun anggur, digambarkan mengenai dosa para penguasa yang menganiaya para nabi. Perumpamaan ini juga menunjuk dosa orang banyak yang suka mengabaikan pesan Injil, sementara para pembesar mereka menganiaya para pembawa pesan tersebut.

I. Persiapan-persiapan untuk menyambut Injil diumpamakan di sini dengan sebuah perjamuan yang diselenggarakan seorang raja untuk perkawinan anaknya. Seperti itulah Kerajaan Sorga, seperti itulah segala persiapan perbekalan dibuat bagi jiwa-jiwa yang sangat berharga, di dalam dan melalui Perjanjian Baru. Raja itu adalah Allah, seorang Raja yang Agung, Raja di atas segala Raja. Sekarang, perhatikan baik-baik:

Perjamuan kawin ini diadakan untuk anaknya, dengan Kristus sebagai Mempelai Laki-laki, dan jemaat sebagai pengantin perempuan. Zaman Injil adalah hari pernikahan-Nya (Kid. 3:11). Pandanglah dengan iman, hai jemaat anak-anak sulung, jemaat yang namanya terdaftar di sorga, dan yang diberikan kepada Kristus oleh Dia yang memiliki mereka. Di dalam jemaat inilah kita melihat sang pengantin perempuan, mempelai Anak Domba (Why. 21:9). Kovenan atau perjanjian Injil adalah sebuah akad nikah antara Kristus dan orang-orang percaya, sebuah pernikahan yang diadakan oleh Allah. Perumpamaan ini hanya diungkapkan saja, dan tidak dijelaskan.

Ada hidangan yang disediakan untuk perjamuan kawin ini (ay. 4), yaitu yang mencakup semua hak istimewa sebagai anggota jemaat, dan semua berkat yang ada dalam kovenan baru itu. Hak istimewa dan berkat tersebut adalah: pengampunan dosa, kemurahan Allah, hati yang damai, janji-janji Injil, dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya, jalan masuk ke takhta anugerah, penghiburan Roh, dan pengharapan yang berdasar akan kehidupan kekal. Semua ini merupakan persiapan untuk menghadiri pesta ini, sorga di muka bumi sekarang ini, dan nantinya sorga di dalam sorga. Allah telah mempersiapkan semuanya ini dalam kebijaksanaan-Nya, dalam kovenan-Nya, di samping perjamuan malam penuh kemuliaan.

(1) Ini adalah sebuah perjamuan. Persiapan Injil dinubuatkan sebagai sebuah perjamuan (Yes. 25:6), suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, dan yang dilambangkan dengan banyak perayaan upacara hukum gereja. Marilah kita berpesta (1Kor. 5:8). Sebuah perjamuan merupakan hari gembira (Est. 8:17). Begitu pula halnya Injil itu, merupakan pesta yang berlangsung terus-menerus. Lembu-lembu jantan dan ternak piaraan telah disembelih untuk perjamuan ini; bukan dalam jumlah ala kadarnya, tetapi makanan yang berlimpah, dalam jumlah yang amat cukup dan terbaik mutunya. Hari perjamuan adalah hari penyembelihan atau pengorbanan (Yak. 5:5). Seluruh persiapan Injil didasarkan pada kematian Kristus, yaitu pengorbanan diri-Nya sendiri. Perjamuan itu diselenggarakan karena kasih dan merupakan sebuah pesta pemulihan, bukti keinginan baik Allah terhadap manusia. Perjamuan itu diadakan untuk tertawa (Pkh. 10:19), sebuah perjamuan sukacita. Diadakan untuk memuaskan jiwa. Injil dirancang untuk mengenyangkan orang yang lapar dengan segala yang baik. Diadakan untuk menjalin persekutuan, untuk menjaga hubungan antara sorga dan bumi. Kita diundang untuk menghadiri perjamuan anggur, supaya kita bisa menyampaikan permintaan dan keinginan kita.

(2) Ini adalah sebuah perjamuan kawin. Perjamuan kawin biasanya mewah, cuma-cuma, dan penuh sukacita. Mujizat pertama yang dilakukan Kristus adalah menyediakan anggur yang berlimpah untuk sebuah perjamuan kawin (Yoh. 2:7), dan dapat dipastikan bahwa Ia tidak akan kekurangan persediaan anggur untuk perjamuan kawin-Nya sendiri, yaitu ketika hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia, sebuah perjamuan yang besar dan penuh kemenangan (Why. 19:7, 17-18).

