Senin, 12 April 2021

PESAN YESUS UNTUK PARA RASUL EPISODE AKHIR

[8] Bahwa dasar dari pemuridan mereka diletakkan sedemikian rupa sehingga mereka bisa mengalami penderitaan-penderitaan itu dengan sangat ringan dan mudah.

Kristus juga memanggil mereka untuk menjadi pengikut-pengikut-Nya dengan satu syarat bahwa mereka harus siap untuk menderita (ay. 37-39). Pertama-tama Ia memberi tahu mereka bahwa mereka tidak layak bagi-Nya jika mereka tidak bersedia meninggalkan semuanya untuk mengikut Dia. Orang janganlah merasa bimbang dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang memang harus datang sebagai akibat dari pengakuan iman mereka, kalau mereka sudah memperhitungkannya dan menyatakan pengakuan mereka itu. Mereka harus memilih untuk menanggung kepenatan dan kesukaran itu dengan gembira atau membuang berbagai hak istimewa dan keuntungan yang akan diperoleh dari pengakuan iman mereka itu. Nah, dalam Kekristenan, orang-orang yang tidak menempatkan kepentingan Kristus di atas kepentingan-kepentingan yang lain dianggap tidak layak mendapat kehormatan dan kebahagiaan dari itu. Orang yang tidak setuju dengan syarat-syarat untuk mengadakan jual beli tidak dapat berharap akan menerima keuntungan-keuntungan dari jual beli itu. Nah, persyaratan ini sudah ditentukan. Jika agama memang berharga untuk apa saja, maka ia juga akan berharga untuk setiap hal; dan karena itu, siapa saja yang percaya akan kebenaran agama, ia juga akan segera membayar harganya; dan siapa saja yang menjadikan agama sebagai pekerjaan dan kebahagiaannya, ia akan menempatkannya di atas segala sesuatu. Orang yang tidak menyukai Kristus dengan syarat-syarat-Nya ini boleh meninggalkan-Nya dan menanggung sendiri akibatnya. Perhatikanlah, kita akan sangat dikuatkan jika berpikir bahwa apa pun yang kita tinggalkan, yang kita lepaskan, atau yang kita derita bagi Kristus, semuanya itu tidak menyusahkan diri kita sendiri. Kita akan terhibur dengan berpikir bahwa apa pun yang kita tinggalkan, semuanya itu memang sangat layak kita tinggalkan demi memperoleh mutiara itu. Syaratnya adalah bahwa kita harus lebih memilih Kristus.

Pertama, kita harus lebih memilih Kristus daripada saudara-saudari kita yang paling dekat dan yang paling kita kasihi, bapa atau ibu, putra atau putri kita. Dalam hubungan kekeluargaan ini, biasanya hanya ada sedikit ruang untuk rasa iri hati, dan ada lebih banyak ruang untuk kasih. Oleh sebab itu, hubungan kekeluargaan ini dijadikan contoh sebagai hubungan yang paling besar pengaruhnya bagi kita. Anak-anak harus mengasihi orangtua mereka, dan orangtua harus mengasihi anak-anak mereka. Akan tetapi, jika mereka mengasihi keluarga mereka lebih dari Kristus, mereka tidak layak bagi-Nya. Seperti halnya janganlah kita dibelokkan dari Kristus oleh kebencian saudara-saudari kita seperti yang dibicarakan Kristus di sini (ay. 21, 35-36), demikian pula kita jangan ditarik menjauh dari-Nya oleh kasih mereka. Orang-orang Kristen harus seperti orang Lewi, yang berkata tentang ayahnya dan tentang ibunya, "Aku tidak mengindahkan mereka" (Ul. 33:9).

Kedua, kita harus lebih memilih Kristus daripada kenyamanan dan keamanan kita sendiri. Kita harus memikul salib kita dan mengikuti-Nya, kalau tidak, maka kita tidak layak bagi-Nya. Perhatikanlah dalam hal ini:

Orang yang mau mengikut Kristus harus mengharapkan salib mereka dan memikulnya.

Dalam memikul salib, kita harus mengikut teladan Kristus, dan memikulnya seperti Dia memikul salib-Nya.

Ketika kita menghadapi salib, itu merupakan dorongan semangat yang luar biasa bagi kita, karena dengan memikulnya kita mengikut Kristus, yang sudah menunjukkan jalannya bagi kita, dan jika kita mengikuti-Nya dengan setia, Dia akan memimpin kita melewati berbagai penderitaan seperti Dia, untuk menuju kemuliaan bersama-Nya.

Ketiga, kita harus lebih memilih Kristus daripada hidup itu sendiri (ay. 39). Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Orang yang menyangka sudah memperoleh nyawanya, sudah menyelamatkannya, dan sudah mempertahankannya, dengan menyangkal Kristus, akan kehilangan nyawanya dalam kematian kekal. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Kristus, yang bersedia kehilangan nyawanya daripada menyangkal Kristus, akan memperolehnya, dengan keuntungan yang tiada taranya, dalam kehidupan kekal. Orang yang paling siap menghadapi kehidupan yang akan datang adalah orang yang paling tidak terikat pada kehidupan sekarang.

[9] Bahwa Kristus sendiri akan mendukung perbuatan mereka dengan sepenuh hati, sampai-sampai Ia menunjukkan diri-Nya sebagai Teman bagi semua teman mereka, dan membalas segala kebaikan mereka kapan saja waktunya (ay. 40-42). Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku.

Pertama, dalam hal ini tersirat bahwa walaupun orang pada umumnya akan menolak mereka, namun mereka pasti akan bertemu dengan sebagian orang yang mau menerima dan menjamu mereka, yang mau menyambut pesan mereka dalam hati, dan mempersilakan para pembawa pesan ini masuk ke dalam rumah-rumah mereka, dan semuanya ini dilakukan orang-orang itu demi pesan itu sendiri. Demikianlah Injil itu seperti orang berjual beli, kalau yang ini tidak mau, yang lain akan mau membeli. Pada masa-masa yang paling gelap pun masih ada sisa-sisa umat Allah yang dipilih melalui anugerah. Hamba-hamba Kristus tidak akan bersusah payah dengan sia-sia.

Kedua, Yesus Kristus menganggap apa pun yang dilakukan terhadap hamba-hamba-Nya yang setia, entah kebaikan atau kejahatan, itu sama saja dengan melakukannya terhadap diri-Nya sendiri. Ia merasa diperlakukan sebagaimana murid-murid-Nya diperlakukan. "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku." Penghormatan atau penghinaan yang diberikan kepada seorang utusan mencerminkan penghormatan atau penghinaan terhadap penguasa yang mengutusnya, dan hamba-hamba Kristus adalah utusan-utusan-Nya. Lihatlah bagaimana Kristus merasa senang dengan mereka yang mau memperlihatkan penghormatan mereka terhadap-Nya. Umat-Nya dan hamba-hamba-Nya selalu ada bersama kita, dan Ia selalu menyertai mereka, bahkan sampai pada akhir zaman. Bukan itu saja, penghormatan ini bahkan naik lebih tinggi lagi, "Barangsiapa yang menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku." Bukan hanya Kristus yang menganggap bahwa suatu hal yang dilakukan terhadap murid-murid-Nya dilakukan juga terhadap diri-Nya sendiri, Allah pun menganggapnya demikian, melalui Kristus. Dengan menyambut hamba-hamba Kristus, orang bukan hanya dengan tidak disadari menjamu malaikat-malaikat, melainkan juga menjamu Kristus, dan bahkan terlebih lagi, menjamu Allah itu sendiri, juga tanpa sadar, seperti yang tampak dalam 25:37, "Bilamanakah kami melihat Engkau lapar?"

Ketiga, bahwa kebaikan yang dilakukan terhadap murid-murid Kristus itu, meskipun kecil sifatnya, karena kita tidak mampu melakukan sesuatu yang lebih, lakukan saja bila ada kesempatan, dan itu akan diterima, sekalipun hanya memberi air sejuk secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini (ay. 42). Murid-murid Kristus itu orang-orang kecil, miskin dan lemah, dan sering kali perlu sesuatu yang menyegarkan, dan mereka pasti akan senang meskipun menerima sedikit saja. Betapa luar biasanya hal yang kecil itu sampai secangkir air sejuk pun merupakan pertolongan yang sangat besar. Perhatikanlah, kebaikan yang ditunjukkan kepada murid-murid Kristus dihargai menurut ukuran Kristus, bukan menurut harga pemberian itu, melainkan menurut kasih dan perasaan si pemberi. Dengan demikian, berdasarkan ukuran seperti ini, maka uang si janda miskin yang sangat sedikit itu bukan saja dipandang berlaku, tetapi juga bernilai tinggi (Luk. 21:3-4). Jadi, orang yang benar-benar kaya dalam anugerah juga bisa kaya dalam perbuatan baik, meskipun mereka miskin dalam dunia.

