Matius
22:1-14
Pasal
ini merupakan lanjutan dari pembicaraan yang disampaikan Kristus di dalam Bait
Allah, dua atau tiga hari sebelum kematian-Nya. Pembicaraan ini kemudian
dicatat dengan panjang lebar, mengingat bobot dan pentingnya. Dalam pasal ini,
kita membaca:
I.
Perintah yang diberikan, melalui perumpamaan tentang perjamuan kawin, yang
berkaitan dengan penolakan terhadap bangsa Yahudi dan panggilan kepada
bangsa-bangsa bukan-Yahudi (ay. 1-10), dan melalui perumpamaan tentang tamu
undangan yang tidak berpakaian pesta, sebuah gambaran mengenai berbahayanya
kemunafikan di dalam iman Kristen (ay. 11-14).
II.
Perbantahan dengan orang-orang Farisi, Saduki, dan ahli Taurat yang menentang
Kristus:
a)
Tentang membayar pajak
kepada Kaisar (ay. 15-22).
b)
Tentang kebangkitan
orang mati dan keadaan di masa yang akan datang (ay. 23-33).
c)
Tentang hukum yang
terutama di dalam hukum Taurat (ay. 34-40).
d)
Tentang hubungan
antara Sang Mesias dan Daud (ay. 41-46).
Perumpamaan
tentang Perjamuan Kawin (22:1-14)
Di
sini diceritakan tentang perumpamaan mengenai tamu-tamu yang diundang untuk
menghadiri pesta perkawinan. Dikatakan bahwa Yesus berbicara pula (ay. 1),
bukan untuk menjawab apa yang dikatakan oleh lawan-lawannya (karena Ia sudah
membungkamkan mereka), tetapi untuk menanggapi apa yang sedang dipikirkan
orang-orang itu, ketika mereka berharap mendapat kesempatan untuk menangkap Dia
(21:46). Perhatikan baik-baik, Kristus mengetahui cara menjawab pikiran
manusia, karena Ia adalah Pembaca hati manusia. Ia berbicara pula, dapat juga
berarti Ia melanjutkan pembicaraan-Nya dengan pokok bahasan yang sama, karena
perumpamaan yang hendak Ia sampaikan ini masih berbicara mengenai tawaran Injil
serta sukacita yang diberikannya, sama seperti perumpamaan sebelumnya, tetapi
dengan kiasan yang berbeda. Dalam perumpamaan sebelumnya, yaitu mengenai
penggarap-penggarap kebun anggur, digambarkan mengenai dosa para penguasa yang
menganiaya para nabi. Perumpamaan ini juga menunjuk dosa orang banyak yang suka
mengabaikan pesan Injil, sementara para pembesar mereka menganiaya para pembawa
pesan tersebut.
I.
Persiapan-persiapan untuk menyambut Injil diumpamakan di sini dengan sebuah
perjamuan yang diselenggarakan seorang raja untuk perkawinan anaknya. Seperti
itulah Kerajaan Sorga, seperti itulah segala persiapan perbekalan dibuat bagi
jiwa-jiwa yang sangat berharga, di dalam dan melalui Perjanjian Baru. Raja itu
adalah Allah, seorang Raja yang Agung, Raja di atas segala Raja. Sekarang,
perhatikan baik-baik:
Perjamuan
kawin ini diadakan untuk anaknya, dengan Kristus sebagai Mempelai Laki-laki,
dan jemaat sebagai pengantin perempuan. Zaman Injil adalah hari pernikahan-Nya
(Kid. 3:11). Pandanglah dengan iman, hai jemaat anak-anak sulung, jemaat yang
namanya terdaftar di sorga, dan yang diberikan kepada Kristus oleh Dia yang
memiliki mereka. Di dalam jemaat inilah kita melihat sang pengantin perempuan,
mempelai Anak Domba (Why. 21:9). Kovenan atau perjanjian Injil adalah sebuah
akad nikah antara Kristus dan orang-orang percaya, sebuah pernikahan yang
diadakan oleh Allah. Perumpamaan ini hanya diungkapkan saja, dan tidak
dijelaskan.
Ada
hidangan yang disediakan untuk perjamuan kawin ini (ay. 4), yaitu yang mencakup
semua hak istimewa sebagai anggota jemaat, dan semua berkat yang ada dalam
kovenan baru itu. Hak istimewa dan berkat tersebut adalah: pengampunan dosa,
kemurahan Allah, hati yang damai, janji-janji Injil, dan semua kekayaan yang
terkandung di dalamnya, jalan masuk ke takhta anugerah, penghiburan Roh, dan
pengharapan yang berdasar akan kehidupan kekal. Semua ini merupakan persiapan
untuk menghadiri pesta ini, sorga di muka bumi sekarang ini, dan nantinya sorga
di dalam sorga. Allah telah mempersiapkan semuanya ini dalam kebijaksanaan-Nya,
dalam kovenan-Nya, di samping perjamuan malam penuh kemuliaan.