(3) Ini adalah perjamuan kawin kerajaan, perjamuan seorang raja (1Sam. 25:36). Yang dinikahkan dalam perkawinan itu bukanlah seorang hamba, tetapi seorang anak. Sama seperti Ahasyweros, ia akan memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya (Est. 1:4). Persiapan yang dibuat bagi orang-orang percaya dalam kovenan anugerah ini bukanlah persiapan seperti yang diperuntukkan bagi cacing-cacing yang tidak berharga, seperti yang mungkin kita harapkan. Tidak, seperti diri-Nya sendiri, Ia menyediakan hal-hal mulia seperti yang pantas diberikan oleh seorang Raja Kemuliaan. Ia memberikan diri-Nya sendiri. Ia memberikan diri-Nya sendiri kepada mereka sebagai El shaddai -- Allah yang mencukupi. Ini benar-benar sebuah perjamuan untuk jiwa.

II. Panggilan dan penawaran Injil diumpamakan sebagai sebuah undangan ke pesta perjamuan. Mereka yang mengadakan perjamuan mengundang tamu untuk meramaikan perjamuan itu. Tamu-tamu Allah adalah anak-anak manusia. Tuhan, siapakah manusia itu, sehingga ia sedemikian dimuliakan! Para tamu yang pertama diundang adalah orang-orang Yahudi. Di mana pun Injil diberitakan, undangan ini disampaikan. Para pelayan Tuhan diumpamakan sebagai hamba-hamba yang disuruh mengundang (Ams. 9:4-5). Sekarang:

Tamu-tamu itu dipanggil, diundang ke perjamuan kawin itu.

Undangan ini disampaikan kepada semua orang yang bisa mendengar berita sukacita Injil itu. Para hamba yang membawa undangan tersebut tidak mencantumkan nama-nama yang diundang di atas secarik kertas, karena tidak ada persyaratan untuk itu, siapa saja tanpa kecuali diundang, yang tidak diundang adalah mereka yang tidak mau menerima undangan itu sendiri. Mereka yang diundang ke perjamuan juga diundang ke perkawinan, sebab semua yang mengambil bagian dalam hak-hak istimewa Injil harus menyampaikan rasa hormat yang layak bagi kehadiran Tuhan Yesus, layaknya sahabat-sahabat setia dan hamba-hamba yang rendah hati dari Sang Mempelai Laki-laki. Mereka diundang ke perkawinan, agar mereka segera pergi menyongsong mempelai laki-laki, karena menjadi kehendak Bapa agar semua orang menghormati Anak itu.

Tamu-tamu itu diminta dengan sangat. Pemberitaan Injil bukan hanya disampaikan dengan ramah, tetapi juga dengan bujukan yang ramah dan meyakinkan. Kami berusaha meyakinkan orang, kami meminta mereka dalam nama Kristus (2Kor. 5:11, 20). Lihatlah betapa hati Kristus tertuju kepada kebahagiaan jiwa-jiwa yang malang! Ia bukan hanya menyediakan karena mereka kekurangan, tetapi juga menghubungi mereka karena mereka penuh kelemahan dan pelupa. Ketika tamu-tamu undangan itu tidak mau datang, raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain (ay. 4). Setelah para nabi Perjanjian Lama, begitu juga Yohanes Pembaptis, maupun Kristus sendiri yang mengatakan bahwa masa sukacita itu sudah dekat (Kerajaan Allah sudah dekat), tidak dapat meyakinkan mereka, maka diutuslah para rasul dan pelayan-pelayan Injil, setelah kebangkitan Kristus, untuk memberi tahu mereka bahwa saatnya telah tiba, semuanya telah siap, dan meyakinkan mereka untuk menerima tawaran itu. Tentunya ada yang berpikir seharusnya orang cukup memberi tahu bahwa mereka bersedia datang dan akan disambut; dan bahwa selama acara perkawinan berlangsung dengan khidmat, sang raja tetap menerima tamu dengan bebas. Tetapi karena manusia duniawi tidak dapat memahaminya, maka mereka tidak menginginkan apa pun yang berasal dari Roh Allah. Kita didesak untuk menerima panggilan itu dengan bujukan yang sangat kuat, ditarik dengan tali kesetiaan dan ikatan kasih. Bila panggilan ulangan itu menggerakkan kita, maka lihatlah, Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!." Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang (Why. 22:17). Bila alasan panggilan itu menggugah hati kita, sesungguhnya hidangan telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia. Bapa telah siap menerima kita, Anak telah siap menjadi Pengantara bagi kita, Roh Kudus siap menyucikan kita, pengampunan tersedia, kedamaian tersedia, penghiburan sudah tersedia, janji-janji telah siap seperti sumur-sumur air hidup yang siap memberi. Demikian pula, segala ketetapan telah disiapkan, seperti pipa emas untuk menyalurkan. Malaikat-malaikat siap menyertai kita, semua ciptaan siap bersahabat dengan kita, kebijaksanaan ilahi siap bekerja untuk kebaikan kita, dan akhirnya, sorga juga siap menerima kita. Itulah Kerajaan yang telah disediakan untuk dinyatakan pada zaman akhir. Semua sudah siap seperti ini, akankah kita tetap tidak siap? Semua persiapan ini dibuat untuk kita, jadi bila kita datang dengan sikap yang tepat, masakan kita tidak akan disambut? Sebab itu datanglah, oh, datanglah ke perjamuan kawin ini, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah (2Kor. 6:1).