Keempat, kebaikan terhadap murid-murid Kristus yang akan diterima-Nya itu harus dilakukan dengan mata yang tertuju kepada-Nya, dan demi nama-Nya. Seorang nabi harus disambut sebagai nabi, seorang benar sebagai orang benar, dan salah seorang kecil ini sebagai seorang murid, bukan karena mereka orang terpelajar atau cerdas, juga bukan karena mereka saudara atau tetangga kita, melainkan karena mereka orang benar, yang karena demikian membawa citra Kristus. Mereka juga harus disambut karena mereka adalah nabi dan murid, yang diutus demikian untuk melakukan pesan Kristus. Kepedulian yang dilandasi rasa percaya kepada Kristuslah yang membuat kebaikan yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya memiliki suatu nilai yang berharga. Kristus sendiri tidak akan menunjukkan perhatian-Nya terhadap suatu perkara jika kita tidak terlebih dulu mengajak-Nya untuk memperhatikan perkara itu. Ut tibi debeam aliquid pro eo quod præstas, debes non tantum mihi præstare, sed tanquam mihi -- "Jika kamu ingin agar aku merasa memiliki kewajiban terhadapmu atas pelayanan apa saja yang kamu lakukan, maka kamu bukan hanya harus melaksanakan pelayanan itu, melainkan juga harus meyakinkan aku bahwa kamu melakukannya demi aku" (Seneca). Sumher: Comentary Mathew Hendry

PESAN YESUS UNTUK PARA RASUL EPISODE VIII

[3] Bahwa orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (ay. 22). Sangatlah menghibur dalam hal ini untuk mengetahui,

pertama, bahwa akan ada akhir dari segala penderitaan ini. Penderitaan bisa saja berlangsung lama, namun tidak akan terus ada untuk selamanya. Kristus sendiri menghibur diri-Nya dengan hal ini, dan para pengikut-Nya pun boleh demikian juga: apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi (Luk. 22:37; KJV, "Segala sesuatu yang berkaitan dengan Aku ada kesudahannya"). Dabit Deus his quoque finem -- Semuanya ini juga akan diakhiri oleh Allah. Perhatikanlah, jika kita percaya akan kesudahan masa-masa penderitaan, maka itu akan sangat membantu dalam menguatkan kita di dalam menanggung penderitaan. Ketika orang fasik berhenti menimbulkan huru-hara, orang yang kehabisan tenaga mendapat istirahat (Ayb. 3:17). Allah akan memberikan hari depan yang diharapkan (Yer. 29:11). Kesukaran-kesukaran yang kita hadapi sekarang mungkin membuat kita kehilangan semangat, seperti hari-hari orang upahan, tetapi, terpujilah Allah, semuanya itu tidak akan ada untuk selamanya.

Kedua, bahwa walaupun berbagai kesukaran itu terus berdatangan, kita bisa menanggungnya. Seperti halnya masalah-masalah itu tidak akan ada untuk selamanya, demikian pula masalah-masalah itu bukan tidak tertahankan. Kita bisa menanggungnya, menanggungnya sampai pada kesudahan, karena kita akan ditopang di atas kesukaran itu, di dalam lengan-lengan yang kekal, Allah akan memberi kita kekuatan yang dibutuhkan (1Kor. 10:13).

Ketiga, keselamatan merupakan upah kekal bagi mereka yang bertahan sampai pada kesudahannya. Badai topan dan cuaca buruk yang kita alami sekarang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kebahagiaan abadi yang akan kita nikmati pada saat kita pulang ke rumah Bapa. Iman akan mahkota kemuliaan telah menjadi penghibur dan kekuatan bagi orang-orang kudus yang menderita di segala zaman (2Kor. 4:16-17, 28; Ibr. 10:34). Ini bukan hanya suatu dorongan bagi kita untuk bertahan, melainkan juga suatu ajakan agar kita bertahan sampai pada kesudahannya. Orang yang hanya bertahan sebentar saja dan dalam masa pencobaan menjadi murtad sudah berjuang dengan sia-sia dan juga akan kehilangan segala sesuatu yang telah mereka capai. Hanya orang yang bertahan sampai akhir sajalah yang pasti akan mendapat imbalan, dan hanya mereka saja. Setialah sampai mati, maka kamu akan mendapatkan mahkota kehidupan.

[4] Bahwa seberat apa pun masalah yang dihadapi murid-murid Kristus, semuanya itu tidaklah melebihi apa yang sudah dihadapi Guru mereka sebelumnya (ay. 24-25).

Seorang murid tidak lebih daripada gurunya. Kita juga melihat perkataan ini dijadikan alasan mengapa mereka harus bersedia melakukan pekerjaan yang paling hina sekalipun, bahkan untuk saling membasuh kaki mereka (Yoh. 13:16). Di sini perkataan tersebut diberikan sebagai alasan mengapa mereka tidak boleh menyerah di dalam penderitaan yang paling berat sekalipun. Mereka diingatkan akan perkataan ini (Yoh. 15:20), sebuah ungkapan peribahasa, bahwa seorang hamba tidaklah lebih dari tuannya, karena itu, seorang hamba janganlah mengharapkan yang lebih baik daripada tuannya. Perhatikanlah,

pertama, Yesus Kristus adalah Tuan kita, Tuan yang mengajar kita, dan kita adalah murid-murid-Nya, untuk belajar dari-Nya. Ia juga Tuan yang memerintah kita, dan kita adalah hamba-hamba-Nya yang harus mematuhi-Nya. Ia adalah Tuan rumah, oikodespotēs, yang mempunyai kekuasaan mutlak di dalam gereja, yang adalah keluarga-Nya.

Kedua, Tuhan dan Guru kita Yesus Kristus menghadapi masalah-masalah berat di dunia. Orang-orang memanggil-Nya Beelzebul, dewa lalat, nama penghulu setan, dan mereka berkata bahwa Dia bersekutu dengannya. Dalam hal ini sulit dikatakan mana yang lebih mengherankan, kejahatan orang-orang yang melecehkan Kristus seperti itu, ataukah kesabaran Kristus untuk menahan diri walaupun dilecehkan demikian. Ia, yang adalah Allah segala Kemuliaan, direndahkan sebagai dewa lalat. Raja Israel dikatakan sebagai dewa Ekron. Raja segala terang dan hidup disebut penghulu kuasa-kuasa kegelapan dan kematian. Musuh dan Pembinasa Iblis yang terbesar diturunkan derajat-Nya menjadi sekutu Iblis. Namun dalam semuanya ini Ia tetap bertahan menghadapi perlawanan dari para pendosa itu.

Ketiga, dengan melihat bagaimana Kristus dilecehkan di dunia ini, maka kita juga harus siap sedia menghadapi hal serupa dan menanggungnya dengan sabar. Janganlah kita merasa aneh jika orang-orang yang membenci-Nya juga membenci kita sebagai para pengikut-Nya, dan janganlah merasa berat jika orang-orang yang sebentar lagi akan dibuat serupa seperti Dia di dalam kemuliaan, sekarang dibuat serupa seperti Dia di dalam penderitaan. Kristus memulai dengan cawan yang pahit, jadi marilah kita juga bersedia menanggungnya bersama Dia. Dengan memanggul salib, Ia menjadikan segalanya menjadi mudah bagi kita.

[5] Bahwa tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka (ay. 26). Dari perkataan ini kita bisa mengetahui,

pertama, tentang pengungkapan Injil ke seluruh dunia. "Beritakanlah Injil (ay. 27), karena mau tidak mau Injil pasti akan diberitakan. Kebenaran-kebenaran yang sekarang tersembunyi dari umat manusia sebagai misteri akan diberitakan kepada segala bangsa di dalam bahasa mereka sendiri" (Kis. 2:11). Seluruh ujung bumi harus melihat keselamatan ini. Perhatikanlah, mereka yang melakukan pekerjaan Kristus boleh merasa berbesar hati dengan mengetahui bahwa pekerjaan yang mereka lakukan itu pasti akan selesai. Pekerjaan ini seperti pekerjaan membajak tanah yang akan dipercepat penyelesaiannya oleh Allah. Atau,

kedua, perkataan ini untuk membersihkan nama baik hamba-hamba Kristus yang menderita, yang dipanggil Beelzebul. Sifat mereka yang sesungguhnya kini masih sangat tersamar oleh gambaran-gambaran palsu yang dilontarkan terhadap mereka, namun apa pun itu, sekaranglah waktunya kesalehan dan keunggulan mereka ditampakkan, semuanya akan diungkapkan. Terkadang hal tersebut terjadi secara besar-besaran di dunia ini, ketika melalui berbagai peristiwa yang datang silih berganti, kebenaran orang-orang kudus menjadi bersinar seperti cahaya. Namun demikian, pengungkapan secara menyeluruh akan terjadi pada hari penghakiman besar, di mana kemuliaan mereka akan dinyatakan ke seluruh bumi, dan kepada semua malaikat serta seluruh umat manusia, yang pada saat ini orang-orang kudus menjadi tontonan mereka (1Kor. 4:9). Segala penghinaan yang ditujukan kepada mereka akan dihapuskan, dan semua perbuatan baik serta pelayanan mereka yang sekarang tersembunyi akan diperlihatkan (1Kor. 4:5). Perhatikanlah, walaupun umat Allah difitnah dan dicela oleh manusia, mereka boleh merasa terhibur dengan mengetahui bahwa akan ada hari kebangkitan untuk nama, seperti juga untuk tubuh, pada akhir zaman, ketika orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari. Biarlah hamba-hamba Kristus tetap setia mengungkapkan kebenaran-kebenaran-Nya, dan berserah kepada Dia saja untuk menyatakan nama baik mereka pada waktu yang ditentukan.

[6] Bahwa Allah di dalam pemeliharaan-Nya memerhatikan secara khusus orang-orang kudus di dalam penderitaan-penderitaan mereka (ay. 29-31).