(1)
Ini adalah sebuah perjamuan. Persiapan Injil dinubuatkan sebagai sebuah
perjamuan (Yes. 25:6), suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, dan yang
dilambangkan dengan banyak perayaan upacara hukum gereja. Marilah kita berpesta
(1Kor. 5:8). Sebuah perjamuan merupakan hari gembira (Est. 8:17). Begitu pula
halnya Injil itu, merupakan pesta yang berlangsung terus-menerus. Lembu-lembu
jantan dan ternak piaraan telah disembelih untuk perjamuan ini; bukan dalam
jumlah ala kadarnya, tetapi makanan yang berlimpah, dalam jumlah yang amat
cukup dan terbaik mutunya. Hari perjamuan adalah hari penyembelihan atau
pengorbanan (Yak. 5:5). Seluruh persiapan Injil didasarkan pada kematian
Kristus, yaitu pengorbanan diri-Nya sendiri. Perjamuan itu diselenggarakan
karena kasih dan merupakan sebuah pesta pemulihan, bukti keinginan baik Allah
terhadap manusia. Perjamuan itu diadakan untuk tertawa (Pkh. 10:19), sebuah
perjamuan sukacita. Diadakan untuk memuaskan jiwa. Injil dirancang untuk
mengenyangkan orang yang lapar dengan segala yang baik. Diadakan untuk menjalin
persekutuan, untuk menjaga hubungan antara sorga dan bumi. Kita diundang untuk
menghadiri perjamuan anggur, supaya kita bisa menyampaikan permintaan dan
keinginan kita.
(2)
Ini adalah sebuah perjamuan kawin. Perjamuan kawin biasanya mewah, cuma-cuma,
dan penuh sukacita. Mujizat pertama yang dilakukan Kristus adalah menyediakan
anggur yang berlimpah untuk sebuah perjamuan kawin (Yoh. 2:7), dan dapat
dipastikan bahwa Ia tidak akan kekurangan persediaan anggur untuk perjamuan kawin-Nya
sendiri, yaitu ketika hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia, sebuah perjamuan yang besar dan penuh kemenangan (Why. 19:7,
17-18).
(3)
Ini adalah perjamuan kawin kerajaan, perjamuan seorang raja (1Sam. 25:36). Yang
dinikahkan dalam perkawinan itu bukanlah seorang hamba, tetapi seorang anak.
Sama seperti Ahasyweros, ia akan memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya
(Est. 1:4). Persiapan yang dibuat bagi orang-orang percaya dalam kovenan
anugerah ini bukanlah persiapan seperti yang diperuntukkan bagi cacing-cacing
yang tidak berharga, seperti yang mungkin kita harapkan. Tidak, seperti
diri-Nya sendiri, Ia menyediakan hal-hal mulia seperti yang pantas diberikan
oleh seorang Raja Kemuliaan. Ia memberikan diri-Nya sendiri. Ia memberikan
diri-Nya sendiri kepada mereka sebagai El shaddai -- Allah yang mencukupi. Ini
benar-benar sebuah perjamuan untuk jiwa.
II.
Panggilan dan penawaran Injil diumpamakan sebagai sebuah undangan ke pesta
perjamuan. Mereka yang mengadakan perjamuan mengundang tamu untuk meramaikan
perjamuan itu. Tamu-tamu Allah adalah anak-anak manusia. Tuhan, siapakah
manusia itu, sehingga ia sedemikian dimuliakan! Para tamu yang pertama diundang
adalah orang-orang Yahudi. Di mana pun Injil diberitakan, undangan ini
disampaikan. Para pelayan Tuhan diumpamakan sebagai hamba-hamba yang disuruh
mengundang (Ams. 9:4-5). Sekarang:
Tamu-tamu
itu dipanggil, diundang ke perjamuan kawin itu.
Undangan
ini disampaikan kepada semua orang yang bisa mendengar berita sukacita Injil
itu. Para hamba yang membawa undangan tersebut tidak mencantumkan nama-nama
yang diundang di atas secarik kertas, karena tidak ada persyaratan untuk itu,
siapa saja tanpa kecuali diundang, yang tidak diundang adalah mereka yang tidak
mau menerima undangan itu sendiri. Mereka yang diundang ke perjamuan juga
diundang ke perkawinan, sebab semua yang mengambil bagian dalam hak-hak
istimewa Injil harus menyampaikan rasa hormat yang layak bagi kehadiran Tuhan
Yesus, layaknya sahabat-sahabat setia dan hamba-hamba yang rendah hati dari
Sang Mempelai Laki-laki. Mereka diundang ke perkawinan, agar mereka segera
pergi menyongsong mempelai laki-laki, karena menjadi kehendak Bapa agar semua
orang menghormati Anak itu.
Tamu-tamu
itu diminta dengan sangat. Pemberitaan Injil bukan hanya disampaikan dengan
ramah, tetapi juga dengan bujukan yang ramah dan meyakinkan. Kami berusaha
meyakinkan orang, kami meminta mereka dalam nama Kristus (2Kor. 5:11, 20).
Lihatlah betapa hati Kristus tertuju kepada kebahagiaan jiwa-jiwa yang malang!
