Selasa, 28 Juli 2020

KETIKA MATAHARI TAK BERSINAR

Mazmur 103 Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Mazmur 103:2)

Acap kali kita menyepelekan berkat-berkat Allah hingga akhirnya berkat-berkat itu diambil dari kita. Lalu kita menyadari betapa berartinya anugerah Allah, bahkan untuk hal yang paling lazim sekalipun. 

Ada sebuah legenda mengenai hari ketika matahari tidak bersinar. Pada pukul enam pagi, langit masih gelap. Pukul tujuh pagi masih tetap malam. Siang datang, tetapi suasana masih seperti tengah malam. Akhirnya, pada pukul empat sore, orang-orang berkumpul di beberapa gereja untuk memohon matahari kepada Allah. 

Pagi berikutnya, sekumpulan orang berkumpul di luar rumah dan memandang ke langit sebelah timur. Ketika secercah cahaya matahari menyibak fajar, orang-orang tersebut bersorak dan memuji Allah karena matahari itu. 

Pemazmur mengerti ia tidak mungkin mengingat semua kebaikan yang telah dilakukan Allah baginya. Ia sedih karena ia mungkin saja melupakan hal-hal tersebut. Lalu ia menggenggam jiwanya yang lembek, menggoncang-goncangkannya, dan memaksanya untuk memikirkan beberapa karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. 

Karena kebaikan Allah sepasti matahari, kita berada dalam bahaya jika melupakan apa yang dicurahkan-Nya bagi kita setiap hari. Jika kita menghitung berkat satu per satu, kita tak akan pernah dapat menyelesaikannya. Tetapi jika kita mendaftar 10 atau 20 pemberian yang diberikan Allah bagi kita setiap hari, akan terjadi sesuatu pada hati kita. 

Marilah kita coba dan kita akan mengetahui sendiri hasilnya HWR 

šŸ’„JIKA ANDA INGIN KAYA
HITUNG SEMUA MILIK ANDA YANG TAK DAPAT DIBELIšŸ’„

Sabtu, 25 Juli 2020

PIKULLAH “KUK” YANG KUPASANG

Teks, Matius 11:25-30 (29)

  1. Terjemahan Bebas (TB) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 

  2. Terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH) “Kenakanlah kuk yang Kupasang, yang enak dipakainya, karena beban yang Kuberikan hanyalah beban yang ringan; dan biarkanlah Aku mengajar  kalian,  karena Aku lemah lembut dan rendah hati, maka kalian akan  mendapat  ketentraman jiwa." 

  3. Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) “Ikutlah perintah-Ku dan belajarlah daripada-Ku. Sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati, maka kamu akan merasa segar”.

  4. Terjemahan Todays Malay Version (TMV) “Ikutlah perintah-Ku dan terimalah ajaran-Ku, kerana Aku ini lemah lembut dan rendah hati; kamu akan mendapat kesejahteraan”.

================
Ketika membaca ayat 28 Yesus berkata “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (TB)” dalam Terjemahan (FAYH) “Datanglah kepada-Ku, hai sekalian yang lelah dan berbeban berat, maka Aku akan memberi kalian kelepasan” terjemahan (TMV) Marilah kepada-Ku, hai kamu semua yang lelah kerana memikul beban yang berat; Aku akan membebaskan kamu daripada beban kamu. Kemudian ayat 29 memerintahkan untuk memikul KUK yang dipasang  itu. Secara gramatikal ayat 29 adalah jawaban atas panggil dalam ayat 28, artinya orang-orang yang disuruh Yesus datang kepada-Nya adalah bukan orang-orang cape, orang lemah, orang yang tidak berdaya karena kegiatan yang tidak jelas tetapi yang Yesus perintahkan untuk datang kepada-Nya adalah mereka yang lelah, letih lesuh karena memikul kuk itu, maka Yesus berkata kepada mereka AKU akan memberikan kelegaan kepadamu. Atas dasar apa Yesus memberikan kelegaan..? atas dasar jasa yang dilakukannya yaitu memikul KUK atau salib-Nya.

Bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan, setiap pengajaran Yesus dalam kata-kata-Nya tidak pernah bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh-Nya. Akan tetapi setiap pengajaran-Nya mengandung pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan pengikut-Nya termasuk bapak ibu saudara dan saya. Yesus mengajar orang tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan tindakan-Nya yang sulit untuk ditebak dan dimengerti oleh ahli taurat seperti misalnya waktu Yesus memanggil Petrus berbeda dengan Ia memanggil Zakheus demikian juga dengan Yesus berbicara dengan Nikodemus dan Yesus berbicara dengan seorang perempuan Finisia selain dari murid-Nya selalu memberikan pengajaran yang membuat mereka kembali bertanya kepada-Nya, APA MAKSUDNYA…? Yesus dimata murid-Nya dan dimata khalayak menjadi pribadi yang kontroversial. Sifat kontroversinya terlihat dalan setiap tindakan seperti Yesus membubarkan pasar di bait Allah, dan perkataan-Nya yang dikenal tajam dan menyakitkan bagi lawan-lawan-Nya. Yesus marah kepada ahli taurat tentang kemunafikan mereka dalam Injil Matius 22. Menguji iman seorang perempuan Finisia, dan mengutuk pohon arah yang tidak berbuah dan banyak hal lainnya yang kontroversi dimata murid-Nya bahkan dimata orang Yahudi. Bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan, Yesus dalam ayat 28 dan 29 memberi kita keterangan bahwa Yesus memanggil para pengikut-Nya yang telah memikul kuk orang-orang itu Yesus berkata akan memberikan kelegaan atau dalam versi TMV di katakana memberikan kesejahteraan kepada mereka yang telah berlelah-lelah bekerja untuk Tuhan. Bapak ibu saudara yang diberkati, perlu diketahui bahwa definisi kata “Kuk” menurut KBBI, (2014:751) bahwa ada dua pengertian penting yaitu pertama adalah “kayu lengkung yang dipasang di tengkuk-(leher bagian belakang) kerbau untuk menarik bajak” sedangkan pengertian kedua adalah “cara membenamkan atau menekan ke atas tepi pelat atau profil baja sepanjang sambungan keling dengan suatu alat agar sambungan tersebut kedap air” beban apa yang bapak ibu pikul di tengkukmu…? Apakah beban untuk kemajuan MISI Tuhan ataukan beban hidup yang tidak akan pernah habis…? Yesus katakana kalau mau dapat kesejahteraan atau kebahagiaan maka harus memikul KUK milik Yesus.

ADA APA DENGAN KUK ITU

  1. Ada Pelajaran (Aku akan mengajar  kalian)

Yesus disebut sebagai guru Maha Agung stigma itu sangat tepat, oleh karena itu Yesus mengatakan pikul KUK yang kupasang itu, sebab AKU lemah Lembut dan Renda Hati. Dalam konsep masyarakat adat itu mengandung makna demikian, seorang bapak ingin memberikan kejutan kepada anaknya dengan banyak cara, seperti menaru barang atau sesuatu yang nilainya besar itu, kadang taruh dalam tanah, atau dalam ikatan kayu api, atau dalam benda-bendah yang menurutnya tepat untuk sembunyikan, kemudian ia berkata cungkil tanah, atau suruh buka ikatan kayu dan sebagainya. Bapak ibu saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Yesus kita jadikan DIA sebagai Guru atau sebagai pelatih dalam hidup kita maka kita tidak akan mengalami badai angin kehidupan. Sebagaimana LUKAS 8:22-25 Yesus yang mengajak murid-murid-Nya untuk bertolak ke seberang danau, tetapi apa yang terjadi ayat 23 menceritakan bahwa ternyata Yesus tertidur kenapa Yesus tertidur…? Alasan pertama adalah tidak ada yang mengajak DIA berbicara.Alasan kedua adalah, di dalam perahu itu ada orang yang menurutnya ahli yaitu Petrus. Maka yang terjadi adalah pengalaman dipakai untuk menyeberangkan perahu itu, pada waktu angin rebut dating, Yesus sama sekali tidak merasahkan adanya badai itu. Kapal di buat angin seperti kerta tiup kesana-kemari Yesus tetap DIAM apa maksudnya ini. Apakah Yesus tidak perduli dengan murid-murid-Nya? Ataukah DIA tidak saya kepada mereka..? Yesus sangat mengasihi mereka, pelajaran mendasar yang kita dapatkan dari cerita ini adalah

  1. Yesus mau ada komunikasi diantara sesama mereka dalam perahu itu, atau setidak-tidaknya ada murid lain yang mengajak DIA berbicara. Tetapi hal itu tidak terjadi

  2. Pengalaman menurut manusia adalah guru terbaik tetapi Yesus mempertegas kepada kita bahwa guru terbaik hanyalah DIA SATU-SATUNYA.