Baik bagi kita untuk kembali kepada dasar-dasar kebenaran kita yang utama, khususnya mengenai ajaran mengenai pemeliharaan Allah yang berlaku atas apa saja di seluruh alam semesta ini, yang meliputi segala makhluk dan semua perbuatan mereka, bahkan untuk hal yang paling kecil sekalipun. Alam sendiri mengajarkan hal ini kepada kita, dan ini sangat menghibur bagi umat manusia, terutama bagi semua orang baik yang di dalam iman dapat memanggil Allah ini sebagai Bapa mereka, yang memelihara mereka dengan penuh kelembutan. Perhatikanlah di sini:

Pertama, pemeliharaan ilahi yang secara umum meliputi seluruh makhluk hidup, bahkan yang paling kecil sekalipun seperti burung pipit (ay. 29). Begitu tidak berartinya hewan yang mungil ini sampai satu ekor saja tidak ada harganya. Harus ada dua ekor untuk bisa dijual seduit (malah harus ada lima ekor untuk dihargai dengan dua duit, Luk. 12:6). Namun demikian burung-burung itu tidak luput dari pemeliharaan ilahi. "Seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu," yang berarti:

Ketika mereka turun ke tanah untuk mencari-cari makan, untuk memungut biji jagung, Bapamu di sorga, Dia-lah, dengan pemeliharaan-Nya, yang telah menyiapkan makanan bagi mereka. Dalam kitab lain yang juga berbicara tentang hal ini, yaitu Lukas 12:6, diungkapkan begini, "Tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah," lupa diberi makan; sebaliknya, Ia memberi mereka makan (Mat. 6:26). Karena itulah, Ia yang memberikan makan burung pipit pasti tidak akan membuat orang-orang kudus kelaparan.

Burung-burung itu tidak akan jatuh ke bumi dan mati, entah itu karena kematian alami atau karena kecelakaan, tanpa diketahui Allah. Jadi, walaupun mereka hanya merupakan bagian yang begitu kecil saja dari ciptaan, namun bahkan kematian mereka pun tidak luput dari perhatian pemeliharaan Allah. Apalagi kematian murid-murid-Nya! Lihatlah, burung-burung yang melayang tinggi di atas, jatuh juga ke bumi ketika mati. Kematian membawa yang paling tinggi kembali ke bumi. Sebagian orang berpendapat bahwa dalam hal ini Kristus merujuk kepada dua ekor burung yang dipakai untuk menahirkan orang yang sakit kusta (Im. 14:4-6). Kedua burung itu secara sepintas disebut burung pipit; yang satu dibunuh, dan dengan demikian jatuh ke bumi, dan yang lain dilepaskan. Nah, untuk memutuskan yang mana dari keduanya yang harus dibunuh kelihatannya merupakan sesuatu yang remeh. Orang yang harus membunuhnya mengambil yang mana saja yang ia suka, tetapi Allah di dalam pemeliharaan-Nya merancang dan menentukan mana yang harus mati. Nah, Allah ini, yang memperhatikan burung-burung pipit sedemikian rupa karena mereka adalah ciptaan-Nya, akan terlebih lagi memperhatikan kamu, yang adalah anak-anak-Nya. Jika burung pipit saja tidak akan mati tanpa sepengetahuan Bapamu, tentu manusia juga tidak, terutama kamu yang adalah seorang Kristen, seorang hamba, teman-Ku, dan anak-Ku. Seekor burung tidak akan jatuh ke dalam jerat pemburu unggas, atau karena tembakan si pemburu, dan dengan demikian tidak akan dijual di pasar, jika bukan menurut pemeliharaan ilahi. Musuh-musuhmu, seperti pemburu unggas yang licik, memasang jerat bagimu, dan dengan diam-diam menembakmu, namun mereka tidak dapat membawamu dan tidak dapat menangkapmu, jika Allah tidak mengizinkannya. Oleh sebab itu, janganlah takut terhadap kematian, karena musuh-musuhmu tidak akan mempunyai kuasa untuk melawanmu, kalau tidak diberikan kepada mereka dari atas. Allah bisa menghancurkan panah dan jerat mereka (Mzm. 38:13-16; 64:5, 8), dan membuat jiwa kita terluput seperti burung (Mzm. 124:7); sebab itu janganlah kamu takut (ay. 31). Perhatikanlah, ajaran tentang pemeliharaan ilahi dapat menenangkan segala ketakutan yang dirasakan umat Allah: Kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Semua manusia demikian adanya, karena makhluk lain diciptakan untuk manusia dan diletakkan di bawah kakinya (Mzm. 8:7-9). Terlebih lagi murid-murid Yesus Kristus, yang adalah orang-orang istimewa di bumi, meskipun saat ini mereka direndahkan seolah-olah tidak seharga dengan satu burung pipit.

Kedua, perhatian khusus yang diberikan Allah kepada murid-murid Kristus, terutama di dalam penderitaan-penderitaan mereka (ay. 30), rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Ini adalah suatu ungkapan peribahasa yang menunjukkan betapa Allah sangat memerhatikan dan memedulikan umat-Nya, bahkan hal-hal yang kecil dan yang paling sedikit diperhatikan sekalipun. Mengenai hal ini, tidak perlulah kita bertanya-tanya mengenai kebenarannya, sebaliknya kita terdorong untuk hidup dengan terus bergantung pada pemeliharaan Allah yang meliputi segala kejadian. Pemeliharaan ilahi itu sama sekali tidak merendahkan kemuliaan yang tidak terbatas atau mengganggu ketenangan yang tidak terhingga dari Sang Akal Budi yang Kekal. Jika rambut manusia saja dihitung-Nya, apalagi kepala mereka. Terlebih lagi Ia akan mengurusi hidup mereka, kesejahteraan mereka, dan jiwa mereka. Ini menunjukkan bahwa Allah lebih memperhatikan mereka daripada mereka memperhatikan diri mereka sendiri. Orang biasanya cemas menghitung uang, barang, dan ternak mereka namun tidak pernah mau dengan teliti menghitung rambutnya, yang gugur dan hilang, dan mereka tidak pernah merasa kehilangan rambut mereka itu. Tetapi Allah menghitung rambut umat-Nya, dan tidak sehelai pun dari rambut kepala mereka akan hilang (Luk. 21:18). Mereka tidak akan dibiarkan disakiti sedikit pun, kecuali atas pertimbangan yang matang. Begitu berharganya orang-orang kudus, dan kehidupan, serta kematian mereka bagi Allah!

[7] Bahwa Kristus sebentar lagi, pada hari kemenangan, akan mengakui orang-orang yang mengakui-Nya pada masa pencobaan, sementara mereka yang menyangkal-Nya akan disangkal dan ditolak-Nya untuk selama-lamanya (ay. 32-33). Perhatikanlah,

Pertama, kita wajib mengakui Kristus di depan manusia, dan jika kita melakukannya, maka pada masa nanti pengakuan kita akan menjadi suatu kehormatan dan kebahagiaan kita yang tidak terkira.

Kita wajib bukan hanya untuk percaya kepada Kristus, tetapi juga untuk mengakui iman kepercayaan itu, dengan menderita bersama-Nya pada waktu kita dipanggil untuk mengalaminya, dan juga dengan melayani-Nya. Kita tidak boleh merasa malu akan hubungan kita dengan Kristus, persekutuan kita bersama-Nya, dan hal-hal yang kita harapkan dari-Nya. Dengan inilah ketulusan iman kita dibuktikan, nama-Nya dimuliakan, dan orang lain pun dibangun.

Walaupun hal ini dapat membuat kita dicela dan dihadapkan pada masalah sekarang, kita akan mendapat balasan yang berlimpah karenanya pada hari kebangkitan orang-orang benar, di mana kita akan mendapat kehormatan dan kebahagiaan yang tidak terkira pada saat mendengar Kristus berkata (apalagi yang lebih membahagiakan dari ini?), "Aku akan mengakuinya, walaupun ia hanyalah cacing tanah yang tidak berharga, namun ia adalah salah satu kepunyaan-Ku, salah satu teman dan kesayangan-Ku, yang mengasihi-Ku, dan yang Aku kasihi, yang telah kutebus dengan darah-Ku, dan yang merupakan hasil karya Roh-Ku. Aku akan mengakuinya di depan Bapa-Ku, dan ini akan sangat menguntungkannya. Aku akan mengatakan hal-hal yang baik tentang dia, ketika dia berdiri di hadapan Bapa-Ku untuk menerima keputusan terakhir baginya. Aku akan mempersembahkannya, mewakilinya, di hadapan Bapa-Ku." Orang yang menghormati Kristus akan dihormati demikian oleh Kristus. Mereka menghormati-Nya di depan manusia, ini suatu hal yang sepele, dan Ia akan memberi mereka kehormatan di depan Bapa-Nya, ini suatu hal yang hebat.

Kedua, orang yang menolak dan menyangkal Kristus di depan manusia akan mendapat bahaya besar, karena mereka yang melakukannya akan disangkal oleh-Nya pada hari penghakiman besar, ketika mereka justru paling membutuhkan-Nya. Ia tidak akan mengakui mereka sebagai hamba-hamba-Nya karena mereka tidak mengakui-Nya sebagai Tuan mereka, "Aku berkata, Aku tidak pernah mengenal kamu" (7:23). Pada abad-abad pertama Kekristenan, orang yang mengakui Kristus pasti akan kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya di dunia ini, dan karena itu, pengakuan di masa itu lebih dari sekadar ujian ketulusan; pengakuan di masa itu melebihi yang terjadi sekarang ini, yang memiliki banyak keuntungan duniawi yang menyertainya. Bersambung

PESAN YESUS UNTUK PARA RASUL EPISODE VII

(1)   Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang (ay. 27).