III. Sikap dingin yang sering dijumpai Injil Kristus di antara anak-anak manusia ditunjukkan oleh sikap dingin terhadap berita yang disampaikan dan sikap garang terhadap si pembawa berita itu sendiri. Dalam hal ini, baik raja maupun mempelai laki-laki kerajaan sama-sama terhina. Hal ini terutama menggambarkan orang-orang Yahudi yang menolak nasihat Allah bagi diri mereka sendiri, dan lebih jauh lagi melukiskan penghinaan dan perlawanan banyak orang di segala zaman terhadap Injil Kristus.

Berita itu diabaikan begitu saja (ay. 3). Orang-orang itu tidak mau datang. Perhatikan, alasan mengapa orang-orang berdosa tidak datang kepada Kristus dan tidak diselamatkan oleh-Nya, bukanlah karena mereka tidak bisa datang, tetapi sebab mereka memang tidak mau datang (Yoh. 5:40). Kamu tidak mau datang kepada-Ku. Hal ini akan semakin memperparah kesengsaraan orang-orang berdosa. Seharusnya mereka akan mendapat kebahagiaan dengan datang kepada-Nya, tetapi mereka sendirilah yang menolaknya. Aku mau, tetapi kamu tidak mau. Ini masih belum semuanya (ay. 5), orang-orang itu tidak mengindahkannya. Mereka pikir tidak ada gunanya untuk datang. Sangka mereka, para pembawa berita itu terlalu membesar-besarkan alasannya. Biarkan saja mereka membesar-besarkan segala persiapan pesta itu, kita juga bisa berpesta sendiri di rumah. Perhatikanlah, tidak mengindahkan Kristus dan keselamatan besar yang diadakan-Nya merupakan dosa besar dari dunia ini. Amelesantes -- Mereka tak acuh. Perhatikanlah, banyak orang binasa dalam kekekalan hanya karena mereka tidak peduli, tidak mau berpaling, hanya mau bersikap masa bodoh dan tak acuh terhadap masalah-masalah jiwa mereka.

Alasan mengapa mereka tidak mengindahkan perjamuan kawin tersebut adalah karena mereka memiliki sesuatu yang dianggap lebih penting sehingga mereka lebih memperhatikan hal itu. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya. Perhatikanlah, usaha dan keuntungan pekerjaan duniawi terbukti telah menjadi hambatan besar bagi banyak orang untuk mendekati Kristus. Tak seorang pun mengindahkan perjamuan itu, masing-masing mencari alasannya sedapat mungkin (Luk. 14:18). Orang-orang desa harus memelihara ladang-ladang mereka, dan ada saja yang harus dikerjakan di sana. Orang-orang kota harus menjaga kedai-kedai mereka dan berdagang, mereka harus berdagang serta mendapat untung. Sungguh benar bahwa baik petani maupun pedagang harus rajin dalam menjalankan usaha mereka, tetapi hal-hal itu tidak boleh menghalangi mereka untuk menjadikan urusan kerohanian menjadi hal yang terutama dalam kehidupan mereka. Licitis perimus omnes -- Hal-hal yang boleh dilakukan ini akan merugikan kita, bila dikelola dengan cara yang tidak benar. Ketika kita begitu terpaku untuk khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, kita bisa mengabaikan satu hal yang benar-benar diperlukan. Perhatikan baik-baik, kota dan desa memiliki godaan masing-masing, usaha jual beli di satu sisi dan ladang-ladang di sisi lain. Sebab itu, apa pun yang kita miliki di dunia ini harus tetap berada di luar hati kita, jangan sampai menjadi penghalang di antara kita dan Kristus.