  3. Badai bole saja mengoyangkan kapal kita kian kesana kemari tidak akan mengalami koncangan jiwa karena dua alas an diatas yaitu ADA KOMUNIKASI DAN ADA GURU

Bapak dan ibu yang diberkati Tuhan, Yesus berkata belajarlah kepada-Ku dan AKU AKAN MENGAJARKAN KAMU, adalah Yesus memintah ketaatan dan pasra FULL kepada-Nya sebagai guru MAHA AGUNG, yang mampu membimbing, menuntun, memotivasi, menolong dan menjaga ke setiap kehidupan kita. Yesus bukan pribadi yang ingkar JANJI melainkan menepatinya sesuai dengan maunya DIA. Dengan melihat cerita ini masihkan kita meninabobokan Yesus dalam keluarga kita…? Masihkan kita ma uterus berjalan dan jatuh bangun dengan pengalaman kita…? Jika pengalaman kita menjadi guru kita pasti suatu saat akan kita jumpai badai itu dating memporak-porandakan kapal kita. Ijinkanlah Yesus menjadi GURU MAHA AGUNG yang senantiasa mengajar bapak ibu saudara dalam menjalani kehidupan yang gelap ini.

  1. Mendapatkan ketentraman Jiwa

Ketika kita menjadikan Yesus sebagai Guru Agung dan menciptakan KOMUNIKASI yang intensif, dan menyerah di bawah kaki-Nya seperti seorang perempuan yang kedapatan bersina kemudian menyerah dihadapan-Nya, maka akan kita jumpai KETENANGAN JIWA. Ketenangan jiwa berbicara tentang kebahagiaan.Bapa ibu saudara yang diberkati Tuhan, kebahagiaan yang sejati hanya kita jumpai dalam TUHAN YESUS hanya DIA satu-satunya yang mengatakan AKU TIDAK AKAN MENINGGALKAN KAMU SEPERTI ANAK JATIM PATU, TETAPI AKU PERGI UNTUK MEMPERSIAPKAN TEMPAT BAGIMU. Artinya Allah yang bapak ibu dan saya sembah adalah Allah yang HIDUP Allah yang benar-benar menyatakan kebesar-Nya dalam setiap kehidupan kita. Kebesaran dan keagungan-Nya sangat luarbiasa. Dirasahkan oleh setiap kita sebagai pengikut-Nya, dengan demikian genaplah Firman Tuhan dalam Injil Yohanes 1:12. “Tetapi kepada mereka yang menyambut Dia dan percaya kepada-Nya, mereka diberikan-Nya hak menjadi anak Allah” TMV. Semua yang menjadi pengikut-Nya diberikan hak istimewa yaitu menjadi ANAK ALLAH. Bapak ibu saudara ingin merasahkan kebahagiaan kekal kunci rahasianya adalah MEMIKUL KUKNYA TUHAN. Lebih baik sakit sesaat kemudian mempunyai kehidupan yang luarbiasa dengan orang-orang yang kita cintai, daripada mempunyai seisi dunia tetapi kehilangan kebahagiaan kekal. Mau pilih yang mana, pilihanmu hari ini menentukan masa depan kita seperti apa di kemudian hari.

  1. Kesimpulan 

  1. Pikul KUK itu dengan senang hati walaupun dengan beban yang berat karena Yesus bilan akan mendapatkan ketenangan jiwa

  2. Jadikan Yesus sebagai Guru Maha Agung dalam hidup kita dari hari-ke hari biar DIA yang punya segala pengetahuan itu mengajar kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya

  3. Ajaklah DIA setiap saat untuk berbicara dengan DIA dalam kondisi apapun, entah diberkati atau tidak diberkati, senang atau tidak senang, sakit atau tidak sakit usahakan untuk tetap membangun komunikasi yang aktif

  4. Tinggalkan pengalaman, karena pengalaman itu bukan guru. Pengalaman hanya membawa kepada kekecewaan demi kekecewaan. Yesus mau kita menyerahkan hidup kita sepenuhnyan  kepada DIA sebagai Tuhan satu-satunya Allah yang hidup dibawah golong langit ini.

Selamat melayani Tuhan dan merefleksikan Firman Tuhan


ORANG YANG BERBAHAGIA

LUKAS 11:27-28

Terjemahan (FAYH) 27  Sedang Ia berbicara, seorang wanita di antara orang banyak itu berseru,  "Allah memberkati ibu-Mu, yang mengandung dan menyusui-Mu!" 28  Ia menyahut, "Ya, tetapi lebih diberkati lagi orang yang mendengar Firman Allah dan mengamalkannya." Sedangkan dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dikatakan bahwa “27  Setelah Yesus berkata begitu, seorang wanita dari antara orang banyak itu berkata kepada Yesus, "Sungguh berbahagia wanita yang melahirkan dan menyusui Engkau!" 28  Tetapi Yesus menjawab, "Lebih berbahagia lagi orang yang mendengar perkataan Allah dan menjalankannya!" 

PENDAHULUAN 

Dalam pandangan orang dunia kebahagian itu diukur dengan materi seperti makan minum dan aksesoris semata. Materi merupakan ukuran untuk keberhasilan seseorang, berhasil atau tidaknya seseorang akan terlihat pada materi, misalnya punya mobil, punya rumah, punya segala macam harta kekayaan. Oleh karena itulah seorang wanita yang tidak disebutkan identitasnya, darimana keluarganya, dan siapa perempuan ini dalam teks ini menjelaskan bahwa “seorang wanita di antara orang banyak itu berseru,  "Allah memberkati ibu-Mu, yang mengandung dan menyusui-Mu” pengakuan itu lahir dari seorang ibu yang mengharapkan anaknya seperti Yesus, dipuja dimana-mana, setiap kata-katanya adalah suatu jawaban atas persoalan hidup. Dianggap sebagai seorang raja atau sebagai penyelamat bagi yang lemah dan bagi yang putus asa, oleh karena itulah seorang wanita tadi menjelaskan bahwa berbahagialah ibu yang menyesui engkau. Bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan dalam teks itu memang Yesus tidak menegur ibu itu tetapi Yesus member jawaban kepada ibu itu dan berkata:

  1. Yang berbahagia adalah yang mendengar Firman Allah

Orang yang berbahagian menurut Yesus adalah orang yang mendengarkan Firman Allah. Firman tidak cukup hanya mendengar tetapi Firman itu harus menjadi remah/darah daging sehingga Firman itu menuntun hidup dan menjadikan firman itu sebagai undang-undang yang mengatur jalannya kehidupan ini. Bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan Firman itu hidup dan Firman itu harus menuntun hidup kita maka apapun yang kita minta dalam doa dan penuh keyakinan akan DIA maka semuanya itu akan Tuhan tambahkan kepada yang berharap kepada-Nya. Dalam Injil Matius 6.33 dikatakan bahwa “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Bapak ibu saudara kata Tuhan memerintahkan cari dahulu kerajaan Allah, bukan kerajaan sorga. Kerajaan Allah berbicara tentang pemerintahan-Nya dan kerajaan sorga bicara tentang dimana Allah itu ada. Kita diperintahkan untuk mencari pemerintahannya, di dalam pemerintahannya semua yang kita butuhkan itu ada disana, yaitu makan, minum, dan lainnya. Jadi bapak ibu yang diberhati marilah kita belajar mendengar Firman-Nya sehingga Firman itu memerdekakan kita dari segala perbuatan dan kenajisan kita. 

