Kamis, 31 Oktober 2019

HIDUP SEBAGAI ANAK TERANG BAGIAN KE II

Efesus 5:4-7 (TB)  Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal ini tidak pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.

Ayat 1-3 telah dibahas tentang cara hidup sebagai anak" Tuhan. Dan bagian kedua ini akan di sampaikan tentang perkataan seorang anak Tuhan bahwa anak" Tuhan berbeda dengan bukan anak Tuhan dalam perkataan dan dalam perbuatan yaitu bahwa:

1. Dilarang bagi seorang anak Tuhan untuk mengeluarkan kata" kotor yang sembarangan karena  itu tidak mencerminkan sebagai anak Tuhan. 

Bukti sebagai Anak Tuhan akan terlihat dari cara berbicara dan cara hidup yang memulihkan Tuhan. Anak Tuhan akan berbeda seperti  lilin kecil diwaktu malam hari, walaupun kecil namun cahayanya dapat dilihat dari sudut pandang mana saja karena cahayanya. Demikianlah seharusnya anak Tuhan dalam dunia ini. Tuhan tetapkan setiap kita dengan maksud supaya semua yang mengaku sebagai anak Tuhan berlaku seperti lilin kecil dalam kegelapan. Karena itu Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat Tuhan di Efesus bahwa sebagai anak Tuhan dilarang mengeluarkan kata" yang tidak membangun atau melemahkan iman orang lain. Melainkan seharusnya sebagai anak Tuhan harus saling membangun dan saling mendorong sehingga iman kita dapat mempengaruhi iman orang lain. Orang lain diselamatkan karena dampak dari iman kita maka secara tidak langsung kita telah mempengaruhi orang lain untuk mendapatkan keselamatan dari Tuhan melalui kata-kata kita.

2. Waspada agar tidak disesatkan dengan kata kata yang hampa. 

Dalam menghadapi berbagai persoalan hidup maka seharusnya anak Tuhan selalu waspada akan segala kemungkinan yang dapat melehmakan iman kita sebagai anak Tuhan. Tuhan tidak pernah berjanji bahwa hidup akan selalu nyaman sebagaimana harapan kita. Namun Dia berjanji untuk memelihara kita dalam setia waktu. 

Oleh karena itu perlu waspada terhadap segala pengajaran yang hampa dan segala omongan yang kosong. Setiap anak Tuhan seharusnya dapat membedakan mana perkataan yang kosong dan hampa serta mana perkataan yang di dalamnya mengandung makna kehendak Tuhan sehingga mendatangkan berkat bagi orang lain. Artinya seorang anak Tuhan mampu membedakan dan memahami mana yang tidak dikehendaki Tuhan dan yang dikehendaki Tuhan. "Yohanes 15:16-17 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." karena itu kita ditetapkan untuk saling mengasihi karena itu adalah tanda sebagai anak-anak Tuhan.

3. Dilarang bergaul dengan orang yang sembarangan dalam perkataannya.  

Salah satu alasan Paulus melarang anak Tuhan bergaul dengan anak" kegelapan adalah perkataan yang tidak membangun orang lain. Dalam surat paulus kepada jemaat di Efesus sangat tegas sebagaimana terlihat dalam Efesus 5:6 "Janganlah kamu disesatkan oleh orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka". Ayat tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh Yakobus 3:10 "dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi". Dari dua ayat diatas memberitahukan kepada kita bahwa sebagai anak Tuhan harus memancarkan sinar kemuliaan melalui perkataan dan perbuatan. 

Perkataan merupakan kunci untuk menyatakan sebagai anak Tuhan. Dalam surat "Yakobus 3:10-12 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar. Jadi artinya bahwa mulut seoran anak Tuhan harus memancarkan sinar kemulian Tuhan sebab dari sana sumber berkat itu mengalir.

Kesimpulan
Mengaku sebagai anak Tuhan maka seharusnya hidup hanya memuliakan Tuhan dengan kata-kata yang disertai dengan perbuatan nyata. Tujuannya supaya orang lain dapat melihat Tuhan secata benar dan hidup serta Tuhan nampak ada di dalam hidup kita dan nyata dalam perkataan kita. Amin

#hati"dengankatakatamu
#anakTuhanhebat
#mulutmuharimaumu

By.YG

Rabu, 30 Oktober 2019

HIDUP SEBAGAI ANAK TERANG BAGIAN I

Teks.Efesus 5:1-3 (TB)  Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.
Dalam teks diatas Paulus menasihatkan kepada jemaat di Efesus bahwa sebagai anak Tuhan harus memperlihatkan perbedaan seperti terang dalam kegelapan. Anak Tuhan identik dengan terang yang bersinar di malam hari. Terang yang dimaksudkan adalah seperti lilin kecil dalam gelap akan terlihat besar. Itu sebabnya Paulus menasehatkan anak" Tuhan seperti lilin kecil dalam kegelapan. Anak Tuhan berbeda dengan anak" dalam kegelapan. Perbedaan itu  harus terlihat dari, sikap, tutur kata, tindak tanduk dan perbuatan dalam menjalani hidup.

Anak Terang selalu membawa terang dalam kegelapan. Karena itu paulus menasehatkan kepada jemaat di Efesus bahwa " jadilah penurut" Allah" pengertian yang mendalam terlihat dalam terjemahan Firman Allah Yang Hidup  Efesus 5:1-2 (FAYH)  DALAM segala perbuatan hendaklah Saudara mengikuti teladan Allah sebagaimana seorang anak yang sangat dikasihi mengikuti teladan ayahnya. Ayat 2, Kasihilah orang lain dengan mengikuti teladan Kristus yang mengasihi Saudara, dan yang memberikan diri-Nya kepada Allah sebagai suatu kurban yang menghilangkan dosa Saudara. Dan Allah bersenang hati, sebab kasih Kristus kepada Saudara bagaikan wangi-wangian yang harum bagi-Nya.

Jadi ayat pertama dalam surat efesus dikatakan sangat jelas bahwa dalam segala perbuatan hendaknya mengikuti teladan Tuhan. Sebagaimana pemahaman kita dalam bermasyarakat bahwa buah tidak jauh dari pohonnya demikian juga sebagai anak Tuhan seharusnya berlaku seperti anak Tuhan. Paulus juga menasehatkan agar setiap anak Tuhan harus memperlihatkan perbedaan dalam dunia.

Sebagai pesan terakhir dari saya bahwa anak Tuhan bukan palayan Tuhan. Anak Tuhan adalah dia yang melakukan kehendak Tuhan dan mengikuti teladan Tuhan. Bukan dia yang berkata TUHAN" tetapi perbuatan dan perkataannya jauh dari harapan Tuhan. Ayat penutup yang harus kita baca adalah Injil Matius 7:21 (TB)  Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Yang punya hak dan status sebagai anak Tuhan adalah dia yang melakukan kehendak Tuhan dan mengikuti teladan-Nya dan bukan dia yang mengatakan Tuhan" tetapi sikap dan perilakunya tidak mencerminkan sebagai anak Tuhan.

Amin dan semoga semua dapat diberkati oleh Tuhan.
Byyoelgiban

Senin, 28 Oktober 2019

BERPADANAN HIDUP MENURUT PAULUS BAGIAN III

Teks: Efesus 4:17-24 (TB)  Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-siadan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. 

===================

Setelah menyampaikan nasihatnya dalam ayat-ayat sebelumnya supaya jemaat saling mengasihi, bersatu, dan rukun, dalam ayat-ayat ini Rasul Paulus memberikan sebuah nasihat supaya hati dan hidup orang Kristen murni dan kudus. Kemurnian dan kekudusan ini dibicarakan secara lebih umum dalam ayat 17-24, dan dalam beberapa contoh khusus dalam ayat 25-32. Nasihat ini didahului dengan penuh kesungguhan: “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan. Maksudnya, menimbang masalah yang dijelaskan di atas, melihat kamu sebagai anggota-anggota tubuh Kristus dan ikut ambil bagian dalam pemberian-pemberian-Nya, hal ini aku tekankan pada hati nuranimu, dan aku tegaskan sebagai kewajibanmu di dalam nama Tuhan, berdasarkan wewenangku yang berasal dari-Nya.” Pikirkanlah,

I. Nasihat yang lebih umum mengenai kemurnian dan kekudusan hati dan hidup.

1. Nasihat itu dimulai seperti ini, “Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah – bahwa untuk waktu ke depan, kamu jangan lagi hidup dan bertingkah laku seperti orang-orang kafir yang tidak insaf dan tidak bertobat, yang sepenuhnya dipimpin oleh pikiran yang memikirkan perkara yang sia-sia, yaitu berhala-berhala dan harta duniawi mereka, hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat bagi jiwa mereka, dan yang akan mengecewakan harapan-harapan mereka.” Bangsa-bangsa bukan Yahudi yang sudah bertobat tidak boleh hidup seperti bangsa-bangsa bukan Yahudi yang belum bertobat. Meskipun hidup di antara mereka, bangsa-bangsa bukan Yahudi yang sudah bertobat tidak boleh hidup seperti mereka. Di sini,

(1) Rasul Paulus mengambil kesempatan untuk menggambarkan kefasikan dunia kafir, yang darinya orang-orang Kristen yang diperbaharui direbut seperti kayu dari api yang membakar.

[1] Pengertian mereka gelap (ay. 18). Mereka tidak mempunyai pengetahuan yang menyelamatkan. Bahkan, mereka tidak tahu banyak hal tentang Allah yang bisa saja mereka ketahui melalui terang alam. Mereka berdiam dalam kegelapan, dan mereka menyukainya daripada terang. Dan karena kebodohan, mereka jauh dari hidup persekutuan dengan Allah. Mereka terasing dari hidup kudus, dan tidak suka serta benci terhadapnya. Padahal hidup kudus bukan saja merupakan cara hidup yang dituntut Allah dan yang membuat-Nya berkenan, yang melaluinya kita hidup untuk Dia, tetapi juga hidup yang menyerupai Allah sendiri, dalam kemurnian-Nya, kebajikan-Nya, kebenaran-Nya, dan kebaikan-Nya. Sikap mereka yang masa bodoh merupakan penyebab dari keterasingan mereka dari persekutuan dengan Allah ini, di mana persekutuan ini dimulai di dalam terang dan pengetahuan. Sikap yang cenderung tidak mau tahu dan masa bodoh itu merusak hidup beragama dan kesalehan. Dan apa yang menyebabkan mereka bersikap masa bodoh seperti itu? Itu karena kedegilan atau kekerasan hati mereka. Bukan karena Allah tidak menyatakan diri-Nya kepada mereka melalui karya-karya-Nya, melainkan karena mereka tidak mau menerima pancaran-pancaran terang ilahi yang memberi pengajaran. Mereka tidak tahu karena tidak mau tahu. Ketidaktahuan mereka timbul dari kedegilan dan kekerasan hati mereka, karena mereka menolak terang dan semua sarana pencerahan dan pengetahuan.

