Selasa, 28 Juli 2020
KETIKA MATAHARI TAK BERSINAR
Sabtu, 25 Juli 2020
PIKULLAH “KUK” YANG KUPASANG
Teks, Matius 11:25-30 (29)
Terjemahan Bebas (TB) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH) “Kenakanlah kuk yang Kupasang, yang enak dipakainya, karena beban yang Kuberikan hanyalah beban yang ringan; dan biarkanlah Aku mengajar kalian, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, maka kalian akan mendapat ketentraman jiwa."
Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) “Ikutlah perintah-Ku dan belajarlah daripada-Ku. Sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati, maka kamu akan merasa segar”.
Terjemahan Todays Malay Version (TMV) “Ikutlah perintah-Ku dan terimalah ajaran-Ku, kerana Aku ini lemah lembut dan rendah hati; kamu akan mendapat kesejahteraan”.
Bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan, setiap pengajaran Yesus dalam kata-kata-Nya tidak pernah bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh-Nya. Akan tetapi setiap pengajaran-Nya mengandung pelajaran yang sangat penting bagi kehidupan pengikut-Nya termasuk bapak ibu saudara dan saya. Yesus mengajar orang tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan tindakan-Nya yang sulit untuk ditebak dan dimengerti oleh ahli taurat seperti misalnya waktu Yesus memanggil Petrus berbeda dengan Ia memanggil Zakheus demikian juga dengan Yesus berbicara dengan Nikodemus dan Yesus berbicara dengan seorang perempuan Finisia selain dari murid-Nya selalu memberikan pengajaran yang membuat mereka kembali bertanya kepada-Nya, APA MAKSUDNYA…? Yesus dimata murid-Nya dan dimata khalayak menjadi pribadi yang kontroversial. Sifat kontroversinya terlihat dalan setiap tindakan seperti Yesus membubarkan pasar di bait Allah, dan perkataan-Nya yang dikenal tajam dan menyakitkan bagi lawan-lawan-Nya. Yesus marah kepada ahli taurat tentang kemunafikan mereka dalam Injil Matius 22. Menguji iman seorang perempuan Finisia, dan mengutuk pohon arah yang tidak berbuah dan banyak hal lainnya yang kontroversi dimata murid-Nya bahkan dimata orang Yahudi. Bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan, Yesus dalam ayat 28 dan 29 memberi kita keterangan bahwa Yesus memanggil para pengikut-Nya yang telah memikul kuk orang-orang itu Yesus berkata akan memberikan kelegaan atau dalam versi TMV di katakana memberikan kesejahteraan kepada mereka yang telah berlelah-lelah bekerja untuk Tuhan. Bapak ibu saudara yang diberkati, perlu diketahui bahwa definisi kata “Kuk” menurut KBBI, (2014:751) bahwa ada dua pengertian penting yaitu pertama adalah “kayu lengkung yang dipasang di tengkuk-(leher bagian belakang) kerbau untuk menarik bajak” sedangkan pengertian kedua adalah “cara membenamkan atau menekan ke atas tepi pelat atau profil baja sepanjang sambungan keling dengan suatu alat agar sambungan tersebut kedap air” beban apa yang bapak ibu pikul di tengkukmu…? Apakah beban untuk kemajuan MISI Tuhan ataukan beban hidup yang tidak akan pernah habis…? Yesus katakana kalau mau dapat kesejahteraan atau kebahagiaan maka harus memikul KUK milik Yesus.