Para pembawa berita itu diperlakukan dengan kejam dan tidak semena-mena. Orang-orang yang lain, atau orang-orang selebihnya, yaitu mereka yang tidak pergi berladang atau berdagang, juga bukan petani atau pedagang, melainkan para alim ulama, yaitu para ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan imam-imam kepala itulah yang menjadi penyiksa para pembawa berita itu. Merekalah yang menangkap hamba-hamba itu, menyiksa dan membunuh mereka. Dalam perumpamaan ini memang tidak diceritakan bagaimana kejam dan biadabnya perlakuan mereka itu terhadap hamba-hamba raja yang datang untuk mengundang mereka ke perjamuan. Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang berjalan begitu indah karena membawa berita damai sejahtera untuk merayakan hari raya (Nah. 1:15), diperlakukan sama dengan kotoran segala sesuatu (1Kor. 4:13). Para nabi dan Yohanes Pembaptis telah dianiaya demikian. Juga para rasul dan pelayan Kristus mengalami hal yang sama. Orang-orang Yahudi, secara langsung atau tidak, adalah pelaku sebagian besar penganiayaan terhadap para pemberita Injil mula-mula. Lihat saja sejarah Kisah Para Rasul, yang berisi berbagai penderitaan yang menimpa para rasul tersebut.

IV. Penghancuran habis-habisan yang dialami umat dan bangsa Yahudi digambarkan di sini sebagai pembalasan sang raja yang menjadi murka dan menyerang para pembangkang yang keterlaluan ini (ay. 7). Maka murkalah raja itu. Karena menolak Injil, orang-orang Yahudi, yang dahulunya adalah umat yang dikasihi dan diberkati Allah, menjadi generasi yang harus berhadapan dengan murka dan kutuk Allah. Murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:16).

Sekarang perhatikan baik-baik di sini:

Apakah dosa terberat yang membawa kehancuran itu? Dosa menjadi pembunuh. Raja itu tidak mengatakan bahwa ia membinasakan orang-orang yang tidak mengindahkan panggilannya, tetapi ia membinasakan para pembunuh hamba-hambanya. Seolah-olah Allah lebih mengindahkan kehidupan para hamba-hamba-Nya daripada kehormatan Injil-Nya. Siapa yang menjamah mereka, menjamah biji mata-Nya. Perhatikanlah, penyiksaan pelayan-pelayan Kristus yang setia merupakan kesalahan yang lebih besar dibandingkan kesalahan lainnya. Membuat Yerusalem penuh dengan darah orang-orang yang tidak bersalah merupakan dosa Manasye dan Tuhan tidak mau mengampuninya (2Raj. 24:4).

Kehancuran itu sendiri seperti apa. Ia menyuruh pasukannya. Pasukan Romawi adalah pasukan-Nya, yang dibangkitkan dan diutus-Nya melawan umat yang dimurkai-Nya. Ia memberi mereka tugas untuk melakukan perampasan dan penjarahan (Yes. 10:6). Allah adalah Tuhan atas umat manusia, dan Ia berhak memanfaatkan mereka seturut kemauan-Nya untuk melayani maksud-maksud-Nya, sekalipun mereka sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya (Yes. 10:7; Mi. 4:11-12). Pasukannya membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar habis kota mereka. Perumpamaan ini menunjukkan dengan jelas penghancuran terhadap orang-orang Yahudi dan pembakaran Yerusalem oleh orang-orang Romawi empat puluh tahun setelah ini. Belum pernah ada penghancuran sedahsyat ini, juga akibat pedang dan api yang begitu mengerikan. Meskipun Yerusalem pernah menjadi kota suci, kota yang dipilih Allah untuk membuat nama-Nya tinggal di sana, kota yang indah permai, yang menjadi kegirangan bagi seluruh bumi, namun kini kota ini sudah menjadi sundal, dan tidak ada lagi kebenaran di dalamnya, selain penuh dengan para pembunuh, bahkan pembunuh yang paling sadis. (Begitulah yang dikatakan oleh Nabi Yesaya [Yes. 1:21].) Penghukuman datang ke atas kota ini, dihancurkan tanpa dipulihkan, dan menjadi contoh bagi semua pihak yang menentang Kristus dan Injil-Nya. Itulah yang dilakukan Tuhan untuk membalas perbuatan kebencian terhadap perjanjian-Nya.

 V. Pemulihan kembali jemaat, dengan membawa masuk bangsa-bangsa bukan-Yahudi, yang digambarkan di sini dengan cara memenuhi perjamuan ini dengan tamu-tamu yang dikumpulkan dari jalan-jalan (ay. 8-10).

Di sini kita membaca tentang:

Keluhan tuan pemilik perjamuan terhadap orang-orang yang pertama kali diundang (ay. 8). Perjamuan kawin telah siap, perjanjian anugerah siap untuk disahkan, sebuah jemaat siap didirikan. Tetapi orang-orang yang pertama-tama diundang, yaitu orang-orang Yahudi, yang bagi merekalah perjanjian dan janji-janji itu ditujukan, yang terlebih dahulu diundang ke perjamuan dengan hidangan yang berlimpah, ternyata tidak layak untuk itu. Mereka sama sekali sungguh tidak layak. Dengan menghina Kristus, mereka telah membatalkan semua hak istimewa yang dimaksudkan untuk mereka dengan undangan itu. Perhatikanlah, bukan karena Allah, orang-orang berdosa binasa, tetapi itu akibat ulah mereka sendiri. Jadi, ketika tanah Kanaan sudah dalam jangkauan mata bangsa Israel, sebenarnya tanah perjanjian itu telah siap, susu dan madu juga telah siap, tetapi ketidakpercayaan dan gerutu mereka, serta kutukan mereka terhadap tanah yang menyenangkan itu menghalangi mereka sehingga mayat-mayat mereka dibiarkan binasa di padang belantara. Dan semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh (1Kor. 10:11; Ibr. 3:16-4:1).