[2] Hati nurani mereka bejat dan kering: Perasaan mereka telah tumpul (ay. 19). Mereka tidak merasa berdosa, tidak juga sadar akan kesengsaraan dan bahaya yang akan menimpa karena dosa mereka. Sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu. Mereka terlena dalam hawa nafsu yang kotor. Dan, dengan menyerahkan diri pada kuasa hawa nafsu ini, mereka menjadi budak dan hamba dari dosa dan Iblis, mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk mengerjakan segala macam kecemaran, bahkan dosa-dosa yang paling tidak wajar dan mencengangkan, dan itu dilakukan dengan nafsu yang tak terpuaskan. Perhatikanlah, apabila hati nurani sudah kering kerontang, maka dosa dilakukan tanpa mengenal lagi batas-batas. Apabila mereka memancangkan hati untuk memuaskan hawa nafsu, apa lagi yang dapat diharapkan selain kecemaran dan percabulan yang paling najis, dan bahwa perbuatan mereka yang menjijikkan itu akan bertumpuk? Ini merupakan ciri-ciri bangsa-bangsa bukan Yahudi. Akan tetapi,

(2) Orang-orang Kristen ini harus membedakan diri dari bangsa-bangsa bukan Yahudi yang seperti itu: Bukan itu yang kamu pelajari dari Kristus (ay. 20, KJV). Ayat itu bisa juga dibaca demikian, tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Orang yang sudah belajar mengenal Kristus diselamatkan dari kegelapan dan kenajisan yang melingkupi orang lain. Dan, seiring bertambahnya pengenalan mereka, mereka wajib untuk hidup lebih baik daripada orang lain. Ini merupakan alasan yang baik untuk menentang dosa, bahwa bukan itu yang kita pelajari dari Kristus. Pelajarilah Kristus! Adakah Kristus itu sebuah buku, pelajaran, cara, atau keahlian? Yang dimaksudkan di sini adalah, “Bukan itu yang kamu pelajari dari Kekristenan, yaitu ajaran-ajaran Kristus dan pedoman-pedoman hidup yang ditetapkan oleh-Nya, yaitu tidak berbuat seperti apa yang diperbuat oleh orang lain. Seperti itulah adanya, atau karena, kamu telah mendengar tentang Dia (ay. 21), telah mendengar ajaran-Nya yang diberitakan oleh kami, dan menerima pengajaran di dalam Dia, di dalam batin dan dengan berhasil, oleh Roh-Nya.” Kristus adalah pelajaran. Kita harus mempelajari Kristus. Dan Kristus adalah Guru. Kita diajar oleh-Nya. Menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus. Ini bisa dipahami dengan dua cara: entah “Kamu sudah diajarkan kebenaran yang sesungguhnya, sebagaimana yang dipegang oleh Kristus sendiri, baik dalam ajaran-Nya maupun dalam hidup-Nya.” Atau seperti ini, “Kebenaran sudah menanamkan kesan yang sedemikian rupa dalam hatimu, menurut ukuranmu, sebagaimana demikian dalam hati Yesus.” Kebenaran Kristus tampil dalam keindahan dan kuasanya, apabila ia tampil sebagaimana di dalam Yesus.

2. Bagian lain dari nasihat umum itu tampak dalam kata-kata selanjutnya, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, dst. (ay. 22-24). “Ini adalah bagian besar dari ajaran yang sudah diajarkan kepada kamu, dan yang sudah kamu pelajari.” Di sini Rasul Paulus berbicara dalam bahasa kiasan tentang pakaian. Kaidah-kaidah, kebiasaan-kebiasaan, dan kecenderungan-kecenderungan jiwa harus diubah, sebelum bisa terjadi perubahan hidup yang menyelamatkan. Harus ada pengudusan, yang terdiri atas dua hal:

(1) Manusia lama harus ditanggalkan. Sifat yang bobrok disebut manusia, karena, seperti tubuh manusia, sifat itu terdiri atas bagian-bagian yang beragam, yang saling mendukung dan menguatkan. Dari manusia lamalah, Adam yang lama, kita mendapatkan sifat itu. Sifat itu merasuk ke dalam tulang-tulang, dan kita membawanya bersama kita ke dalam dunia. Sifat itu halus seperti manusia lama, tetapi dalam diri semua orang kudus kepunyaan Allah, sifat itu melemah dan layu seperti manusia lama, siap untuk mati. Sifat itu dikatakan bobrok. Sebab dosa di dalam jiwa merusakkan kemampuannya untuk berpikir dan merasa. Dan, apabila tidak dimatikan, dosa itu bertambah buruk setiap hari, dan dengan demikian akan menghancurkan. Oleh nafsunya yang menyesatkan. Segala kecenderungan dan keinginan yang berdosa adalah nafsu yang menyesatkan. Nafsu-nafsu itu menjanjikan kebahagiaan kepada manusia, tetapi justru membuatnya semakin sengsara, dan jika tidak ditundukkan dan dimatikan akan mengkhianati mereka dengan membawa mereka pada kebinasaan. Oleh sebab itu, semuanya ini harus ditanggalkan seperti pakaian lama yang sudah malu kita pakai. Itu semua harus ditundukkan dan dimatikan. Nafsu-nafsu ini menang melawan mereka dalam kehidupan mereka yang dahulu, yaitu selagi mereka belum diperbaharui dan hidup dalam keadaan tidak mengenal Allah.

(2) Manusia baru harus dikenakan. Menyingkirkan kaidah-kaidah yang bobrok saja tidak cukup, kita juga harus dihidupkan oleh kaidah-kaidah yang penuh rahmat. Kita harus memeluk kaidah-kaidah itu, menerapkannya, dan menuliskannya dalam hati kita. Berhenti melakukan kejahatan saja tidak cukup, kita juga harus belajar berbuat baik. “Supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu (ay. 23). Maksudnya, gunakanlah sarana yang tepat dan sudah ditetapkan supaya pikiranmu, yang adalah roh, makin lama makin diperbaharui.” Dan supaya kamu mengenakan manusia baru (ay. 24). Yang dimaksudkan dengan manusia baru adalah sifat baru, makhluk baru, yang dihidupkan oleh sebuah kaidah baru, yaitu anugerah yang memperbaharui, yang memampukan manusia untuk menjalani hidup baru, hidup dalam kebajikan dan kekudusan yang dituntut oleh kekristenan. Manusia baru ini diciptakan, atau dihasilkan dari kekacauan dan kehampaan, oleh kekuatan Allah yang mahakuasa, yang karya-Nya sungguh unggul dan indah. Menurut kehendak Allah, dengan meniru Dia, dan dengan mengikuti contoh dan teladan yang agung itu. Hilangnya citra Allah pada jiwa merupakan keberdosaan dan kesengsaraan manusia dalam keadaannya yang jatuh. Dan keserupaan yang dimiliki jiwa dengan Allah adalah keindahan, kemuliaan, dan kebahagiaan makhluk baru. Di dalam kebenaran, dalam hubungan dengan sesama manusia, yang mencakup semua kewajiban yang terdapat dalam loh batu kedua. Dan dalam kekudusan, dalam hubungan dengan Allah, yang menandakan ketaatan tulus terhadap perintah-perintah yang terdapat dalam loh batu pertama. Kekudusan yang sesungguhnya, yang berlawanan dengan kekudusan orang Yahudi yang bersifat lahiriah dan keupacaraan. Dikatakan bahwa kita harus mengenakan manusia baru ini ketika, dalam menggunakan semua sarana yang sudah ditentukan Allah, kita berusaha mencontoh sifat ilahi ini, makhluk baru ini. Inilah nasihat umum mengenai kemurnian dan kekudusan hati dan hidup.

II. Rasul Paulus melanjutkan ke beberapa hal yang lebih khusus. Karena hal-hal yang umum biasanya tidak begitu berdampak, kita diberi tahu bagian-bagian tertentu yang mana dari manusia lama yang harus dimatikan, kain kotor dari sifat lama yang harus ditanggalkan itu, dan perhiasan-perhiasan khas apa dari manusia baru yang dengannya kita harus menghiasi pengakuan iman Kristen kita.

1. Waspadalah terhadap dusta, dan selalu berusahalah berkata benar (ay. 25): “Karena itu, karena kamu sudah tahu betul kewajibanmu, dan diwajibkan untuk melaksanakannya, biarlah tampak dalam perilakumu di masa depan, bahwa ada perubahan yang besar dan nyata yang dikerjakan dalam dirimu, khususnya dengan membuang dusta.” Bangsa-bangsa kafir sangat bersalah atas dosa ini, dengan menegaskan bahwa dusta yang bermanfaat itu lebih baik daripada kebenaran yang menyakitkan. Dan karena itu, Rasul Paulus menasihati mereka untuk berhenti berdusta, berhenti melakukan apa saja yang bertentangan dengan kebenaran. Ini adalah bagian dari manusia lama yang harus ditanggalkan. Dan bagian dari manusia baru yang harus dikenakan yang berlawanan dengannya adalah berkata benar dalam semua percakapan kita dengan orang lain. Merupakan ciri-ciri umat Allah bahwa mereka adalah anak-anak yang tidak mau berdusta, yang tidak berani berdusta, yang membenci dan tidak menyukai dusta. Semua orang yang beroleh anugerah berkata benar dengan kesadaran hati nurani, tidak mau sengaja berdusta demi mendapatkan keuntungan besar bagi diri mereka sendiri. Alasan yang diberikan di sini untuk berkata jujur adalah, karena kita adalah sesama anggota. Kebenaran adalah utang yang harus kita bayar satu terhadap yang lain. Dan, jika kita saling mengasihi, kita tidak akan menipu atau berbohong satu terhadap yang lain. Kita termasuk dalam satu perkumpulan atau tubuh, dan kepalsuan atau dusta cenderung mencerai-beraikannya. Oleh karena itu, kita harus menghindarinya dan berkata benar. Amatilah, berdusta adalah dosa yang sangat besar, suatu pelanggaran khusus terhadap kewajiban-kewajiban yang mengikat orang-orang Kristen, dan sangat melukai serta merugikan perkumpulan Kristen.