ADA APA DENGAN KUK ITU
Ada Pelajaran (Aku akan mengajar kalian)
Yesus disebut sebagai guru Maha Agung stigma itu sangat tepat, oleh karena itu Yesus mengatakan pikul KUK yang kupasang itu, sebab AKU lemah Lembut dan Renda Hati. Dalam konsep masyarakat adat itu mengandung makna demikian, seorang bapak ingin memberikan kejutan kepada anaknya dengan banyak cara, seperti menaru barang atau sesuatu yang nilainya besar itu, kadang taruh dalam tanah, atau dalam ikatan kayu api, atau dalam benda-bendah yang menurutnya tepat untuk sembunyikan, kemudian ia berkata cungkil tanah, atau suruh buka ikatan kayu dan sebagainya. Bapak ibu saudara yang dikasihi Tuhan, ketika Yesus kita jadikan DIA sebagai Guru atau sebagai pelatih dalam hidup kita maka kita tidak akan mengalami badai angin kehidupan. Sebagaimana LUKAS 8:22-25 Yesus yang mengajak murid-murid-Nya untuk bertolak ke seberang danau, tetapi apa yang terjadi ayat 23 menceritakan bahwa ternyata Yesus tertidur kenapa Yesus tertidur…? Alasan pertama adalah tidak ada yang mengajak DIA berbicara.Alasan kedua adalah, di dalam perahu itu ada orang yang menurutnya ahli yaitu Petrus. Maka yang terjadi adalah pengalaman dipakai untuk menyeberangkan perahu itu, pada waktu angin rebut dating, Yesus sama sekali tidak merasahkan adanya badai itu. Kapal di buat angin seperti kerta tiup kesana-kemari Yesus tetap DIAM apa maksudnya ini. Apakah Yesus tidak perduli dengan murid-murid-Nya? Ataukah DIA tidak saya kepada mereka..? Yesus sangat mengasihi mereka, pelajaran mendasar yang kita dapatkan dari cerita ini adalah
Yesus mau ada komunikasi diantara sesama mereka dalam perahu itu, atau setidak-tidaknya ada murid lain yang mengajak DIA berbicara. Tetapi hal itu tidak terjadi
Pengalaman menurut manusia adalah guru terbaik tetapi Yesus mempertegas kepada kita bahwa guru terbaik hanyalah DIA SATU-SATUNYA.
Badai bole saja mengoyangkan kapal kita kian kesana kemari tidak akan mengalami koncangan jiwa karena dua alas an diatas yaitu ADA KOMUNIKASI DAN ADA GURU
Bapak dan ibu yang diberkati Tuhan, Yesus berkata belajarlah kepada-Ku dan AKU AKAN MENGAJARKAN KAMU, adalah Yesus memintah ketaatan dan pasra FULL kepada-Nya sebagai guru MAHA AGUNG, yang mampu membimbing, menuntun, memotivasi, menolong dan menjaga ke setiap kehidupan kita. Yesus bukan pribadi yang ingkar JANJI melainkan menepatinya sesuai dengan maunya DIA. Dengan melihat cerita ini masihkan kita meninabobokan Yesus dalam keluarga kita…? Masihkan kita ma uterus berjalan dan jatuh bangun dengan pengalaman kita…? Jika pengalaman kita menjadi guru kita pasti suatu saat akan kita jumpai badai itu dating memporak-porandakan kapal kita. Ijinkanlah Yesus menjadi GURU MAHA AGUNG yang senantiasa mengajar bapak ibu saudara dalam menjalani kehidupan yang gelap ini.
Mendapatkan ketentraman Jiwa
Ketika kita menjadikan Yesus sebagai Guru Agung dan menciptakan KOMUNIKASI yang intensif, dan menyerah di bawah kaki-Nya seperti seorang perempuan yang kedapatan bersina kemudian menyerah dihadapan-Nya, maka akan kita jumpai KETENANGAN JIWA. Ketenangan jiwa berbicara tentang kebahagiaan.Bapa ibu saudara yang diberkati Tuhan, kebahagiaan yang sejati hanya kita jumpai dalam TUHAN YESUS hanya DIA satu-satunya yang mengatakan AKU TIDAK AKAN MENINGGALKAN KAMU SEPERTI ANAK JATIM PATU, TETAPI AKU PERGI UNTUK MEMPERSIAPKAN TEMPAT BAGIMU. Artinya Allah yang bapak ibu dan saya sembah adalah Allah yang HIDUP Allah yang benar-benar menyatakan kebesar-Nya dalam setiap kehidupan kita. Kebesaran dan keagungan-Nya sangat luarbiasa. Dirasahkan oleh setiap kita sebagai pengikut-Nya, dengan demikian genaplah Firman Tuhan dalam Injil Yohanes 1:12. “Tetapi kepada mereka yang menyambut Dia dan percaya kepada-Nya, mereka diberikan-Nya hak menjadi anak Allah” TMV. Semua yang menjadi pengikut-Nya diberikan hak istimewa yaitu menjadi ANAK ALLAH. Bapak ibu saudara ingin merasahkan kebahagiaan kekal kunci rahasianya adalah MEMIKUL KUKNYA TUHAN. Lebih baik sakit sesaat kemudian mempunyai kehidupan yang luarbiasa dengan orang-orang yang kita cintai, daripada mempunyai seisi dunia tetapi kehilangan kebahagiaan kekal. Mau pilih yang mana, pilihanmu hari ini menentukan masa depan kita seperti apa di kemudian hari.