Tugas yang ia berikan kepada hamba-hambanya untuk mengundang tamu-tamu lain. Penduduk kota itu telah menolak (ay. 7). Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan, ke jalan bangsa lain yang sebelumnya tidak masuk hitungan (10:5). Jadi, dengan jatuhnya bangsa Yahudi, keselamatan datang kepada bangsa-bangsa lain (Rm. 11:11-12; Ef. 3:8). Perhatikanlah, Kristus tetap akan mendirikan Kerajaan-Nya di dunia ini, meskipun banyak yang menolak anugerah dan melawan kekuasaan Kerajaan itu. Meskipun Israel tidak berhasil dikumpulkan, Ia akan dipermuliakan. Penawaran Kristus dan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain ternyata:

(1) Tidak terduga dan tidak diharapkan; ia mendatangkan kejutan bagi para musafir di jalanan yang tiba-tiba mendapat undangan untuk ikut perjamuan kawin. Berabad-abad lamanya orang-orang Yahudi telah memperhatikan Injil, mereka menanti-nantikan Sang Mesias dan Kerajaan-Nya, tetapi semuanya itu merupakan hal baru bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi, sesuatu yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya (Kis. 17:19-20), sehingga mereka tidak merasa memilikinya (Yes. 65:1-2).

(2) Undangan itu ditujukan bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Pergi dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai. Jalan-jalan merupakan tempat umum, dan di sanalah Hikmat berseru-seru (Ams. 1:20). "Bertanyalah kepada orang-orang yang lewat di jalan, bertanyalah kepada siapa saja (Ayb. 21:29), dari kalangan tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak dan orang merdeka, muda dan tua, bangsa Yahudi dan bangsa bukan-Yahudi, katakan kepada mereka semua bahwa mereka bisa menerima hak-hak istimewa Injil sesuai persyaratan Injil. Siapa saja yang bersedia, biarlah ia datang, tanpa kecuali."

Keberhasilan undangan kedua ini. Bila ada yang tidak mau datang, yang lain bersedia (ay. 10), mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya. Para hamba itu mematuhi perintah yang mereka terima. Yunus diutus ke jalan-jalan, tetapi ia begitu mencintai kehormatan negerinya sehingga ia menghindar dari tugas itu. Sementara para rasul Kristus, meskipun mereka adalah orang-orang Yahudi, lebih mendahulukan pelayanan Kristus daripada rasa hormat kepada bangsa mereka sendiri. Begitu pula Rasul Paulus, meskipun ia menangisi bangsa Yahudi, ia menjunjung tinggi tugasnya sebagai rasul bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Mereka mengumpulkan semua orang.

Rancangan Injil adalah:

(1) Untuk mengumpulkan dan menghimpunkan jiwa-jiwa, bukan hanya bangsa Yahudi saja, tetapi semua anak-anak Allah yang tercerai-berai (Yoh. 11:52), domba-domba lain yang bukan dari kandang ini (Yoh. 10:16). Mereka dikumpulkan dalam satu tubuh, satu keluarga, satu perhimpunan.

(2) Mengumpulkan mereka bersama-sama untuk perjamuan kawin, untuk mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kristus, dan untuk mengambil bagian dalam hak-hak istimewa yang ada dalam kovenan atau perjanjian baru. Di mana ada sedekah, di sanalah orang-orang miskin berkumpul.

Sekarang, tamu-tamu yang dikumpulkan adalah:

[1] Orang banyak, semua orang, sebanyak yang bisa dijumpai hamba-hamba itu. Begitu banyaknya sampai penuhlah ruang perjamuan itu. Orang-orang Yahudi yang dimeteraikan dapat dihitung jumlahnya, tetapi yang berasal dari bangsa-bangsa lain tidak terhitung banyaknya, yakni suatu kumpulan yang luar biasa besarnya (Why. 7:9; Yes. 60:4, 8).