Ia bukan hanya menyediakan karena mereka kekurangan, tetapi juga menghubungi
mereka karena mereka penuh kelemahan dan pelupa. Ketika tamu-tamu undangan itu
tidak mau datang, raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain (ay. 4). Setelah para
nabi Perjanjian Lama, begitu juga Yohanes Pembaptis, maupun Kristus sendiri
yang mengatakan bahwa masa sukacita itu sudah dekat (Kerajaan Allah sudah
dekat), tidak dapat meyakinkan mereka, maka diutuslah para rasul dan
pelayan-pelayan Injil, setelah kebangkitan Kristus, untuk memberi tahu mereka
bahwa saatnya telah tiba, semuanya telah siap, dan meyakinkan mereka untuk
menerima tawaran itu. Tentunya ada yang berpikir seharusnya orang cukup memberi
tahu bahwa mereka bersedia datang dan akan disambut; dan bahwa selama acara
perkawinan berlangsung dengan khidmat, sang raja tetap menerima tamu dengan
bebas. Tetapi karena manusia duniawi tidak dapat memahaminya, maka mereka tidak
menginginkan apa pun yang berasal dari Roh Allah. Kita didesak untuk menerima
panggilan itu dengan bujukan yang sangat kuat, ditarik dengan tali kesetiaan
dan ikatan kasih. Bila panggilan ulangan itu menggerakkan kita, maka lihatlah,
Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!." Dan barangsiapa
yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Barangsiapa yang
haus, hendaklah ia datang (Why. 22:17). Bila alasan panggilan itu menggugah
hati kita, sesungguhnya hidangan telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan
ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia. Bapa telah siap menerima
kita, Anak telah siap menjadi Pengantara bagi kita, Roh Kudus siap menyucikan
kita, pengampunan tersedia, kedamaian tersedia, penghiburan sudah tersedia,
janji-janji telah siap seperti sumur-sumur air hidup yang siap memberi.
Demikian pula, segala ketetapan telah disiapkan, seperti pipa emas untuk
menyalurkan. Malaikat-malaikat siap menyertai kita, semua ciptaan siap
bersahabat dengan kita, kebijaksanaan ilahi siap bekerja untuk kebaikan kita,
dan akhirnya, sorga juga siap menerima kita. Itulah Kerajaan yang telah
disediakan untuk dinyatakan pada zaman akhir. Semua sudah siap seperti ini,
akankah kita tetap tidak siap? Semua persiapan ini dibuat untuk kita, jadi bila
kita datang dengan sikap yang tepat, masakan kita tidak akan disambut? Sebab
itu datanglah, oh, datanglah ke perjamuan kawin ini, kami menasihatkan kamu,
supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah (2Kor. 6:1).
III.
Sikap dingin yang sering dijumpai Injil Kristus di antara anak-anak manusia
ditunjukkan oleh sikap dingin terhadap berita yang disampaikan dan sikap garang
terhadap si pembawa berita itu sendiri. Dalam hal ini, baik raja maupun
mempelai laki-laki kerajaan sama-sama terhina. Hal ini terutama menggambarkan
orang-orang Yahudi yang menolak nasihat Allah bagi diri mereka sendiri, dan
lebih jauh lagi melukiskan penghinaan dan perlawanan banyak orang di segala
zaman terhadap Injil Kristus.
Berita
itu diabaikan begitu saja (ay. 3). Orang-orang itu tidak mau datang.
Perhatikan, alasan mengapa orang-orang berdosa tidak datang kepada Kristus dan
tidak diselamatkan oleh-Nya, bukanlah karena mereka tidak bisa datang, tetapi
sebab mereka memang tidak mau datang (Yoh. 5:40). Kamu tidak mau datang
kepada-Ku. Hal ini akan semakin memperparah kesengsaraan orang-orang berdosa.
Seharusnya mereka akan mendapat kebahagiaan dengan datang kepada-Nya, tetapi
mereka sendirilah yang menolaknya. Aku mau, tetapi kamu tidak mau. Ini masih
belum semuanya (ay. 5), orang-orang itu tidak mengindahkannya. Mereka pikir
tidak ada gunanya untuk datang. Sangka mereka, para pembawa berita itu terlalu
membesar-besarkan alasannya. Biarkan saja mereka membesar-besarkan segala
persiapan pesta itu, kita juga bisa berpesta sendiri di rumah. Perhatikanlah,
tidak mengindahkan Kristus dan keselamatan besar yang diadakan-Nya merupakan
dosa besar dari dunia ini. Amelesantes -- Mereka tak acuh. Perhatikanlah,
banyak orang binasa dalam kekekalan hanya karena mereka tidak peduli, tidak mau
berpaling, hanya mau bersikap masa bodoh dan tak acuh terhadap masalah-masalah
jiwa mereka.