2. “Waspadalah terhadap kemarahan dan amarah yang tak terkendali. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa” (ay. 26). Ini dipinjam dari terjemahan Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.) dari 5, di mana kita mengartikannya, biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa. Di sini diberikan kelonggaran yang mudah, sebab seperti itulah kita harus memandangnya, bukan sebagai perintah. Biarlah kamu marah. Kita cukup mudah marah, Allah tahu itu. Tetapi kita cukup kesulitan untuk tidak melanggar batasan ini, tetapi jangan berbuat dosa. “Jika ada alasan yang bisa diterima bagimu untuk marah, usahakanlah untuk tidak berbuat dosa dalam amarahmu itu. Dan karena itu, waspadalah terhadap kemarahan yang berlebihan.” Ada orang bilang, kalau memang kita boleh marah tetapi tidak boleh berdosa, maka jangan marah terhadap apa-apa kecuali terhadap dosa. Dan kita harus lebih menginginkan kemuliaan Allah daripada kepentingan atau nama baik kita sendiri. Satu dosa besar dan umum dalam amarah adalah membiarkannya memanas menjadi kegeraman, dan membiarkan kegeraman itu mendekam di dalam hati. Oleh sebab itulah di sini kita diperingatkan terhadap amarah. “Jika kamu tersulut amarah dan jiwamu menjadi sangat resah, dan jika kamu dengan pahit hati membenci penghinaan apa saja yang sudah diberikan kepadamu, maka sebelum malam tiba, tenangkan dan diamkan jiwamu. Berdamailah dengan orang yang sudah berbuat salah terhadapmu, dan biarlah semuanya menjadi baik-baik kembali: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. Jika amarah memanas menjadi kegeraman dan kepahitan roh, oh pastikanlah engkau segera menekannya.” Amatilah, walaupun amarah dengan sendirinya tidak berdosa, namun ada bahaya yang sangat besar bahwa amarah itu akan menjadi dosa jika tidak diwaspadai dengan hati-hati dan ditekan dengan segera. Dan karena itu, walaupun bisa saja timbul dalam dada seorang bijak, amarah hanya menetap dalam dada orang bodoh. Dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis (ay. 27). Orang yang terus memendam kegeraman dan amarah yang berdosa membiarkan Iblis masuk ke dalam hati mereka, dan membiarkannya mengambil keuntungan atas diri mereka, sampai ia membawa mereka pada kebencian, rancangan-rancangan jahat, dst. “Dan janganlah beri kesempatan kepada pemfitnah atau pendakwa palsu” (begitulah sebagian orang membaca ayat itu). Maksudnya, “janganlah pasang telinga kepada para pembisik, penggunjing, dan pemfitnah.”

3. Di sini kita diperingatkan terhadap dosa mencuri, yaitu pelanggaran terhadap perintah kedelapan, dan dinasihati supaya bekerja dengan jujur dan beramal: Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi (ay. 28). Ini merupakan peringatan terhadap segala macam perbuatan salah, yang dilakukan dengan kekerasan ataupun penipuan. “Hendaklah kamu yang ketika masih dalam keadaan tidak mengenal Allah, bersalah atas kejahatan besar ini, tidak lagi melakukannya.” Tetapi kita tidak hanya harus berjaga-jaga terhadap dosa, melainkan juga dengan kesadaran hati nurani harus banyak-banyak melakukan kewajiban yang berlawanan dengan itu. Bukan hanya tidak mencuri, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri. Kemalasan membuat orang menjadi pencuri. Begitulah menurut Krisostomus (uskup Konstantinopel, abad keempat – pen.), To gar kleptein argias estin Mencuri adalah akibat dari kemalasan. Orang yang tidak mau bekerja, dan malu meminta-minta, membuka diri lebar-lebar pada godaan-godaan untuk mencuri. Oleh sebab itu, orang harus tekun dan rajin, bukan dengan cara yang terlarang, melainkan dalam panggilan hidup yang jujur. Melakukan pekerjaan yang baik. Bekerja, dengan cara yang jujur, akan menjauhkan orang dari godaan untuk berbuat salah. Tetapi ada alasan lain mengapa orang harus rajin, yaitu supaya mereka mampu berbuat suatu kebaikan, dan juga supaya mereka terhindar dari godaan: Supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Mereka harus berusaha bukan hanya supaya mereka sendiri hidup, dan hidup dengan jujur, melainkan juga supaya mereka bisa membagikan sesuatu untuk menutupi orang yang berkekurangan. Amatilah, bahkan orang yang mendapat penghasilan dari pekerjaan mereka harus beramal dari sedikit yang mereka punya kepada orang-orang yang tidak bisa bekerja. Begitu penting dan tetap berlakunya kewajiban beramal kepada kaum miskin ini sehingga bahkan para pekerja dan hamba pun, dan mereka yang hanya mempunyai sedikit, harus menyumbangkan sedikit harta mereka itu ke dalam perbendaharaan. Allah harus mendapat apa yang layak didapat-Nya, dan kaum miskin adalah pihak penerima untuk Dia. Cermatilah lebih jauh, amal yang akan mendapat perkenanan Allah bukanlah hasil dari ketidakbenaran dan perampasan, melainkan dari kejujuran dan ketekunan. Allah membenci perampasan dan kecurangan.

4. Di sini kita diperingatkan terhadap perkataan kotor, dan dibimbing kepada perkataan yang berguna dan membangun (ay. 29). Perkataan atau pembicaraan yang kotor dan najis itu beracun dan menular, seperti daging yang tengik dan busuk. Perkataan seperti itu timbul dari, dan banyak membuktikan, kebobrokan dalam hati pembicaranya, dan cenderung merusakkan pikiran dan perilaku orang lain yang mendengarnya. Oleh karena itu, orang-orang Kristen harus waspada terhadap segala macam pembicaraan seperti itu. Secara umum, perkataan seperti itu bisa dipahami sebagai semua hal yang menyulut hawa nafsu dan amarah orang lain. Kita tidak hanya harus menanggalkan perkataan kotor, tetapi juga mengenakan perkataan yang baik untuk membangun. Manfaat besar dari kata-kata adalah membangun mereka yang kita ajak bicara. Orang-orang Kristen harus berusaha menggalakkan penggunaan percakapan yang berguna: supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Supaya perkataan itu baik untuk, dan berkenan pada, mereka yang mendengarnya, dengan memberi informasi, nasihat, teguran yang diperlukan, atau sejenisnya. Amatilah, merupakan kewajiban besar dari orang-orang Kristen untuk memastikan bahwa mereka tidak menyinggung orang lain dengan bibir mereka, dan memanfaatkan percakapan dan perbincangan, sebanyak mungkin, demi kebaikan orang lain.

5. Di sini ada peringatan lain terhadap kegeraman dan kemarahan, dengan nasihat lebih jauh untuk saling mengasihi dan bersikap ramah satu terhadap yang lain (ay. 31-32). Yang dimaksud dengan kepahitan, kegeraman, dan kemarahan adalah kebencian dan ketidaksenangan yang kasar di dalam batin terhadap orang lain. Dan yang dimaksud dengan pertikaian adalah omong besar, ancaman keras, dan perkataan lain yang melewati batas, yang dengannya kepahitan, kegeraman, dan kemarahan melampiaskan diri. Orang-orang Kristen tidak boleh memanjakan nafsu-nafsu rendah ini dalam hati mereka, tidak boleh bertikai dengan lidah mereka. Fitnah berarti semua perkataan yang menista, mencerca, dan mencemooh orang-orang yang membuat kita marah. Dan yang dimaksudkan dengan kejahatan di sini adalah kemarahan yang berurat akar, yang mendorong orang untuk merancang dan melakukan kejahatan kepada orang lain. Selanjutnya disebutkan apa yang bertentangan dengan semuanya ini: Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain. Ini menyiratkan asas kasih di dalam hati, dan ungkapan-ungkapan lahiriahnya dalam perilaku yang ramah, rendah hati, dan sopan. Sudah sepatutnya murid-murid Yesus ramah satu terhadap yang lain, seperti orang-orang yang sudah belajar, dan mau mengajar, rasa terima kasih. Penuh kasih mesra, yaitu murah hati dan peka terhadap kesusahan dan penderitaan orang lain, sehingga cepat tergerak oleh belas kasihan. Saling mengampuni. Perbedaan akan ada di antara murid-murid Kristus. Oleh karena itu, mereka harus cinta damai, dan siap mengampuni. Dengan demikian, mereka menyerupai Allah sendiri, yang di dalam Kristus telah mengampuni mereka, dan itu lebih daripada mereka bisa mengampuni satu sama lain. Perhatikanlah, pada Allah ada pengampunan. Ia mengampuni dosa di dalam Yesus Kristus, dan berdasarkan penebusan yang sudah dibuat Kristus demi memuaskan keadilan ilahi. Perhatikan lagi, mereka yang diampuni Allah haruslah berjiwa pengampun, dan harus mengampuni sebagaimana Allah mengampuni, dengan tulus dan sepenuh hati, dengan hati yang siap dan gembira, mengampuni semua orang dan untuk selama-lamanya, apabila si pendosa bertobat dengan tulus, mengingat bahwa mereka berdoa, ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Sekarang, kita bisa mencermati semua hal khusus yang ditekankan oleh Rasul Paulus ini, bahwa itu semua termasuk dalam perintah-perintah yang terdapat dalam loh batu kedua. Dari sini orang-orang Kristen harus mempelajari kewajiban-kewajiban ketat yang mengikat mereka untuk melaksanakan perintah-perintah dalam loh batu kedua. Dan bahwa orang yang tidak melaksanakannya dengan kesadaran hati nurani berarti tidak pernah takut akan Allah atau mengasihi-Nya dengan sebenarnya dan tulus, apa pun itu kepura-puraan mereka. Di tengah-tengah nasihat dan peringatan ini, Rasul Paulus menyelipkan sebuah nasihat umum, dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah (ay. 30). Dengan melihat apa yang dikatakan sebelumnya, dan apa yang dikatakan selanjutnya, kita bisa melihat apa itu yang mendukakan Roh Allah. Dalam ayat 25-29, tersirat bahwa semua kecemaran dan kenajisan, dusta, dan perkataan kotor yang memicu hawa nafsu kotor mendukakan Roh Allah. Dalam bagian selanjutnya tersirat bahwa nafsu-nafsu bobrok seperti kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah, dan kejahatan itu mendukakan Roh yang baik ini. Dengan ini tidak dimaksudkan bahwa Sang Pribadi yang penuh berkat itu bisa dibuat berduka atau kesal seperti kita manusia. Tetapi maksud dari nasihat itu adalah supaya kita tidak berbuat kepada-Nya dengan cara yang cenderung mendukakan dan menggelisahkan sesama kita. Kita tidak boleh melakukan apa yang bertentangan dengan sifat-Nya yang kudus dan kehendak-Nya. Kita tidak boleh menolak mendengarkan nasihat-nasihat-Nya, atau memberontak melawan pemerintahan-Nya, sebab itu akan membuat-Nya berbuat terhadap kita seperti yang cenderung akan dilakukan manusia satu terhadap yang lainnya ketika mereka dibuat marah dan berduka, yaitu dengan cara menarik diri dan kebaikan mereka dari orang-orang itu, dan mencampakkan mereka kepada musuh-musuh mereka. Oh, janganlah membuat Roh Allah yang penuh berkat itu menarik hadirat-Nya dan kuasa-kuasa-Nya yang penuh rahmat darimu! Inilah alasan yang baik mengapa kita tidak boleh mendukakan Dia, yang oleh-Nya kita telah dimeteraikan menjelang hari penyelamatan. Akan datang hari penyelamatan. Tubuh pasti akan ditebus dari kuasa maut pada hari kebangkitan, dan kemudian umat Allah akan dilepaskan dari semua akibat dosa, dan juga dari segala dosa dan kesengsaraan, yang tidak akan pernah lepas dari mereka sebelum mereka diselamatkan dari alam maut. Barulah pada saat itu kebahagiaan mereka yang penuh dan utuh dimulai. Semua orang yang sungguh-sungguh percaya dimeteraikan menjelang hari itu. Allah telah membedakan mereka dari orang lain, dengan memberikan tanda pada mereka. Dan Ia memberi mereka jaminan dan keyakinan akan kebangkitan yang penuh sukacita dan mulia. Dan Roh Allahlah meterainya. Di mana pun Roh yang penuh berkat itu berada sebagai Pengudus, Dia adalah jaminan dari segala sukacita dan kemuliaan di hari penyelamatan. Dan kita pasti akan binasa seandainya Allah mengambil Roh Kudus-Nya dari kita.