[2] Kumpulan orang banyak yang bercampur baur, baik orang-orang jahat maupun orang-orang baik. Sebelum mengaku percaya, beberapa orang adalah orang-orang bijaksana dan terpelajar, seperti orang-orang Yunani yang takut kepada Allah (Kis. 17:4) dan Kornelius. Sedangkan yang lain adalah orang-orang yang dahulu hidup tidak senonoh, seperti orang-orang Korintus (1Kor. 6:11). Beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Ada juga yang setelah mengaku percaya ternyata tetap berlaku buruk, tidak berbalik kepada Tuhan dengan segenap hatinya, hanya berpura-pura belaka. Selebihnya adalah orang-orang jujur dan tulus yang berasal dari kelompok orang benar. Para pelayan Tuhan yang menebarkan jala Injil akan menangkap ikan yang baik maupun ikan yang tidak baik, tetapi Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya.

VI. Tentang kaum munafik yang berada di dalam jemaat, tetapi tidak berasal dari jemaat itu. Orang-orang demikian disebut hidup, tetapi sebenarnya tidak hidup. Dalam perumpamaan ini mereka dilukiskan seperti tamu yang tidak berpakaian pesta, salah seorang jahat yang ikut dikumpulkan. Orang yang tidak mendapat bagian dalam keselamatan Kristus adalah mereka yang bukan hanya menolak untuk memberi pengakuan iman, tetapi juga yang hatinya tidak bersungguh-sungguh dalam pengakuannya.

 

KEMUNAFIKAN DALAM IBADAH

Perhatikan baik-baik soal orang munafik ini:  Bagaimana ia ditemukan sebagai orang munafik (ay. 11).

 

(1) Raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, untuk menyambut mereka yang datang dengan persiapan, dan mengusir mereka yang datang tanpa persiapan. Allah sorgawi menaruh perhatian khusus terhadap mereka yang mengaku percaya dan mempunyai tempat dan nama di dalam jemaat yang tampak di bumi ini. Tuhan Yesus berjalan di antara kaki dian emas dan karena itu mengetahui segala pekerjaan mereka (Why. 2:1-2; Kid. 7:12). Biarlah hal ini menjadi peringatan bagi kita dalam hal kemunafikan, karena yang tersamar akan segera terungkap, dan setiap orang akan tampil dengan sifatnya yang sebenarnya. Juga, supaya hal ini menjadi dorongan bagi kita untuk selalu bersikap tulus, karena Allah-lah yang menjadi saksi atas sikap kita.

Perhatikan, orang munafik ini tidak pernah diketahui tidak mengenakan pakaian pesta sampai raja itu sendiri masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu. Perhatikanlah, hanya Allah saja yang memiliki hak khusus untuk mengetahui siapa yang hatinya bersungguh-sungguh dalam pengakuan mereka, dan siapa yang tidak. Dengan berbagai cara kita bisa saja tertipu dalam menilai orang, tetapi Ia tidak akan keliru. Hari penghakiman akan menjadi hari pengungkapan besar, ketika semua tamu diperhadapkan dengan Sang Raja. Ia akan memisahkan antara yang baik dan yang tidak baik (25:33), segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, dan kita bisa membedakan dengan sempurna antara orang benar dan orang jahat, yang sekarang tidak mudah kita lakukan. Jadi semua tamu harus mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi pemeriksaan yang saksama ini, dan berpikir-pikir apakah mereka bisa lulus dari mata Allah yang tajam dalam pemeriksaan hati ini.

(2) Begitu masuk, sang raja langsung menemukan orang munafik itu. Ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. meskipun hanya seorang, matanya segera dapat mengenalinya. Tidak ada harapan untuk lolos dari penangkapan keadilan ilahi dengan cara bersembunyi di dalam kerumunan orang banyak. Ia tidak berpakaian pesta, ia tidak berpakaian seperti layaknya orang yang mengikuti upacara perkawinan khidmat, ia tidak mengenakan pakaiannya yang terbaik. Perhatikanlah, banyak yang datang dengan tidak berpakaian pesta. Bila Injil menjadi perjamuan perkawinan, maka pakaian pesta pernikahan itu menjadi kerangka hati dan sikap hidup yang sepadan dengan Injil dan pengakuan percaya kita akan Injil itu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu (Ef. 4:1), hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus (Flp. 1:27). Perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus, kesucian dan penyucian mereka, serta pribadi Kristus membuat mereka layak, dan itu adalah kain lenan halus (Why. 19:8). Orang ini tidak dalam keadaan telanjang, atau berpakaian kotor. Ia mengenakan pakaian, hanya saja, bukan pakaian pesta. Mereka, dan hanya mereka yang mengenakan Tuhan Yesus, yang memiliki pola pikir Kristiani, yang dihiasi dengan anugerah Kristiani, yang hidup dengan iman di dalam Kristus, dan yang menjadikan Dia di atas segala-galanya, mereka inilah yang memiliki pakaian pesta perkawinan.