"Apa pun risiko yang kamu hadapi, teruslah bekerja, siarkan dan nyatakan Injil kekal ke seluruh dunia; ini adalah pekerjaanmu, ingat itu! Musuh membuat rancangan bukan hanya untuk menghancurkan kamu, melainkan juga untuk mengekang Injil, dan karena itu, apa pun akibatnya, beritakanlah Injil itu." Apa yang Kukatakan kepadamu, katakanlah itu. Perhatikanlah, apa yang disampaikan para rasul kepada kita sama dengan apa yang mereka terima dari Yesus Kristus (Ibr. 2:3). Mereka memberitakan apa yang Dia katakan kepada mereka -- itu saja, hanya itu, dan tidak ada yang lain kecuali itu. Duta-duta ini menerima perintah-perintah secara pribadi, di dalam gelap, dengan berbisik-bisik, di sudut ruangan, dalam perumpamaan-perumpamaan. Kristus berbicara tentang banyak hal secara terbuka, namun apa yang dibicarakan-Nya secara pribadi tidak ada yang berbeda dengan apa yang disampaikan-Nya kepada umum (Yoh. 18:20). Akan tetapi, perintah-perintah khusus yang Dia berikan kepada murid-murid-Nya tentang Kerajaan Allah setelah kebangkitan-Nya disampaikan secara pribadi (Kis. 1:3), karena pada waktu itu Ia memang tidak pernah memperlihatkan diri-Nya secara terbuka. Namun demikian, mereka harus memberitakan kata-kata-Nya di depan umum, dalam terang, dan dari atas rumah, karena ajaran Injil merupakan kepedulian dari semua orang (Ams. 1:20-21; 8:2-3), dan oleh sebab itu siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar. Tanda pertama yang menunjukkan diterimanya orang-orang bukan-Yahudi ke dalam gereja dapat dilihat dari atas rumah (Kis. 10:9). Perhatikanlah, tidak ada satu bagian pun dalam Injil Kristus yang karena suatu alasan apa pun perlu disembunyikan, seluruh maksud Allah haruslah diberitakan (Kis. 20:27). Di dalam jemaat yang begitu beragam, hendaklah Injil diberitakan dengan jelas dan disampaikan dengan seutuhnya.

Dengan memberikan penghiburan dan dorongan. Banyak hal yang dikatakan di sini untuk menghibur dan mendorong, dan semuanya itu hanya sedikit jika kita melihat banyaknya kesulitan yang harus mereka hadapi selama perjalanan pelayanan mereka. Dengan melihat kelemahan mereka pada waktu itu, tampak juga bahwa tanpa adanya dukungan yang kuat, mereka tidak akan bisa bertahan mengabarkan Injil dalam keadaan seperti itu. Oleh karenanya Kristus menunjukkan kepada mereka mengapa mereka harus merasa berbahagia:

(1)     Ada satu pernyataan khusus mengenai misi mereka pada saat itu, "Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang" (ay. 23).

Mereka harus memberitakan bahwa kerajaan Anak Manusia, yang adalah Sang Mesias, sudah dekat. Mereka harus berdoa, "Datanglah kerajaan-Mu." Sekarang mereka tidak harus mengunjungi seluruh kota-kota di Israel, tetapi mereka harus berdoa dan mengabarkan Injil sebelum kerajaan itu datang, yang ditandai oleh kemuliaan Kristus dan pencurahan Roh Kudus. Sungguh menghibur:

1)      Bahwa apa yang mereka katakan akan terpenuhi. Mereka berkata bahwa Anak Manusia akan datang, dan lihatlah, Ia datang. Kristus akan menguatkan perkataan hamba-hamba-Nya (Yes. 44:26).

2)      Bahwa perkataan mereka itu akan terwujud segera. Perhatikanlah, pekerja-pekerja Kristus bisa merasa tenang karena waktu kerja mereka hanya sebentar, dan akan selesai dengan segera. Pekerja upahan bekerja pada hari yang ditentukan; pekerjaan dan perjuangan sebentar lagi akan tuntas.

3)      Bahwa pada waktu itu mereka akan diangkat untuk menduduki tempat yang lebih tinggi. Pada saat Anak Manusia datang, mereka akan menerima kuasa dari Yang Mahatinggi. Sekarang mereka diutus sebagai pelaku dan utusan, tetapi sebentar lagi amanat mereka akan diperluas, dan mereka akan diutus sebagai duta-duta berkuasa penuh ke seluruh dunia.

(2) Berikut ini adalah perkataan-perkataan yang banyak berhubungan dengan pekerjaan mereka pada umumnya, dan masalah-masalah yang akan mereka temui dalam melakukan pekerjaan itu, dan semua perkataan ini sungguh indah dan menghibur.

[1] Bahwa penderitaan-penderitaan yang mereka alami adalah untuk kesaksian bagi para penguasa dan raja, dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah (ay. 18).

Apabila majelis-majelis Yahudi menyerahkan kamu kepada para penguasa Romawi untuk dihukum mati, penyerahanmu dari satu pengadilan ke pengadilan lain itu akan membantu membuat kesaksianmu lebih diketahui umum, dan akan memberimu kesempatan untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi dan juga kepada orang-orang Yahudi itu sendiri. Ya, begitulah, kamu akan bersaksi kepada mereka dan melawan mereka melalui masalah-masalah yang kamu hadapi itu. Perhatikanlah, umat Allah, terutama pelayan-pelayan Tuhan, adalah saksi-saksi-Nya (Yes. 43:10), bukan hanya di dalam perbuatan baik, melainkan juga di dalam penderitaan mereka. Karena itulah mereka disebut martir, yakni saksi-saksi bagi Kristus, bahwa kebenaran-kebenaran yang dinyatakan-Nya tidak diragukan lagi pasti benar dan sangat bernilai. Dengan menjadi saksi-saksi bagi-Nya, mereka juga menjadi saksi-saksi yang melawan orang-orang yang menentang Dia dan Injil-Nya. Penderitaan-penderitaan para martir adalah karena mereka bersaksi bagi Injil yang mereka akui kebenarannya, dan dengan demikian mereka menjadi saksi-saksi mengenai permusuhan dari para penganiaya mereka. Dalam kedua hal tersebut mereka merupakan saksi-saksi yang melawan musuh mereka, dan akan dijadikan bukti pada hari penghakiman besar, di mana orang-orang kudus akan menghakimi dunia; dan alasan bagi penghakiman yang akan diberikan nanti adalah, "Segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." Nah, jika penderitaan mereka adalah suatu kesaksian, maka sudah sepantasnya mereka menanggung penderitaan itu dengan penuh sukacita! Karena kesaksian itu tidak akan selesai sebelum datangnya penderitaan-penderitaan (Why. 11:7). Jika mereka adalah saksi-saksi Kristus, mereka harus memastikan bahwa mereka menanggung beban-beban mereka.

[2] Bahwa dalam segala kesempatan mereka harus mengalami kehadiran Allah secara khusus bersama mereka dan bantuan langsung dari Roh Kudus-Nya, terutama ketika mereka dipanggil untuk memberikan kesaksian di hadapan penguasa-pengusasa dan raja-raja.

Semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu (kata Kristus) pada saat itu juga ketika kamu akan berbicara. Murid-murid Kristus dipilih dari yang bodoh menurut dunia, orang-orang yang tidak berpendidikan dan tidak berpengetahuan, dan karena itu wajar saja kalau mereka tidak memercayai kemampuan-kemampuan mereka sendiri, terutama ketika diperhadapkan dengan para pembesar. Ketika Musa diutus untuk menghadap Firaun, ia mengeluh, "Aku ini tidak pandai bicara" (Kel. 4:10). Ketika Yeremia dipanggil untuk merobohkan kerajaan-kerajaan, ia berkeberatan, "Aku ini masih muda" (Yer. 1:6, 10). Nah, sebagai tanggapan dari pernyataan ini,

pertama, mereka diberi janji bahwa semuanya itu akan dikaruniakan kepada mereka, bukan beberapa saat sebelumnya, melainkan pada saat itu juga ketika mereka harus berbicara. Mereka akan berbicara tanpa persiapan, namun akan berbicara sesuai yang diperlukan, dan mereka akan melakukannya dengan begitu baik seperti yang tidak pernah dilakukan orang sebelumnya. Perhatikanlah, ketika Allah memanggil kita untuk berbicara bagi-Nya, kita boleh bergantung pada-Nya untuk mengajar kita apa yang harus kita katakan, bahkan ketika kita sedang berjuang di dalam kemalangan dan ketawaran hati.

Kedua, mereka diyakinkan bahwa Roh Kudus akan mengungkapkan pembelaan-pembelaan yang harus mereka ajukan. Bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu, yang berkata-kata di dalam kamu (ay. 20). Mereka tidak ditinggalkan sendiri pada saat-saat seperti itu, Allah yang menanggungnya untuk mereka. Roh-Nya yang penuh hikmat berbicara di dalam mereka, seperti halnya pemeliharaan ilahi-Nya yang kadang-kadang berbicara secara ajaib bagi mereka, dan oleh Roh hikmat dan pemeliharaan ilahi itu, mereka bahkan akan menyentuh hati nurani para penganiaya mereka. Allah memberi mereka kemampuan, bukan hanya untuk berbicara tepat seperti yang diperlukan, melainkan juga dalam apa yang mereka katakan, mereka mengatakannya dengan semangat yang kudus. Roh yang sama yang membantu mereka di mimbar, akan membantu mereka juga di pengadilan. Mereka pasti akan melaluinya dengan baik, karena mereka mempunyai Pembela yang begitu hebat seperti itu. Kepada mereka Allah berkata, seperti yang dikatakan-Nya kepada Musa, "Pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan diam di dalam hatimu" (Kel. 4:12). Bersambung

Senin, 05 April 2021

PESAN UNTUK PARA RASUL EDISI VI

(1)   Janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan (ay. 19).

"Ketika kamu dibawa ke hadapan pengadilan, bersikaplah sopan, tetapi janganlah kamu menyiksa dirimu dengan memikirkan bagaimana caranya kamu bisa terlepas dari semua masalah ini. Memang kamu harus berpikir dengan bijak, tetapi tidak dengan cemas, gundah-gulana dan gelisah. Serahkanlah kekhawatiranmu ini kepada Allah, termasuk juga apa yang harus kamu makan dan apa yang harus kamu minum. Janganlah berusaha mencari-cari perkataan yang cocok, ad captandam benevolentiam untuk mencari keuntungan sendiri dengan usaha sendiri. Janganlah menyampaikan sesuatu dengan ungkapan yang indah-indah, atau berlagak seperti orang pandai, dan mengulur-ulur waktu, karena ini hanya akan memberi kesan bahwa kamu sedang berusaha menutup-nutupi kejahatan yang kamu lakukan. Perbuatan baik tidak perlu ditutup-tutupi. Dengan merasa cemas seperti ini, kamu tidak akan memberikan kesan yang baik tentang dirimu, karena seolah-olah bukti pembelaanmu tidak cukup untuk dibiarkan berbicara sendiri. Kamu tahu atas dasar apa kamu pergi, dan karena itu verbaque prævisam rem non invita sequentur -- pernyataan-pernyataan yang tepat dengan sendirinya akan datang juga." Tidak pernah ada orang yang bisa berbicara lebih baik di hadapan penguasa-penguasa dan raja-raja daripada ketiga orang pemenang ini, yang tidak memikirkan terlebih dulu apa yang harus mereka katakan, "Wahai Nebukadnezar, tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini" (Dan. 3:16; Mzm. 119:46). Perhatikanlah, murid-murid Kristus harus lebih memikirkan bagaimana bersikap baik daripada berbicara baik; bagaimana menjaga nama baik dan keutuhan diri mereka daripada membelanya. Non magna loquimur, sed vivimus Hidup kita sendirilah, dan bukan kata-kata sombong, yang memberikan pembelaan yang terbaik.

(2)   Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain (ay. 23).

"Tolaklah mereka yang menolak kamu dan ajaranmu, dan lihatlah apakah orang lain juga tidak mau menerima kamu dan ajaranmu. Berpindahlah dari satu tempat ke tempat lain demi keselamatanmu sendiri." Perhatikanlah, dalam menghadapi bahaya yang mengancam, murid-murid Kristus boleh dan harus berusaha menyelamatkan diri sendiri dengan cara melarikan diri, jika Allah dalam pemeliharaan ilahi-Nya memang membukakan pintu bagi mereka untuk meloloskan diri. Orang yang melarikan diri bisa berjuang kembali. Bukanlah hal yang memalukan bagi prajurit-prajurit Kristus untuk melarikan diri dari suatu tempat, asalkan mereka tidak lantas berhenti melakukan pekerjaan. Mereka boleh lari menghindari bahaya, namun tidak boleh lari menjauh dari kewajiban. Lihat betapa pedulinya Kristus terhadap murid-murid-Nya sampai Ia mau menyediakan tempat pelarian dan perlindungan bagi mereka. Karena diberikan perintah demikian, maka penganiayaan itu tidak akan mengamuk di semua tempat pada waktu yang sama. Bila kota yang satu sudah terlalu panas bagi mereka, maka kota yang lain disediakan sebagai tempat berlindung yang sejuk dan sebagai sebuah tempat pengungsian kecil; ini merupakan suatu pertolongan yang harus dimanfaatkan, jangan diabaikan. Akan tetapi, melarikan diri ini bisa dilakukan selalu dengan satu syarat, yaitu bahwa sarana yang tidak benar dan terlarang tidak boleh digunakan untuk melarikan diri, karena bila tidak demikian, maka pintu yang tersedia itu sesungguhnya bukan pintu yang dibukakan Allah. Kita banyak melihat contoh kejadian yang menggambarkan penerapan perintah ini baik dalam sejarah Kristus maupun para rasul-Nya, dan dalam semua kejadian itu, yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat dan keutuhan diri dalam mengikuti Kristus.

(3)   Janganlah kamu takut terhadap mereka (ay. 26), karena mereka hanya berkuasa membunuh tubuh (ay. 28).

Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban dan kepedulian murid-murid Kristus untuk tidak boleh takut terhadap musuh-musuh mereka yang paling hebat sekalipun. Orang yang benar-benar takut akan Allah tidak perlu takut terhadap manusia, dan orang yang takut berbuat dosa yang paling kecil tidak perlu takut terhadap masalah yang paling besar. Takut kepada orang mendatangkan jerat, jerat yang membingungkan dan yang mengganggu ketentraman hati kita; jerat itu melilit, dan menarik kita untuk berbuat dosa. Karena itu kita harus berjaga-jaga, berusaha, dan berdoa melawan jerat ini. Memang masa di mana kita hidup ini selalu sulit, musuh semakin ganas, dan peristiwa hidup selalu mengancam. Namun demikian, kita tidak perlu takut, kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, karena kita mempunyai Allah yang begitu baik, pekerjaan yang begitu luhur, dan pengharapan yang begitu baik dalam karunia.

Memang gampang dikatakan, namun apabila pencobaan benar-benar datang, siksaan dan penganiayaan, penjara dan terali, kapak dan tiang gantungan, api dan kayu bakar, semuanya ini sungguh mengerikan. Hati orang yang paling gagah berani pun bisa gentar dan melangkah mundur, apalagi kalau jelas-jelas ada kesempatan menghindar dengan hanya beberapa langkah mundur saja. Karena itu, supaya kita kuat menghadapi cobaan ini, dikatakan di sini,

[1] Alasan yang baik untuk tidak merasa takut, yaitu karena kekuatan musuh ada batasnya.

Mereka dapat membunuh tubuh, ini yang paling bisa mereka lakukan dalam amukan mereka. Hanya sampai di sini mereka bisa menyakiti kita, jika Allah mengizinkannya, dan tidak lebih dari itu. Mereka tidak berkuasa membunuh jiwa, atau menyakitinya, dan jiwa adalah manusia itu sendiri. Dengan demikian tampak bahwa jiwa tidak tertidur di dalam kematian (seperti yang dibayangkan sebagian orang), dan juga tidak terpisah dari pikiran atau pengindraan, karena jika tidak demikian, membunuh tubuh berarti juga membunuh jiwa. Jiwa dibunuh bila jiwa itu terpisah dari Allah dan kasih-Nya, yang adalah sumber hidup dari jiwa itu sendiri. Ia dibunuh bila menjadi bejana dari murka-Nya. Ini semua berada di luar kekuasaan orang-orang yang hanya bisa membunuh tubuh. Pencobaan, kesukaran, dan penganiayaan dapat memisahkan kita dari dunia, tetapi tidak dari Allah, juga tidak bisa membuat kita tidak mengasihi-Nya atau dikasihi-Nya (Rm. 8:35-37). Karena itu, jika kita lebih peduli terhadap jiwa kita dan memperlakukannya sebagai permata yang berharga, maka kita tidak akan takut lagi terhadap manusia, karena mereka tidak berkuasa merampasnya dari kita. Mereka hanya dapat membunuh tubuh, yang dengan sendirinya akan mati, bukan jiwa, yang akan terus hidup dalam dirinya dan Allahnya, kendati tubuhnya dibunuh oleh musuh-musuhnya. Mereka hanya bisa menghancurkan wadah luarnya saja. Ada seorang kafir yang menentang penindasnya dengan berkata demikian, "Tunde capsam Anaxarchi, Anaxarchum nom laedis -- Kamu mungkin bisa melecehkan Anaxarchus, tetapi kamu tidak bisa melukai Anaxarchus sendiri." Permata yang berharga sama sekali tidak tersentuh. Seneca mengartikan bahwa kita tidak bisa menyakiti manusia yang bijak dan baik, karena manusia demikian tidak memandang kematian itu sebagai sesuatu yang sungguh menyakitkan baginya. Si maximum illud ultra quod nihil habent iratæ leges, aut sævissimi domini minantur, in quo imperium suum fortuna consumit, æquo placidoque animo accipimus, et scimus mortem malum non esse ob hoc, ne injuriam quidem -- Jika kita menghadapi saat kematian atau kebinasaan dengan ketenangan hati dan pengendalian diri -- yang setelahnya hukum yang tidak adil dan penguasa yang keji tidak punya kekuatan untuk menyakiti kita dan di mana nasib tidak lagi berkuasa atas kita -- maka kita tahu bahwa kematian bukanlah sesuatu yang mengerikan lagi, karena kematian tidak menggoreskan luka sedikit pun (Seneca, De Constantid).

[2] Obat yang baik untuk melawan penganiayaan atau kematian adalah takut akan Allah. Takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Perhatikanlah,

pertama, neraka adalah tempat yang menghancurkan jiwa maupun tubuh; jadi masalahnya bukan keberadaan dari salah satunya, tetapi bagaimana keberadaan dari keduanya itu, baik atau tidak, dan ini menentukan kebinasaan manusia itu seluruhnya. Sebab, jika jiwa hilang, maka tubuh pun hilang. Keduanya berdosa secara bersama-sama; tubuh adalah penggoda bagi jiwa untuk berbuat dosa, tubuh merupakan alat untuk berdosa, dan keduanya pun harus menderita bersama-sama selamanya.

Kedua, pembinasaan ini datang dari kuasa Allah, Ia berkuasa membinasakan. Pembinasaan ini dilakukan dengan kemuliaan kekuatan-Nya (2Tes. 1:9). Dalam hal ini Ia akan menyatakan kuasa-Nya, bukan hanya wewenang-Nya untuk menghukum, melainkan juga kemampuan-Nya untuk menjalankan hukuman itu (Rm. 9:22).

Ketiga, oleh karena itu Allah haruslah ditakuti, bahkan oleh orang-orang yang paling kudus di dunia sekalipun. Dengan menyadari kedahsyatan Tuhan, kita mengajak sesama manusia untuk tunduk dan hormat kepada-Nya. Kita harus takut akan Dia sama seperti takut akan murka-Nya, demikian pula sesuai dengan kedahsyatan murka-Nya itu, demikian pula seharusnya rasa takut kita akan Dia, terutama karena tidak ada orang yang mengenal kekuatan murka-Nya (Mzm. 90:11). Kalau Adam saja yang dalam keadaan tidak berdosa merasa hormat dan tunduk oleh karena suatu ancaman, maka tiada seorang pun murid Kristus yang boleh menyangka bahwa mereka tidak perlu memiliki perasaan takut yang kudus ini. Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN. Allah Abraham, walaupun Abraham sudah mati, disebut Yang Disegani oleh Ishak, yang masih hidup (Kej. 31:42, 53).

Keempat, takut akan Allah dan akan kuasa-Nya yang bertakhta di dalam jiwa merupakan penangkal yang ampuh terhadap perasaan takut manusia. Lebih baik tidak disukai oleh seluruh dunia daripada tidak disukai oleh Allah, dan karena itu baiklah bagi kita untuk taat kepada Allah daripada manusia (Kis. 4:19), karena selain ini baik, hal tersebut juga sungguh aman bagi kita. Orang yang takut terhadap manusia yang memang akan mati, pasti sudah melupakan TUHAN yang menjadikan mereka (Yes. 51:12-13; Neh. 4:14). Bersambung

PESAN YESUS UNTUK PARA RASUL EDISI IV

Murid-murid Kristus harus menanggung penderitaan-penderitaan yang berat ini

(1)   Dari manusia (ay. 17).

"Waspadalah terhadap semua orang. Kamu harus berjaga-jaga, bahkan terhadap mereka yang kodratnya sama dengan kamu." Sedemikianlah kebobrokan dan kemerosotan kodrat manusia itu (homo homini lupus - manusia adalah serigala bagi sesamanya), cerdik dan licik seperti manusia, namun kejam dan biadab seperti binatang, dan sama sekali tidak menunjukkan perikemanusiaan. Perhatikanlah, penganiayaan dan permusuhan yang membabi buta mengubah orang menjadi binatang buas, seperti Iblis. Paulus berjuang melawan binatang buas dalam rupa manusia di Efesus (1Kor. 15:32). Sungguh menyedihkan melihat bagaimana jadinya dunia ini, sahabat-sahabat terbaik yang dimilikinya pun perlu waspada terhadap sesama manusia. Penderitaan yang harus ditanggung oleh hamba-hamba Kristus ini semakin bertambah berat karena penderitaan itu timbul dari orang-orang yang adalah tulang dari tulang mereka sendiri, yang diciptakan dari darah yang sama. Dalam hal ini para penganiaya itu lebih buruk daripada binatang buas, sebab mereka memangsa korban dari jenis mereka sendiri, karena sævis inter se convenit ursis -- bahkan orang biadab pun menghormati sesama mereka sendiri. Sangatlah menyedihkan jika manusia bangkit melawan kita (Mzm. 124:1-8), sementara justru darinya kita mengharapkan perlindungan dan rasa simpati. Manusia, tidak lebih dari itu, hanya manusia saja, manusia dan bukan orang kudus, manusia duniawi (1Kor. 2:14) dan orang-orang dunia ini (Mzm. 17:14). Orang-orang kudus lebih dari manusia dan ditebus dari antara manusia, karena itu mereka dibenci oleh manusia.

Jika sifat manusia tidak dikuduskan, maka sifat itu menjadi sifat yang paling buruk di dunia ini setelah sifat Iblis. Mereka adalah manusia, dan karena itu mereka adalah ciptaan yang lebih rendah, bergantung pada orang lain, dan akan mati. Mereka adalah manusia, namun mereka hanyalah manusia saja (Mzm. 9:21), dan siapakah engkau maka engkau takut terhadap manusia yang memang akan mati? (Yes. 51:12). "Waspadalah terhadap manusia," demikianlah yang dikatakan Dr. Hammond; "waspadalah terhadap orang-orang yang kamu kenal, terhadap anggota-anggota Sanhedrin (majelis agama Yahudi), yang menolak Kristus" (1Ptr. 2:4).

(2)   Dari orang-orang yang mengaku beragama, orang-orang yang mempunyai suatu bentuk kesalehan, dan yang memamerkannya kepada semua orang. Mereka akan menyesah kamu di rumah ibadat mereka, tempat mereka bertemu untuk menyembah Allah dan untuk menjalankan kewajiban agama mereka, sehingga mereka memandang penyesahan terhadap hamba-hamba Kristus ini sebagai salah satu bentuk ibadah.

Lima kali Paulus disesah orang-orang Yahudi di tempat-tempat ibadah mereka (2Kor. 11:24). Orang-orang Yahudi, dengan semangat yang berkobar-kobar terhadap Musa, merupakan penganiaya Kristus dan Kekristenan yang paling keras, dan mereka memandang kemarahan yang membabi buta ini sebagai suatu bentuk ibadah yang bisa mendatangkan pahala. Perhatikanlah, murid-murid Kristus sudah banyak menderita di tangan para penganiaya yang fanatik, yang menyesah mereka di rumah-rumah ibadat, mengusir dan membunuh mereka. Dengan melakukan semuanya ini mereka menyangka bahwa mereka berbuat bakti bagi Allah (Yoh. 16:2), dengan berkata, "Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya" (Yes. 66:5), dan, "terpujilah TUHAN" (Za. 11:4-5). Namun, rumah ibadat tidaklah menguduskan penganiayaan, malah penganiayaan yang mencemari dan menajiskan tempat ibadat itu.

(3)   Dari para pembesar dan penguasa. Orang Yahudi hanya semampu menyesah mereka, tetapi ketika mereka sendiri tidak bisa berbuat lebih jauh lagi dari ini, maka mereka menyerahkan murid-murid kepada para penguasa Romawi, seperti yang mereka lakukan terhadap Kristus (Yoh. 18:30).

Kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja (ay. 18), yang karena mempunyai kekuasaan lebih besar, maka mampu berbuat lebih jahat lagi. Para penguasa dan raja menerima kuasa mereka dari Kristus (Ams. 8:15), dan seharusnya mereka ini menjadi pelayan-Nya dan pelindung serta penjaga gereja-Nya, namun, yang terjadi malah mereka sering kali menggunakan kuasa mereka untuk melawan-Nya dan menjadi pemberontak terhadap Kristus dan penganiaya gereja-Nya. Raja-raja dunia bersiap-siap melawan kerajaan-Nya (Mzm. 2:1-2; Kis. 4:25-26). Perhatikanlah, sering kali orang-orang baik menjadi musuh bagi orang-orang besar.

(4)   Dari semua orang (ay. 22).

Kamu akan dibenci semua orang, semua orang jahat, dan ini adalah orang-orang pada umumnya, karena seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat. Begitu sedikitnya orang yang mencintai, mengakui, dan mendukung kepentingan tujuan Kristus, sehingga kita bisa berkata bahwa sahabat-sahabat Kristus dibenci semua orang. Mereka semua telah menyeleweng, dan karena itu mereka memakan habis umat-Ku (Mzm. 14:3). Ketika kemurtadan terhadap Allah semakin menghebat, semakin membesar pula permusuhan terhadap orang-orang kudus. Hal ini itu tampak lebih umum terjadi pada waktu-waktu tertentu dibandingkan pada waktu-waktu lain, tetapi racun ini selalu mendekam di hati semua orang durhaka. Dunia membenci kamu sebab dunia mengikut binatang itu (Why. 13:3). Semua orang adalah pendusta, karena itu mereka membenci kebenaran. Bersambung

Kamis, 01 April 2021

PESAN YESUS UNTUK PARA RASUL EDISI KE V

MATIUS 10:16-42

(1)   Dari sanak saudara mereka sendiri. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh (ay. 21).

Dalam keadaan ini anak akan melawan ayahnya sendiri. Bahkan orang-orang dari jenis kelamin yang lebih lemah dan lembut pun akan menjadi penganiaya dan yang dianiaya. Anak perempuan akan menganiaya ibunya yang percaya, padahal orang menyangka bahwa kasih sayang orangtua dan kewajiban seorang anak akan dapat mencegah atau menghentikan pertengkaran. Jadi tidaklah heran jika menantu perempuan melawan ibu mertuanya, karena sering kali kasih yang menjadi dingin membuat orang ingin mencari gara-gara (ay. 35). Pada umumnya, musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya (ay. 36). Orang-orang yang seharusnya menjadi kawan akan dipanas-panasi untuk melawan seseorang yang memeluk iman Kristen. Apalagi ketika sang kawan tetap setia kepada imannya ketika dianiaya, mereka akan bergabung dengan para penganiaya yang lain untuk melawannya. Perhatikanlah, ikatan persaudaraan yang kuat yang dibangun di atas dasar kasih dan kewajiban pun sering kali dapat dihancurkan oleh rasa permusuhan terhadap Kristus dan ajaran-Nya. Begitu kuatnya prasangka terhadap agama yang benar, dan begitu berkobarnya semangat untuk agama palsu, sehingga segala kepentingan yang lain, yang paling kodrati dan suci, yang paling menarik dan menawan hati, dikorbankan begitu saja kepada dewa Molokh. Orang-orang yang bermufakat bersama-sama melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya bahkan sanggup memutuskan ikatan-ikatan ini, dan membuang tali-tali persaudaraan itu dari mereka (Mzm. 2:2-3). Mempelai-mempelai Kristus menanggung penderitaan-penderitaan yang berat dari kemarahan putera-putera ibu mereka sendiri (Kid. 1:6). Penderitaan yang ditimbulkan dari orang-orang seperti itu pasti lebih menyedihkan. Tiada hal lain yang lebih menusuk hati daripada hal ini, engkau, orang yang dekat dengan aku (Mzm. 55:14), dan permusuhan dari orang-orang seperti itu biasanya dipenuhi dengan kebencian yang paling mendalam; saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri daripada kota yang kuat (Ams. 18:19). Permasalahan-permasalahan seperti ini banyak dijumpai oleh para martir baik pada zaman dulu maupun sekarang. Secara keseluruhan, tampak bahwa semua orang yang hidup kudus dalam Yesus Kristus harus menderita penganiayaan, dan melalui banyak pencobaan kita harus berharap akan masuk ke dalam kerajaan Allah.

II. Bersama dengan nubuat-nubuat kesengsaraan ini, Kristus juga memberikan sejumlah nasihat dan penghiburan kepada mereka ketika sedang menghadapi masa pencobaan. Kristus memang mengutus mereka di dalam keadaan yang rentan terhadap bahaya, dan itu memang diharapkan-Nya, tetapi Ia juga memperlengkapi mereka dengan segala petunjuk dan dorongan yang cukup untuk menguatkan mereka dan membantu mereka mengatasi semua pencobaan ini.

(1)   Hendaklah kamu cerdik seperti ular (ay. 16).

"Kamu boleh cerdik seperti itu" (demikianlah sebagian orang hanya mengartikannya sebagai suatu izin). "Kamu boleh bersikap sewaspada mungkin, asalkan kamu tulus seperti merpati." Namun sebenarnya pernyataan ini lebih tepat dimengerti sebagai suatu pedoman yang mengajar kita bahwa hikmat orang bijak, yaitu memahami jalan-jalannya, sungguh bermanfaat kapan saja, terutama pada masa-masa penderitaan. "Oleh sebab itu, karena kamu rentan terhadap bahaya, seperti domba di tengah-tengah serigala, hendaklah kamu cerdik seperti ular. Bukan cerdik seperti serigala, yang menggunakan kelicikannya untuk menipu yang lain, melainkan seperti ular, yang menggunakan kecerdikannya hanya untuk membela dan menyelamatkan diri." Murid-murid Kristus dibenci dan dianiaya sebagai ular, dan kehancuran mereka diharapkan banyak orang, oleh karena itu mereka perlu cerdik seperti ular. Perhatikanlah, adalah kehendak Kristus sendiri bahwa karena umat dan pelayan-pelayan-Nya pada umumnya akan dihadapkan pada masalah-masalah di dunia ini, maka mereka tidak perlu membahayakan diri sendiri, melainkan harus menggunakan segala sarana yang baik dan benar dan yang tidak melawan hukum untuk melindungi diri mereka sendiri. Kristus memberi kita suatu contoh bagaimana bersikap cerdik seperti ini (21:24-25; 22:17-19; Yoh. 7:6-7), selain banyak kejadian lain yang menggambarkan bagaimana Ia menghindar dari tangan-tangan musuh, sampai saat-Nya tiba. Lihat bagaimana Paulus bertindak bijak dalam Kisah Para Rasul 23:6-7. Dalam melakukan pekerjaan Kristus, kita tidak boleh terikat dengan hidup kita sendiri dan segala kenikmatannya dan tidak boleh berlebihan menikmati segala kesenangan hidup itu. Kebijaksanaan ular adalah untuk melindungi kepalanya supaya tidak diremukkan, supaya tidak mendengarkan suara pembaca mantera yang pandai (Mzm. 58:6), dan untuk berlindung di dalam lekuk-lekuk di gunung batu. Dalam hal inilah kita harus cerdik seperti ular. Kita harus bijak, untuk tidak mendatangkan masalah bagi diri kita sendiri; bijak untuk berdiam diri pada waktu yang jahat dan berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyerang.

(2)   Hendaklah kamu tulus seperti merpati.

"Hendaklah kamu bersikap lemah lembut, tunduk dan sabar dan tidak pemberang; jangan menyakiti orang lain, berniat jahat pun tidak. Jangan cepat marah, seperti halnya merpati. Sifat ini harus berjalan seiring dengan sifat yang sebelumnya." Mereka diutus ke tengah-tengah serigala, oleh sebab itu mereka harus cerdik seperti ular, tetapi mereka juga diutus seperti domba, karena itu mereka harus tulus seperti merpati. Kita harus cerdik untuk tidak menyalahkan diri. Namun, lebih baik menyalahkan diri sendiri daripada menyalahkan orang lain. Kita harus menggunakan ketulusan merpati untuk menanggung berbagai penderitaan daripada memakai kecerdikan ular untuk menyakiti orang lain atau membalas dendam. Perhatikanlah, murid-murid Kristus harus terus berusaha bersikap tulus dan sopan di dalam perkataan dan perbuatan, terutama dalam berhubungan dengan musuh-musuh mereka yang ada di antara mereka. Kita perlu mempunyai sifat seperti burung merpati ketika kita diserang oleh burung pemangsa, agar kita tidak memancing keributan atau menjadi terpancing karenanya. Daud lebih menginginkan sayap-sayap merpati, untuk terbang dan merasa tenang, daripada sayap rajawali. Roh yang turun kepada Kristus mengambil rupa burung merpati, dan semua orang percaya ikut ambil bagian dalam Roh Kristus, yakni roh yang seperti burung merpati, yang terlahir untuk mewujudkan kasih, bukan peperangan.

(3)   Waspadalah terhadap semua orang (ay. 17).

"Teruslah berjaga-jaga, dan hindarilah pergaulan yang membahayakan. Perhatikan apa yang kamu katakan dan lakukan, janganlah terlalu mempercayai orang dan janganlah mudah tertipu oleh manusia yang berpura-pura. Berhatilah-hatilah terhadap hal-hal atau orang-orang yang paling dekat denganmu, janganlah percaya kepada teman, atau bahkan kepada perempuan yang berbaring di pangkuanmu" (Mi. 7:5). Perhatikanlah, orang-orang yang berbelas kasihan harus juga berhati-hati, karena kita diajar untuk tidak berharap kepada manusia. Betapa suramnya dunia yang kita tinggali ini sampai-sampai kita tidak tahu lagi siapa yang harus dipercaya. Sejak Tuhan kita dikhianati dengan sebuah ciuman oleh salah seorang murid-Nya sendiri, maka untuk selanjutnya pun kita perlu waspada terhadap semua orang, dan terhadap saudara-saudara yang palsu. Bersambung

PESAN YESUS UNTUK PARA RASUL EDISI III

(5) Penderitaan-penderitaan ini digambarkan di sini dengan pedang dan pemisahan (ay. 34-35).

 Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai, damai yang hanya sementara saja dan kemakmuran lahiriah. Mereka menyangka Kristus datang untuk memberikan kekayaan dan kekuasaan di dunia ini kepada semua pengikut-Nya. "Oh tidak," kata Kristus, "Aku tidak datang untuk memberi mereka damai; damai dari sorga pasti akan mereka terima, tetapi bukan damai di bumi." Kristus datang untuk mendamaikan kita dengan Allah, damai dengan hati nurani kita, damai dengan saudara-saudara kita, tetapi di dalam dunia kamu akan mengalami penganiayaan. Perhatikanlah, orang yang menyangka bahwa dengan mengakui kebenaran Injil mereka akan dibebaskan dari penderitaan di dunia ini adalah orang yang keliru memahami rancangan Injil, karena dengan Injil mereka justru lebih dihadapkan pada kesukaran dunia ini. Seandainya semua manusia di dunia ini menerima Kristus, maka pasti akan datang damai di seantero bumi, namun selama masih ada, dan akan ada lebih banyak orang yang menolak-Nya (mereka bukan hanya anak-anak dunia ini, melainkan juga keturunan ular), maka anak-anak Allah, yang dipanggil keluar dari dunia ini, harus menyadari bahwa mereka pasti akan mengalami buah-buah permusuhan orang-orang yang menolak Injil ini.

[1] Jangan mengharapkan damai, harapkanlah pedang. Kristus datang untuk memberikan pedang Firman, yang harus dipakai murid-murid-Nya untuk berperang melawan dunia dan menaklukkan apa yang harus ditaklukkan oleh pedang tersebut (Why. 6:4; 19:21). Pedang penganiayaan, yang dipakai dunia untuk berperang melawan murid-murid, karena hatinya sudah tertusuk oleh pedang Firman itu (Kis. 7:54), dan tersiksa oleh kesaksian para saksi Kristus (Why. 11:10), menimbulkan kejahatan yang sangat kejam. Kristus mengirimkan Injil itu, yang memicu pencabutan pedang penganiayaan ini; artinya bahwa Kristus sendirilah yang mengirimkan pedang tersebut. Ia memerintahkan gereja-Nya untuk mengalami penderitaan sebagai ujian bagi umat-Nya dan untuk membawa pujian atas anugerah yang telah mereka terima, supaya semuanya ini bisa memenuhi takaran dosa musuh-musuh mereka.