======Tuhan Yesus memberkati======

KEBERPADANAN MENURUT PAULUS BAGIAN II

Teks: Efesus 4:2-4, 6-16 (TB)  Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.  Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."  Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, — yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota — menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. 

=========================

Dalam perikop ini Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat yang lebih khusus. Dua nasihat dijabarkannya dalam pasal ini: supaya bersatu dan mengasihi, dan supaya hidup murni dan kudus, yang harus sungguh-sungguh diusahakan oleh orang Kristen. Kita tidak hidup berpadanan dengan panggilan kita jika kita tidak menjadi kawan-kawan yang setia bagi semua orang Kristen, dan menjadi musuh bebuyutan bagi semua dosa. Bagian ini berisi nasihat untuk saling mengasihi, bersatu, dan rukun beserta sarana dan dorongan yang tepat untuk mengusahakannya. Tidak ada hal lain yang ditekankan kepada kita secara lebih sungguh-sungguh dalam Kitab Suci selain hal ini. Kasih adalah hukum Kerajaan Kristus, pelajaran di perguruan-Nya, dan pakaian kebesaran keluarga-Nya. Perhatikanlah,

I. Sarana kesatuan: rendah hati, lemah lembut, sabar, dan menunjukkan kasih dalam hal saling membantu (ay. 3). Rendah hati di sini berarti menganggap diri sendiri kecil, yang berlawanan dengan kesombongan. Lemah lembut berarti sikap jiwa yang unggul, yang membuat orang tidak mau memanas-manasi orang lain, dan tidak mudah dipanas-panasi atau merasa tersinggung oleh kelemahan-kelemahan mereka. Lemah lembut berlawanan dengan kebencian dan kekesalan yang penuh amarah. Sabar berarti tabah menghadapi perlakuan orang lain yang menyakiti, tanpa berniat membalas dendam. Menunjukkan kasih dalam hal saling membantu berarti menanggung kelemahan orang lain berdasarkan asas kasih, sehingga kita tidak berhenti mengasihi mereka oleh karena kelemahan-kelemahan ini. Orang-orang Kristen yang terbaik perlu saling menanggung beban, dan mengambil yang terbaik dari satu sama lain, menggugah satu sama lain untuk berbuat baik, dan bukan memancing amarah. Dalam diri kita sendiri, ada banyak hal yang sulit untuk kita maafkan. Dan karena itu, janganlah kita menganggapnya kelewatan jika kita menemukan dalam diri orang lain hal yang sukar untuk kita maafkan. Sebaliknya, kita harus mengampuni mereka sebagaimana kita mengampuni diri kita sendiri. Nah, tanpa semuanya ini, kesatuan tidak bisa dijaga. Langkah pertama menuju kesatuan adalah kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati, tidak akan ada kelemahlembutan, kesabaran, atau hal saling membantu. Dan tanpa semuanya ini, tidak akan ada kesatuan. Kesombongan dan amarah menghancurkan kedamaian, dan menimbulkan segala kejahatan. Sebaliknya, kerendahan hati dan kelemahlembutan mengembalikan kedamaian, dan menjaganya. Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi kerendahan hati menimbulkan kasih. Semakin kita rendah hati, semakin kita sehati dan sepikiran. Kita tidak hidup dengan cara yang berpadanan dengan panggilan hidup kita jika kita tidak lemah lembut dan rendah hati. Sebab Dia yang oleh-Nya kita dipanggil, Dia yang kepada-Nya kita dipanggil, terkenal akan kelemahlembutan dan kerendahan hati-Nya, dan telah memerintahkan kita untuk belajar dari-Nya dalam hal ini.

II. Hakikat dari kesatuan yang ditetapkan Rasul Paulus itu: kesatuan Roh (ay. 3). Pusat kesatuan kristiani terdapat di dalam hati atau roh. Kesatuan itu tidak terdapat pada satu rangkaian pemikiran, atau satu bentuk dan cara ibadah, melainkan pada satu hati dan satu jiwa. Kesatuan hati dan kasih sayang ini bisa dikatakan berasal dari Roh Allah. Kesatuan itu dikerjakan oleh-Nya, dan merupakan salah satu buah Roh. Inilah yang harus berusaha kita jaga. Berusaha adalah sebuah kata Injili. Kita harus mengusahakannya sekuat tenaga. Jika orang lain mengajak kita bertengkar, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk tidak bertengkar dengannya. Jika orang lain merendahkan dan membenci kita, kita tidak boleh merendahkan dan membencinya. Oleh ikatan damai sejahtera. Damai sejahtera adalah suatu ikatan, karena menyatukan orang-orang dan membuat mereka bersikap ramah satu terhadap yang lain. Kecenderungan hati dan perilaku yang cinta damai mengikat orang-orang Kristen bersama-sama, sedangkan perselisihan dan pertikaian mencerai-beraikan hati dan kasih sayang mereka. Sejumlah besar lidi, kalau diikat bersama-sama, akan menjadi kuat. Ikatan damai sejahtera adalah kekuatan dari suatu kumpulan. Bukan berarti bahwa semua orang baik, dan semua anggota masyarakat, harus sama dalam segala hal, sama besar, sama perasaan, dan sama penilaian. Itu tidak terbayangkan. Tetapi ikatan damai sejahtera menyatukan mereka semua, kendati mereka berbeda-beda. Dalam seikat sapu lidi, besar dan kuat masing-masing lidi itu berbeda-beda. Akan tetapi, apabila mereka diikat bersama-sama oleh satu ikatan, mereka lebih kuat dari apa saja, bahkan dari yang paling besar dan paling kuat sekalipun di antara mereka.

III. Alasan-alasan yang tepat untuk mengusahakan kesatuan dan kerukunan kristiani ini. Rasul Paulus menekankan sejumlah alasan, untuk mengajak kita agar mengusahakannya.

1. Lihatlah betapa banyak macam kesatuan yang penuh dengan sukacita dan kemuliaan iman Kristen yang kita akui. Harus ada satu hati. Sebab ada satu tubuh, dan satu Roh (ay. 4). Kalau dalam satu tubuh ada dua hati, bagaimana jadinya? Jika hanya ada satu tubuh, maka semua yang menjadi milik tubuh itu harus mempunyai satu hati. Gereja yang am adalah satu tubuh rohani Kristus, dan semua orang Kristen yang baik hanya merupakan satu tubuh saja, yang dipadukan oleh satu peraturan, yaitu peraturan Injil, dihidupkan oleh satu Roh, Roh Kudus yang sama yang dengan segala karunia dan anugerah-Nya menggerakkan, menghidupkan, dan mengatur tubuh itu. Jika kita menjadi milik Kristus, kita semua dihidupkan oleh Roh yang satu dan sama, dan karena itu kita haruslah satu. Sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu. Pengharapan disebutkan di sini karena apa yang menjadi sasarannya, apa yang diharapkan, yaitu harta pusaka sorgawi. Untuk mengharapkan harta itulah kita dipanggil. Semua orang Kristen dipanggil untuk memperoleh pengharapan akan hidup kekal yang sama. Ada satu Kristus yang di dalam-Nya mereka semua berharap, dan satu sorga yang mereka semua harapkan. Oleh karena itu, mereka harus satu hati. Satu Tuhan (ay. 5), yaitu Kristus, Kepala jemaat, yang kepada-Nya, menurut ketetapan Allah, semua orang Kristen langsung tunduk. Satu iman, yaitu Injil, yang berisi ajaran iman Kristen. Atau, anugerah iman yang sama (iman di dalam Kristus) yang dengannya semua orang Kristen diselamatkan. Satu baptisan, yang melaluinya kita mengakui iman kita, dengan dibaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan dengan demikian satu perjanjian sakramen yang sama, yang di dalamnya kita mengikat diri pada Kristus Tuhan. Satu Allah dan Bapa dari semua (ay. 6). Satu Allah, yang mengakui semua anggota jemaat yang sejati sebagai anak-anak-Nya. Sebab Dia adalah Bapa dari semua anggota jemaat itu melalui hubungan khusus, sebagaimana halnya Dia adalah Bapa dari semua manusia melalui penciptaan. Dan Dia di atas semua, oleh kodrat-Nya, dan berkenaan dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang mulia dari sifat-Nya, karena Dia berkuasa atas semua makhluk dan terutama atas jemaat-Nya. Dan oleh semua, melalui pemeliharaan-Nya Ia menopang dan memerintah mereka. Dan di dalam semua, dalam semua orang percaya, yang di dalam mereka Ia berdiam seperti di dalam bait kudus-Nya, dengan Roh dan anugerah istimewa-Nya. Maka, kalau apa yang satu itu ada banyak macam, sayang kalau tidak ditambahkan satu lagi, yaitu satu hati, atau satu jiwa.