Alasan
mengapa mereka tidak mengindahkan perjamuan kawin tersebut adalah karena mereka
memiliki sesuatu yang dianggap lebih penting sehingga mereka lebih
memperhatikan hal itu. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus
usahanya. Perhatikanlah, usaha dan keuntungan pekerjaan duniawi terbukti telah
menjadi hambatan besar bagi banyak orang untuk mendekati Kristus. Tak seorang
pun mengindahkan perjamuan itu, masing-masing mencari alasannya sedapat mungkin
(Luk. 14:18). Orang-orang desa harus memelihara ladang-ladang mereka, dan ada
saja yang harus dikerjakan di sana. Orang-orang kota harus menjaga kedai-kedai
mereka dan berdagang, mereka harus berdagang serta mendapat untung. Sungguh
benar bahwa baik petani maupun pedagang harus rajin dalam menjalankan usaha
mereka, tetapi hal-hal itu tidak boleh menghalangi mereka untuk menjadikan
urusan kerohanian menjadi hal yang terutama dalam kehidupan mereka. Licitis
perimus omnes -- Hal-hal yang boleh dilakukan ini akan merugikan kita, bila
dikelola dengan cara yang tidak benar. Ketika kita begitu terpaku untuk
khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, kita bisa mengabaikan satu
hal yang benar-benar diperlukan. Perhatikan baik-baik, kota dan desa memiliki
godaan masing-masing, usaha jual beli di satu sisi dan ladang-ladang di sisi
lain. Sebab itu, apa pun yang kita miliki di dunia ini harus tetap berada di
luar hati kita, jangan sampai menjadi penghalang di antara kita dan Kristus.
Para
pembawa berita itu diperlakukan dengan kejam dan tidak semena-mena. Orang-orang
yang lain, atau orang-orang selebihnya, yaitu mereka yang tidak pergi berladang
atau berdagang, juga bukan petani atau pedagang, melainkan para alim ulama,
yaitu para ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan imam-imam kepala itulah yang
menjadi penyiksa para pembawa berita itu. Merekalah yang menangkap hamba-hamba
itu, menyiksa dan membunuh mereka. Dalam perumpamaan ini memang tidak
diceritakan bagaimana kejam dan biadabnya perlakuan mereka itu terhadap
hamba-hamba raja yang datang untuk mengundang mereka ke perjamuan. Tetapi,
kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang berjalan begitu indah karena
membawa berita damai sejahtera untuk merayakan hari raya (Nah. 1:15),
diperlakukan sama dengan kotoran segala sesuatu (1Kor. 4:13). Para nabi dan
Yohanes Pembaptis telah dianiaya demikian. Juga para rasul dan pelayan Kristus
mengalami hal yang sama. Orang-orang Yahudi, secara langsung atau tidak, adalah
pelaku sebagian besar penganiayaan terhadap para pemberita Injil mula-mula.
Lihat saja sejarah Kisah Para Rasul, yang berisi berbagai penderitaan yang
menimpa para rasul tersebut.
IV.
Penghancuran habis-habisan yang dialami umat dan bangsa Yahudi digambarkan di
sini sebagai pembalasan sang raja yang menjadi murka dan menyerang para
pembangkang yang keterlaluan ini (ay. 7). Maka murkalah raja itu. Karena
menolak Injil, orang-orang Yahudi, yang dahulunya adalah umat yang dikasihi dan
diberkati Allah, menjadi generasi yang harus berhadapan dengan murka dan kutuk
Allah. Murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:16).
Sekarang
perhatikan baik-baik di sini:
Apakah
dosa terberat yang membawa kehancuran itu? Dosa menjadi pembunuh. Raja itu
tidak mengatakan bahwa ia membinasakan orang-orang yang tidak mengindahkan
panggilannya, tetapi ia membinasakan para pembunuh hamba-hambanya. Seolah-olah
Allah lebih mengindahkan kehidupan para hamba-hamba-Nya daripada kehormatan
Injil-Nya. Siapa yang menjamah mereka, menjamah biji mata-Nya. Perhatikanlah,
penyiksaan pelayan-pelayan Kristus yang setia merupakan kesalahan yang lebih
besar dibandingkan kesalahan lainnya. Membuat Yerusalem penuh dengan darah
orang-orang yang tidak bersalah merupakan dosa Manasye dan Tuhan tidak mau
mengampuninya (2Raj. 24:4).
Kehancuran
itu sendiri seperti apa. Ia menyuruh pasukannya. Pasukan Romawi adalah
pasukan-Nya, yang dibangkitkan dan diutus-Nya melawan umat yang dimurkai-Nya.
Ia memberi mereka tugas untuk melakukan perampasan dan penjarahan (Yes. 10:6).
Allah adalah Tuhan atas umat manusia, dan Ia berhak memanfaatkan mereka seturut
kemauan-Nya untuk melayani maksud-maksud-Nya, sekalipun mereka sendiri tidak
demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya (Yes. 10:7; Mi.
4:11-12). Pasukannya membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar habis kota
mereka. Perumpamaan ini menunjukkan dengan jelas penghancuran terhadap
orang-orang Yahudi dan pembakaran Yerusalem oleh orang-orang Romawi empat puluh
tahun setelah ini. Belum pernah ada penghancuran sedahsyat ini, juga akibat
pedang dan api yang begitu mengerikan. Meskipun Yerusalem pernah menjadi kota
suci, kota yang dipilih Allah untuk membuat nama-Nya tinggal di sana, kota yang
indah permai, yang menjadi kegirangan bagi seluruh bumi, namun kini kota ini
sudah menjadi sundal, dan tidak ada lagi kebenaran di dalamnya, selain penuh
dengan para pembunuh, bahkan pembunuh yang paling sadis. (Begitulah yang
dikatakan oleh Nabi Yesaya [Yes. 1:21].) Penghukuman datang ke atas kota ini,
dihancurkan tanpa dipulihkan, dan menjadi contoh bagi semua pihak yang
menentang Kristus dan Injil-Nya. Itulah yang dilakukan Tuhan untuk membalas
perbuatan kebencian terhadap perjanjian-Nya.
