[8] Bahwa dasar dari pemuridan mereka diletakkan sedemikian rupa sehingga mereka bisa mengalami penderitaan-penderitaan itu dengan sangat ringan dan mudah.
Kristus
juga memanggil mereka untuk menjadi pengikut-pengikut-Nya dengan satu syarat
bahwa mereka harus siap untuk menderita (ay. 37-39). Pertama-tama Ia memberi
tahu mereka bahwa mereka tidak layak bagi-Nya jika mereka tidak bersedia
meninggalkan semuanya untuk mengikut Dia. Orang janganlah merasa bimbang dalam
menghadapi kesulitan-kesulitan yang memang harus datang sebagai akibat dari
pengakuan iman mereka, kalau mereka sudah memperhitungkannya dan menyatakan
pengakuan mereka itu. Mereka harus memilih untuk menanggung kepenatan dan
kesukaran itu dengan gembira atau membuang berbagai hak istimewa dan keuntungan
yang akan diperoleh dari pengakuan iman mereka itu. Nah, dalam Kekristenan,
orang-orang yang tidak menempatkan kepentingan Kristus di atas kepentingan-kepentingan
yang lain dianggap tidak layak mendapat kehormatan dan kebahagiaan dari itu.
Orang yang tidak setuju dengan syarat-syarat untuk mengadakan jual beli tidak
dapat berharap akan menerima keuntungan-keuntungan dari jual beli itu. Nah,
persyaratan ini sudah ditentukan. Jika agama memang berharga untuk apa saja,
maka ia juga akan berharga untuk setiap hal; dan karena itu, siapa saja yang
percaya akan kebenaran agama, ia juga akan segera membayar harganya; dan siapa
saja yang menjadikan agama sebagai pekerjaan dan kebahagiaannya, ia akan
menempatkannya di atas segala sesuatu. Orang yang tidak menyukai Kristus dengan
syarat-syarat-Nya ini boleh meninggalkan-Nya dan menanggung sendiri akibatnya.
Perhatikanlah, kita akan sangat dikuatkan jika berpikir bahwa apa pun yang kita
tinggalkan, yang kita lepaskan, atau yang kita derita bagi Kristus, semuanya
itu tidak menyusahkan diri kita sendiri. Kita akan terhibur dengan berpikir
bahwa apa pun yang kita tinggalkan, semuanya itu memang sangat layak kita tinggalkan
demi memperoleh mutiara itu. Syaratnya adalah bahwa kita harus lebih memilih
Kristus.
Pertama,
kita harus lebih memilih Kristus daripada saudara-saudari kita yang paling
dekat dan yang paling kita kasihi, bapa atau ibu, putra atau putri kita. Dalam
hubungan kekeluargaan ini, biasanya hanya ada sedikit ruang untuk rasa iri
hati, dan ada lebih banyak ruang untuk kasih. Oleh sebab itu, hubungan
kekeluargaan ini dijadikan contoh sebagai hubungan yang paling besar
pengaruhnya bagi kita. Anak-anak harus mengasihi orangtua mereka, dan orangtua
harus mengasihi anak-anak mereka. Akan tetapi, jika mereka mengasihi keluarga
mereka lebih dari Kristus, mereka tidak layak bagi-Nya. Seperti halnya
janganlah kita dibelokkan dari Kristus oleh kebencian saudara-saudari kita
seperti yang dibicarakan Kristus di sini (ay. 21, 35-36), demikian pula kita
jangan ditarik menjauh dari-Nya oleh kasih mereka. Orang-orang Kristen harus
seperti orang Lewi, yang berkata tentang ayahnya dan tentang ibunya, "Aku
tidak mengindahkan mereka" (Ul. 33:9).
Kedua,
kita harus lebih memilih Kristus daripada kenyamanan dan keamanan kita sendiri.
Kita harus memikul salib kita dan mengikuti-Nya, kalau tidak, maka kita tidak
layak bagi-Nya. Perhatikanlah dalam hal ini:
Orang
yang mau mengikut Kristus harus mengharapkan salib mereka dan memikulnya.
Dalam memikul salib,
kita harus mengikut teladan Kristus, dan memikulnya seperti Dia memikul
salib-Nya.
Ketika
kita menghadapi salib, itu merupakan dorongan semangat yang luar biasa bagi
kita, karena dengan memikulnya kita mengikut Kristus, yang sudah menunjukkan
jalannya bagi kita, dan jika kita mengikuti-Nya dengan setia, Dia akan memimpin
kita melewati berbagai penderitaan seperti Dia, untuk menuju kemuliaan
bersama-Nya.
Ketiga,
kita harus lebih memilih Kristus daripada hidup itu sendiri (ay. 39).
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Orang yang
menyangka sudah memperoleh nyawanya, sudah menyelamatkannya, dan sudah
mempertahankannya, dengan menyangkal Kristus, akan kehilangan nyawanya dalam
kematian kekal. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Kristus, yang
bersedia kehilangan nyawanya daripada menyangkal Kristus, akan memperolehnya,
dengan keuntungan yang tiada taranya, dalam kehidupan kekal. Orang yang paling
siap menghadapi kehidupan yang akan datang adalah orang yang paling tidak
terikat pada kehidupan sekarang.