2. Lihatlah beragamnya pemberian yang sudah dianugerahkan Kristus kepada orang-orang Kristen: Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Walaupun anggota-anggota jemaat Kristus sepakat dalam begitu banyak hal, ada beberapa hal yang di dalamnya mereka berbeda. Tetapi janganlah ini menumbuhkan perbedaan kasih sayang di antara mereka, karena semuanya berasal dari Pencipta yang sama dan murah hati, dan dimaksudkan untuk tujuan-tujuan agung yang sama. Kepada tiap-tiap dari kita sebagai orang-orang Kristen diberikan kasih karunia, suatu pemberian kasih karunia, dalam jenis atau kadar-kadar tertentu, untuk membantu satu sama lain. Dan kepada tiap-tiap dari kita sebagai hamba-hamba Tuhan diberikan kasih karunia. Kepada sebagian orang, karunia itu diberikan dalam kadar yang lebih besar, kepada yang lain dalam kadar yang lebih kecil. Berbeda-bedanya pemberian hamba-hamba Kristus ternyata membuka peluang besar bagi perselisihan di antara jemaat Kristen mula-mula: yang satu mengaku golongan Paulus, yang lain golongan Apolos. Rasul Paulus menunjukkan bahwa tidak ada alasan apa-apa bagi mereka untuk berselisih tentang pemberian-pemberian itu, tetapi ada banyak alasan untuk sepakat dalam memakainya bersama-sama, untuk membangun semua. Karena semua diberikan menurut ukuran pemberian Kristus, sesuai dengan ukuran yang tampak paling baik untuk diberikan Kristus kepada tiap-tiap orang. Amatilah, semua hamba Tuhan, dan semua anggota Kristus, berutang kepada-Nya atas segala pemberian dan kasih karunia yang mereka miliki. Dan ini merupakan alasan yang baik mengapa kita harus saling mengasihi, karena kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia. Semua orang yang telah diberikan kasih karunia oleh Kristus, dan mereka yang telah menerima pemberian-pemberian-Nya, harus saling mengasihi (meskipun mereka tidak sama-sama besar, berbeda-beda nama, dan berbeda-beda perasaan). Rasul Paulus lalu mengambil kesempatan untuk menyebutkan secara khusus beberapa pemberian yang dianugerahkan Kristus. Dan bahwa pemberian-pemberian itu dianugerahkan oleh Kristus ditunjukkan Paulus melalui kata-kata Daud di mana ia menubuatkan hal ini tentang Kristus (Mzm. 68:19), yang kata nas (ay. 8), yaitu kata sang pemazmur, “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.” Daud menubuatkan kenaikan Kristus. Dan Rasul Paulus menguraikannya di sini, dan dalam tiga ayat berikutnya. Tatkala Ia naik ke tempat tinggi. Kita dapat memahami tempat yang tinggi ini, berdasarkan uraian Rasul Paulus, baik sebagai tempat ke mana Ia naik dalam kodrat manusia-Nya, yaitu sorga tertinggi, maupun khususnya sebagai keadaan yang ke dalamnya Ia diangkat, karena ketika itu Ia sangat ditinggikan dan sangat dimuliakan oleh Bapa-Nya. Marilah kita menetapkan hati untuk merenungkan kenaikan Yesus Kristus. Bahwa Juruselamat kita yang terberkati itu, setelah bangkit dari antara orang mati, naik ke sorga, di mana Ia duduk di sebelah kanan Yang Mulia di tempat tinggi, yang melengkapi bukti bahwa Ia adalah Anak Allah. Sebagaimana para penakluk besar, ketika menaiki kereta kemenangan mereka, biasa diiringi oleh tawanan-tawanan yang paling ternama yang diseret dalam belenggu, dan ingin menebarkan keroyalan dan kemurahan hati mereka kepada para prajurit dan para penonton lain yang melihat kemenangan mereka, demikian pula Kristus, ketika naik ke sorga, sebagai Penakluk yang berkemenangan, membawa tawanan-tawanan. Ini adalah ungkapan yang dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menandakan suatu penaklukan atas musuh-musuh, terutama atas musuh-musuh yang sebelumnya sudah membawa tawanan-tawanan lain (lihat Hak. 5:12). Di sini penawanan diartikan sebagai tawanan-tawanan, dan menandakan semua musuh rohani kita, yang sebelumnya membawa kita sebagai tawanan. Ia menaklukkan mereka yang telah menaklukkan kita, seperti dosa, Iblis, dan maut. Sungguh, Ia sudah menang atas semuanya ini di kayu salib. Tetapi kemenangan itu dilengkapi pada saat kenaikan-Nya, ketika Ia menjadi Tuhan atas segalanya, dan memegang kunci alam maut di tangan-Nya. Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Dalam Mazmur dikatakan, Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia (KJV: untuk manusia). Ia menerima untuk mereka, supaya bisa memberikan banyak pemberian dan kasih karunia kepada mereka. Secara khusus, Ia memperkaya murid-murid-Nya dengan karunia Roh Kudus. Rasul Paulus, dengan berbicara tentang kenaikan Kristus seperti itu, memperhatikan bahwa Kristus juga telah turun (ay. 9). Seolah-olah ia berkata, “Ketika berbicara tentang kenaikan Kristus, Daud menyiratkan pengetahuannya tentang perendahan diri Kristus di bumi. Sebab, ketika dikatakan bahwa Ia naik, tersirat bahwa Ia terlebih dahulu turun. Sebab apa itu naik kalau bukan bukti untuk menunjukkan bahwa Ia sudah turun?” Ke bagian bumi yang paling bawah. Ini mungkin merujuk pada penjelmaan-Nya sebagai manusia, sesuai dengan Mazmur Daud (Mzm. 139:15), tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah. Atau merujuk pada penguburan-Nya, sesuai dengan 10, orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah. Daud menyebut kematian Kristus (menurut beberapa bapa gereja) sebagai turunnya Dia ke bagian bumi yang paling bawah. Ia turun ke bumi dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia. Ia juga turun ke bumi dalam penguburan-Nya. Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit (ay. 10), jauh lebih tinggi dari udara dan langit berbintang (yang kasat mata), ke dalam sorga tertinggi. Untuk memenuhkan segala sesuatu, memenuhkan semua anggota jemaat-Nya, dengan segala pemberian dan kasih karunia yang sesuai dengan keadaan dan kedudukan masing-masing. Perhatikanlah, Tuhan kita merendahkan diri terlebih dahulu, baru kemudian ditinggikan. Ia turun terlebih dahulu, baru kemudian naik. Selanjutnya Rasul Paulus memberi tahu kita apa pemberian-pemberian yang diberikan Kristus pada saat kenaikan-Nya: Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, dst. (ay. 11). Sungguh, Ia sudah mengutus sebagian dari orang-orang ini sebelum kenaikan-Nya (Mat. 10:1-5). Tetapi kemudian satu orang ditambahkan lagi (Kis. 1:26). Dan mereka semua ditahbiskan pada jabatan mereka secara lebih khidmat, dan diteguhkan di depan umum, melalui pencurahan Roh Kudus secara kasat mata oleh Kristus atas mereka dengan cara dan ukuran yang luar biasa. Perhatikanlah, pemberian agung yang diberikan Kristus kepada jemaat pada saat kenaikan-Nya adalah pelayanan damai sejahtera dan pendamaian. Karunia pelayanan adalah buah dari kenaikan Kristus. Dan hamba-hamba Tuhan mempunyai karunia yang beraneka ragam, yang kesemuanya diberikan kepada mereka oleh Tuhan Yesus. Para pekerja yang diberikan Kristus kepada jemaat-Nya ada dua macam. Yang pertama, para pekerja yang luar biasa, yang diangkat ke jabatan yang lebih tinggi di dalam jemaat. Mereka inilah rasul-rasul, nabi-nabi, dan pemberita-pemberita Injil. Yang terutama dari mereka adalah para rasul. Mereka ini dipanggil langsung oleh Kristus, dilengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang luar biasa dan kuasa untuk mengadakan mujizat, beserta kemampuan untuk tidak bisa keliru dalam menyampaikan kebenaran-Nya. Dan, karena mereka merupakan saksi-saksi dari mujizat-mujizat dan pengajaran-Nya, Ia mengutus mereka untuk menyebarkan Injil dan menanam serta mengatur jemaat-jemaat. Nabi-nabi tampaknya adalah mereka yang menjelaskan tulisan-tulisan Perjanjian Lama, dan menubuatkan hal-hal yang akan datang. Pemberita-pemberita Injil adalah mereka yang ditahbiskan (2Tim. 1:6), yang dibawa oleh para rasul sebagai kawan-kawan seperjalanan (Gal. 2:1), dan yang mereka utus untuk mengurus dan memantapkan jemaat-jemaat yang sudah ditanam oleh para rasul sendiri (Kis. 19:22). Dan, karena tidak terpaku pada satu tempat tertentu, mereka harus terus bekerja sampai dipanggil kembali oleh para rasul (2Tim. 4:9). Yang kedua, hamba-hamba Tuhan yang biasa, yang bekerja dalam ruang lingkup yang lebih rendah dan lebih sempit, seperti gembala-gembala dan pengajar-pengajar. Menurut sebagian orang, dua sebutan ini menandakan satu jabatan, yang menyiratkan bahwa kewajiban memimpin dan mengajar tercakup di dalamnya. Menurut sebagian yang lain, yang dimaksudkan dengan dua sebutan itu adalah dua jabatan yang berbeda, yang kedua-duanya bersifat biasa, dan akan selalu dipakai di dalam jemaat. Gembala-gembala adalah mereka yang ditetapkan sebagai kepala dari jemaat-jemaat tertentu, dengan maksud untuk membimbing, mengajar, dan memberi mereka makan dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus. Mereka ini juga sering disebut sebagai para penilik jemaat dan penatua. Dan pengajar-pengajar adalah mereka yang pekerjaannya juga memberitakan Injil dan mengajar orang dengan cara memberi nasihat. Kita melihat di sini bahwa adalah hak istimewa Kristuslah untuk menunjuk siapa pekerja dan apa jabatan yang dikehendaki-Nya di dalam jemaat-Nya. Dan betapa kayanya jemaat, yang sejak awal mempunyai para pekerja yang begitu beragam, dan masih mempunyai pemberian-pemberian yang begitu beragam! Betapa baiknya Kristus kepada jemaat-Nya! Betapa Ia penuh perhatian dan peduli untuk membangunnya! Ketika naik, Ia mendapatkan karunia Roh Kudus. Karunia-karunia Roh Kudus itu bermacam-macam. Ada karunia yang lebih besar, ada yang lebih kecil. Tetapi semuanya demi kebaikan tubuh jemaat, yang membawa kita pada alasan ketiga.