Di
sini kita membaca tentang:
Keluhan
tuan pemilik perjamuan terhadap orang-orang yang pertama kali diundang (ay. 8).
Perjamuan kawin telah siap, perjanjian anugerah siap untuk disahkan, sebuah
jemaat siap didirikan. Tetapi orang-orang yang pertama-tama diundang, yaitu
orang-orang Yahudi, yang bagi merekalah perjanjian dan janji-janji itu
ditujukan, yang terlebih dahulu diundang ke perjamuan dengan hidangan yang
berlimpah, ternyata tidak layak untuk itu. Mereka sama sekali sungguh tidak
layak. Dengan menghina Kristus, mereka telah membatalkan semua hak istimewa
yang dimaksudkan untuk mereka dengan undangan itu. Perhatikanlah, bukan karena
Allah, orang-orang berdosa binasa, tetapi itu akibat ulah mereka sendiri. Jadi,
ketika tanah Kanaan sudah dalam jangkauan mata bangsa Israel, sebenarnya tanah
perjanjian itu telah siap, susu dan madu juga telah siap, tetapi
ketidakpercayaan dan gerutu mereka, serta kutukan mereka terhadap tanah yang
menyenangkan itu menghalangi mereka sehingga mayat-mayat mereka dibiarkan
binasa di padang belantara. Dan semuanya ini telah menimpa mereka sebagai
contoh (1Kor. 10:11; Ibr. 3:16-4:1).
Tugas
yang ia berikan kepada hamba-hambanya untuk mengundang tamu-tamu lain. Penduduk
kota itu telah menolak (ay. 7). Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan
jalan, ke jalan bangsa lain yang sebelumnya tidak masuk hitungan (10:5). Jadi,
dengan jatuhnya bangsa Yahudi, keselamatan datang kepada bangsa-bangsa lain
(Rm. 11:11-12; Ef. 3:8). Perhatikanlah, Kristus tetap akan mendirikan
Kerajaan-Nya di dunia ini, meskipun banyak yang menolak anugerah dan melawan
kekuasaan Kerajaan itu. Meskipun Israel tidak berhasil dikumpulkan, Ia akan
dipermuliakan. Penawaran Kristus dan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain
ternyata:
(1)
Tidak terduga dan tidak diharapkan; ia mendatangkan kejutan bagi para musafir
di jalanan yang tiba-tiba mendapat undangan untuk ikut perjamuan kawin.
Berabad-abad lamanya orang-orang Yahudi telah memperhatikan Injil, mereka
menanti-nantikan Sang Mesias dan Kerajaan-Nya, tetapi semuanya itu merupakan
hal baru bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi, sesuatu yang tidak pernah mereka
dengar sebelumnya (Kis. 17:19-20), sehingga mereka tidak merasa memilikinya
(Yes. 65:1-2).
(2)
Undangan itu ditujukan bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Pergi dan
undanglah setiap orang yang kamu jumpai. Jalan-jalan merupakan tempat umum, dan
di sanalah Hikmat berseru-seru (Ams. 1:20). "Bertanyalah kepada
orang-orang yang lewat di jalan, bertanyalah kepada siapa saja (Ayb. 21:29), dari
kalangan tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak dan orang merdeka, muda dan
tua, bangsa Yahudi dan bangsa bukan-Yahudi, katakan kepada mereka semua bahwa
mereka bisa menerima hak-hak istimewa Injil sesuai persyaratan Injil. Siapa
saja yang bersedia, biarlah ia datang, tanpa kecuali."
Keberhasilan
undangan kedua ini. Bila ada yang tidak mau datang, yang lain bersedia (ay.
10), mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya. Para hamba itu mematuhi
perintah yang mereka terima. Yunus diutus ke jalan-jalan, tetapi ia begitu
mencintai kehormatan negerinya sehingga ia menghindar dari tugas itu. Sementara
para rasul Kristus, meskipun mereka adalah orang-orang Yahudi, lebih
mendahulukan pelayanan Kristus daripada rasa hormat kepada bangsa mereka
sendiri. Begitu pula Rasul Paulus, meskipun ia menangisi bangsa Yahudi, ia
menjunjung tinggi tugasnya sebagai rasul bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi.
Mereka mengumpulkan semua orang.
Rancangan
Injil adalah:
(1)
Untuk mengumpulkan dan menghimpunkan jiwa-jiwa, bukan hanya bangsa Yahudi saja,
tetapi semua anak-anak Allah yang tercerai-berai (Yoh. 11:52), domba-domba lain
yang bukan dari kandang ini (Yoh. 10:16). Mereka dikumpulkan dalam satu tubuh,
satu keluarga, satu perhimpunan.
(2)
Mengumpulkan mereka bersama-sama untuk perjamuan kawin, untuk mengadakan
kunjungan kehormatan kepada Kristus, dan untuk mengambil bagian dalam hak-hak
istimewa yang ada dalam kovenan atau perjanjian baru. Di mana ada sedekah, di
sanalah orang-orang miskin berkumpul.
