AWAL PELAYANAN YESUS
I. Gambaran umum
mengenai pengajaran Yesus di Galilea
Hanya Yohanes yang
memberikan laporan tentang pengajaran-Nya di Yudea, yaitu sebelum pengajaran di
Galilea ini (Yoh. 2 dan 3). Hal ini tidak dilakukan oleh penulis-penulis Injil
lainnya, yang terutama hanya menceritakan apa yang terjadi di Galilea, sebab
peristiwa di Galilea ini yang paling tidak diketahui orang di Yerusalem.
Amatilah:Pdm.Yoel Giban,M.Pd.K
Saat Yesus mulai berkhotbah di Galilea, yaitu sesudah Yohanes ditangkap. Ketika Yohanes selesai memberikan kesaksiannya, Yesus mulai memberikan kesaksian-Nya sendiri. Perhatikanlah, pembungkaman terhadap para pelayan Kristus tidak akan mampu menahan pemberitaan Injil Kristus. Jika ada beberapa yang tersingkir, akan bangkit pula yang lain, yang bahkan mungkin lebih perkasa lagi, untuk melanjutkan pekerjaan yang sama.
Hal apa yang dikhotbahkan-Nya, yaitu Injil tentang Kerajaaan Allah. Kristus datang untuk menegakkan kerajaan Allah di antara manusia, agar mereka bisa ditundukkan kepadanya serta memperoleh keselamatan di dalamnya. Kristus melakukannya dengan cara mengabarkan Injil-Nya dengan disertai kuasa. Perhatikanlah:
(1) Kebenaran agung yang dikhotbahkan Kristus; Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Hal ini merujuk kepada Perjanjian Lama, yang di dalamnya kerajaan Mesias dijanjikan dan waktu yang ditetapkan untuk memperkenalkannya. Orang-orang pada waktu itu tidak mengenal nubuat-nubuat tersebut dengan baik serta tidak memerhatikan dengan sungguh tanda-tanda zaman sehingga tidak bisa memahaminya. Oleh sebab itu Kristus memberitahukan kepada mereka, "Waktu yang ditetapkan itu sudah dekat; terang ilahi, kehidupan, dan kasih ilahi yang mulia akan dinyatakan sekarang; suatu dispensasi baru yang jauh lebih rohani dan sorgawi daripada yang selama ini kalian alami akan dimulai sekarang." Perhatikanlah, Allah menjaga waktu; ketika waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Visi atau penglihatan itu adalah tentang suatu waktu yang ditentukan, yang akan ditepati dengan cermat, meskipun berlanjut terus melampaui zaman kita.
(2) Tugas-tugas besar yang disimpulkan dari khotbah-Nya. Kristus membantu mereka memahami zaman, agar mereka bisa mengetahui apa yang harus diperbuat oleh orang Israel. Dengan hati yang menggebu-gebu mereka menantikan Mesias datang dalam kemegahan dan kuasa lahiriah, bukan saja untuk membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan orang Romawi, melainkan juga untuk menguasai seluruh negara tetangga. Oleh sebab itu mereka berpikir, bila Kerajaan Allah sudah dekat, mereka harus siap-siap berperang, untuk menggapai kemenangan, kedudukan tinggi, serta hal-hal besar di dunia ini. Tetapi Kristus memberi tahu mereka bahwa dalam menyambut kerajaan yang sedang mendekat itu, mereka harus bertobat dan percaya kepada Injil. Mereka telah melanggar hukum moral dan tidak dapat diselamatkan melalui kovenan sebelum Kejatuhan, sebab baik orang Yahudi maupun bukan-Yahudi sudah dinyatakan bersalah. Karena itu, mereka harus memanfaatkan kovenan anugerah, menyerahkan diri kepada hukum yang menyembuhkan, yaitu bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Mereka tidak memanfaatkan sarana pemeliharaan yang