 

Pemeriksaan atas orang ini (ay. 12).

Di sini kita bisa mengamati dengan cermat:

(1) Bagaimana orang ini dipersalahkan (ay. 12), Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Sebuah pertanyaan mengejutkan bagi orang yang membanggakan dirinya sendiri di tempat yang dianggapnya aman dalam perjamuan itu. Saudara! Sepatah kata yang tajam, tampaknya seperti sahabat, pura-pura bersahabat, seorang sahabat dalam pengakuan, dalam ikatan dan kewajiban menjadi seorang sahabat. Perhatikanlah, banyak orang di dalam jemaat menjadi sahabat palsu bagi Yesus Kristus. Mereka ini berkata bahwa mereka mengasihi Dia tetapi hatinya tidak bersama Dia. Bagaimana engkau masuk ke mari? Raja ini tidak menyalahkan hamba-hambanya yang membiarkan orang ini masuk ke dalam perjamuan (pakaian pesta perkawinan itu adalah soal di dalam hati, sedangkan para pelayan hanya bertindak sesuai dengan apa yang mereka ketahui dari luarnya saja). Raja ini memeriksa alasannya menyelinap masuk. Ketika ia mengetahui hati orang ini tidak jujur, ia berkata, "Berani-beraninya engkau menuntut bagian berkat Injil, sementara engkau tidak menghormati aturan-aturan Injil? Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku?" (Mzm. 50:16-17). Perbuatan-perbuatan semacam itu mencemari perjamuan, tidak menghormati mempelai laki-laki, menghina tamu-tamu lain, dan mendatangkan aib bagi mereka sendiri. Sebab itu, bagaimana engkau masuk ke mari? Perhatikanlah, akan tiba saatnya orang-orang munafik diminta mempertanggungjawabkan semua gangguan yang mereka lakukan dengan pongahnya terhadap ketetapan-ketetapan Injil dan perampasan hak-hak istimewa Injil. Siapakah yang menuntut itu dari padamu? (Yes. 1:12). Memandang rendah hari-hari Sabat dan menyalahgunakan sakramen harus dimintai pertanggungjawaban, dan hukuman harus dijatuhkan ke atas tindakan penyia-nyiaan yang dilakukan oleh mereka yang membuat menjadi sia-sia anugerah Allah yang telah mereka terima. "Bagaimana engkau datang ke meja Tuhan pada saat seperti ini, dengan tidak merendahkan diri dan menyucikan diri? Apa yang mendorongmu duduk di hadapan nabi-nabi Allah, seperti yang dilakukan umat-Nya, sementara hatimu mengikuti keserakahanmu? Bagaimana engkau masuk ke mari? Bukan melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, seperti seorang pencuri atau perampok. Ini namanya masuk dengan cara jahat, memiliki tanpa punya hak." Perhatikanlah, sangat baik bagi mereka yang menjadi anggota jemaat untuk sering memeriksa diri sendiri, "Bagaimana aku masuk ke mari? Apakah aku mengenakan pakaian pesta perkawinan?" Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.

(2) Bagaimana orang itu dinyatakan bersalah, orang itu diam saja: ephimōthe -- ia diberangus (itulah kata yang digunakan dalam 1Kor. 9:9). Orang itu terdiam karena dakwaan terhadap dirinya, dinyatakan bersalah dan dihukum oleh hati nuraninya sendiri. Mereka yang tinggal di dalam jemaat, dan mati tanpa Kristus, tidak akan mampu mengucapkan sepatah kata pun bagi diri mereka sendiri pada saat hari penghakiman yang besar. Tidak akan ada ampun bagi mereka, sekalipun mereka memohon, "Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu" (Luk. 13:26), yang sama saja dengan mengakui diri sendiri bersalah. Kejahatan yang membuat mereka dihukum adalah menyerobot masuk ke hadirat Kristus, dan menuju meja-Nya sebelum mereka dipanggil. Mereka yang belum pernah mendengar berita tentang perjamuan kawin ini akan lebih punya banyak alasan. Dosa mereka lebih dapat dimaafkan, dan hukuman terhadap mereka pun lebih dapat dipertimbangkan. Namun, tidak demikianlah halnya dengan mereka yang datang tanpa berpakaian pesta, karena mereka telah berdosa terhadap terang yang sudah sedemikian menerangi mereka dan kasih yang sudah sedemikian mengasihi mereka.