Sekarang,
tamu-tamu yang dikumpulkan adalah:
[1]
Orang banyak, semua orang, sebanyak yang bisa dijumpai hamba-hamba itu. Begitu
banyaknya sampai penuhlah ruang perjamuan itu. Orang-orang Yahudi yang
dimeteraikan dapat dihitung jumlahnya, tetapi yang berasal dari bangsa-bangsa
lain tidak terhitung banyaknya, yakni suatu kumpulan yang luar biasa besarnya
(Why. 7:9; Yes. 60:4, 8).
[2]
Kumpulan orang banyak yang bercampur baur, baik orang-orang jahat maupun
orang-orang baik. Sebelum mengaku percaya, beberapa orang adalah orang-orang bijaksana
dan terpelajar, seperti orang-orang Yunani yang takut kepada Allah (Kis. 17:4)
dan Kornelius. Sedangkan yang lain adalah orang-orang yang dahulu hidup tidak
senonoh, seperti orang-orang Korintus (1Kor. 6:11). Beberapa orang di antara
kamu demikianlah dahulu. Ada juga yang setelah mengaku percaya ternyata tetap
berlaku buruk, tidak berbalik kepada Tuhan dengan segenap hatinya, hanya
berpura-pura belaka. Selebihnya adalah orang-orang jujur dan tulus yang berasal
dari kelompok orang benar. Para pelayan Tuhan yang menebarkan jala Injil akan
menangkap ikan yang baik maupun ikan yang tidak baik, tetapi Tuhan mengenal
siapa kepunyaan-Nya.
VI.
Tentang kaum munafik yang berada di dalam jemaat, tetapi tidak berasal dari
jemaat itu. Orang-orang demikian disebut hidup, tetapi sebenarnya tidak hidup.
Dalam perumpamaan ini mereka dilukiskan seperti tamu yang tidak berpakaian
pesta, salah seorang jahat yang ikut dikumpulkan. Orang yang tidak mendapat
bagian dalam keselamatan Kristus adalah mereka yang bukan hanya menolak untuk
memberi pengakuan iman, tetapi juga yang hatinya tidak bersungguh-sungguh dalam
pengakuannya.
KEMUNAFIKAN
DALAM IBADAH
Perhatikan
baik-baik soal orang munafik ini: Bagaimana
ia ditemukan sebagai orang munafik (ay. 11).
(1)
Raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, untuk menyambut mereka yang
datang dengan persiapan, dan mengusir mereka yang datang tanpa persiapan. Allah
sorgawi menaruh perhatian khusus terhadap mereka yang mengaku percaya dan
mempunyai tempat dan nama di dalam jemaat yang tampak di bumi ini. Tuhan Yesus
berjalan di antara kaki dian emas dan karena itu mengetahui segala pekerjaan
mereka (Why. 2:1-2; Kid. 7:12). Biarlah hal ini menjadi peringatan bagi kita
dalam hal kemunafikan, karena yang tersamar akan segera terungkap, dan setiap
orang akan tampil dengan sifatnya yang sebenarnya. Juga, supaya hal ini menjadi
dorongan bagi kita untuk selalu bersikap tulus, karena Allah-lah yang menjadi
saksi atas sikap kita.
Perhatikan,
orang munafik ini tidak pernah diketahui tidak mengenakan pakaian pesta sampai
raja itu sendiri masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu. Perhatikanlah, hanya
Allah saja yang memiliki hak khusus untuk mengetahui siapa yang hatinya
bersungguh-sungguh dalam pengakuan mereka, dan siapa yang tidak. Dengan
berbagai cara kita bisa saja tertipu dalam menilai orang, tetapi Ia tidak akan
keliru. Hari
penghakiman akan menjadi hari pengungkapan besar, ketika semua tamu
diperhadapkan dengan Sang Raja. Ia akan memisahkan antara yang baik dan yang
tidak baik (25:33), segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan
menjadi nyata, dan kita bisa membedakan dengan sempurna antara orang benar dan
orang jahat, yang sekarang tidak mudah kita lakukan. Jadi semua tamu harus
mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi pemeriksaan yang saksama ini,
dan berpikir-pikir apakah mereka bisa lulus dari mata Allah yang tajam dalam
pemeriksaan hati ini.
(2)
Begitu masuk, sang raja langsung menemukan orang munafik itu. Ia melihat
seorang yang tidak berpakaian pesta. meskipun hanya seorang, matanya segera
dapat mengenalinya. Tidak ada harapan untuk lolos dari penangkapan keadilan
ilahi dengan cara bersembunyi di dalam kerumunan orang banyak. Ia tidak
berpakaian pesta, ia tidak berpakaian seperti layaknya orang yang mengikuti
upacara perkawinan khidmat, ia tidak mengenakan pakaiannya yang terbaik.