telah ditetapkan, dan oleh sebab itu mereka harus beralih kepada sarana pemulihan yang ditentukan. Melalui pertobatan kita harus meratapi dan meninggalkan dosa-dosa kita, dan melalui iman kita harus menerima pengampunan dosa. Melalui pertobatan kita harus memberikan kemuliaan kepada Pencipta yang telah kita lukai hati-Nya; melalui iman kita harus memberikan kemuliaan kepada Penebus kita yang telah datang untuk menyelamatkan kita dari dosa kita. Keduanya harus berjalan bersama. Kita juga tidak boleh berpikir bahwa memperbarui hidup tanpa percaya kepada kebenaran dan anugerah Kristus akan menyelamatkan kita, atau bahwa percaya kepada Kristus tanpa memperbarui hati dan hidup kita bisa menyelamatkan kita. Kristus telah mempersatukan keduanya, dan jangan ada orang yang berpikir untuk memisahkannya. Kedua hal itu akan saling menopang dan melengkapi. Pertobatan akan memicu iman, dan iman akan membuat pertobatan itu menjadi penuh sesuai maksud Injil. Kesungguhan pertobatan dan iman harus diperlihatkan melalui ketaatan hati yang terus-menerus terhadap semua perintah Allah. Demikianlah penyampaian Injil dimulai dan berlanjut, dan panggilannya masih tetap berbunyi, "Bertobatlah dan percayalah, dan jalanilah suatu kehidupan yang dipenuhi pertobatan dan kehidupan yang dipenuhi iman."
II. Pemunculan Yesus Kristus sebagai guru, dan Ia memanggil murid-murid (ay.16-20)
Alat-alat yang dipilih Yesus untuk turut menegakkan kerajaan-Nya adalah mereka yang lemah dan bodoh bagi dunia, bukan yang dipanggil dari kaum Sanhedrin yang hebat, atau dari sekolah-sekolah rabi, tetapi dipilih dari antara nelayan di danau, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu sepenuhnya berasal dari Allah, sedikit pun bukan dari mereka sendiri.
Walaupun Yesus sebenarnya tidak membutuhkan bantuan manusia, Ia berkenan memakai kita untuk menegakkan kerajaan-Nya, agar Ia bisa memperlakukan kita bukan dengan cara yang keras, melainkan dengan akrab, dan agar di dalam kerajaan-Nya orang yang memerintah dan orang yang berkuasa akan bangkit dari tengah-tengah mereka (Yer. 30:21).
Yesus menaruh hormat pada mereka yang meskipun rendah di mata dunia, namun bergiat dalam pekerjaan, dan saling mengasihi. Mereka inilah yang dipanggil-Nya. Ia menjumpai mereka sedang bekerja bersama-sama. Kerajinan dan persatuan memang baik dan menyenangkan, dan di situlah Tuhan Yesus menurunkan berkat, bahkan berkat yang satu ini, "Ikutlah Aku."
Pekerjaan para pelayan Tuhan adalah menjala manusia, dan memenangkan mereka bagi Kristus. Secara alamiah, anak-anak manusia terhilang, mengembara tanpa tujuan di samudra dunia ini, dan terseret arus hingga jauh. Mereka ini manusia celaka. Bagaikan Lewiatan, mereka bermain-main di dalamnya, dan sering kali, seperti halnya ikan-ikan di laut, mereka saling menelan. Para hamba Tuhan, melalui pengabaran Injil, menebarkan jala ke dalam air (Mat. 13:47). Sebagian tertangkap dan dibawa ke pantai, namun ada lebih banyak lagi yang berhasil lolos. Para nelayan bekerja membanting tulang dan berhadapan dengan marabahaya, demikian pula halnya dengan para hamba Tuhan; dan mereka ini membutuhkan hikmat. Bila penjalaan sering kali tidak mampu membawa pulang tangkapan, mereka tetap harus terus berjuang.