Kesimpulan
Pikul KUK itu dengan senang hati walaupun dengan beban yang berat karena Yesus bilan akan mendapatkan ketenangan jiwa
Jadikan Yesus sebagai Guru Maha Agung dalam hidup kita dari hari-ke hari biar DIA yang punya segala pengetahuan itu mengajar kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya
Ajaklah DIA setiap saat untuk berbicara dengan DIA dalam kondisi apapun, entah diberkati atau tidak diberkati, senang atau tidak senang, sakit atau tidak sakit usahakan untuk tetap membangun komunikasi yang aktif
Tinggalkan pengalaman, karena pengalaman itu bukan guru. Pengalaman hanya membawa kepada kekecewaan demi kekecewaan. Yesus mau kita menyerahkan hidup kita sepenuhnyan kepada DIA sebagai Tuhan satu-satunya Allah yang hidup dibawah golong langit ini.
ORANG YANG BERBAHAGIA
LUKAS 11:27-28
Terjemahan (FAYH) 27 Sedang Ia berbicara, seorang wanita di antara orang banyak itu berseru, "Allah memberkati ibu-Mu, yang mengandung dan menyusui-Mu!" 28 Ia menyahut, "Ya, tetapi lebih diberkati lagi orang yang mendengar Firman Allah dan mengamalkannya." Sedangkan dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) dikatakan bahwa “27 Setelah Yesus berkata begitu, seorang wanita dari antara orang banyak itu berkata kepada Yesus, "Sungguh berbahagia wanita yang melahirkan dan menyusui Engkau!" 28 Tetapi Yesus menjawab, "Lebih berbahagia lagi orang yang mendengar perkataan Allah dan menjalankannya!"
PENDAHULUAN
Dalam pandangan orang dunia kebahagian itu diukur dengan materi seperti makan minum dan aksesoris semata. Materi merupakan ukuran untuk keberhasilan seseorang, berhasil atau tidaknya seseorang akan terlihat pada materi, misalnya punya mobil, punya rumah, punya segala macam harta kekayaan. Oleh karena itulah seorang wanita yang tidak disebutkan identitasnya, darimana keluarganya, dan siapa perempuan ini dalam teks ini menjelaskan bahwa “seorang wanita di antara orang banyak itu berseru, "Allah memberkati ibu-Mu, yang mengandung dan menyusui-Mu” pengakuan itu lahir dari seorang ibu yang mengharapkan anaknya seperti Yesus, dipuja dimana-mana, setiap kata-katanya adalah suatu jawaban atas persoalan hidup. Dianggap sebagai seorang raja atau sebagai penyelamat bagi yang lemah dan bagi yang putus asa, oleh karena itulah seorang wanita tadi menjelaskan bahwa berbahagialah ibu yang menyesui engkau. Bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan dalam teks itu memang Yesus tidak menegur ibu itu tetapi Yesus member jawaban kepada ibu itu dan berkata:
Yang berbahagia adalah yang mendengar Firman Allah
Orang yang berbahagian menurut Yesus adalah orang yang mendengarkan Firman Allah. Firman tidak cukup hanya mendengar tetapi Firman itu harus menjadi remah/darah daging sehingga Firman itu menuntun hidup dan menjadikan firman itu sebagai undang-undang yang mengatur jalannya kehidupan ini. Bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan Firman itu hidup dan Firman itu harus menuntun hidup kita maka apapun yang kita minta dalam doa dan penuh keyakinan akan DIA maka semuanya itu akan Tuhan tambahkan kepada yang berharap kepada-Nya. Dalam Injil Matius 6.33 dikatakan bahwa “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Bapak ibu saudara kata Tuhan memerintahkan cari dahulu kerajaan Allah, bukan kerajaan sorga. Kerajaan Allah berbicara tentang pemerintahan-Nya dan kerajaan sorga bicara tentang dimana Allah itu ada. Kita diperintahkan untuk mencari pemerintahannya, di dalam pemerintahannya semua yang kita butuhkan itu ada disana, yaitu makan, minum, dan lainnya. Jadi bapak ibu yang diberhati marilah kita belajar mendengar Firman-Nya sehingga Firman itu memerdekakan kita dari segala perbuatan dan kenajisan kita.
Yang berbahagia adalah yang menjalankan Firman itu
Firman yang kita dengar tidak cukup dengan hanya mendengar saja melainkan Firman itu sangat pelu untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Sebab itu itu hidup, sehingga harus berbuah dan menghasilkan buah bagi Tuhan. Bapak itu saudara yang diberkati Tuhan Firman berdampak bersar dalam kehidupan kita, jika dalam mulut, telinga, dan mata kita ada Firman itu maka apapun yang kita kerjakan dan kita lakukan akan diberkati Tuhan. Tuhan Yesus juga pernah mengatakan bahwa segala kuasa telah diberikan kepada-Ku karena itu pergola jadikanlah semua bangsa muridku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa Anak dan Roh Kudus sebagai tanda bahwa Firman yang kita dengar itu hidup dan harus memberikan kehidupan baru bagi kita semua.
Dengan demikian orang yang telah mendengar Firman itu akan terlihat bahwa hidup mereka berbedah dengan kehidupan orang-orang duniawi, sebab di dalam kehdiupan anak-anak Tuhan selalu disertai dengan berkat pertolongan Tuhan.
Kesimpulan
Jadi, bapak ibu saudara yang diberkati Tuhan marilah kita belajar dari pelajaran ini sehingga kita dapat memahami bahwa kebahagian itu tidak ditentukan oleh segala harta yang kita punya hari ini melainkan Firman yang kita dengar dan kita simpan dalam hati kita dapat menjadi remah sehingga hidup dalam kelimpahan.
Kamis, 23 Juli 2020
Cari Aman
Hakim-hakim 8:4-21
Orang yang cari aman lazim kita jumpai di tengah masyarakat, bahkan dalam kehidupan bergereja sekalipun. Mereka adalah orang yang mementingkan diri sendiri dan mencari keamanan daripada berpihak pada kebenaran firman Tuhan.
Sikap seperti ini rupanya juga dipraktikkan oleh orang-orang Sukot dan Pniel. Ketika Gideon meminta pertolongan, mereka menolak. Alasannya, Gideon harus membuktikan dahulu kemenangannya. Mungkin mereka berpikir bahwa Gideon tidak mungkin menang melawan Midian. Pasalnya, ia memiliki 300 orang, sedangkan pasukan Midian berjumlah ribuan. Tidak hanya itu, mereka juga mengantisipasi kemungkinan kalau Gideon kalah. Orang-orang Midian pasti akan menyerang mereka jika ketahuan membantu Gideon.
Orang Sukot dan Pniel melakukan satu kesalahan. Mereka tidak sadar bahwa Gideon adalah orang pilihan Tuhan. Artinya, Tuhan bersama Gideon dan pasukannya, sehingga kemenangan pasti ada di pihak Gideon. Mereka terlalu mengkhawatirkan cara untuk menyelamatkan diri dan mengamankan posisi. Akibatnya, mereka bersekutu dengan musuh Israel dan mendatangkan hukuman.
Apakah hari ini kita juga menjalani hidup seperti orang-orang Sukot dan Pniel? Apakah kita lebih mementingkan keamanan diri daripada kebenaran firman Tuhan? Apakah kita lebih memilih melanggar firman-Nya daripada kehilangan pekerjaan? Apakah kita takut membela rekan kita yang hidup dalam kebenaran karena takut dikucilkan? Apakah kita lebih memilih ikut suara mayoritas daripada menyatakan kebenaran?
Hidup dalam keamanan dan kenyamanan tentu tidak ada salahnya selama tidak mengorbankan kebenaran suara Tuhan. Pada saatnya, jika Tuhan menyingkapkan kebenaran, kita akan berdiri tegak, meraih kemenangan, dan bersukacita. Kiranya, Tuhan menolong kita untuk selalu memilih kebenaran dan bukan sekadar cari aman. Sebagai orang pilihan Tuhan, sudah selayaknya kita berani hidup benar dan menyatakan kebenaran. [STG]
Senin, 20 Juli 2020
OTONOMI KHUSUS PAPUA
Jumat, 17 Juli 2020
Pendekar Kebenaran
Hakim-hakim 3:7-11 (TB)
7 Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera.
8 Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel, sehingga Ia menjual mereka kepada Kusyan-Risyataim, raja Aram-Mesopotamia dan orang Israel menjadi takluk kepada Kusyan-Risyataim delapan tahun lamanya.
9 Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb.
10 Roh TUHAN menghinggapi dia dan ia menghakimi orang Israel. Ia maju berperang, lalu TUHAN menyerahkan Kusyan-Risyataim, raja Aram, ke dalam tangannya, sehingga ia mengalahkan Kusyan-Risyataim.
11 Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. Kemudian matilah Otniel anak Kenas.
============
Ada dosa yang sifatnya pribadi, yakni kejahatan-kejahatan yang dilakukan secara personal. Ada juga dosa yang dilakukan secara komunal, bahkan oleh satu bangsa. Jika dosa dan kejahatan dilakukan secara personal, penanganannya cenderung lebih mudah. Jika sifat kejahatannya kolektif, membudaya, dan secara sadar dilakukan beramai-ramai, penanggulangannya akan jauh lebih sulit.
Dengan sadar, orang Israel mengulang-ulang dosa dan kejahatan mereka, yaitu terus-menerus menyembah Baal dan ilah kafir (7). Kejahatan ini biasanya bergandengan dengan kejahatan yang lain, seperti cacat moral, kriminal, permusuhan dengan sesama, dan lain sebagainya. Itulah sebabnya, Tuhan membiarkan mereka ditaklukkan Risyataim, Raja Aram-Mesopotamia dan dikuasai selama 8 tahun (8). Jika para leluhur Israel pernah dikuasai oleh Firaun, maka kini mereka dikuasai oleh Raja Aram.
Dalam keadaan seperti itu, tampilah sosok pemberani bernama Otniel, keponakan Kaleb. Ia adalah jawaban dari Tuhan atas jeritan bangsa Israel. Dengan kekuasaan-Nya, Otniel memerangi Raja Aram. Bangsa Israel pun terbebas dari penjajahan. Akhirnya, mereka merasakan damai dan merdeka hingga 40 tahun lamanya.
Dosa dan kejahatan kolektif selalu menantang iman kita. Korupsi, nepotisme, seks bebas, peredaran narkoba, penindasan, eksploitasi sumber daya, dan lain sebagainya adalah aneka dosa kolektif yang terjadi di sekitar kita. Bahkan tidak jarang tindak kejahatan itu melibatkan aparat pemerintah dan penegak hukum.
Situasi ini bisa membuat kita apatis, takut, dan skeptis dalam menjalani kehidupan. Apalagi kalau kita merasa terbatas, kecil, dan tak berdaya. Namun, kita jangan kehilangan harapan. Kita harus tetap berjuang dengan kasih yang besar yang berasal dari Tuhan.
Dengan tekun berdoa, mari kita memohon kuasa penyertaan Tuhan agar kita mampu berjuang melawan dosa kolektif di bangsa ini. Kita semestinya melibatkan Allah dalam setiap aspek kehidupan sambil menyadari, kepedulian mampu mengubah dunia ini. [KAP]
Kamis, 16 Juli 2020
Waspada Iman
Hakim-hakim 3:1-6 (TB)
1 Inilah bangsa-bangsa yang dibiarkan TUHAN tinggal untuk mencobai orang Israel itu dengan perantaraan mereka, yakni semua orang Israel yang tidak mengenal perang Kanaan.
2 — Maksudnya hanyalah, supaya keturunan-keturunan orang Israel yang tidak mengenal perang yang sudah-sudah, dilatih berperang oleh TUHAN.
3 Yang tinggal ialah kelima raja kota orang Filistin dan semua orang Kanaan, orang Sidon dan orang Hewi, yang mendiami pegunungan Libanon, dari gunung Baal-Hermon sampai ke jalan yang menuju ke Hamat.
4 Mereka itu ada di sana, supaya Ia mencobai orang Israel dengan perantaraan mereka untuk mengetahui, apakah mereka mendengarkan perintah yang diberikan TUHAN kepada nenek moyang mereka dengan perantaraan Musa.
5 Demikianlah orang Israel itu diam di tengah-tengah orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
6 Mereka mengambil anak-anak perempuan, orang-orang itu menjadi isteri mereka dan memberikan anak-anak perempuan mereka kepada anak-anak lelaki orang-orang itu, serta beribadah kepada allah orang-orang itu.
=====================
Hidup di zaman milenial ini bisa membawa manusia ke atas puncak kenikmatan dan kesenangan. Materi, sarana, fasilitas, hiburan, makanan, dan berbagai kemudahan lainnya dapat memuaskan manusia. Namun, jika jujur, seirama dengan kemajuan zaman, kita semakin kehilangan kedamaian. Kita kian sulit menemukan suasana hidup yang tenang. Udara penuh dengan polusi, jalanan semakin macet di mana-mana, dan ragam kejahatan pun kian canggih seiring majunya kepandaian manusia.
Perjumpaan bangsa Israel dengan bangsa-bangsa di tanah Kanaan bisa kita katakan sebagai bagian dari "modernitas" pada masa itu. Semula mereka adalah bangsa nomaden yang tidak memiliki tanah air. Bisa dipastikan, mereka tidak sempat membangun peradaban yang mapan.
Namun, setelah menetap di Kanaan, mereka menemukan tanah air sebagai pijakan peradaban dan masa depan. Mereka terlibat dalam dinamika ekonomi, pasar, sosial, budaya, dan aspek-aspek kehidupan yang lain. Mereka juga kawin dengan bangsa-bangsa di Kanaan. Singkat kata, mereka saling membentuk dan memengaruhi.
Namun, dampak perubahan selalu berwajah dua. Ada yang positif dan memberkati, tetapi ada juga yang negatif dan merusak diri. Untuk mengantisipasi dampak seperti itu, kita perlu meneguhkan hati dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Perjumpaan dengan pihak lain adalah keniscayaan dan merupakan bagian dari sisi sosial kemanusiaan kita. Kita tidak akan mungkin hidup terasing dari orang lain. Dalam pergaulan, selayaknya kita justru berkontribusi untuk membawa perubahan positif. Sepak terjang kita semestinya membangun kehidupan, kasih, keadilan, kerukunan, kesetiakawanan, dan saling menolong. Semua itu akan terwujud jika fondasi hidup kita adalah firman Tuhan dan hidup kita hanya berpusat kepada-Nya.
Biarlah Tuhan bekerja membentuk diri kita agar bisa memberi pengaruh positif bagi dunia ini. Kita mesti berjaga-jaga terhadap tantangan iman di masa kini. Kita mesti bijak dalam menghayati kasih Allah. [KAP]
Selasa, 14 Juli 2020
Setialah kepada Tuhan
Hakim-hakim 2:1-5
Kesetiaan merupakan salah satu kekuatan dalam menjaga kehidupan. Teladan kita yang paling tinggi perihal kesetiaan adalah Tuhan. Kesetiaan dan cinta kasih-Nya kepada manusia membuat Ia rela menderita dan mengosongkan diri seperti manusia. Puncaknya, kita mendapat keselamatan.
Bangsa Israel, dalam nas hari ini, menjadi sebuah contoh tentang sikap yang tidak setia dan berbuah ancaman. Mereka baru saja menduduki Tanah Kanaan dan menghalau musuh dengan susah payah. Namun demikian, mereka segera berpaling dari Allah, menyembah berhala, dan terhanyut oleh godaan dunia.
Pengalaman bangsa Israel ini membuktikan betapa mudahnya manusia meninggalkan Tuhan. Justru dalam keadaan diberkati dan dilindungi, kita mudah untuk tidak setia. Dalam situasi seperti itu, semestinya kita menaikkan syukur, bukan malah memuja berhala. Penyertaan Tuhan yang nyata seharusnya membuat kita menyingkirkan segala ilah asing dari hadapan-Nya. Pertolongan-Nya mestinya menambah pengenalan kita kepada-Nya sebagai Allah yang menyelamatkan kita.
Oleh karena bangsa Israel berubah setia, malaikat Tuhan pun diutus untuk menegur. Isi teguran-Nya adalah kemalangan dan penderitaan yang akan mereka alami. Saat itulah, orang Israel menyesal.
Godaan untuk tidak setia adalah salah satu ancaman besar dalam kehidupan. Kita sering tidak setia kepada Tuhan. Mungkin juga, ada yang tidak setia kepada pasangan, keluarga, atau bangsa dan negara. Padahal, sikap tidak setia akan menimbulkan dukacita, sebab ada pihak yang tersakiti karena merasa dikhianati.
Allah itu setia. Kesetiaan-Nya tampak nyata dalam berkat dan penyertaan-Nya dalam kehidupan kita. Oleh karena itulah, kita pun harus setia kepada-Nya. Mari kita memohon kekuatan kepada-Nya agar bisa menjaga kesetiaan. Sebab, kesetiaan kepada Allah yang akan membawa kita dalam sukacita dan damai sejahtera. Di sepanjang hidup ini, mari kita setia kepada Tuhan, walaupun ada kenikmatan dan kenyamanan di sekeliling kita. [KAP]
Jumat, 10 Juli 2020
MAKNA IBADAH BAGI ORANG PERCAYA
Rabu, 08 Juli 2020
Tuhan di Atas Segalanya
Pengkhotbah 12:9-14
==Selain Pengkhotbah berhikmat, ia mengajarkan juga kepada umat itu pengetahuan. Ia menimbang, menguji dan menyusun banyak amsal.
10 Pengkhotbah berusaha mendapat kata-kata yang menyenangkan dan menulis kata-kata kebenaran secara jujur.
11 Kata-kata orang berhikmat seperti kusa dan kumpulan-kumpulannya seperti paku-paku yang tertancap, diberikan oleh satu gembala.
12 Lagipula, anakku, waspadalah! Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan.
13 Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
14 Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat==
==================
Kata kunci dari Pengkhotbah yang diulang-ulang sepanjang kitabnya adalah "sia-sia". Umumnya, kesan yang muncul ketika membaca Kitab Pengkhotbah adalah sikap pesimis terhadap kehidupan. Namun, pada dasarnya, Pengkhotbah sedang mempresentasikan sebuah fakta, yaitu kehidupan manusia, di bawah matahari, tanpa Tuhan adalah sebuah kesia-siaan.
Di akhir kitabnya, Pengkhotbah memberikan sebuah kesimpulan klimaks, sekaligus jawaban atas kesia-siaan hidup manusia, yaitu kita harus hidup takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-Nya. Di luar Tuhan, kehidupan manusia akan berakhir dengan kesia-siaan, baik di dunia maupun dalam kekekalan.
Takut akan Tuhan dan melakukan perintah-Nya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Takut akan Tuhan membawa kita mendekat kepada-Nya, menyembah-Nya, dan menghormati-Nya. Namun, itu semua harus diwujudkan dengan tindakan nyata, yaitu dengan melakukan perintah dan firman-Nya.
Oleh karena itu, Pengkhotbah mengungkapkan bahwa seluruh tindak-tanduk manusia (baik atau jahat) akan dipertanggungjawabkan di hadapan takhta pengadilan Allah. Semua akan dinilai berdasarkan cara hidup dan seluruh tindakan kita: apakah sesuai dengan perintah-Nya atau tidak. Hal ini sebagai penentu apakah hidup kita akan berakhir sia-sia atau masuk ke dalam kekekalan yang penuh kebahagiaan.
Hari ini kita diberi dua pilihan, yaitu hidup dalam kesia-siaan atau hidup bermakna. Jika ingin hidup bermakna, jadikanlah Tuhan yang terutama dalam hidup kita. Tidak peduli apakah kita kaya/miskin, sehat/ sakit, berpendidikan tinggi/ rendah, jika hidup tanpa Tuhan semua akan berakhir sia-sia.
Oleh karena itu, marilah kita takut akan Tuhan dan menempatkan-Nya di atas segalanya. Dengan begitu, hidup kita akan berakhir dengan sukacita kekal. Sampai kapan pun juga, kita mau menghidupi firman Tuhan supaya tidak berakhir dengan sia-sia. Kita mesti optimis dan setia pada firman Tuhan yang menuntun kepada hidup sejati. [ABL]
Sabtu, 04 Juli 2020
Sekali Lagi tentang Hikmat
Pengkhotbah 9:13-18 ayat 13 Hal ini juga kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku; 14 ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya;15 di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.16 Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang."17 Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh.18 Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.
=================
Pengkhotbah tak henti-hentinya menegaskan betapa kuat dan berkuasanya hikmat. Ia berkata: "Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan daripada sepuluh penguasa dalam kota, " (7:19). Dalam bacaan hari ini, ia memberikan contoh bahwa hikmat telah menyelamatkan kota dari kehancuran.
Kota itu kecil dan penduduknya sedikit. Menurut strategi perang, kota itu seharusnya hancur kalau diserang dan dikepung oleh seorang raja yang besar. Namun, hal itu tidak terjadi. Pasalnya, ada hikmat seorang miskin yang menyelamatkan kota itu. Melihat hal itu, penulis Pengkhotbah menyimpulkan bahwa hikmat lebih baik daripada keperkasaan dan alat-alat perang, (16a, 18a). Dengan kata lain, hikmat jauh lebih berguna daripada apa pun di dalam dunia ini.
Sekalipun demikian, penulis Pengkhotbah mengingatkan dua hal. Pertama, kebanyakan orang menilai sesamanya bukan karena hikmatnya melainkan karena status sosialnya di masyarakat. Itulah yang terjadi pada si miskin yang berhikmat itu. Sekalipun telah menyelamatkan kota, ia segera dilupakan dan perkataannya tidak lagi didengar. Ia tidak diperhitungkan karena kemiskinannya (16b).
Kedua, hikmat bisa menghancurkan apabila tidak dipergunakan dengan hati-hati (18b). Satu orang yang keliru --dalam bahasa aslinya --adalah satu orang berdosa. Singkatnya, hikmat orang berdosa akan menghancurkan apa saja.
Kita bisa menyimpulkan bahwa di satu sisi hikmat bisa menyelamatkan, namun di sisi lain menghancurkan jika disalahgunakan. Sebab itu, kita harus mencari hikmat dari Allah, Sang Sumber Hikmat. Dan kita perlu menjaga hidup dengan benar di hadapan Tuhan.
Dengan begitu, kita menggunakan hikmat bagi keselamatan orang banyak, bukan untuk menghancurkannya. Perkataan Amsal, "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan" (Ams 9:10) adalah benar sepenuhnya. Dengan penuh kecintaan, mari kita berdoa kepada Allah supaya kita dipenuhi hikmat-Nya untuk mengusahakan kebaikan bagi banyak orang. [JPH]
Jumat, 03 Juli 2020
Menikmati Hidup
Pengkhotbah 9:1-12
1 Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apa pun yang dihadapinya.
2 Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.
3 Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusia pun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.
4 Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
5 Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.
6 Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.
7 Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.
8 Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
9 Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
10 Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
11 Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
12 Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.
===============================
Pengkhotbah hari ini berpesan, "Nikmatilah hidup sebelum mati." Alasannya sederhana. Pertama, nasib semua orang adalah sama. Orang benar, orang fasik, orang baik, orang jahat, orang tahir, orang najis, penyembah yang taat maupun tidak, semuanya akan mati (2-3). Kedua, hidup jauh lebih berharga daripada kematian. "Anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati, " kata Pengkhotbah. Hal itu menunjukkan bahwa sehebat apa pun manusia, ia tidak akan ada artinya apabila sudah mati (4). Ketiga, hanya dalam dunia orang hidup, yaitu di bawah matahari, ada harapan. Jangankan berharap, dalam dunia orang mati tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat (4-6, 10). Keempat, manusia tidak bisa memprediksi kematian (12).
Jika kenyataan memang seperti itu, lalu bagaimana cara kita menikmati hidup? Pertama, menikmati hidup harus dengan berpusat pada Allah. Ia adalah penguasa atas hidup manusia dan segala sesuatu yang dimiliki manusia itu. Hikmat dan cara Allah tidak sama seperti hikmat dan cara manusia. Allah memberikan hikmat kepada yang dikehendaki-Nya dengan cara-cara yang tidak masuk akal bagi manusia.
Kedua, menikmati hidup harus dengan sukaria. Secara eksplisit Pengkhotbah mengatakan, "Mari makan roti dengan sukaria dan minum anggur dengan hati yang senang, ... Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu, " (7, 8). Pakaian putih adalah simbol sukacita. Minyak mengacu kepada tanda berkat dan ekspresi sukacita.
Ketiga, menikmati hidup harus dengan hal-hal yang sudah disediakan Allah. Roti yang dimakan, anggur yang diminum, minyak yang dicurahkan, istri yang dikasihi, dan tenaga untuk mengerjakan segala sesuatu adalah berasal dari Allah. Oleh karena itu, janganlah kita menikmati apa yang tidak diberikan oleh Allah.
Mari kita ucapkan terima kasih untuk segala yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Mintalah hikmat-Nya supaya kita menikmati hidup ini seperti yang Tuhan inginkan. Dan kita pun perlu bersukaria memuji nama-Nya di dalam segala hal. Ami Gbu all.