Perhatikanlah, banyak yang datang dengan tidak berpakaian pesta. Bila Injil menjadi
perjamuan perkawinan, maka pakaian pesta pernikahan itu menjadi kerangka hati
dan sikap hidup yang sepadan dengan Injil dan pengakuan percaya kita akan Injil
itu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan
panggilan itu (Ef. 4:1), hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus
(Flp. 1:27). Perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus, kesucian
dan penyucian mereka, serta pribadi Kristus membuat mereka layak, dan itu
adalah kain lenan halus (Why. 19:8). Orang ini tidak dalam keadaan
telanjang, atau berpakaian kotor. Ia mengenakan pakaian, hanya saja, bukan
pakaian pesta. Mereka, dan hanya mereka yang mengenakan Tuhan Yesus, yang
memiliki pola pikir Kristiani, yang dihiasi dengan anugerah Kristiani, yang
hidup dengan iman di dalam Kristus, dan yang menjadikan Dia di atas
segala-galanya, mereka inilah yang memiliki pakaian pesta perkawinan.
Pemeriksaan
atas orang ini (ay. 12).
Di
sini kita bisa mengamati dengan cermat:
(1)
Bagaimana orang ini dipersalahkan (ay. 12), Hai saudara, bagaimana engkau masuk
ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Sebuah pertanyaan mengejutkan
bagi orang yang membanggakan dirinya sendiri di tempat yang dianggapnya aman
dalam perjamuan itu. Saudara! Sepatah kata yang tajam, tampaknya seperti
sahabat, pura-pura bersahabat, seorang sahabat dalam pengakuan, dalam ikatan
dan kewajiban menjadi seorang sahabat. Perhatikanlah, banyak orang di dalam jemaat menjadi
sahabat palsu bagi Yesus Kristus. Mereka ini berkata bahwa mereka mengasihi Dia
tetapi hatinya tidak bersama Dia. Bagaimana engkau masuk ke mari?
Raja ini tidak menyalahkan hamba-hambanya yang membiarkan orang ini masuk ke
dalam perjamuan (pakaian pesta perkawinan itu adalah soal di dalam hati,
sedangkan para pelayan hanya bertindak sesuai dengan apa yang mereka ketahui
dari luarnya saja). Raja ini memeriksa alasannya menyelinap masuk. Ketika ia
mengetahui hati orang ini tidak jujur, ia berkata, "Berani-beraninya
engkau menuntut bagian berkat Injil, sementara engkau tidak menghormati
aturan-aturan Injil? Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku?" (Mzm.
50:16-17). Perbuatan-perbuatan semacam itu mencemari perjamuan, tidak
menghormati mempelai laki-laki, menghina tamu-tamu lain, dan mendatangkan aib
bagi mereka sendiri. Sebab itu, bagaimana engkau masuk ke mari? Perhatikanlah,
akan tiba saatnya orang-orang munafik diminta mempertanggungjawabkan semua
gangguan yang mereka lakukan dengan pongahnya terhadap ketetapan-ketetapan
Injil dan perampasan hak-hak istimewa Injil. Siapakah yang menuntut itu dari
padamu? (Yes. 1:12). Memandang rendah hari-hari Sabat dan menyalahgunakan
sakramen harus dimintai pertanggungjawaban, dan hukuman harus dijatuhkan ke
atas tindakan penyia-nyiaan yang dilakukan oleh mereka yang membuat menjadi
sia-sia anugerah Allah yang telah mereka terima. "Bagaimana engkau datang
ke meja Tuhan pada saat seperti ini, dengan tidak merendahkan diri dan
menyucikan diri? Apa yang mendorongmu duduk di hadapan nabi-nabi Allah, seperti
yang dilakukan umat-Nya, sementara hatimu mengikuti keserakahanmu? Bagaimana
engkau masuk ke mari? Bukan melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok,
seperti seorang pencuri atau perampok. Ini namanya masuk dengan cara jahat,
memiliki tanpa punya hak." Perhatikanlah, sangat baik bagi mereka yang menjadi
anggota jemaat untuk sering memeriksa diri sendiri, "Bagaimana aku masuk
ke mari? Apakah aku mengenakan pakaian pesta perkawinan?" Kalau kita
menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
(2)
Bagaimana orang itu dinyatakan bersalah, orang itu diam saja: ephimÅthe -- ia
diberangus (itulah kata yang digunakan dalam 1Kor. 9:9). Orang itu terdiam
karena dakwaan terhadap dirinya, dinyatakan bersalah dan dihukum oleh hati
nuraninya sendiri. Mereka yang tinggal di dalam jemaat, dan mati tanpa Kristus,
tidak akan mampu mengucapkan sepatah kata pun bagi diri mereka sendiri pada
saat hari penghakiman yang besar. Tidak akan ada ampun bagi mereka, sekalipun
mereka memohon, "Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu" (Luk.
13:26), yang sama saja dengan mengakui diri sendiri bersalah. Kejahatan yang
membuat mereka dihukum adalah menyerobot masuk ke hadirat Kristus, dan menuju
meja-Nya sebelum mereka dipanggil. Mereka yang belum pernah mendengar berita
tentang perjamuan kawin ini akan lebih punya banyak alasan. Dosa mereka lebih
dapat dimaafkan, dan hukuman terhadap mereka pun lebih dapat dipertimbangkan.
Namun, tidak demikianlah halnya dengan mereka yang datang tanpa berpakaian
pesta, karena mereka telah berdosa terhadap terang yang sudah sedemikian
menerangi mereka dan kasih yang sudah sedemikian mengasihi mereka.
Hukuman
sang raja (ay. 13), Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke
dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak
gigi.