Hukuman sang raja (ay. 13), Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

(1) Ia diperintahkan untuk diikat layaknya penjahat yang terhukum, dibelenggu dan dirantai. Mereka yang tidak bekerja dan berjalan sebagaimana seharusnya akan diikat tangan dan kaki mereka. Terdapat jenis ikatan di dunia ini yang dilakukan oleh hamba-hamba dan pelayan-pelayan Tuhan terhadap saudara seiman yang tidak berjalan dalam kebenaran dan hanya mempermalukan iman Kristen. Ikatan semacam ini dinamakan mengikat mereka (18:18). "Ikatlah mereka agar tidak mengambil bagian dalam ketetapan-ketetapan khusus dan hak-hak istimewa sebagai anggota jemaat, ingatkan mereka akan penghukuman Allah yang adil." Pada hari penghakiman, orang-orang munafik akan diikat; para malaikat akan mengumpulkan dan mengikat lalang dan dibakar dalam api (13:41). Orang-orang berdosa diikat tangan dan kaki mereka oleh hukuman yang tidak dapat diubah lagi. Ini seperti bentangan jurang yang tak terseberangi; mereka tidak bisa menolak dan juga tidak bisa mengubah hukuman mereka.

(2) Ia diperintahkan untuk dibawa pergi dari perjamuan kawin itu, bawalah ia pergi. Ketika kejahatan orang-orang munafik menjadi tampak, mereka akan dikeluarkan dari persekutuan orang-orang setia, dipotong seperti ranting yang tidak berbuah. Hal ini berbicara mengenai hukuman kebinasaan di dunia lain; mereka akan dibawa pergi dari hadapan raja itu, dari kerajaan itu, dari perjamuan kawin itu. Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk. Hal itu akan memperburuk kesengsaraan mereka, seperti perwira, ajudan raja, yang tidak percaya itu (2Raj. 7:2), mereka akan melihatnya dengan mata mereka sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya. Perhatikanlah, mereka yang tidak menjalankan kehidupan Kekristenan dengan layak, akan kehilangan semua kebahagiaan yang selalu mereka tuntut. Mereka hanya akan menghibur diri sendiri dengan harapan yang tanpa dasar.

(3) Ia diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam sel bawah tanah yang penuh dengan dukacita, campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sini Juruselamat kita tanpa segan-segan membentangkan maksud perumpamaan ini, yakni kutukan bagi orang-orang munafik di dunia lain. Neraka adalah kegelapan yang paling gelap, kegelapan di luar sorga yang adalah tempat terang. Atau, kegelapan yang kelam, kegelapan yang teramat pekat, tanpa sedikit pun berkas sinar atau harapan di dalamnya. Sama seperti yang pernah terjadi di Mesir, kegelapan yang bisa diraba, kekelaman kegelapan, tempat yang kelam pekat (Ayb. 10:22). Perhatikanlah, dengan tuntunan terang Injil itu sendiri orang-orang munafik itu akan menuju kegelapan yang paling gelap, dan neraka yang benar-benar neraka akan tersedia bagi orang-orang yang demikian, sebuah hukuman yang tak tertanggungkan, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Hal ini sering digunakan Juruselamat kita untuk menggambarkan bagaimana rupanya siksaan neraka, yang ditimbulkan terutama bukan karena kesengsaraan itu sendiri, melainkan oleh rasa bersalah yang terus-menerus menekan orang-orang berdosa di sana. Akan ada ratap sebagai ungkapan kesengsaraan dan penderitaan yang dalam. Ini bukanlah derai air mata yang membawa kelegaan, tetapi ratap yang tidak berkesudahan karena siksaan yang terus berlangsung. Akan ada kertak gigi sebagai ungkapan amukan dan amarah yang hebat. Mereka akan seperti lembu hutan kena jaring, mereka diliputi kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:20; 8:21-22). Karena itu biarlah kita mendengar dan menjadi takut.

Akhirnya, perumpamaan ini ditutup dengan kata-kata terkenal seperti yang pernah kita baca sebelumnya (20:16), banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (ay. 14). Dari sekian banyak orang yang dipanggil ke perjamuan kawin, bila Anda memisahkan semua yang tidak terpilih karena tidak mengindahkan undangan itu dan dengan terus terang menyatakan lebih menyukai hal-hal lain yang sudah ada sebelumnya, jika Anda memisahkan mereka yang mengaku percaya, tetapi watak pola pikir serta kecenderungan umum perilaku mereka bertolak belakang dengan pengakuan percaya mereka, jika Anda memisahkan semua orang yang hidup tidak senonoh serta semua orang munafik, maka Anda akan melihat betapa sedikit, sungguh teramat sedikit jumlah mereka yang terpilih. Banyak yang dipanggil ke perjamuan kawin, tetapi hanya sedikit yang terpilih, yaitu mereka yang mengenakan pakaian pesta, mereka yang diselamatkan dalam Roh yang menguduskan mereka. Inilah pintu yang sesak dan jalan yang sempit, hanya sedikit orang yang menemukannya.====== Gbu all =======

Statistik Pengunjung