3. Alasan ini didasarkan atas maksud dan tujuan Kristus yang agung dalam memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Pemberian-pemberian Kristus dimaksudkan demi kebaikan jemaat-Nya, dan untuk memajukan kerajaan serta kepentingan-Nya di antara manusia. Semuanya ini dimaksudkan untuk satu tujuan bersama, dan karena itu merupakan alasan yang baik mengapa semua orang Kristen harus hidup rukun dalam kasih persaudaraan, dan tidak saling iri hati terhadap pemberian orang lain. Semuanya untuk memperlengkapi orang-orang kudus (ay. 12). Maksudnya, sesuai dengan makna dalam bahasa aslinya, supaya orang yang sudah kacau-balau karena dosa bisa kembali hidup secara rohani dan teratur, dan kemudian semua itu untuk menguatkan, meneguhkan, dan memajukan mereka dalam kehidupan itu, sehingga tiap-tiap dari mereka, dalam kedudukan dan tugas masing-masing, bisa menyumbangkan sesuatu demi kebaikan semua. Bagi pekerjaan pelayanan, atau bagi pekerjaan penyampaian, yaitu supaya mereka menyampaikan ajaran-ajaran Injil, dan berhasil menjalankan apa yang menjadi bagian pelayanan mereka. Bagi pembangunan tubuh Kristus, yaitu untuk membangun jemaat, yang merupakan tubuh mistis atau rohani Kristus, dengan meningkatkan pemberian-pemberian dan menambah anggota-anggota baru. Semuanya dimaksudkan untuk mempersiapkan kita bagi sorga: Sampai kita semua telah mencapai, dst. (ay. 13). Sebagian dari pemberian-pemberian dan pekerjaan-pekerjaan yang sudah dibicarakan sebelumnya harus diteruskan di dalam jemaat sampai orang-orang kudus menjadi sempurna, yang tidak akan terjadi sampai mereka semua telah mencapai kesatuan iman (sampai semua orang percaya yang sungguh-sungguh berkumpul bersama-sama, melalui iman yang mulia yang sama itu) dan mencapai pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Yang harus kita pahami dengan pengetahuan ini bukan semata-mata pengetahuan yang bersifat mereka-reka, atau pengakuan yang asal-asalan akan Kristus sebagai Anak Allah dan Pengantara yang agung, melainkan pengetahuan dan pengakuan yang disertai dengan penghayatan dan perasaan, dengan segala hormat, kepercayaan, dan kepatuhan yang sepatutnya diberikan. Sampai mereka semua mencapai kedewasaan penuh, sampai segala pemberian dan kasih karunia kita bertumbuh penuh, dan bebas dari segala kelemahan yang bersifat kekanak-kanakan yang masih melingkupi kita di dunia sekarang ini. Dan sampai mereka semua mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga mereka menjadi orang-orang Kristen yang betul-betul dewasa dan matang dalam segala kasih karunia yang berasal dari kepenuhan Kristus. Atau, sesuai tingkat pertumbuhan yang diperlukan untuk mencapai kepenuhan Kristus, yaitu untuk melengkapi tubuh mistis-Nya. Nah, kita tidak akan pernah menjadi manusia sempurna sampai kita berada di dunia yang sempurna. Ada kepenuhan di dalam Kristus, kepenuhan yang berasal dari-Nya. Ukuran tertentu dari kepenuhan itu, dan tingkat pertumbuhannya, ditentukan oleh hikmat Allah untuk setiap orang percaya, dan kita tidak pernah mencapai tingkat itu sebelum sampai di sorga. Anak-anak Allah, selama berada di dunia ini, terus bertumbuh. Menurut Dr. Lightfoot, Rasul Paulus di sini berbicara tentang orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi yang terjalin dalam kesatuan iman dan pengetahuan akan Anak Allah, sehingga tercipta manusia yang sempurna, dan mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Rasul Paulus lebih jauh menunjukkan, dalam ayat 14-16, apa maksud Allah dalam ketetapan-ketetapan kudus-Nya, dan apa seharusnya dampak dari semua itu bagi kita. Seperti,

(1) Bahwa kita bukan lagi anak-anak, dst. (ay. 14). Maksudnya, supaya kita tidak lagi menjadi anak-anak dalam pengetahuan, lemah dalam iman, dan goyah dalam penilaian-penilaian kita, mudah menyerah setiap kali ada godaan, mengikuti kesenangan hati orang, dan mau saja menuruti orang. Anak-anak mudah ditipu. Kita harus memperhatikan ini, dan berjaga-jaga supaya tidak mudah diombang-ambingkan, seperti kapal tanpa pemberat, seperti awan-awan di udara, oleh rupa-rupa ajaran yang tidak ada kebenaran dan isi di dalamnya tetapi kosong belaka dan buyar sendiri ke mana-mana, dan karena itu ibarat angin saja. Oleh permainan palsu manusia. Ini bahasa kiasan yang diambil tentang pemain sulap, dan menandakan kelicikan penggoda-penggoda yang jahat. Dan oleh kelicikan mereka, yang dimaksudkan adalah kelihaian mereka dalam menemukan cara-cara untuk menggoda dan menipu. Sebab selanjutnya dikatakan, yang dengannya mereka menyesatkan, seperti orang yang menunggu di balik semak-semak untuk memerangkap mereka yang lemah, dan menjauhkan mereka dari kebenaran. Perhatikanlah, pasti sangat jahat dan fasik orang yang sampai berniat menggoda dan menipu orang lain ke dalam ajaran-ajaran palsu dan kesesatan-kesesatan. Rasul Paulus menggambarkan mereka di sini sebagai orang-orang rendah, yang menggunakan segala macam cara dan kelicikan Iblis untuk mencapai tujuan mereka itu. Cara terbaik yang bisa kita pakai untuk membentengi diri dari orang-orang seperti itu adalah dengan mempelajari sabda-sabda yang kudus, dan berdoa meminta pencerahan dan anugerah Roh Kristus, supaya kita tahu kebenaran yang ada di dalam Yesus, dan teguh di dalamnya.

(2) Bahwa kita harus mengatakan kebenaran di dalam kasih (ay. 15, KJV), atau mengikuti kebenaran di dalam kasih, atau bersikap tulus di dalam kasih terhadap sesama orang Kristen. Sementara kita teguh berpegang pada ajaran Kristus, yang merupakan kebenaran, kita harus hidup di dalam kasih satu terhadap yang lain. Kasih adalah sesuatu yang unggul. Tetapi kita harus berusaha menjaga kebenaran bersama-sama dengan kasih. Kebenaran adalah suatu hal yang unggul. Namun kita diharuskan untuk mengatakannya di dalam kasih, dan bukan dalam pertikaian. Keduanya ini harus berjalan bersama-sama, yaitu kebenaran dan damai sejahtera.

(3) Bahwa kita harus bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus. Ke arah Kristus, sehingga berakar lebih dalam di dalam Dia. Di dalam segala hal, dalam pengetahuan, kasih, iman, dan semua bagian dari manusia baru. Kita harus bertumbuh menjadi dewasa, sebagai lawan dari menjadi anak-anak. Orang-orang Kristen yang bertambah baik adalah mereka yang bertumbuh ke arah Kristus. Semakin kita bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, iman di dalam Dia, kasih kepada-Nya, dan kebergantungan pada-Nya, semakin kita akan berkembang dalam setiap kasih karunia. Dia adalah Kepala, dan karena itu kita harus bertumbuh, supaya dengan begitu kita dapat menghormati Kepala kita. Pertumbuhan kristiani membawa kemuliaan bagi Kristus.