[9] Bahwa Kristus sendiri
akan mendukung perbuatan mereka dengan sepenuh hati, sampai-sampai Ia
menunjukkan diri-Nya sebagai Teman bagi semua teman mereka, dan membalas segala
kebaikan mereka kapan saja waktunya (ay. 40-42). Barangsiapa menyambut kamu, ia
menyambut Aku.
Pertama,
dalam hal ini tersirat bahwa walaupun orang pada umumnya akan menolak mereka,
namun mereka pasti akan bertemu dengan sebagian orang yang mau menerima dan
menjamu mereka, yang mau menyambut pesan mereka dalam hati, dan mempersilakan
para pembawa pesan ini masuk ke dalam rumah-rumah mereka, dan semuanya ini
dilakukan orang-orang itu demi pesan itu sendiri. Demikianlah Injil itu seperti
orang berjual beli, kalau yang ini tidak mau, yang lain akan mau membeli. Pada
masa-masa yang paling gelap pun masih ada sisa-sisa umat Allah yang dipilih
melalui anugerah. Hamba-hamba Kristus tidak akan bersusah payah dengan sia-sia.
Kedua,
Yesus Kristus menganggap apa pun yang dilakukan terhadap hamba-hamba-Nya yang
setia, entah kebaikan atau kejahatan, itu sama saja dengan melakukannya
terhadap diri-Nya sendiri. Ia merasa diperlakukan sebagaimana murid-murid-Nya
diperlakukan. "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku."
Penghormatan atau penghinaan yang diberikan kepada seorang utusan mencerminkan
penghormatan atau penghinaan terhadap penguasa yang mengutusnya, dan
hamba-hamba Kristus adalah utusan-utusan-Nya. Lihatlah bagaimana Kristus merasa
senang dengan mereka yang mau memperlihatkan penghormatan mereka terhadap-Nya.
Umat-Nya dan hamba-hamba-Nya selalu ada bersama kita, dan Ia selalu menyertai
mereka, bahkan sampai pada akhir zaman. Bukan itu saja, penghormatan ini bahkan
naik lebih tinggi lagi, "Barangsiapa yang menyambut Aku, ia menyambut Dia
yang mengutus Aku." Bukan hanya Kristus yang menganggap bahwa suatu hal
yang dilakukan terhadap murid-murid-Nya dilakukan juga terhadap diri-Nya
sendiri, Allah pun menganggapnya demikian, melalui Kristus. Dengan menyambut
hamba-hamba Kristus, orang bukan hanya dengan tidak disadari menjamu
malaikat-malaikat, melainkan juga menjamu Kristus, dan bahkan terlebih lagi,
menjamu Allah itu sendiri, juga tanpa sadar, seperti yang tampak dalam 25:37,
"Bilamanakah kami melihat Engkau lapar?"
Ketiga,
bahwa kebaikan yang dilakukan terhadap murid-murid Kristus itu, meskipun kecil
sifatnya, karena kita tidak mampu melakukan sesuatu yang lebih, lakukan saja
bila ada kesempatan, dan itu akan diterima, sekalipun hanya memberi air sejuk
secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini (ay. 42). Murid-murid
Kristus itu orang-orang kecil, miskin dan lemah, dan sering kali perlu sesuatu
yang menyegarkan, dan mereka pasti akan senang meskipun menerima sedikit saja.
Betapa luar biasanya hal yang kecil itu sampai secangkir air sejuk pun
merupakan pertolongan yang sangat besar. Perhatikanlah, kebaikan yang
ditunjukkan kepada murid-murid Kristus dihargai menurut ukuran Kristus, bukan
menurut harga pemberian itu, melainkan menurut kasih dan perasaan si pemberi.
Dengan demikian, berdasarkan ukuran seperti ini, maka uang si janda miskin yang
sangat sedikit itu bukan saja dipandang berlaku, tetapi juga bernilai tinggi
(Luk. 21:3-4). Jadi, orang yang benar-benar kaya dalam anugerah juga bisa kaya
dalam perbuatan baik, meskipun mereka miskin dalam dunia.
Keempat,
kebaikan terhadap murid-murid Kristus yang akan diterima-Nya itu harus
dilakukan dengan mata yang tertuju kepada-Nya, dan demi nama-Nya. Seorang nabi
harus disambut sebagai nabi, seorang benar sebagai orang benar, dan salah
seorang kecil ini sebagai seorang murid, bukan karena mereka orang terpelajar
atau cerdas, juga bukan karena mereka saudara atau tetangga kita, melainkan
karena mereka orang benar, yang karena demikian membawa citra Kristus. Mereka
juga harus disambut karena mereka adalah nabi dan murid, yang diutus demikian
untuk melakukan pesan Kristus. Kepedulian yang dilandasi rasa percaya kepada
Kristuslah yang membuat kebaikan yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya memiliki
suatu nilai yang berharga. Kristus sendiri tidak akan menunjukkan perhatian-Nya
terhadap suatu perkara jika kita tidak terlebih dulu mengajak-Nya untuk
memperhatikan perkara itu. Ut tibi debeam aliquid pro eo quod præstas, debes
non tantum mihi præstare, sed tanquam mihi -- "Jika kamu ingin agar aku
merasa memiliki kewajiban terhadapmu atas pelayanan apa saja yang kamu lakukan,
maka kamu bukan hanya harus melaksanakan pelayanan itu, melainkan juga harus
meyakinkan aku bahwa kamu melakukannya demi aku" (Seneca). Sumher: Comentary Mathew
Hendry