Mereka yang dipanggil Kristus harus meninggalkan segalanya untuk mengikut Dia, dan melalui anugerah-Nya Ia menuntun mereka untuk melakukannya. Ini tidak berarti bahwa kita harus segera keluar dari dunia, tetapi kita tidak boleh terikat dengan dunia, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kewajiban kita kepada Kristus dan yang menyebabkan kerugian bagi jiwa kita. Markus menaruh perhatian pada Yakobus dan Yohanes, bahwa mereka bukan saja meninggalkan ayah mereka (yang juga bisa kita baca dalam Injil Matius), tetapi juga orang-orang upahannya, yang boleh jadi mereka sayangi seperti saudara sendiri karena telah menjadi teman sekerja dan sahabat yang menyenangkan. Bukan saja kerabat, tetapi sahabat dan kenalan lama pun harus ditinggalkan demi Kristus. Mungkin ini juga menunjukkan perhatian mereka terhadap sang ayah, bahwa mereka tidak meninggalkannya begitu saja, melainkan menyisakan orang-orang upahan itu bersamanya. Grotius berpendapat bahwa hal ini disebutkan sebagai bukti bahwa panggilan mereka menguntungkan bagi mereka, sebab mereka rela untuk tetap memberikan upah kepada para pelayan untuk membantu mereka, dan walaupun tangan mereka sendiri mungkin akan kosong, mereka tetap memilih pergi.
III. Uraian khusus mengenai khotbah-Nya di Kapernaum, salah satu kota di Galilea
Walaupun Yohanes Pembaptis memilih untuk berkhotbah di padang gurun, dan melakukannya dengan baik dan berhasil, namun ini bukan berarti bahwa Yesus juga harus melakukan hal yang sama. Meskipun kecondongan hati dan kesempatan para hamba Tuhan bisa sangat berbeda, namun keduanya berjalan dalam tugas yang sama dan kedua-duanya sama-sama berguna. Perhatikanlah:
Waktu Kristus tiba di Kapernaum, Ia segera bekerja di situ dan mengambil kesempatan pertama itu untuk mengabarkan Injil. Orang yang prihatin untuk tidak mau kehilangan waktu adalah orang yang sadar bahwa ada begitu banyak pekerjaan yang harus dia lakukan, dan begitu sedikit waktu yang tersedia.
Kristus sangat saleh dalam memperhatikan segala ketetapan perhentian hari Sabat, namun tanpa mengikat diri dengan segala macam tradisi para tetua. Sebaliknya, Ia memberikan diri untuk melakukan Sabat secara berlimpah (yang jauh lebih baik daripada tradisi para tetua itu), menurut tujuan sejati dari ditetapkannya hari Sabat itu.
Hari Sabat harus dikuduskan dalam ibadah jemaat bila kita mempunyai kesempatan. Ini adalah hari yang kudus, yang harus dihormati dengan pertemuan kudus. Ini cara terbaik yang dilakukan sejak waktu dulu (Kis. 13:27; 15:21). Pada hari Sabat, pois sabbasin -- pada hari-hari Sabat, setiap hari Sabat, sebagaimana seharusnya, Ia masuk ke dalam rumah ibadat.
Dalam ibadah pada hari-hari Sabat, Injil harus diberitakan kepada mereka yang bersedia belajar tentang kebenaran yang sesungguhnya yang ada dalam Yesus.
Kristus bukanlah pengkhotbah biasa; Ia tidak berkhotbah seperti ahli-ahli Taurat, yang menguraikan hukum Musa secara menghafal, bagaikan anak sekolah yang hanya menghafalkan pelajarannya namun tidak mengenalnya dengan baik (Paulus sendiri, saat masih menjadi seorang Farisi, juga tidak mengenal Taurat), dan juga tidak terpengaruh olehnya. Pengajaran mereka bukan berasal dari dalam hati, dan oleh sebab itu tidak menampakkan kuasa. Namun, Kristus mengajar sebagai orang yang mempunyai kuasa atau wewenang, sebagai orang yang mengenal pikiran Allah dan ditugaskan untuk menyampaikannya.
Di dalam pengajaran Kristus terdapat banyak hal yang menakjubkan, semakin kita mendengarnya, semakin kagum kita dibuatnya. SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar