Senin, 18 Oktober 2021

SETIAP ORANG BERHAK MENGALAMI TUHAN

STANDAR MENGALAMI TUHAN

Matius 15:22 (FAYH)  Seorang wanita Kanaan yang tinggal di tempat itu datang kepada-Nya serta memohon, "Kasihanilah saya, ya Tuhan, Anak Raja Daud! Anak perempuan saya dirasuk roh jahat yang terus-menerus menyiksanya. "

================

Beberapa hamba Tuhan kontemporer (kekinia) berpendapat bahwa setiap orang percaya harus "mengalami Tuhan" secara pribadi. Pernyataan itu tidak salah dan 100% benar adanya. Namum yang menjadi salah adalah penjelasan yang tidak tuntas akan pernyataan itu memgakibatkan kebingungan diantara beberapa orang yang memiliki logika berpikir yang berbeda.

Pertanyaan saya adalah bagaimana saya harus mengalami Tuhan ? Dan adakah standar untuk mengalami Tuhan ? Sebab hamba-hamba Tuhan kontemporer tersebut tidak menetapkan standarnya untuk menjelaskan bagaimana mengalami Tuhan. Sehingga penjelasan tersebut menjadi AMBIGU bagi setiap orang yang mendengarnya. Oleh sebab itu sangat penting bagi saya untuk menjelaskan standar mengalami Tuhan secara etimologis sehingga penjelasan saya tidak menjadi ambigu.

Kata "mengalami" berbeda dengan "menyalami" dan "menyelami" ketiga kata ini dalam penjelasan hampir mirip sehingga beberapa hamba Tuhan tidak menyadari bahwa menjelaskan kata mengalami tetapi sebenarnya dia sedang menjelaskan kata menyelami atau menyalami itulah sebabnya penjelasan menjadi abstrack.

Oleh sebab itu, saya memfokuskan kepada penjelasan kata "mengalami". Definisinya adalah merasahkan atau mengalami kejadiannya. Menjelaskan kata “mengalami” harus meletakkannya pada suatu peristiwa atau kejadian yang dialami oleh setiap orang bahwa, Dalam kejadian itu terdapat tekanan, intimidasi dan ketidak adilan disertai penganiayaan, itulah yang disebutkan dengan "mengalami". Mengalami tidak searti dengan kata menikmati.

Jadi pengertian kata "mengalami" adalah setiap kita pernah menghadapi berbagai kejadian atau peristiwa yang pengaruhnya berdampak besar dalam pikiran dan hidup kita secara langsung sehingga pengaruhnya seolah-olah masih hidup dan ada di sekitar kita.

APA HUBUNGANNYA DENGAN MENGALAMI TUHAN

Mengalami Tuhan artinya kita perna mendapat kesempatan berjumpa Tuhan dengan cara apa saja dan kejadian tersebut menjadi suatu pengalaman indah dan tersimpan dalam memori setiap orang yang mengalaminya, sehingga pengalaman itu seolah-olah masih hidup dalam pikiran kita. ITULAH YANG DISEBUT MENGALAMI TUHAN. Bukan menikmati Tuhan.

Bagaimana kita bisa mengalami Tuhan ? Untuk mengalami Tuhan ada tiga standar yang harus dipenuhi oleh setiap yang mau mengalami Tuhan yaitu:

1) Menanggalkan diri sendiri/ mengalakan "Ego"

Harus mampu mengalakan egonya sendiri, sebab egoisme Manusia selalu menghantar kepada kesombongan dan keangguhan manusia semata. Oleh sebab itu setiap orang yang rindu mengalami Tuhan harus menanggalkan dirinya sendiri.

Dalam bahasa Alkitab adalah berserah kepada Tuhan...Mazmur 37:5 (TB)  Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak. Definisi yang lebih ekstrim dapat dibaca dalam Injil Matius 5:3.  Salah satu ciri khas dari orang yang egois dan sombong bisa kita lihat Dalam cerita 2 Raja-raja 5:10-12

2) Mempunyai Iman diatas rata-rata

Mau dan ingin mengalami Tuhan harus mempunyai iman diatas rata-rata. Sebab cara Tuhan untuk menolong setiap kita berbeda satu terhadap yang lainnya. Ada beberapa hal dikerjakan dalam bentuk mujizat-mujizat tetapi ada beberapa hal tidak melalui mujizat. Misalnya Injil Matius 15:29-31 dan Injil Matius 15:22-28 dua kejadian yang perlakuannya berbeda walaupun Yesus mempunyai tujuannya. Dalam Yesaya 55:8-9 (TB) 8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. 9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

3) Melayani tanpa kompromi

Selain dari dua penjelasan diatas setiap orang yang mau mengalami Tuhan harus mempunyai komitmen untuk tidak kompromi dengan hal-hal yang bersifat prinsip. Sebagaimana komitmen Yohanes dalam Injil Matius 14:1-12, tegas kepada dosa dan sayang kepada orangnya. Seorang anak Tuhan harus tegas dalam hal-hal yang mendatangkan dosa. Orang yang tegas dan tidak mau kompromi bagi merekalah tersedia kesempatan untuk mengalami Tuhan dan menikmati kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

 

DAMPAK YANG  AKAN DIRASAHKAN OLEH SETIAP ORANG PERCAYA SETELAH MELAKSANAKAN TIGA POINT DIATAS

1. Hidup dipimpin oleh Tuhan

Daud dipimpin oleh Tuhan karena kejujuran dan ketulusannya, 1 Samuel 16:7, Yusuf dipimpin Tuhan karena kejujurannya, Kejadian 37:4 (TB)  Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. Daniel dan saudara"nya disertai Tuhan karena ketaatannya. Daniel 1:8-9 (TB) 8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya. 9 Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana itu;

 

2. Menikmati pernyertaan Tuhan

Cerita dalam Kejadian 12:1-3 tentang providensia Allah bagi Abraham. Setiap orang yang taat kepada Allah mempunyai hal yang sama yaitu penyertaan Allah, sebab Injil Yohanes 1:12 memberikan hak sebagai Anak Allah. Kita akan menikmati penyertaan Tuhan jika dalam diri kita ada ketaatan kepada perintah-Nya.

3. Hidupnya akan membawa damai

Orang yang telah mengalami Tuhan dari hidupnya akan terlihat cerminan Tuhan, sebab padanya ada kesaksian yang hidup. Kemanapun dan dimanapun dia pergi akan selalu membawa damai sebab Hidupnya terlihat Tuhan yang hidup.

KESIMPULAN

Tuhan menyertai dan melindungi setiap orang yang hidupnya bersandar kepada-Nya dan selalu bersekutu dengan Dia. Oleh karena itu kita mau menikmati kehadiran Tuhan ijinkanlah Tuhan selalu bersama kita dalam segala hal.

 

Wamena, 3 Mei 2021

Pdm.Yoel Giban, S.Th.M.Pd.ak

Sabtu, 02 Oktober 2021

Minggu, 03 Oktober 2021

SETIAP KEPUTUSAN MEMILIKI RESIKO


Teks: Markus 1:16-20 “ 16
  Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. 17  Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." 18  Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.19  Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. 20  Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.

A. PEMBAHASAN

Setiap keputusan manusia selalu memiliki resikonya. Keputusan apapun tanpa terkecuali berakibat pada resiko baik buruknya bagi Manusia. Tidak ada keputusan yang tidak beresiko semua keputusan manusia ada resikonya dan ada dampaknya bagi pembuat keputusan baik dampak positif ataupun dampak negatifnya. Dampak yang ditimbulkan dari sebuah keputusan yang diambil oleh murid-murid Yesus yang pertama terdapat tiga point yaitu:

1.    Meninggalkan keluarga

Keterangan dalam ayat 18 sangat jelas yaitu “meninggalkan jalanya dan mengikut DIA (YESUS)”. Selain itu mereka juga meninggalkan anggota keluarga mereka, sesungguhnya keluarga berbicara tentang rumah tempat tinggal dan tempat dimana kita bertumbuh sebagai anak, disana terdapat bapak, mama dan kakak serta adik, disana ada kasih sayang, ada kebahagiaan, ada ketenangan dan lainnya yang memberikan harapan hidup. Hal yang menyakitkan adalah Meninggalkan keluarga dan orang-orang yang disayangi. Ada sebagian orang menganggap meninggalkan keluarga adalah suatu hal biasa yang tidak berarti, namun bagi sebagian orang meninggalkan keluarga adalah sesuatu yang menyakitkan dan dianggap sebagai suatu dukacita dalam dirinya.   Dalam teks ini memberitahu kita bahwa murid-murid Yesus memilih untuk meninggalkan keluarga dan sanak saudara mereka untuk mengikuti Yesus, dampak yang diakibatkannyapun mereka belum mengetahuinya.

2.    Meninggalkan Warisan

Selain dari meninggalkan keluarga, mereka juga meninggalkan warisan dari orangtua seperti perahu, dan harta kekayaan mereka yang lainnya. Walaupu dalam teks ini tidak dijelaskan meninggalkan warisan apa saja yang mereka tinggalkan namun berdasarkan keterangan Injil Markus 1:20 bahwa “Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.

Siapa sebenarnya Zebedeus ? Zebedeus adalah seorang nelayan yang mempunyai pegawai (Mrk. 1:20). Istrinya meninggalkan rumah dan mengikut Yesus (Mat. 27:56[1]), paling tidak sekitar akhir hidupnya. Dalam Bahasa Yunani Zebedaios dari Ibrani zibdi, 'pemberian Tuhan'. Ayah dari rasul Yakobus dan rasul Yohanes (Mrk 1:19) dan suami Salome (Mat 27:56Mrk 15:40[2]). Nelayan Galilea, nampaknya ia kaya ia tinggal di dekat Betsaida. Atas dasar keterangan ini mereka adalah orang kaya. Tidak heran permintaan Salome dalam Injil Matius 20:20-21[3].

3.  Meninggalkan wilayah

Selain dari kedua point diatas mereka juga meninggalkan wilayah tempat mereka bertumbuh besar dan tempat mereka bekerja sebagai nelayan. Meninggalkan wilayah termasuk juga  meninggalkan segala pengalaman indah yang mereka nikmati dan mungkin juga mereka meninggalkan hak-hak lain yang tidak disebutkan di dalam teks ini.

 Meninggalkan bukan berarti lupa meninggakan artinya melupakan dan merai masa depan penuh harapan

B. APLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA

Secara spiritual ada dua pelajaran penting yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya sebagai suatu konsekwensi Iman dari keputusan itu untuk mengikuti segala petunjuk dan ketentuan Tuhan sebagai penguasa wilayah baru yaitu:

1.    Meninggalkan Dosa

Dalam Surat Roma 3:23  Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, selanjutnya Roma 6:23  Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (TMV) 23  Kematian adalah upah dosa, tetapi hidup sejati dan kekal bersama-sama Kristus Yesus Tuhan kita adalah anugerah Allah. Oleh karena itu setiap orang yang telah berbuat dosa dan kehilangan keselamatan sebagai haknya maka kita semua harus mengambil keputusan untuk meninggalkan;

a.    Meninggalkan Kehidupan lama

Rasul Paulus dalam surat Efesus 4:22  “yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan”. Yang dimaksud manusia lama adalah segala perbuatan daging seperti yang dijelaskan dalam Galatia 5: 19-21. Sebagai resikonya setiap kita harus meninggalkan kehidupan lama kita sebagai bukti bahwa kita telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan penebus dalam kehidupan kita. Meninggalkan bukan berarti lupa untuk mengambil kembali melainkan meninggalkan kehidupan lama artinya benar-benar meninggalkan dan melupakannya sebagi sesuatu yang tidak berfaeda lagi dalam kehidupan yang baru.

b.    Meninggalkan Segala Kebiasaan Buruk

Kebiasaan buruk harus ditinggalkan sebab segala kebiasaan yang buruk akan berdampak dalam kehidupan spiritualitas kita, Rasul Paulus berkata dalam 1 Korintus 15:33  Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Karena itu jauhkanlah dirimu dari pergaulan yang merusak kehidupan rohani kita dan biasahkan untuk melatih diri untuk beribadah Rasul Paulus dalam 1 Tomotius 4: 7-8 dikatakan bahwa “7  Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. Ayat 8  Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. Jadi sebagai anak Tuhan berani untuk meninggalkan segala kebiasaan buruk yang telah lama mengganggu kehidupan rohani setiap kita sehingga mengarahkan hidup kepada Tuhan dengan segenap hati dan jiwa untuk mengikuti segala ketentuan Tuhan sehingga hidup dalam kelimpahan.

c.    Meninggalkan Kata-kata kotor

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya dalam Injill Matius 15:11 "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." Matius 15:18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Matius 15:20 Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang." Markus 7:15 Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." Markus 7:20 Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, Markus 7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

2.    Memasuki Wilayah tanpa dosa

Rasul Paulus dalam surat  Roma 6:4 “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh [1] baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. 2 Korintus 3:6 Ialah membuat kami juga [2] sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. Oleh karena kita telah dibaptis dan sanggup menjadi pelayan-pelayan Tuhan maka, kewajiban kita sebagai orang yang telah berpindah satatus dari kehidupan lama yang bersifat duniawi kepada kehidupan yang baru dalam wilayah spiritualitas dengan peraaturan dan hukum yang berbeda degan sebelumnya maka kita harus:

a.    Hidup dipimpin oleh Roh

“Galatia 5:18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah _okum Taurat. Galatia 5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,” Galatia 5:16  Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Dalam ayat 17 Rasul Paulus menjelaskan bahwa “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging—karena keduanya bertentangan—sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki”. Orang yang hidup dipimpin oleh Roh menurut Paulus dalam Galatia 5:22-25.

b.    Hidup menyenangkan Tuhan

Bagaimana menyenangkan Tuhan ? Keluaran 20:12 [1] Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.  Ulangan 5:16 Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.  Matius 15:4 Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. Matius 19:19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan [2] kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Markus 10:19 Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: [3] Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”  Efesus 6:2 “Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini”

c.    Hidup untuk menjadi berkat

Bagaimana menjadi berkat ? Matius 28:19-20 (TB)  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

1 Timotius 4:12 (TB)  Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

KESIMPULAN

Saya menarik kesimpulan dari pembahasan ini bahwa:

Setiap kita memiliki tabiat dosa sehingga kita telah melukai bahkan menyakiti Tuhan dengan perbuatan tanpa sengaja dan tidak sengaja sehingga marila kita mengambil keputusan dalam keadaan sadar akan kesalahan dan dosa-dosa yang kita perbuat agar Tuhan dapat mengampuni dan melayakkan kita untuk melayani DIA. Jangan sia-siakan kesempatan yang kita miliki saat ini, manfaatkan kesempatan ini agar kita hidup dalam pimpinan Tuhan dan memuliakan Tuhan melalui hidup kita. Amin   

Wamena, 03 Oktober 2021
Pelayanan Mimbar di
GSJA PONDOK DAUD
Pdm Yoel Giban, S.Th.M.Pd.K



[1] Matius 27:56 (TB)  Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.

[2] Markus 15:40 (TB)  Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome.

[3] Matius 20:20-21  “Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 21  Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."

 

Komentari Markus 1:14-22

AWAL PELAYANAN YESUS

I.  Gambaran umum mengenai pengajaran Yesus di Galilea

Pdm.Yoel Giban,M.Pd.K
Hanya Yohanes yang memberikan laporan tentang pengajaran-Nya di Yudea, yaitu sebelum pengajaran di Galilea ini (Yoh. 2 dan 3). Hal ini tidak dilakukan oleh penulis-penulis Injil lainnya, yang terutama hanya menceritakan apa yang terjadi di Galilea, sebab peristiwa di Galilea ini yang paling tidak diketahui orang di Yerusalem. Amatilah:

Saat Yesus mulai berkhotbah di Galilea, yaitu sesudah Yohanes ditangkap. Ketika Yohanes selesai memberikan kesaksiannya, Yesus mulai memberikan kesaksian-Nya sendiri. Perhatikanlah, pembungkaman terhadap para pelayan Kristus tidak akan mampu menahan pemberitaan Injil Kristus. Jika ada beberapa yang tersingkir, akan bangkit pula yang lain, yang bahkan mungkin lebih perkasa lagi, untuk melanjutkan pekerjaan yang sama.

Hal apa yang dikhotbahkan-Nya, yaitu Injil tentang Kerajaaan Allah. Kristus datang untuk menegakkan kerajaan Allah di antara manusia, agar mereka bisa ditundukkan kepadanya serta memperoleh keselamatan di dalamnya. Kristus melakukannya dengan cara mengabarkan Injil-Nya dengan disertai kuasa. Perhatikanlah:

(1) Kebenaran agung yang dikhotbahkan Kristus; Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Hal ini merujuk kepada Perjanjian Lama, yang di dalamnya kerajaan Mesias dijanjikan dan waktu yang ditetapkan untuk memperkenalkannya. Orang-orang pada waktu itu tidak mengenal nubuat-nubuat tersebut dengan baik serta tidak memerhatikan dengan sungguh tanda-tanda zaman sehingga tidak bisa memahaminya. Oleh sebab itu Kristus memberitahukan kepada mereka, "Waktu yang ditetapkan itu sudah dekat; terang ilahi, kehidupan, dan kasih ilahi yang mulia akan dinyatakan sekarang; suatu dispensasi baru yang jauh lebih rohani dan sorgawi daripada yang selama ini kalian alami akan dimulai sekarang." Perhatikanlah, Allah menjaga waktu; ketika waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Visi atau penglihatan itu adalah tentang suatu waktu yang ditentukan, yang akan ditepati dengan cermat, meskipun berlanjut terus melampaui zaman kita.

(2) Tugas-tugas besar yang disimpulkan dari khotbah-Nya. Kristus membantu mereka memahami zaman, agar mereka bisa mengetahui apa yang harus diperbuat oleh orang Israel. Dengan hati yang menggebu-gebu mereka menantikan Mesias datang dalam kemegahan dan kuasa lahiriah, bukan saja untuk membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan orang Romawi, melainkan juga untuk menguasai seluruh negara tetangga. Oleh sebab itu mereka berpikir, bila Kerajaan Allah sudah dekat, mereka harus siap-siap berperang, untuk menggapai kemenangan, kedudukan tinggi, serta hal-hal besar di dunia ini. Tetapi Kristus memberi tahu mereka bahwa dalam menyambut kerajaan yang sedang mendekat itu, mereka harus bertobat dan percaya kepada Injil. Mereka telah melanggar hukum moral dan tidak dapat diselamatkan melalui kovenan sebelum Kejatuhan, sebab baik orang Yahudi maupun bukan-Yahudi sudah dinyatakan bersalah. Karena itu, mereka harus memanfaatkan kovenan anugerah, menyerahkan diri kepada hukum yang menyembuhkan, yaitu bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. Mereka tidak memanfaatkan sarana pemeliharaan yang telah ditetapkan, dan oleh sebab itu mereka harus beralih kepada sarana pemulihan yang ditentukan. Melalui pertobatan kita harus meratapi dan meninggalkan dosa-dosa kita, dan melalui iman kita harus menerima pengampunan dosa. Melalui pertobatan kita harus memberikan kemuliaan kepada Pencipta yang telah kita lukai hati-Nya; melalui iman kita harus memberikan kemuliaan kepada Penebus kita yang telah datang untuk menyelamatkan kita dari dosa kita. Keduanya harus berjalan bersama. Kita juga tidak boleh berpikir bahwa memperbarui hidup tanpa percaya kepada kebenaran dan anugerah Kristus akan menyelamatkan kita, atau bahwa percaya kepada Kristus tanpa memperbarui hati dan hidup kita bisa menyelamatkan kita. Kristus telah mempersatukan keduanya, dan jangan ada orang yang berpikir untuk memisahkannya. Kedua hal itu akan saling menopang dan melengkapi. Pertobatan akan memicu iman, dan iman akan membuat pertobatan itu menjadi penuh sesuai maksud Injil. Kesungguhan pertobatan dan iman harus diperlihatkan melalui ketaatan hati yang terus-menerus terhadap semua perintah Allah. Demikianlah penyampaian Injil dimulai dan berlanjut, dan panggilannya masih tetap berbunyi, "Bertobatlah dan percayalah, dan jalanilah suatu kehidupan yang dipenuhi pertobatan dan kehidupan yang dipenuhi iman."

II. Pemunculan Yesus Kristus sebagai guru, dan Ia memanggil murid-murid (ay.16-20)

Alat-alat yang dipilih Yesus untuk turut menegakkan kerajaan-Nya adalah mereka yang lemah dan bodoh bagi dunia, bukan yang dipanggil dari kaum Sanhedrin yang hebat, atau dari sekolah-sekolah rabi, tetapi dipilih dari antara nelayan di danau, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu sepenuhnya berasal dari Allah, sedikit pun bukan dari mereka sendiri.

Walaupun Yesus sebenarnya tidak membutuhkan bantuan manusia, Ia berkenan memakai kita untuk menegakkan kerajaan-Nya, agar Ia bisa memperlakukan kita bukan dengan cara yang keras, melainkan dengan akrab, dan agar di dalam kerajaan-Nya orang yang memerintah dan orang yang berkuasa akan bangkit dari tengah-tengah mereka (Yer. 30:21).

Yesus menaruh hormat pada mereka yang meskipun rendah di mata dunia, namun bergiat dalam pekerjaan, dan saling mengasihi. Mereka inilah yang dipanggil-Nya. Ia menjumpai mereka sedang bekerja bersama-sama. Kerajinan dan persatuan memang baik dan menyenangkan, dan di situlah Tuhan Yesus menurunkan berkat, bahkan berkat yang satu ini, "Ikutlah Aku."

Pekerjaan para pelayan Tuhan adalah menjala manusia, dan memenangkan mereka bagi Kristus. Secara alamiah, anak-anak manusia terhilang, mengembara tanpa tujuan di samudra dunia ini, dan terseret arus hingga jauh. Mereka ini manusia celaka. Bagaikan Lewiatan, mereka bermain-main di dalamnya, dan sering kali, seperti halnya ikan-ikan di laut, mereka saling menelan. Para hamba Tuhan, melalui pengabaran Injil, menebarkan jala ke dalam air (Mat. 13:47). Sebagian tertangkap dan dibawa ke pantai, namun ada lebih banyak lagi yang berhasil lolos. Para nelayan bekerja membanting tulang dan berhadapan dengan marabahaya, demikian pula halnya dengan para hamba Tuhan; dan mereka ini membutuhkan hikmat. Bila penjalaan sering kali tidak mampu membawa pulang tangkapan, mereka tetap harus terus berjuang.

Mereka yang dipanggil Kristus harus meninggalkan segalanya untuk mengikut Dia, dan melalui anugerah-Nya Ia menuntun mereka untuk melakukannya. Ini tidak berarti bahwa kita harus segera keluar dari dunia, tetapi kita tidak boleh terikat dengan dunia, dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kewajiban kita kepada Kristus dan yang menyebabkan kerugian bagi jiwa kita. Markus menaruh perhatian pada Yakobus dan Yohanes, bahwa mereka bukan saja meninggalkan ayah mereka (yang juga bisa kita baca dalam Injil Matius), tetapi juga orang-orang upahannya, yang boleh jadi mereka sayangi seperti saudara sendiri karena telah menjadi teman sekerja dan sahabat yang menyenangkan. Bukan saja kerabat, tetapi sahabat dan kenalan lama pun harus ditinggalkan demi Kristus. Mungkin ini juga menunjukkan perhatian mereka terhadap sang ayah, bahwa mereka tidak meninggalkannya begitu saja, melainkan menyisakan orang-orang upahan itu bersamanya. Grotius berpendapat bahwa hal ini disebutkan sebagai bukti bahwa panggilan mereka menguntungkan bagi mereka, sebab mereka rela untuk tetap memberikan upah kepada para pelayan untuk membantu mereka, dan walaupun tangan mereka sendiri mungkin akan kosong, mereka tetap memilih pergi.

III. Uraian khusus mengenai khotbah-Nya di Kapernaum, salah satu kota di Galilea

Walaupun Yohanes Pembaptis memilih untuk berkhotbah di padang gurun, dan melakukannya dengan baik dan berhasil, namun ini bukan berarti bahwa Yesus juga harus melakukan hal yang sama. Meskipun kecondongan hati dan kesempatan para hamba Tuhan bisa sangat berbeda, namun keduanya berjalan dalam tugas yang sama dan kedua-duanya sama-sama berguna. Perhatikanlah:

Waktu Kristus tiba di Kapernaum, Ia segera bekerja di situ dan mengambil kesempatan pertama itu untuk mengabarkan Injil. Orang yang prihatin untuk tidak mau kehilangan waktu adalah orang yang sadar bahwa ada begitu banyak pekerjaan yang harus dia lakukan, dan begitu sedikit waktu yang tersedia.

Kristus sangat saleh dalam memperhatikan segala ketetapan perhentian hari Sabat, namun tanpa mengikat diri dengan segala macam tradisi para tetua. Sebaliknya, Ia memberikan diri untuk melakukan Sabat secara berlimpah (yang jauh lebih baik daripada tradisi para tetua itu), menurut tujuan sejati dari ditetapkannya hari Sabat itu.

Hari Sabat harus dikuduskan dalam ibadah jemaat bila kita mempunyai kesempatan. Ini adalah hari yang kudus, yang harus dihormati dengan pertemuan kudus. Ini cara terbaik yang dilakukan sejak waktu dulu (Kis. 13:27; 15:21). Pada hari Sabat, pois sabbasin -- pada hari-hari Sabat, setiap hari Sabat, sebagaimana seharusnya, Ia masuk ke dalam rumah ibadat.

Dalam ibadah pada hari-hari Sabat, Injil harus diberitakan kepada mereka yang bersedia belajar tentang kebenaran yang sesungguhnya yang ada dalam Yesus.

Kristus bukanlah pengkhotbah biasa; Ia tidak berkhotbah seperti ahli-ahli Taurat, yang menguraikan hukum Musa secara menghafal, bagaikan anak sekolah yang hanya menghafalkan pelajarannya namun tidak mengenalnya dengan baik (Paulus sendiri, saat masih menjadi seorang Farisi, juga tidak mengenal Taurat), dan juga tidak terpengaruh olehnya. Pengajaran mereka bukan berasal dari dalam hati, dan oleh sebab itu tidak menampakkan kuasa. Namun, Kristus mengajar sebagai orang yang mempunyai kuasa atau wewenang, sebagai orang yang mengenal pikiran Allah dan ditugaskan untuk menyampaikannya.

Di dalam pengajaran Kristus terdapat banyak hal yang menakjubkan, semakin kita mendengarnya, semakin kagum kita dibuatnya. SEKIAN

 

Statistik Pengunjung