  1. Yang berbahagia adalah yang menjalankan Firman itu

Firman yang kita dengar tidak cukup dengan hanya mendengar saja melainkan Firman itu sangat pelu untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebab itu itu hidup, sehingga harus berbuah dan menghasilkan buah bagi Tuhan. Bapak itu saudara yang diberkati Tuhan Firman berdampak bersar dalam kehidupan kita, jika dalam mulut, telinga, dan mata kita ada Firman itu maka apapun yang kita kerjakan dan kita lakukan akan diberkati Tuhan. Tuhan Yesus juga pernah mengatakan bahwa segala kuasa telah diberikan kepada-Ku karena itu pergola jadikanlah semua bangsa muridku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa Anak dan Roh Kudus sebagai tanda bahwa Firman yang kita dengar itu hidup dan harus memberikan kehidupan baru bagi kita semua. 

Dengan demikian orang yang telah mendengar Firman itu akan terlihat bahwa hidup mereka berbedah dengan kehidupan orang-orang duniawi, sebab di dalam kehdiupan anak-anak Tuhan selalu disertai dengan berkat pertolongan Tuhan. 

Kesimpulan

Jadi, bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan marilah kita belajar dari pelajaran ini sehingga kita dapat memahami bahwa kebahagian itu tidak ditentukan oleh segala harta yang kita punya hari ini melainkan Firman yang kita dengar dan kita simpan dalam hati kita dapat menjadi remah sehingga hidup dalam kelimpahan.




Kamis, 23 Juli 2020

Cari Aman

 
Hakim-hakim 8:4-21

Orang yang cari aman lazim kita jumpai di tengah masyarakat, bahkan dalam kehidupan bergereja sekalipun. Mereka adalah orang yang mementingkan diri sendiri dan mencari keamanan daripada berpihak pada kebenaran firman Tuhan.

Sikap seperti ini rupanya juga dipraktikkan oleh orang-orang Sukot dan Pniel. Ketika Gideon meminta pertolongan, mereka menolak. Alasannya, Gideon harus membuktikan dahulu kemenangannya. Mungkin mereka berpikir bahwa Gideon tidak mungkin menang melawan Midian. Pasalnya, ia memiliki 300 orang, sedangkan pasukan Midian berjumlah ribuan. Tidak hanya itu, mereka juga mengantisipasi kemungkinan kalau Gideon kalah. Orang-orang Midian pasti akan menyerang mereka jika ketahuan membantu Gideon.

Orang Sukot dan Pniel melakukan satu kesalahan. Mereka tidak sadar bahwa Gideon adalah orang pilihan Tuhan. Artinya, Tuhan bersama Gideon dan pasukannya, sehingga kemenangan pasti ada di pihak Gideon. Mereka terlalu mengkhawatirkan cara untuk menyelamatkan diri dan mengamankan posisi. Akibatnya, mereka bersekutu dengan musuh Israel dan mendatangkan hukuman.

Apakah hari ini kita juga menjalani hidup seperti orang-orang Sukot dan Pniel? Apakah kita lebih mementingkan keamanan diri daripada kebenaran firman Tuhan? Apakah kita lebih memilih melanggar firman-Nya daripada kehilangan pekerjaan? Apakah kita takut membela rekan kita yang hidup dalam kebenaran karena takut dikucilkan? Apakah kita lebih memilih ikut suara mayoritas daripada menyatakan kebenaran?

Hidup dalam keamanan dan kenyamanan tentu tidak ada salahnya selama tidak mengorbankan kebenaran suara Tuhan. Pada saatnya, jika Tuhan menyingkapkan kebenaran, kita akan berdiri tegak, meraih kemenangan, dan bersukacita. Kiranya, Tuhan menolong kita untuk selalu memilih kebenaran dan bukan sekadar cari aman. Sebagai orang pilihan Tuhan, sudah selayaknya kita berani hidup benar dan menyatakan kebenaran. [STG]

Senin, 20 Juli 2020

OTONOMI KHUSUS PAPUA

Saya sebagai orang asli Papua lahir besar di Papua dan meninggalpun di Papua demikian juga dengan anak cucuk saya, sebab merekalah pemilik dari segala kekayaan alam di bumi cendrawasih. 
Akhir-akhir ini parah elit politik di Papua dari berbagai kalangan merasahkan seperti cacing kepanasan sehingga mereka ngotot untuk melanjutkan program otonomi khusus jilid II, tanpa melihat hasil dan dampak otonomi khusus bagi masyarakat Papua lepas dari segala kepentingan. 

Namun bertanya kepada seorang anak daerah secara jujur dari hati nuraninya bahwa, sebenarnya otonomi khusus itu apa dan untuk siapa ? Maka, yang tidak merasahkan dampaknya dari otonomi khusus akan berkata, apa itu dan saya tidak tahu namun yang paham otonomi khusus akan berkata otonomi khusus tidak berhasil selama 20 tahun lebih.

Dari pemahaman itu dapat memberikan setitik kejelasan bahwa Sesungguhnya
otonomi khusus 20 tahun itu benar-benar tidak ada artinya sama sekali dan tidak membangun masyarakat Papua, uang otonomi khusus yang katanya lebih dari 90 triliun bagaikan angin tanpa memperlihatkan bentuk dan wujudnya, kita hanya merasahkan tiupan angin ketika lewat begitu saja tanpa permis, Itulah sebenarnya yang terjadi dengan otonomi khusus bagi masyarakat Papua itu.

Uang yang jumlahnya begitu banyak di cairkan atas nama otonomi khusus bagi masyarakat Papua, namun masyarakat Papua hanya dianggap sebagai obyek untuk kepentingan kelompok elit politik beberapa orang Papua yang gila' dengan harta serta suka menimbun kekayaan atas nama masyarakat dan isu lain yang bisa dapat menghasilkan kekayaan. Alasan itulah mereka sangat ngotot untuk otonomi khusus dilanjutkan ke Jilid II diatas penderitaan dan tangisan anak negeri Papua. 

Harusnya elit-elit politik sebagai anak-anak Papua dan bagian dari anggota masyarakat Papua membuka mata lebar-lebar untuk merasahkan dan melihat kenyataan bahwa mama- mama Papua sampai hari ini masih berjualan di pinggir jalan sembari memperhatikan lalu lalangnya manusia tanpa hati di jalan-jalan raya diatas tanahnya sendiri. 

Bukti nyata tidak berhasilnya otonomi khusus di Papua adalah hidup masyarakat seperti biasa saja sebelum otonomi khusus dan sesudah otonomi khusus tidak ada perubahan sama sekali. Tidak ada tanda mata bagi masyarakat kecil di pedalaman-pedalaman yang ada hanyalah tangisan dan tetesan air Mata dimana-mana. 

Hai para elit politik di Papua sadarlah dan berjuanglah untuk masyarakatmu yang sedang menangis di pinggiran jalan namun engkau seperti angin tanpa mengetahui arah dan tujuannya, kau bisa menabung harta atas nama orang Papua kau tidak akan bahagia karena dalam hartamu ada setetes air mata pemilik negeri emas yaitu masyarakat Papua. 

Sio Tuhan sampai hati kita menelantarkan anak-anak negeri  di pinggir jalan dan mati dalam kelaparan seperti tikus mati dalam lumbung padi, kepada siapa harus berseru kalau bukan kepada Tuhan. Akhir kata "MATA TUHAN MELIHAT HATIMU YANG JAHAT ITU" jika DIA murka batu dan gunungpun akan seperti abu tanpa wujudnya demikianlah yang akan terjadinya padamu. Terkutuklah KAU yang menari diatas penderitaan masyarakat Papua sebagai Pemiliki segala kekayaan alam yang sedang KAU CURI tanpa permisi kepada pemiliknya.

Ambon, 21 Juli 2020
Yoel Giban,.M.Pd.K


Jumat, 17 Juli 2020

Pendekar Kebenaran

Hakim-hakim 3:7-11 (TB)

7 Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera. 