(1)
Ia diperintahkan untuk diikat layaknya penjahat yang terhukum, dibelenggu dan
dirantai. Mereka yang tidak bekerja dan berjalan sebagaimana seharusnya akan
diikat tangan dan kaki mereka. Terdapat jenis ikatan di dunia ini yang
dilakukan oleh hamba-hamba dan pelayan-pelayan Tuhan terhadap saudara seiman
yang tidak berjalan dalam kebenaran dan hanya mempermalukan iman Kristen.
Ikatan semacam ini dinamakan mengikat mereka (18:18). "Ikatlah mereka agar
tidak mengambil bagian dalam ketetapan-ketetapan khusus dan hak-hak istimewa
sebagai anggota jemaat, ingatkan mereka akan penghukuman Allah yang adil."
Pada hari penghakiman, orang-orang munafik akan diikat; para malaikat akan
mengumpulkan dan mengikat lalang dan dibakar dalam api (13:41). Orang-orang
berdosa diikat tangan dan kaki mereka oleh hukuman yang tidak dapat diubah
lagi. Ini seperti bentangan jurang yang tak terseberangi; mereka tidak bisa
menolak dan juga tidak bisa mengubah hukuman mereka.
(2)
Ia diperintahkan untuk dibawa pergi dari perjamuan kawin itu, bawalah ia pergi.
Ketika kejahatan orang-orang munafik menjadi tampak, mereka akan dikeluarkan
dari persekutuan orang-orang setia, dipotong seperti ranting yang tidak
berbuah. Hal ini berbicara mengenai hukuman kebinasaan di dunia lain; mereka
akan dibawa pergi dari hadapan raja itu, dari kerajaan itu, dari perjamuan
kawin itu. Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk. Hal itu
akan memperburuk kesengsaraan mereka, seperti perwira, ajudan raja, yang tidak
percaya itu (2Raj. 7:2), mereka akan melihatnya dengan mata mereka sendiri,
tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya. Perhatikanlah, mereka yang tidak
menjalankan kehidupan Kekristenan dengan layak, akan kehilangan semua
kebahagiaan yang selalu mereka tuntut. Mereka hanya akan menghibur diri sendiri
dengan harapan yang tanpa dasar.
(3)
Ia diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam sel bawah tanah yang penuh dengan
dukacita, campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sini
Juruselamat kita tanpa segan-segan membentangkan maksud perumpamaan ini, yakni kutukan
bagi orang-orang munafik di dunia lain. Neraka adalah kegelapan yang paling
gelap, kegelapan di luar sorga yang adalah tempat terang. Atau, kegelapan yang
kelam, kegelapan yang teramat pekat, tanpa sedikit pun berkas sinar atau
harapan di dalamnya. Sama seperti yang pernah terjadi di Mesir, kegelapan yang
bisa diraba, kekelaman kegelapan, tempat yang kelam pekat (Ayb. 10:22).
Perhatikanlah, dengan tuntunan terang Injil itu sendiri orang-orang munafik itu
akan menuju kegelapan yang paling gelap, dan neraka yang benar-benar neraka
akan tersedia bagi orang-orang yang demikian, sebuah hukuman yang tak
tertanggungkan, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Hal ini sering
digunakan Juruselamat kita untuk menggambarkan bagaimana rupanya siksaan neraka,
yang ditimbulkan terutama bukan karena kesengsaraan itu sendiri, melainkan oleh
rasa bersalah yang terus-menerus menekan orang-orang berdosa di sana. Akan ada
ratap sebagai ungkapan kesengsaraan dan penderitaan yang dalam. Ini bukanlah
derai air mata yang membawa kelegaan, tetapi ratap yang tidak berkesudahan
karena siksaan yang terus berlangsung. Akan ada kertak gigi sebagai ungkapan
amukan dan amarah yang hebat. Mereka akan seperti lembu hutan kena jaring,
mereka diliputi kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:20; 8:21-22). Karena itu
biarlah kita mendengar dan menjadi takut.
Akhirnya,
perumpamaan ini ditutup dengan kata-kata terkenal seperti yang pernah kita baca
sebelumnya (20:16), banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (ay.
14). Dari sekian banyak orang yang dipanggil ke perjamuan kawin, bila Anda
memisahkan semua yang tidak terpilih karena tidak mengindahkan undangan itu dan
dengan terus terang menyatakan lebih menyukai hal-hal lain yang sudah ada
sebelumnya, jika Anda memisahkan mereka yang mengaku percaya, tetapi watak pola
pikir serta kecenderungan umum perilaku mereka bertolak belakang dengan
pengakuan percaya mereka, jika Anda memisahkan semua orang yang hidup tidak
senonoh serta semua orang munafik, maka Anda akan melihat betapa sedikit, sungguh
teramat sedikit jumlah mereka yang terpilih. Banyak yang dipanggil ke perjamuan
kawin, tetapi hanya sedikit yang terpilih, yaitu mereka yang mengenakan pakaian
pesta, mereka yang diselamatkan dalam Roh yang menguduskan mereka. Inilah pintu
yang sesak dan jalan yang sempit, hanya sedikit orang yang menemukannya.======
Gbu all =======
Tidak ada komentar:
Posting Komentar