[2] Jangan mengharapkan damai, harapkanlah pemisahan (ay. 35). Aku datang untuk memisahkan. Pemisahan yang ditimbulkan dari pengabaran Injil ini bukanlah karena kesalahan Injil itu sendiri, melainkan karena orang-orang yang tidak mau menerimanya. Apabila sebagian orang percaya akan hal-hal yang disampaikan dan sebagian yang lain tidak, maka iman orang yang percaya akan mengutuk mereka yang tidak percaya, dan ini membuat orang-orang yang tidak percaya tersebut memusuhi mereka yang percaya tadi. Perhatikanlah, perselisihan yang paling keras dan paling kejam yang pernah timbul adalah perselisihan yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan dalam agama. Rasa bermusuhan yang teramat sangat akan terjadi dalam diri para penganiaya, dan sebaliknya, keteguhan hati yang teramat sangat akan dipegang juga oleh mereka yang dianiaya. Demikianlah Kristus memberi tahu para murid-Nya penderitaan apa yang harus mereka tanggung, dan ini merupakan perkataan-perkataan yang keras. Jika mereka bisa tahan dengan semua ini, maka mereka bisa tahan dengan apa saja. Perhatikanlah, Kristus sudah berlaku adil dan setia kepada kita dengan memberitahukan hal terburuk apa yang akan kita jumpai dalam melayani-Nya. Ia juga ingin agar kita berlaku demikian kepada diri kita sendiri, dengan duduk tenang dan memperhitungkan untung ruginya.

Di sini mereka diberi tahu dari siapa dan oleh siapa datangnya penderitaan-penderitaan berat yang harus mereka tanggung ini. Pastilah neraka sendiri akan terbuka, dan setan-setan, yakni roh-roh yang putus asa dan ganas, yang tidak mempunyai bagian maupun kesempatan dalam keselamatan besar, akan menjelma di dunia, karena hanya musuh-musuh yang penuh dendam seperti mereka sajalah yang bisa melawan ajaran yang inti sarinya adalah damai sejahtera bagi manusia dan pendamaian dunia dengan Allah. Oh tidak, bisakah Saudara pikirkan itu? Semua kejahatan yang digambarkan ini akan dilakukan terhadap para pengabar Injil oleh orang-orang yang justru didatangi oleh para pemberita Injil itu sendiri, yang datang kepada mereka dengan kabar keselamatan itu. Begitulah, orang yang haus akan darah membenci orang saleh, tetapi orang yang jujur mencari keselamatannya (Ams. 29:10). Oleh sebab itu sorga begitu ditentang di bumi, karena bumi sangat dikuasai oleh kuasa dari neraka (Ef. 2:2). Bersambung

MENGAPAH HARUS MELAKUKAN PERAYAAN PASKAH

Pertanyaan yang menarik untuk dibahas, mengapa harus melaksanakan perayaan paskah ? Sebagai orang percaya harus memahami latarbelakang dari perayaan paskah. Paskah bukan semata-mata sebagai suatu oblikasi keKristenan melainkan sebagai bukti bahwa Allah benar-benar terlibat dalam keselamatan manusia dari dosa. Dosa telah menjadi penghalang besar manusia untuk datang kepada Allah, oleh sebab itulah Allah mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama seperti manusia untuk membebaskan manudia dari perbudakan dosa. Karena itulah paskah dirayakan sebagai hari pembebasan manusia dari dosa. Sebagai orang percaya harus juga memahami latabelakang dari munculnya istilah perayaan paskah dalam sejahar bangsa Israel yang berdampak juga kepada umat Kristen.


Secara etimologis kata PASKAH diambil dari bahasa Ibrani dari kata "pesakh" sementara dalam bahasa  Yunani adalah "Paskha"  arti dasarnya adalah meloncat atau menari, dalam arti kiasan Kel 12:13,23,27Yes 31:5; atau dapat juga dikatakan sebagai melewati/menyayangkan. Dari devinisi itu dapat dikatakan bahwa paskah adalah suatu pertanda yang menghindarkan manuisa dari murka Tuhan, sehingga terlewatkan atau melewati atau dilewatkan karena ada pertanda berupa darah anak domba yang tak ternoda. Ada beberapa penjelasan menurut kamus Alkitab bahwa:

1.    Didalam Perjanjian Lama Naskah Alkitab yang tertua membangkitkan kesan, bahwa ritus Paskah sudah dilakukan sejak zaman  Musa oleh  bangsa Israel. (Kel 3:18; 8:21-24; 10:7-11,24,26 . Penyelidikan ilmiah menemukan bahwa awal Paskah sebagai pesta musim semi dari para pengembara. Di dalam pesta itu mereka kurbankan dari kawanan ternak mereka (kini masih dipertentangkan, apakah disitu dipersembahkan kurban hasil pertama). Darah binatang kurban dioleskan pada tiang pintu. Dagingnya dijadikan kurban selamatan bersama keluarga dan dimakan bersama roti yang tidak diberi ragi. Dari binatang kurban tidak ada tulang yang boleh dipatahkan (suatu pengertian apotropeis). Bangsa Israel melangsungkan ritus itu, apabila mereka hubungkan pesta para pengembara dengan saat keluaran dari Mesir dengan menjadikannya peringatan karya keselamatan oleh Tuhan melalui Kematian dan kabangkitan-Nya.

 

2.    Perubahan pengertian pada arti sejarah keselamatan jelas-jelas dapat dinyatakan legitim (Kel 12:14,23,27,31). Meskipun undang-undang Kel 12:1-14 termasuk golongan tahap tradisi termuda dari Paskah (tradisi Imamat), tetapi di situ jelas tetap tersimpan ritus ibadat dalam bentuknya yang tertua. Bulan pertama dalam musim semi menurut kebiasaan para pengembara dianggap sebagai awal tahun (tanggalan). Pesta itu dirayakan sebagai pesta keluarga. Di situ tidak dibicarakan tentang jabatan Imam. Setelah bangsa Israel  menetap hidupnya, mereka gabungkan minggu pesta roti tanpa ragi (Mazzot) pada malam Paskah. Tambahan ini berlawanan dengan Paskah para pengembara, sebab menyangkut sebuah pesta musim dari para petani (perkembangan pesta itu dapat dibandingkan dalam Kel 12:21-23 dengan Ul 16:1-8 dan Yeh 45:21). Pada pemberian undang-undang menurut tradisi deuteronomis hilanglah sifat-sifat keluarga dan pengembara itu, sebab perayaan itu harus dilakukan di kenisah. Di samping ternak kecil yang sampai detik itu merupakan satu-satunya binatang kurban yang diijinkan, kini diijinkan pula ternak besar. Perubahan itu nampaknya tidak berlangsung selamanya (Kel 12:1-14Im 23:5-8; kebiasaan di Elefantin). Pada zaman setelah pembuangan orang merayakan Paskah dalam bentuk, di mana digabungkanlah undang-undang imamat dengan undang- undang Ulangan: Penyembelihan binatang kurban dilakukan di kenisah, diikuti selamatan kudus di kalangan keluarga atau di tengah kelompok hariannya, seperti yang dilakukan Yesus bersama para muridNya. Sejak hancurnya kenisah (70 sesudah Mas.), ritus para pengembara hanya dilakukan oleh orang-orang Samaria pada gunung Gerizim. Perjamuan selamatan pada bangsa Yahudi berubah bentuk dan mempunyai corak sebuah pesta makan Yunani atau Romawi: Pada saat makan daging domba, orang minum anggur (4 piala) dan orang makan rempah-rempah, buah rebus dan roti tanpa ragi. Di tengah-tengah perjamuan makan dibacakan cerita Keluaran dan orang menyanyikan  Hallel. Pada setiap perayaan itu setiap orang "dalam setiap zaman diwajibkan menangkap dirinya sedemikian rupa, seolah-olah ia sendiri pergi keluar dari Mesir" (Pes 10:5), artinya: Karya keselamatan Tuhan di waktu lampau dihadirkan kembali di dalam Paskah dengan dihubungkan pada suatu harapan eskatologis. Dengan demikian perayaan paskah mempunyai sifat sakramentil.

 

3.    DI KUMRAN. Dari tanggalan pesta mereka, sudah jelas bahwa jemaat Kumran merayakan paskah. Adapun tanggalan tersebut tidak cocok dengan tanggalan yang berlaku di kenisah Yerusalem dan jemaat Kumran menghindari setiap kontrak dengan kenisah, sehingga perayaan paskah pasti tidak dimulai dengan penyembelihan domba paskah menurut ritus resmi, melainkan digantikan dengan perjamuan selamatan kudus lainnya.

 

4.    DI DALAM PB. Bagi tradisi sinoptik, Ekaristi adalah paskah dalam PB, sebab perjamuan perpisahan Yesus dengan para murid-Nya (Mark 14:12-16) ditangkap sebagai perjamuan PASKAH. Sebaliknya bagi Paulus dan Yohanes PASKAH dalam PL dipenuhi di dalam wafatnya Yesus di salib (1Kor 5:7Yoh 19:14,30-31 (Yesus wafat pada saat di Kenisah domba-domba paskah disembelih 36). Tradisi kedua ini berlangsung terus di dalam Gereja: Nama paskah adalah untuk perayaan paskah juga sebagai peringatan wafat Yesus dan kebangkitanNya. Tetapi, karena peringatan ini dilakukan secara sakramentil di dalam ekaristi, maka dengan syah ekaristi dapat dikatakan menjadi perjamuan paskah dalam PB. Amin 

Selamat merayakan Paskah
02 Maret 2021
Tuhan Yesus memberkati


 

Statistik Pengunjung