8 Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel, sehingga Ia menjual mereka kepada Kusyan-Risyataim, raja Aram-Mesopotamia dan orang Israel menjadi takluk kepada Kusyan-Risyataim delapan tahun lamanya.

9 Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb. 

10 Roh TUHAN menghinggapi dia dan ia menghakimi orang Israel. Ia maju berperang, lalu TUHAN menyerahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram, ke dalam tangannya, sehingga ia mengalahkan Kusyan-Risyataim. 

11 Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. Kemudian matilah Otniel anak Kenas. 

============

Ada dosa yang sifatnya pribadi, yakni kejahatan-kejahatan yang dilakukan secara personal. Ada juga dosa yang dilakukan secara komunal, bahkan oleh satu bangsa. Jika dosa dan kejahatan dilakukan secara personal, penanganannya cenderung lebih mudah. Jika sifat kejahatannya kolektif, membudaya, dan secara sadar dilakukan beramai-ramai, penanggulangannya akan jauh lebih sulit.

Dengan sadar, orang Israel mengulang-ulang dosa dan kejahatan mereka, yaitu terus-menerus menyembah Baal dan ilah kafir (7). Kejahatan ini biasanya bergandengan dengan kejahatan yang lain, seperti cacat moral, kriminal, permusuhan dengan sesama, dan lain sebagainya. Itulah sebabnya, Tuhan membiarkan mereka ditaklukkan Risyataim, Raja Aram-Mesopotamia dan dikuasai selama 8 tahun (8). Jika para leluhur Israel pernah dikuasai oleh Firaun, maka kini mereka dikuasai oleh Raja Aram.

Dalam keadaan seperti itu, tampilah sosok pemberani bernama Otniel, keponakan Kaleb. Ia adalah jawaban dari Tuhan atas jeritan bangsa Israel. Dengan kekuasaan-Nya, Otniel memerangi Raja Aram. Bangsa Israel pun terbebas dari penjajahan. Akhirnya, mereka merasakan damai dan merdeka hingga 40 tahun lamanya.

Dosa dan kejahatan kolektif selalu menantang iman kita. Korupsi, nepotisme, seks bebas, peredaran narkoba, penindasan, eksploitasi sumber daya, dan lain sebagainya adalah aneka dosa kolektif yang terjadi di sekitar kita. Bahkan tidak jarang tindak kejahatan itu melibatkan aparat pemerintah dan penegak hukum.

Situasi ini bisa membuat kita apatis, takut, dan skeptis dalam menjalani kehidupan. Apalagi kalau kita merasa terbatas, kecil, dan tak berdaya. Namun, kita jangan kehilangan harapan. Kita harus tetap berjuang dengan kasih yang besar yang berasal dari Tuhan.

Dengan tekun berdoa, mari kita memohon kuasa penyertaan Tuhan agar kita mampu berjuang melawan dosa kolektif di bangsa ini. Kita semestinya melibatkan Allah dalam setiap aspek kehidupan sambil menyadari, kepedulian mampu mengubah dunia ini. [KAP]

Kamis, 16 Juli 2020

Waspada Iman

 Hakim-hakim 3:1-6 (TB)

1 Inilah bangsa-bangsa yang dibiarkan TUHAN tinggal untuk mencobai orang Israel itu dengan perantaraan mereka, yakni semua orang Israel yang tidak mengenal perang Kanaan.

2 — Maksudnya hanyalah, supaya keturunan-keturunan orang Israel yang tidak mengenal perang yang sudah-sudah, dilatih berperang oleh TUHAN. 

3 Yang tinggal ialah kelima raja kota orang Filistin dan semua orang Kanaan, orang Sidon dan orang Hewi, yang mendiami pegunungan Libanon, dari gunung Baal-Hermon sampai ke jalan yang menuju ke Hamat.

4 Mereka itu ada di sana, supaya Ia mencobai orang Israel dengan perantaraan mereka untuk mengetahui, apakah mereka mendengarkan perintah yang diberikan TUHAN kepada nenek moyang mereka dengan perantaraan Musa. 

5 Demikianlah orang Israel itu diam di tengah-tengah orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.

6 Mereka mengambil anak-anak perempuan, orang-orang itu menjadi isteri mereka dan memberikan anak-anak perempuan mereka kepada anak-anak lelaki orang-orang itu, serta beribadah kepada allah orang-orang itu.

=====================

Hidup di zaman milenial ini bisa membawa manusia ke atas puncak kenikmatan dan kesenangan. Materi, sarana, fasilitas, hiburan, makanan, dan berbagai kemudahan lainnya dapat memuaskan manusia. Namun, jika jujur, seirama dengan kemajuan zaman, kita semakin kehilangan kedamaian. Kita kian sulit menemukan suasana hidup yang tenang. Udara penuh dengan polusi, jalanan semakin macet di mana-mana, dan ragam kejahatan pun kian canggih seiring majunya kepandaian manusia.

Perjumpaan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa di tanah Kanaan bisa kita katakan sebagai bagian dari "modernitas" pada masa itu. Semula mereka adalah bangsa nomaden yang tidak memiliki tanah air. Bisa dipastikan, mereka tidak sempat membangun peradaban yang mapan.

Namun, setelah menetap di Kanaan, mereka menemukan tanah air sebagai pijakan peradaban dan masa depan. Mereka terlibat dalam dinamika ekonomi, pasar, sosial, budaya, dan aspek-aspek kehidupan yang lain. Mereka juga kawin dengan bangsa-bangsa di Kanaan. Singkat kata, mereka saling membentuk dan memengaruhi.

Namun, dampak perubahan selalu berwajah dua. Ada yang positif dan memberkati, tetapi ada juga yang negatif dan merusak diri. Untuk mengantisipasi dampak seperti itu, kita perlu meneguhkan hati dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Perjumpaan dengan pihak lain adalah keniscayaan dan merupakan bagian dari sisi sosial kemanusiaan kita. Kita tidak akan mungkin hidup terasing dari orang lain. Dalam pergaulan, selayaknya kita justru berkontribusi untuk membawa perubahan positif. Sepak terjang kita semestinya membangun kehidupan, kasih, keadilan, kerukunan, kesetiakawanan, dan saling menolong. Semua itu akan terwujud jika fondasi hidup kita adalah firman Tuhan dan hidup kita hanya berpusat kepada-Nya.

Biarlah Tuhan bekerja membentuk diri kita agar bisa memberi pengaruh positif bagi dunia ini. Kita mesti berjaga-jaga terhadap tantangan iman di masa kini. Kita mesti bijak dalam menghayati kasih Allah. [KAP]

Selasa, 14 Juli 2020

Setialah kepada Tuhan

 
Hakim-hakim 2:1-5

Kesetiaan merupakan salah satu kekuatan dalam menjaga kehidupan. Teladan kita yang paling tinggi perihal kesetiaan adalah Tuhan. Kesetiaan dan cinta kasih-Nya kepada manusia membuat Ia rela menderita dan mengosongkan diri seperti manusia. Puncaknya, kita mendapat keselamatan.

Bangsa Israel, dalam nas hari ini, menjadi sebuah contoh tentang sikap yang tidak setia dan berbuah ancaman. Mereka baru saja menduduki Tanah Kanaan dan menghalau musuh dengan susah payah. Namun demikian, mereka segera berpaling dari Allah, menyembah berhala, dan terhanyut oleh godaan dunia.

Pengalaman bangsa Israel ini membuktikan betapa mudahnya manusia meninggalkan Tuhan. Justru dalam keadaan diberkati dan dilindungi, kita mudah untuk tidak setia. Dalam situasi seperti itu, semestinya kita menaikkan syukur, bukan malah memuja berhala. Penyertaan Tuhan yang nyata seharusnya membuat kita menyingkirkan segala ilah asing dari hadapan-Nya. Pertolongan-Nya mestinya menambah pengenalan kita kepada-Nya sebagai Allah yang menyelamatkan kita.

Oleh karena bangsa Israel berubah setia, malaikat Tuhan pun diutus untuk menegur. Isi teguran-Nya adalah kemalangan dan penderitaan yang akan mereka alami. Saat itulah, orang Israel menyesal.

Godaan untuk tidak setia adalah salah satu ancaman besar dalam kehidupan. Kita sering tidak setia kepada Tuhan. Mungkin juga, ada yang tidak setia kepada pasangan, keluarga, atau bangsa dan negara. Padahal, sikap tidak setia akan menimbulkan dukacita, sebab ada pihak yang tersakiti karena merasa dikhianati.

Allah itu setia. Kesetiaan-Nya tampak nyata dalam berkat dan penyertaan-Nya dalam kehidupan kita. Oleh karena itulah, kita pun harus setia kepada-Nya. Mari kita memohon kekuatan kepada-Nya agar bisa menjaga kesetiaan. Sebab, kesetiaan kepada Allah yang akan membawa kita dalam sukacita dan damai sejahtera. Di sepanjang hidup ini, mari kita setia kepada Tuhan, walaupun ada kenikmatan dan kenyamanan di sekeliling kita. [KAP]

Jumat, 10 Juli 2020

MAKNA IBADAH BAGI ORANG PERCAYA


1 Timotius 4:7-8  ayat 7 Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah
Ayat 8 Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.
================
Apapun yang kita kerjakan dengan (hati) alias sungguh-sungguh dapat memberikan hasil yang maksimal atau memuaskan akan tetapi hasilnya berbeda jika dikerjakan separuh hati. (Kolose 3:23 )šŸ’„

Kesungguhan dan keseriusan dalam mengerjakan dan melaksanakan sesuatu yang kita kerjakan pada akhirnya membuahkan hasil yang maksimal.
šŸ‘️‍šŸ—Ø️Alasan demikianlah yang menjadi dasar untuk memberikan pengajaran kepada kita bahwa sebagai orang percaya harus mempunyai waktu untuk melatih diri "BERIDAH"

UNTUK APA MELATIH diri BERIBADAH, SEBAB:

I. IBADAH SEBAGAI SARANA (tempat) UNTUK MENGERTI KEHENDAK TUHAN.

Ada begitu banyak diantara kita yang tidak paham bahwa ibadah sebagai tempat untuk mengerti kehendak Tuhan.
šŸ‘Alasan mendasar bagi beberapa orang yang tidak paham makna pentingnya ibadah dalam hidup kita adalah:
šŸŒž Ibadah itu hanya sebagai suatu rutinitas yang tidak bermakna dan sebagai suatu oblikasi yang bersifat paksa karena KTP
šŸŒž Ibadah itu membosankan karena  tidak ada sesuatu yang kita dapatkan dari suatu perkumpulan yang berbasis spiritual.
šŸŒž Ibadah itu suatu tuntutan organisasi sehingga kita laksanakan karena atas mandat organisasi..

AKAN TETAPI
šŸ‘ Sesungguhnya IBADAH sebagai ALAT dimana setiap orang yang percaya kepada Tuhan dapat berkomunikasi dan dapat mengerti kehendak TUHAN melalui ibadah yang hidup dan yang berkenan kepada Allah sebagaimana, Roma 12:1-2
šŸ‘ Jadi artinya "IBADAH" sebagai sarana untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah dan melaksanakan kehendak-Nya sesuai dengan yang diharapkan Tuhan pada diri kita.šŸ‘️‍šŸ—Ø️seperti contoh seseorang sedang pendekatan dengan seorang perempuan, dia melakukan apapun yang melaluinya tujuan dapat tercapai, atau cintanya dapat diterimašŸ‘️‍šŸ—Ø️
šŸ˜†Kedua hal ini hanya dapat dilatih dalam ibadah.

II. IBADAH SEBAGAI TEMPAT LATIHAN ROHANI  

sebab hanya dalam ibadah, kita dapat melatih diri untuk mengatasi keinginan-keinginan Duniawi dan belajar menghadapi fakta kehidupan kita, Ibrani 10:25šŸ’– Paulus berpesan kepada Timotius dalam 1 Timotius 4: 8-12
šŸ‘ Artinya ibadah itu penting untuk kehidupan kita hari ini dan untuk masa depan kita sendiri. Orang-orang sukses dalam hidup ini adalah mereka yang setia pada Tuhan dan terpaut kepada Tuhan merekalah yang menjadi penguasanya. 

III. IBADAH SEBAGAI BENTUK KETAATAN KITA KEPADA ALLAH

šŸ™‰Sebagai ciptaan Allah kita mempunyai kewajiban untuk taat kepada Tuhan. 1 Petrus 1:14, Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu. Dalam Efesus 5:8 dikatakan bahwa šŸ’„ Hal-hal itu hanya di latih di dalam Ibadah sebab itu janganlah kita menjauhkan diri dari Ibadah-ibadah kita sebagaimana pesan Ibrani 10: 25 bahwašŸŒž

šŸ™‰Hanya orang taat yang bisa berhasil dalam segala hal. 

Daniel 1:8 (TB)  "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.šŸ’„ Hasil ketaatan itu dapat dilihat dalam Kitab Daniel 1:9 dan Daniel 1: 17, itulah hasil ketaatan mereka kepada Tuhan.

šŸ™‰ Ketaatan mendatangkan berkat kelimpahan, Kejadian, Kejadian 12:1-3 dalam ayat ini Allah perintahkan Abraham untuk bertindak dengan Iman kepada Allah  sementara Kejadian, 22:1-19 secara khusus Kejadian 22:1-3 bahwa šŸ’„ sebagai bukti ketaatan Abraham kepada Allah. Semua tindakan Abraham ini merupakan bukti kepercayaannya kepada Tuhan melalui latihannya yaitu IBADAH.

šŸ™‰ Ketaatan memberikan kebebasan untuk menikmati kebahagiaan.
Kita bisa belajar dari ketaatan Yesus dalam Injil Lukas 22:39-46 secara khusus Lukas 22: 41-44
bahwašŸ’„ ketaatan selalu mendatangkan kekuatan dan kuasa sehingga dapat menghadapi fakta kehidupan ini bersama Tuhan.
šŸ‘Arti ketaatan secara etimologis adalah patu atau setia terhadap peraturan.  
šŸ‘Dalam bahasa Yunani ada tiga kata yang menjelaskan tentang ketaatan yaitu kata:
šŸ™† "Ļ„Ī·ĻĪµĻ‰" threw: artinya "menjaga, memelihara, menaati, menuruti, melakukan, menyimpan" arti lainnya adalah "mematuhi, menaruh perhatian terhadap; mengawasi menawan;
menyimpan; mempertahankan, memelihara" 
šŸ™† Kata "Ļ…Ļ€Ī±ĪŗĪæĪ·" upakoh hampir sama artinya dengan Threw ketaatan "Ī·Ļ‚" [feminin] kepatuhan, ketaatan.
šŸ™†Kata "Ļ…Ļ€Ī±ĪŗĪæĻ…Ļ‰" upakouw artinya menaati, mengikuti, tunduk kepada, membukakan pintu, patuh, menurut, tunduk, takluk;
menerima, menganut;
membuka.

IV. IBADAH SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI KITA DENGAN ALLAH

šŸ’– Untuk dekat dengan Tuhan hanya melalui Ibadah atau persekutuan dan Doa sebagai alat komunikasi dengan Allah.
šŸ’– Tanpa itu kita tidak akan memahami kehendak Tuhan dan tidak akan menikmati berkat Tuhan
šŸ’– Sebab itulah kita diajarkan untuk menjadi Ibadah sebagai alat komunikasi dengan Tuhan.

šŸ’–Ibadah seperti alat komunikasi kita yaitu tlp. Ada tiga unsur yang diperlukan untuk komunikasi yaitu, HP,SIM CARD dan PULSA  ketiga unsur itu adalah satu kesatuan dari tlp tanpa salah satu unsur itu kita tidak dapat melakukan komunikasi.

APA MAKSUDNYA ?

Artinya: IBADAH, DOA dan KETAATAN adalah tiga unsur PENTING dalam kehidupan kita.
šŸ‘Rajin beribadah harus di imbangi juga dengan doa dan ketaatan kepada Kedaulatan Tuhan atas kita
šŸ‘Rajin dalam beribadah maka dimbangi pula dengan sikap dan ketaatan yang penuh kepada Allah
šŸ‘ Ketaatan pasti mendatangkan kesuksesan. 

šŸŒžRajin tanpa memahami makna itu seperti "menyediakan gelas minuman tanpa air"šŸŒž 

šŸ‘️‍šŸ—Ø️Itu sama saja rajin beribadah tetapi tidak menikmati kehadiran Allah dalam hidup sehingga ibadah menjadi suatu rutinitas yang membosankanšŸ‘️‍šŸ—Ø️

V. KESIMPULAN
Jadi Ibadah adalah bukti kita taat kepada Allah, serta kita benar-benar mengasihi-Nya sehingga  ibadah kita menjadi berkenan sekaligus menjadi bermakna bagi kita sendiri sebagai anak-anak Tuhan. Amin

Ambon, 10 Juli 2020
Gereja GIDI IMANUEL WAYAME
Pdm.Yoel Giban, S.Th.M.Pd.K


Rabu, 08 Juli 2020

Tuhan di Atas Segalanya

 
Pengkhotbah 12:9-14

==Selain Pengkhotbah berhikmat, ia mengajarkan juga kepada umat itu pengetahuan. Ia menimbang, menguji dan menyusun banyak amsal.

10 Pengkhotbah berusaha mendapat kata-kata yang menyenangkan dan menulis kata-kata kebenaran secara jujur. 

11 Kata-kata orang berhikmat seperti kusa dan kumpulan-kumpulannya seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala.

12 Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan.

13 Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.

14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat==

==================

Kata kunci dari  Pengkhotbah yang diulang-ulang sepanjang kitabnya adalah "sia-sia". Umumnya, kesan yang muncul ketika membaca Kitab Pengkhotbah adalah sikap pesimis terhadap kehidupan. Namun, pada dasarnya, Pengkhotbah sedang mempresentasikan sebuah fakta, yaitu kehidupan manusia, di bawah matahari, tanpa Tuhan adalah sebuah kesia-siaan.

Di akhir kitabnya, Pengkhotbah memberikan sebuah kesimpulan klimaks, sekaligus jawaban atas kesia-siaan hidup manusia, yaitu kita harus hidup takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-Nya. Di luar Tuhan, kehidupan manusia akan berakhir dengan kesia-siaan, baik di dunia maupun dalam kekekalan.

Takut akan Tuhan dan melakukan perintah-Nya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Takut akan Tuhan membawa kita mendekat kepada-Nya, menyembah-Nya, dan menghormati-Nya. Namun, itu semua harus diwujudkan dengan tindakan nyata, yaitu dengan melakukan perintah dan firman-Nya.

Oleh karena itu, Pengkhotbah mengungkapkan bahwa seluruh tindak-tanduk manusia (baik atau jahat) akan dipertanggungjawabkan di hadapan takhta pengadilan Allah. Semua akan dinilai berdasarkan cara hidup dan seluruh tindakan kita: apakah sesuai dengan perintah-Nya atau tidak. Hal ini sebagai penentu apakah hidup kita akan berakhir sia-sia atau masuk ke dalam kekekalan yang penuh kebahagiaan.

Hari ini kita diberi dua pilihan, yaitu hidup dalam kesia-siaan atau hidup bermakna. Jika ingin hidup bermakna, jadikanlah Tuhan yang terutama dalam hidup kita. Tidak peduli apakah kita kaya/miskin, sehat/ sakit, berpendidikan tinggi/ rendah, jika hidup tanpa Tuhan semua akan berakhir sia-sia.

Oleh karena itu, marilah kita takut akan Tuhan dan menempatkan-Nya di atas segalanya. Dengan begitu, hidup kita akan berakhir dengan sukacita kekal. Sampai kapan pun juga, kita mau menghidupi firman Tuhan supaya tidak berakhir dengan sia-sia. Kita mesti optimis dan setia pada firman Tuhan yang menuntun kepada hidup sejati. [ABL]

Sabtu, 04 Juli 2020

Sekali Lagi tentang Hikmat

Pengkhotbah 9:13-18  ayat 13 Hal ini juga kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku; 14 ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya;15 di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.16 Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang."17 Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh.18 Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.

=================

Pengkhotbah tak henti-hentinya menegaskan betapa kuat dan berkuasanya hikmat. Ia berkata: "Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan daripada sepuluh penguasa dalam kota, " (7:19). Dalam bacaan hari ini, ia memberikan contoh bahwa hikmat telah menyelamatkan kota dari kehancuran.

Kota itu kecil dan penduduknya sedikit. Menurut strategi perang, kota itu seharusnya hancur kalau diserang dan dikepung oleh seorang raja yang besar. Namun, hal itu tidak terjadi. Pasalnya, ada hikmat seorang miskin yang menyelamatkan kota itu. Melihat hal itu, penulis Pengkhotbah menyimpulkan bahwa hikmat lebih baik daripada keperkasaan dan alat-alat perang, (16a, 18a). Dengan kata lain, hikmat jauh lebih berguna daripada apa pun di dalam dunia ini.

Sekalipun demikian, penulis Pengkhotbah mengingatkan dua hal. Pertama, kebanyakan orang menilai sesamanya bukan karena hikmatnya melainkan karena status sosialnya di masyarakat. Itulah yang terjadi pada si miskin yang berhikmat itu. Sekalipun telah menyelamatkan kota, ia segera dilupakan dan perkataannya tidak lagi didengar. Ia tidak diperhitungkan karena kemiskinannya (16b).

Kedua, hikmat bisa menghancurkan apabila tidak dipergunakan dengan hati-hati (18b). Satu orang yang keliru --dalam bahasa aslinya --adalah satu orang berdosa. Singkatnya, hikmat orang berdosa akan menghancurkan apa saja.

Kita bisa menyimpulkan bahwa di satu sisi hikmat bisa menyelamatkan, namun di sisi lain menghancurkan jika disalahgunakan. Sebab itu, kita harus mencari hikmat dari Allah, Sang Sumber Hikmat. Dan kita perlu menjaga hidup dengan benar di hadapan Tuhan.

Dengan begitu, kita menggunakan hikmat bagi keselamatan orang banyak, bukan untuk menghancurkannya. Perkataan Amsal, "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan" (Ams 9:10) adalah benar sepenuhnya. Dengan penuh kecintaan, mari kita berdoa kepada Allah supaya kita dipenuhi hikmat-Nya untuk mengusahakan kebaikan bagi banyak orang. [JPH]

Jumat, 03 Juli 2020

Menikmati Hidup


Pengkhotbah 9:1-12

1 Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apa pun yang dihadapinya. 

2 Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.

3 Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusia pun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati. 

4 Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.

5 Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.

6 Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.

7 Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.

8 Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu. 

9 Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.

10 Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.

11 Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua

12 Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba. 

===============================

Pengkhotbah hari ini berpesan, "Nikmatilah hidup sebelum mati." Alasannya sederhana. Pertama, nasib semua orang adalah sama. Orang benar, orang fasik, orang baik, orang jahat, orang tahir, orang najis, penyembah yang taat maupun tidak, semuanya akan mati (2-3). Kedua, hidup jauh lebih berharga daripada kematian. "Anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati, " kata Pengkhotbah. Hal itu menunjukkan bahwa sehebat apa pun manusia, ia tidak akan ada artinya apabila sudah mati (4). Ketiga, hanya dalam dunia orang hidup, yaitu di bawah matahari, ada harapan. Jangankan berharap, dalam dunia orang mati tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat (4-6, 10). Keempat, manusia tidak bisa memprediksi kematian (12).

Jika kenyataan memang seperti itu, lalu bagaimana cara kita menikmati hidup? Pertama, menikmati hidup harus dengan berpusat pada Allah. Ia adalah penguasa atas hidup manusia dan segala sesuatu yang dimiliki manusia itu. Hikmat dan cara Allah tidak sama seperti hikmat dan cara manusia. Allah memberikan hikmat kepada yang dikehendaki-Nya dengan cara-cara yang tidak masuk akal bagi manusia.

Kedua, menikmati hidup harus dengan sukaria. Secara eksplisit Pengkhotbah mengatakan, "Mari makan roti dengan sukaria dan minum anggur dengan hati yang senang, ... Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu, " (7, 8). Pakaian putih adalah simbol sukacita. Minyak mengacu kepada tanda berkat dan ekspresi sukacita.

Ketiga, menikmati hidup harus dengan hal-hal yang sudah disediakan Allah. Roti yang dimakan, anggur yang diminum, minyak yang dicurahkan, istri yang dikasihi, dan tenaga untuk mengerjakan segala sesuatu adalah berasal dari Allah. Oleh karena itu, janganlah kita menikmati apa yang tidak diberikan oleh Allah.

Mari kita ucapkan terima kasih untuk segala yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Mintalah hikmat-Nya supaya kita menikmati hidup ini seperti yang Tuhan inginkan. Dan kita pun perlu bersukaria memuji nama-Nya di dalam segala hal. Ami Gbu all.

Kamis, 02 Juli 2020

HAK ISTIMEWA ORANG KRISTEN

1 Petrus 1:3-5 (TB)  Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
================
Sekarang kita sampai pada isi surat rasuli ini, yang dimulai dengan,

I. Ucapan selamat atas martabat dan kebahagiaan yang dialami orang-orang percaya ini, yang dinyatakan dalam bentuk ucapan syukur kepada Allah. Surat-surat rasuli lain juga dimulai dengan cara serupa (2Kor. 1:3; Ef. 1:3). Di sini kita mendapati,

1. Kewajiban yang dijalankan, yaitu memuji Allah. Manusia memuji Allah dengan mengakui sebagaimana mestinya keunggulan dan keterpujian-Nya.

2. Pribadi yang mendapat pujian ini digambarkan melalui hubungan-Nya dengan Yesus Kristus: Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Di sini ada tiga nama untuk satu Pribadi, yang menunjukkan jabatan rangkap tiga yang dimiliki-Nya.

(1) Dia adalah Tuhan, Raja atau Penguasa berdaulat atas segala sesuatu.

(2) Yesus, Imam atau Juruselamat.

(3) Kristus, Nabi, yang diurapi dengan Roh dan diperlengkapi dengan segala karunia yang diperlukan untuk mengajar, membimbing, dan menyelamatkan jemaat-Nya. Allah ini, yang demikian terpuji, adalah Allah Kristus menurut kodrat manusiawi-Nya, dan Bapa-Nya menurut kodrat ilahi-Nya.

3. Alasan-alasan yang mengharuskan kita untuk menjalankan kewajiban memuji Allah. Semua alasan ini dirangkum dalam satu ungkapan, yaitu karena rahmat-Nya yang besar. Semua berkat yang kita terima adalah karena rahmat Allah, bukan karena jasa manusia, terutama berkat pembaharuan hidup atau kelahiran baru. Ia telah melahirkan kita kembali, dan sudah selayaknya kita mengucap syukur kepada Allah untuk ini, terutama bila kita menimbang buah yang dihasilkannya dalam diri kita, yaitu anugerah pengharapan yang luhur itu. Itu bukan harapan yang sia-sia, mati, dan binasa seperti harapan orang-orang duniawi dan munafik, melainkan harapan yang hidup, harapan yang kuat, menghidupkan, dan terus bertahan, dan harapan ini memang harus seperti itu, karena ia memiliki dasar yang kukuh seperti kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Amatilah,

(1) Seburuk apa pun keadaan orang Kristen yang baik, ia mempunyai alasan yang luhur untuk tetap memuji Allah. Seperti halnya orang berdosa selalu mempunyai alasan untuk meratap, kendati dengan kemakmurannya pada saat ini, demikian pula orang baik, di tengah-tengah kesulitan mereka yang bermacam-macam, mempunyai alasan untuk tetap bersukacita dan memuji Allah.

(2) Dalam doa-doa dan puji-pujian kita, kita harus menyapa Allah sebagai Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya melalui Kristuslah kita dan pelayanan-pelayanan kita diterima.

(3) Orang-orang yang terbaik berutang pada rahmat Allah yang besar atas berkat-berkat terbaik yang mereka terima. Segala kejahatan di dunia berasal dari dosa manusia, tetapi segala kebaikan di dalamnya berasal dari rahmat Allah. Pembaharuan hidup jelas-jelas harus diakui terjadi oleh karena rahmat Allah yang berlimpah, dan demikian pula dengan semua hal lain. Kita sepenuhnya hidup oleh karena topangan rahmat ilahi. Mengenai sifat pembaharuan hidup ini, lihat Yohanes 3:3.

(4) Pembaharuan hidup menghasilkan hidup yang penuh pengharapan akan hidup kekal. Setiap orang yang belum bertobat adalah makhluk yang tanpa harapan. Apa pun harapan yang mereka sangka mereka miliki hanyalah keyakinan diri dan rekaan tanpa dasar. Pengharapan Kristiani yang benar adalah kelahiran kembali manusia oleh Roh Allah. Itu tidak terjadi secara alami begitu saja, melainkan karena anugerah yang cuma-cuma. Orang yang dilahirkan kembali kepada sebuah hidup rohani yang baru, dilahirkan kembali kepada sebuah pengharapan yang baru dan rohani.

(5) Pengharapan orang Kristen memiliki keunggulan ini, bahwa pengharapannya adalah pengharapan yang hidup. Harapan akan hidup kekal dalam diri orang Kristen yang sungguh-sungguh adalah harapan yang membuatnya tetap hidup, yang menggerakkan dia, menopang dia, dan memimpin dia ke sorga. Harapan itu menyegarkan dan menggerakkan jiwa untuk bertindak, untuk bersabar, untuk tabah, dan bertahan sampai akhir. Harapan yang menyesatkan dari orang-orang yang tidak diperbaharui hidupnya adalah harapan yang sia-sia dan binasa. Orang durhaka dan harapannya akan berakhir dan mati bersama-sama (Ayb. 27:8).

(6) Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati adalah dasar atau fondasi dari pengharapan orang Kristen. Kebangkitan Kristus adalah tindakan Bapa sebagai Hakim, dan Anak sebagai Pemenang. Kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Bapa menerima kematian-Nya sepenuhnya untuk menebus kita, bahwa Ia menang atas maut, kubur, dan semua musuh rohani kita. Kebangkitan-Nya juga merupakan jaminan kebangkitan kita sendiri. Karena ada kesatuan yang tak terpisahkan antara Kristus dan kawanan domba-Nya, maka mereka bangkit lebih karena kebangkitan-Nya sebagai Kepala daripada karena kuasa-Nya sebagai Hakim. Kita dibangkitkan bersama dengan Kristus (Kol. 3:1). Berdasarkan semua hal ini secara bersama-sama, maka orang Kristen memiliki dua dasar yang teguh dan kuat untuk membangun harapan mereka akan hidup kekal.

II. Setelah mengucap selamat kepada orang-orang ini atas kelahiran baru mereka, dan harapan akan hidup kekal, Rasul Petrus melanjutkan dengan menggambarkan hidup kekal itu melalui gagasan tentang bagian atau warisan. Ini merupakan cara penyampaian yang paling tepat untuk orang-orang ini, sebab mereka miskin dan teraniaya, dan mungkin terampas dari warisan yang berhak mereka dapatkan karena status kelahiran mereka. Untuk meringankan penderitaan ini, ia memberi tahu mereka bahwa mereka telah lahir baru untuk mendapat warisan baru, yang tak terhingga lebih baik daripada apa yang hilang dari mereka. Selain itu, sebagian besar dari mereka adalah orang-orang Yahudi, dan dengan demikian merasa sangat sayang kepada tanah Kanaan, sebagai tanah warisan mereka, yang ditetapkan untuk mereka oleh Allah sendiri. Jadi, terusir sehingga tidak bisa tinggal di dalam tanah yang diwariskan TUHAN dipandang sebagai penghakiman yang pedih (1Sam. 26:19). Untuk menghibur mereka di bawah penghakiman ini, mereka diingatkan akan bagian mulia yang disediakan di sorga bagi mereka, bagian yang jika dibandingkan dengannya tanah Kanaan hanyalah sebagai bayangan belaka. Di sini perhatikanlah,

1. Sorga adalah warisan yang tak diragukan lagi akan diterima oleh semua anak Allah. Semua orang yang sudah lahir baru dilahirkan untuk mendapat sebuah warisan, seperti orangtua yang menjadikan anaknya sebagai ahli warisnya. Rasul Paulus menyatakan bahwa, jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris (Rm. 8:17). Allah memberikan pemberian-pemberian-Nya kepada semua orang, tetapi warisan hanya diberikan-Nya kepada anak-anak-Nya. Mereka yang menjadi putra dan putri-Nya melalui kelahiran kembali dan pengangkatan sebagai anak, menerima bagian kekal yang dijanjikan itu (Ibr. 9:15). Bagian ini tidak kita peroleh sendiri, melainkan pemberian Bapa kita. Bagian itu bukan upah yang pantas kita terima, melainkan buah dari anugerah, yang pertama-tama mengangkat kita sebagai anak, dan kemudian menetapkan warisan ini untuk kita melalui sebuah perjanjian yang teguh dan tak dapat berubah.