(4) Kita harus saling membantu dan menolong, sebagai anggota-anggota dari tubuh yang sama (ay. 16). Di sini Rasul Paulus membuat perbandingan antara tubuh alami dan tubuh mistis Kristus, tubuh yang Kepalanya adalah Kristus. Dan ia mencermati bahwa sebagaimana sesama anggota tubuh harus bersatu dan berhubungan satu dengan yang lain, supaya mereka bertumbuh dan berkembang, demikian pula harus ada kasih dan kesatuan, beserta buah-buahnya yang semestinya, di antara orang-orang Kristen, supaya mereka berkembang secara rohani dan bertumbuh di dalam kasih karunia. Dari pada-Nyalah (yaitu dari Kristus Kepala mereka, yang memberikan pengaruh dan makanan untuk bertumbuh kepada tiap-tiap anggota), seluruh tubuh, – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu (di mana mereka disatukan secara teratur dan teguh, dengan setiap orang menempati tempat dan kedudukannya masing-masing) oleh pelayanan semua bagiannya (oleh bantuan yang diberikan setiap bagian, dengan disatukan seperti itu, kepada keseluruhan, atau oleh Roh, iman, kasih, sakramen-sakramen, dst., yang seperti pembuluh darah di dalam tubuh berfungsi untuk menyatukan orang-orang Kristen dengan Kristus Kepala mereka, dan dengan satu sama lain sebagai sesama anggota), sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota (maksudnya, menurut sebagian orang, sesuai dengan kuasa yang dikerahkan Roh Kudus untuk membuat sarana yang ditunjuk Allah berhasil mencapai tujuan agung ini, dengan tingkat yang dianggap Kristus cukup dan pantas untuk setiap anggota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing di dalam tubuh. Atau, menurut sebagian yang lain, sesuai dengan kuasa Kristus, yang sebagai Kepala, memengaruhi dan menghidupkan setiap anggota. Atau, menurut pekerjaan yang berhasil dari setiap anggota dalam menyampaikan kepada orang lain apa yang sudah diterimanya, pertumbuhan diberikan kepada mereka semua menurut kadar masing-masing, dan sesuai dengan keadaan tiap-tiap anggota) – menerima pertumbuhannya, pertumbuhan yang sesuai untuk tubuh. Perhatikanlah, tiap-tiap orang Kristen menerima pemberian dan kasih karunia dari Kristus demi kebaikan dan keuntungan seluruh tubuh. Tiap-tiap anggota membangun dirinya dalam kasih. Kita dapat memahami ini dengan dua cara: Bahwa semua anggota tubuh jemaat dapat memperoleh kasih terhadap Kristus dan terhadap satu sama lain dalam tingkat yang lebih tinggi. Atau, bahwa mereka digerakkan untuk bertindak dengan cara yang sudah disebutkan berdasarkan kasih kepada Kristus dan kepada satu sama lain. Perhatikanlah, saling mengasihi di antara orang-orang Kristen sangat membantu pertumbuhan rohani. Di dalam kasihlah tubuh membangun dirinya sendiri, sedangkan kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan.

Tuhan Yesus memberkati

Minggu, 27 Oktober 2019

KEBERPADANAN HIDUP MENURUT PAULUS BAGIAN I

Tesis: Efesus 4:2-4, 6-16 (TB)  Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.  Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."  Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, — yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota — menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. 

===============

Kita sudah melewati bagian awal dari surat ini, yang terdiri atas sejumlah kebenaran penting tentang ajaran-ajaran Kristen, yang termuat dalam tiga pasal sebelumnya. Sekarang kita memasuki bagian akhirnya, yang di dalamnya terdapat nasihat-nasihat yang paling berbobot dan sungguh-sungguh yang bisa diberikan. Kita dapat mencermati bahwa dalam surat ini, sebagaimana dalam sebagian besar surat-surat Paulus, bagian awalnya bersifat pengajaran, dan ditujukan untuk memberi tahu pikiran manusia tentang kebenaran-kebenaran dan ajaran-ajaran Injil yang agung, sedangkan bagian akhirnya bersifat penerapan, dan dimaksudkan untuk membimbing kehidupan dan perilaku orang. Sebab, semua orang Kristen wajib berusaha untuk lurus dalam iman, dan tertib dalam hidup dan perbuatan. Dalam apa yang dikatakan sebelumnya, kita sudah mendengar tentang hak-hak istimewa orang Kristen, yang memberikan penghiburan bagi kita. Dalam apa yang dikatakan selanjutnya, kita akan mendengar tentang kewajiban-kewajiban orang Kristen, dan apa yang dikehendaki oleh Tuhan Allah kita dari kita, menimbang hak-hak istimewa yang sudah dianugerahkan-Nya kepada kita itu. Cara terbaik untuk memahami rahasia-rahasia dan ikut ambil bagian dalam hak-hak istimewa yang sudah kita baca sebelumnya adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan kepada kita selanjutnya dengan kesadaran hati nurani. Sama halnya, pada sisi lain, jika kita dengan sungguh-sungguh merenungkan dan percaya akan ajaran-ajaran yang sudah diajarkan kepada kita dalam pasal-pasal sebelumnya, maka itu akan menjadi dasar yang baik bagi kita untuk mulai menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan dalam pasal-pasal selanjutnya. Iman dan perbuatan kristiani saling berdampingan. Dalam pasal ini, kita mendapati berbagai macam nasihat untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang penting.

I. Nasihat yang lebih umum (ay. 1).

II. Nasihat untuk saling mengasihi, bersatu, dan rukun, beserta sarana dan dorongan yang tepat untuk mengusahakannya (ay. 2-16).

III. Nasihat untuk memiliki kemurnian kristiani dan hidup kudus. Kedua-duanya dijelaskan secara lebih umum (ay. 17-24), dan dalam sejumlah contoh khusus (ay. 25, sampai selesai).

Keberpadanan Hidup Ditegaskan (4:1)

Ini merupakan nasihat umum untuk hidup sesuai dengan iman Kristen yang kita akui. Pada waktu itu Paulus sedang menjadi tahanan di Roma. Dan ia adalah orang yang dipenjarakan karena Tuhan, atau di dalam Tuhan, yang artinya sungguh untuk Tuhan. Mengenai hal ini, dalam pasal 3:1. Paulus menyebutkan hal ini berulang kali, untuk menunjukkan bahwa ia tidak malu dengan belenggu yang menahannya, karena tahu betul bahwa ia menderita bukan sebagai penjahat. Juga, supaya apa yang ditulisnya kepada jemaat bisa terasa lebih lembut dan memberikan suatu hasil tertentu. Itu merupakan ajaran yang ia pikir layak untuk ditanggung, dan karena itu tentu mereka harus memandangnya layak untuk mereka perhatikan dengan sungguh-sungguh dan mereka jalankan sebagai kewajiban. Di sini kita mendapati permohonan dari seorang tahanan yang malang, salah seorang tahanan Kristus: “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan,” dst. Menimbang apa yang sudah dilakukan Allah untukmu, dan ke dalam kedudukan dan keadaan apa Ia sudah memanggil kamu, seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, maka sekarang aku datang kepadamu dengan sebuah permintaan yang tulus (bukan untuk melegakanku, atau menggunakan kepentinganmu untuk membebaskanku, hal pertama yang cenderung diminta oleh tahanan yang malang dari sahabat-sahabatnya, melainkan) supaya kamu mau membuktikan diri sebagai orang-orang Kristen yang baik, dan hidup sesuai dengan pengakuan dan panggilanmu. Supaya hidupmu berpadanan, sesuai, pantas, selaras dengan keadaan-keadaan membahagiakan yang ke dalamnya anugerah Allah telah membawa kamu, kamu yang telah dipertobatkan-Nya dari kekafiran kepada Kekristenan. 

Perhatikanlah, orang-orang Kristen harus menyesuaikan diri dengan Injil yang olehnya mereka dipanggil, dan dengan kemuliaan yang ke dalamnya mereka dipanggil. Kedua-duanya adalah panggilan hidup mereka. Kita disebut orang-orang Kristen, maka kita harus menyesuaikan diri dengan sebutan itu, dan hidup seperti orang-orang Kristen. Kita dipanggil kepada kerajaan dan kemuliaan Allah. Oleh karenanya, kerajaan dan kemuliaan itu haruslah kita pikirkan, dan kita harus hidup seperti orang yang layak menjadi ahli warisnya. Amin

===Tuhan Yesus memberkati yang membacanya====

DASAR GEREJA YANG SEHAT

DASAR UNTUK GEREJA YANG SEHAT
Ditulis dari buku: The Purpuse Drivern Church. Oleh, RICK WARREN
Penyunting.Pdm Yoel Giban,S.Th.M.Pd.K
=============================

Fondasi  menentukan besarnya kuat dan kekuatan sebuah gedung. Anda tidak mungkin membangun gedung yang lebih besar dari dasar yang sudah ada. Hal yang sama berlaku untuk gereja-gereja. Gereja yang dibangun atas dasar yang tidak memadai atau yang salah tidak akan pernah mencapai ketinggian yang dimaksudkan Allah untuk gereja tersebut. Sebab gereja itu akan roboh bilah lebi tinggi daripada yang dapat ditanggung dasarnya. Fondasi gereja anda menentukan besar dan kekuatan gedung gereja. Anda tidak mungkin membangun gedung yang lebih besar dari pada yang dapat dipikul oleh dasar yang sudah ada.
Jika anda ingin membangun gereja yang sehat, kuat, dan bertumbuh, anda harus meluangkan waktu untuk meletakkan dasar yang kokoh. Hal ini dilakukan dengan menjelaskan dalam pikiran setiap orang yang terlibat, mengapa gereja ada dan apa yang seharusnya dilakukan oleh gereja.  Ada kuasa yang luarbiasa bila memiliki pernyataan tujuan yang sudah ditegaskan dengan jelas. Jika pernyataan itu cukup singkat untuk diingat, pernyataan tujuan anda akan menghasilkan lima keuntungan yang baik bagi gereja anda:

1) Tujuan Yang Jelas Membangun Semangat Juang

Semangat juang dan misi tidak bias dipisahkan. 1 Korintus1:10 dalam terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH) mengatakan bahwa “Hendaknya ada persesuaian diantara Saudara supaya tidak terjadi perpecahan di dalam siding jemaat…hendaknya saudara sehati dan seia sekata”. Perhatikan Paulus berkata bahwa kunci untuk mencapai keharmonisan dalam gereja adalah bersatu dalam tujuan. Jadi, jika misi anda tidak jelas, maka semangat juang anda akan rendah.

Gereja yang memiliki semangat juang dan ada suasana kerukunan yang luarbiasa tinggi dalam gereja maka pasti gereja akan bertumbuh. Orang-orang yang bekerjasama untuk tujuan yang besar tidak mempunyai waktu untuk bertengkar tentang hal-hal yang sepele. Ketika anda ikut mendayung perahu, anda tidak punya waktu untuk menggoncangkannya! Dan mampu mempertahankan persekutuan yang akrab sekalipun pertumbuhan sangat besar yang dialami gereja maka anggota-anggota gereja mempunyai komitmen kepada suatu tujuan bersama.
Amsal 29:18 berbunyi “bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat” artinya bahwa dimana tidak ada visi, jemaat akan pindah ke gereja lain! Banyak gereja nyaris tidak bertahan karena tidak mempunyai visi.Yang tidak mempunyai visi mereka akan berjalan dengan susah payah dari minggu ke minggu karena mereka tidak mengindahkan tujuan mereka untuk melanjutkan usaha untuk kemajuan gereja. Gereja tanpa tujuan dan misi pada akhirnya menjadi benda bersejarah yang berkaitan dengan berbagai-bagai tradisi masa lalu.