2. Keutamaan-keutamaan yang tiada banding dari warisan ini, yang semuanya ada empat:

(1) Warisan ini tidak fana, yang dalam hal ini menyerupai Penciptanya, yang disebut Allah yang tidak fana (Rm. 1:23). Kerusakan adalah perubahan dari yang lebih baik menjadi lebih buruk, tetapi sorga tidak ada perubahan dan tidak ada akhir. Rumah di sorga itu kekal, dan para pemiliknya pasti hidup selama-lamanya, karena yang dapat binasa harus mengenakan yang tidak dapat binasa (1Kor. 15:53).

(2) Warisan ini tanpa noda, seperti Imam Besar yang sekarang memegang kepemilikan atas warisan itu, yang saleh, tanpa salah, dan tanpa noda (Ibr. 7:26). Dosa dan kesengsaraan, dua noda besar yang menghancurkan dunia ini, dan merusak keindahannya, tidak mendapat tempat di sana.

(3) Warisan ini tidak lenyap, tetapi selalu mempertahankan kekuatan dan keindahannya, dan tidak dapat binasa, tetapi senantiasa menghibur dan menyukakan hati orang orang kudus yang memilikinya, tanpa sedikit pun mereka bosan atau merasa hambar.

(4) “Tersimpan di sorga bagi kamu,” ungkapan yang mengajar kita,

[1] Bahwa warisan itu adalah warisan yang mulia, sebab warisan itu ada di sorga, dan semua yang ada di sana mulia (Ef. 1:18).

[2] Warisan itu pasti, sesuatu yang tersimpan di dunia lain, yang dengan aman dijaga dan dipelihara sampai tiba saatnya kita memilikinya.

[3] Orang-orang yang bagi mereka warisan itu tersimpan digambarkan, melalui nama mereka, melainkan melalui sifat mereka: bagi kamu, atau kita, atau setiap orang yang dilahirkan kembali kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Warisan itu tersimpan bagi mereka, hanya bagi mereka. Sementara untuk semua yang lain, pintu untuk mendapat warisan itu akan tertutup untuk selama-lamanya.

III. Karena warisan ini digambarkan sebagai suatu hal untuk masa depan, dan masih jauh baik dalam waktu maupun tempat, maka Rasul Petrus menganggap ada suatu keraguan atau kegelisahan yang masih tinggal dalam pikiran orang-orang ini, apakah mereka akan gagal memperolehnya di tengah jalan. “Meskipun kebahagiaan tersimpan aman di sorga, namun kita masih berada di bumi, rentan terhadap berbagai macam godaan, kesengsaraan, dan kelemahan. Apakah keadaan kita sudah sedemikian aman sehingga kita pasti akan sampai di sana?” Terhadap pertanyaan ini ia menjawab bahwa mereka pasti akan dijaga dan dibimbing dengan aman ke sana. Mereka akan dijaga dan dipelihara dari segala godaan dan kecelakaan yang merusak, yang akan mencegah mereka tiba dengan selamat di kehidupan kekal. Ahli waris harta duniawi tidak memiliki jaminan bahwa ia akan hidup untuk menikmatinya, tetapi ahli waris sorga pasti akan dibimbing dengan aman untuk memilikinya. Berkat yang dijanjikan di sini adalah pemeliharaan: kamu dipelihara. Yang memelihara adalah Allah. Sarana dalam diri kita yang digunakan untuk tujuan itu adalah iman dan perhatian kita sendiri. Tujuan kita dipelihara adalah keselamatan. Dan waktu di mana kita akan melihat akhir dan hasil yang aman dari semuanya adalah zaman akhir. Perhatikanlah,

1. Demikianlah perhatian lembut Allah terhadap umat-Nya, bahwa Ia tidak hanya memberi mereka anugerah, tetapi juga memelihara mereka sampai pada kemuliaan. Dipeliharanya mereka menyiratkan adanya baik bahaya maupun pertolongan. Mereka bisa saja diserang, tetapi tidak akan ditaklukkan.

2. Dipeliharanya orang-orang yang lahir kembali sampai memperoleh hidup kekal adalah dampak dari kuasa Allah. Besarnya pekerjaan, banyaknya musuh, dan kelemahan-kelemahan kita sendiri adalah sedemikian rupa sehingga tidak ada kuasa selain yang mahakuasa yang dapat memelihara jiwa melewati semuanya itu untuk sampai pada keselamatan. Oleh sebab itulah Kitab Suci sering menggambarkan keselamatan manusia sebagai dampak dari kuasa ilahi (2Kor. 12:9; Rm. 14:4).

3. Pemeliharaan oleh kuasa Allah tidak menggantikan upaya dan perhatian manusia bagi keselamatannya sendiri. Di sini ada kuasa Allah dan iman manusia, yang menyiratkan adanya keinginan yang sungguh-sungguh akan keselamatan, kebergantungan pada Kristus sesuai dengan panggilan dan janji-janji-Nya, perhatian dan kewaspadaan untuk melakukan segala sesuatu yang berkenan pada Allah dan menghindari apa saja yang melanggar, kebencian terhadap godaan, perhatian pada upah, dan ketekunan senantiasa di dalam doa. Dengan iman yang sedemikian sabar, yang giat bekerja, dan menaklukkan, kita dipelihara di bawah pertolongan anugerah ilahi untuk memperoleh keselamatan. Pada iman ada kekuasaan untuk memelihara jiwa melalui keadaan penuh anugerah sampai ke dalam keadaan penuh kemuliaan.

4. Keselamatan ini telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Di sini ada tiga hal yang ditegaskan tentang keselamatan orang-orang kudus:

(1) Bahwa keselamatan itu sedang dipersiapkan, tersedia, dan tersimpan di sorga bagi mereka.

(2) Meskipun keselamatan itu dipersiapkan sekarang, namun sebagian besarnya tersembunyi dan tidak dinyatakan untuk saat ini, bukan hanya kepada dunia yang tidak tahu dan buta, yang tidak pernah mempertanyakannya, melain kan juga bahkan kepada para ahli waris keselamatan itu sendiri. Belum nyata apa keadaan kita kelak (1Yoh. 3:2).

(3) Bahwa keselamatan itu akan secara penuh dan utuh dinyatakan pada zaman akhir, atau pada hari penghakiman. Hidup yang tidak dapat binasa kini telah didatangkan oleh Injil, tetapi hidup ini akan dinyatakan secara lebih mulia pada saat kematian, ketika jiwa diterima di hadapan Kristus, dan memandang kemuliaan-Nya. Bahkan di samping itu akan ada penyingkapan yang lebih jauh dan terakhir tentang besar dan unggulnya kebahagiaan orang-orang kudus pada zaman akhir, ketika tubuh mereka dibangkitkan dan dipersatukan kembali dengan jiwa mereka, dan penghakiman akan dijatuhkan atas para malaikat dan manusia, dan Kristus akan menghormati dan memuji hamba-hamba- Nya di hadapan seluruh dunia.

=====SOLIDEO GLORIA=======

Statistik Pengunjung