Tidak ada sesuatu yang lebih mengecilkan hati jemaat, dari pada hal tidak mengetahui tujuan eksistensinya. Sebaliknya, cara yang paling cepat untuk memperkuat kembali gereja yang tidak berkembang atau yang mundur adalah memperoleh kembali tujuan Allah bagi gereja dan menolong para anggota untuk memahami tugas-tugas agung gereja yang sudah diberikan oleh Kristus Yesus (Matius 28:19-20.

2) Tujuan Yang Jelas Mengurangi Frustrasi

Pernyataan tujuan mengurangi frustrasi karena pernyataan itu membolehkan kita melupakan hal-hal yang tidak begitu penting. Yesaya 26:3 dalam terjemahan (TEV) menyatakan bahwa “Tuhan memberikan damai sejahtera kepada orang yang berpegang teguh pada tujuan-Nya dan percaya kepada-Nya”. Tujuan yang jelas bukan hanya menegaskan apa yang harus kita lakukan,  tetapi juga menegaskan apa yang tidak harus kita lakukan. Saya yakin bahwa gereja anda tidak mempunyai waktu untuk melakukan segala sesuatu. Kabar baiknya adalah bahwa Allah tidak mengharapkan anda untuk melakukan segala-galanya. Lagi pula, hanya ada beberapa hal yang benar-benar penting untuk dilakukan !Rahasia keefektifan adalah memahami apa yang benar-benar penting, kemudian melakukan apa yang benar-benar penting, dan tidak merasa cemas mengenai hal-hal yang lain.

Kata Dick Warr sebagai gembala siding saya belajar bahwa setiap orang mempunyai agenda tersendiri untuk gereja. Untuk mengungkapkan kembali hokum rohani pertama: Allah mengasihi saya dan semua orang lain mempunyai rencana yang indah bagi kehidupanku! Orang selalu berkata “gereja harus melakukan hal ini atau gereja harus melakukan hal itu” banyak anjuran merupakan kegiatan-kegiatan yang mulia, tetapi itu bukan persoalan yang sebenarnya. Kita harus selalu menyaring semua saran itu. Apakah kegiatan itu memenuhi salah satu tujuan Allah ketika mendirikan gereja ? jika kegiatan itu memenuhi criteria tersebut, anda harus mempertimbangkannya. Jika tidak, jangan biarkan program itu mengganggu agenda Allah bagi gereja.

Tanpa pernyataan tujuan gereja akan begitu mudah untuk mengalami frustrasi karena semua gangguan yang ada di sekitar kita. Mungkin anda merasa seperti yang dirasakan oleh Yesaya, “Aku telah bersusah-susah dengan percuma; dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna, Yes 49:4”. Berusaha untuk mengarahkan sebuah gereja tanpa tujuan yang jelas adalah seperti berusaha mengendarai mobil di dalam kabut. Jika anda tidak dapat melihat dengan jelas kemana tujuan anda, maka anda akan mengalami tabrakan.
Yakobus 1:8 (BIS) orang yang ragu-ragu…tidak tetap pikirannya; ia tidak bias mengambil keputusan apa-apa dalam segala sesuatu yang dibuatnya.Jika gereja mulai lupa pada tujuannyam, gereja itu akan mengalami kesulitan untuk memutuskan apa yang penting. Gereja yang ragu-ragu adalah gereja yang tidak stabil. Apa saja yang dapat membuatnya menyimpang dari tujuannya. Gereja akan terombang ambing antara prioritas, tujuan, dan program. Gereja akan mengarah ke satu tujuan, kemudian yang lainnya, tergantung pada siapa yang memimpin pada saat itu. Kadang-kadang gereja hanya berputar dalam lingkaran. 

Dalam gereja yang mempunyai tujuan, setelah arah ditetapkan, pengambilan keputusan menjadi jauh lebih mudah dan kurang mengalami frustrasi. Tegaskan peran anda kemudian tetapkan tujuan anda. Setelah tujuan-tujuan menjadi jelas, sasaran apa saja yang memenuhi salah satu tujuan itu dengan otomatis akan disetujui. Setiap waktu seseorang menganjurkan satu kegiatan atau peristiwa atau program yang baru, anda harus mengajukan pertanyaan, “apakah hal itu memenuhi salah satu tujuan kami ?” jika memang demikian lakukanlah. Jika tidak jelas, jangan lakukan, supaya tidak frustrasi.

3) Tujuan Yang Jelas Membolehkan Konsentrasi

Sinar yang berfokus pada obyek pasti mempunyai kekuatan yang luar biasa. Sinar yang tersebar dan tidak terfokus pasti tidak mempunyai kekuatan sama sekali. Misalnya,  dengan memfokuskan kekuatan sinar matahari melalui kaca pembesar anda dapat membakar sepotong kertas. Namun anda tidak dapat membakar sepotong kertas, jika cahaya matahari yang sama tidak terfokus. Ketika sinar dikonsentrasikan pada tingkat yang lebih tinggi, seperti sinar laser, sinar itu bahkan dapat memotong balog baja.
Prinsip konsentrasi itu berlaku di bidang lain juga. Kehidupan yang terfokus dan gereja yang terfokus akan mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar daripada yang tidak terfokus. Seperti sinar laser, semakin gereja terfokus maka semakin besar pengaruhnya di masyarakat. Alasan untuk hal ini adalah bahwa tujuan yang jelas mengijinkan untuk memusatkan usaha untuk kemajuan gereja. Paulus mengetahui hal ini, maka ia berkata “saya mencurahkan segenap tenaga saya untuk satu perkara ini, melupakan apa yang telah berlalu dan mengharapkan apa yang akan datang” (Filipi 3:13)

Salah satu godaan umum, menjerumuskan banyak gereja masa kini adalah perangkap mengutamakan hal-hal yang kurang penting. Perhatian gereja dialihkan dengan berbagai agenda,kampanye, serta tujuan yang baik, namun tidak penting. Energi gereja tersebar dan dihambur-hamburkan maka kekuatannya hilang. Jika anda menghendaki gereja anda mempunyai pengaruh besar di dunia, anda harus mengutamakan hal-hal yang paling penting. Sesuatu yang mengherankan saya adalah betapa banyaknya orang Kristen yang tidak mengetahui tentang tujuan utama gereja mereka. Seperti pepatah kuno mengatakan “hal yang terutama adalah menjaga agar hal yang terutama tetap menjadi yang terutama”. Menurut pendapat saya, sebagian gereja mencoba untuk melakukan terlalu banyak hal. Inilah salah satu kendala yang paling diabaikan dalam membangun gereja yang sehat. Kita membuat banyak orang merasa terkuras tenaganya. Seringkali, gereja kecil melibatkan diri dalam berbagai jenis kegiatan, peristiwa, dan program. Daripada memusatkan  seganap pada satu perkara seperti yang dilakukan oleh Paulus, mereka melibatkan diri dalam empat puluh kegiatan yang berbeda dan tidak berhasil melakukan satupun dengan baik.

Semakin lama satu gereja berdiri, semakin nyata keadaan ini. Program dan peristiwa terus ditambahkan pada agenda gereja tanpa pernah mengeluarkan satu kegiatanpun. Tidak ada program yang dimaksudkan akan bertahan selama-lamanya.  Pertanyaan yang baik untuk diingat ketika menghadapi  program-program di gereja adalah “jika belum melakukan program itu apakah kita akan memulainya? Kalender gereja yang padat menyebarkan energy gereja. Adalah penting bagi kesehatan gereja bahwa secara berkala membersihkan rumah”- meninggalkan program yang tidak bermanfaat lagi. Seperti pepatah “jika kuda itu sudah mati jangan menungganginya lagi”…

Menjadi efisien tidaklah sama dengan menjadi efektif. Efisien adalah  melakukan sesuatu dengan benar. Sedangkan keefektifan adalah melakukan hal-hal yang benar.banyak gereja adalah efisien karena mereka terorganisasi dengan baik dan mempunyai daftar program yang padat. Namun sementara mereka menghasilkan banyak aktifitas, produktifitasnya sedikit. Energi terbuang percuma untuk soal-soal sepele, itu sama seperti mengatur kembali kursi-kursi geladak di kapal Titanic: segala sesuatu tampak indah dan terorganisir, tetapi tidak menjadi soal karena kapal itu sedang tenggelam!tidak cukup bila gereja hanya terorganisir dengan baik; gereja harus diorganisasi yang baik untuk melakukan hal-hal yang tepat.

Allah menghendaki gereja menjadi efektif.  Beberapa gereja yang benar-benar efektif ternyata berkonsentrasi pada tujuan mereka. Dengan terus menerus mengulangi tujuan dan terus mempertahankan prioritas dan focus gereja.

4) Tujuan Yang Jelas Menarik Kerjasama

Orang mau bergabung dengan gereja yang mempunyai arah yang jelas.Jika gereja terus menyampaikan tujuannya, orang pasti ingin bergabung. Ini disebabkan  setiap orang mencari sesuatu yang memberikan arti, tujuan, dan arah kepada kehidupan. Ketika Ezra memberitahukan kepada Bangsa Israel apa yang Allah ingin mereka lakukan, mereka menjawab, beritahu kami bagaimana kami  dapat memperbaiki dan membetulkan semua perkara ini, dan kami akan mendukung sepenuhnya ( Ezra 10:4)

Rasul paulus selalu jelas dalam tujuannya. Akibatnya, orang ingin menjadi bagian dari apa yang sedang dilakukannya. Hal ini khusus terjadi  di gereja Filipi. Jemaat di Filipi begitu tertarik pada misi Paulus sehingga mereka terus menerus memberikan dukungan keuangan (Filipi 4:15). Jika kita ingin orang tertarik dengan gereja, menyokongnya dengan aktif, dan memberikan dengan murah hati, kita harus menjelaskan dengan tepat kemana gereja kita diarahkan.

Pernahkan anda naik pesawat yang salah? Periksa tujuan sebelum pesawat lepas landas. Meloncat keluar akan menyakitkan! Anda tidak akan berani naik bus tanpa pertama-tama mengetahui kemana arahnya, demikian juga anda tidak dapat mengharapkan orang bergabung dengan gereja anda tanpa mengetahui tujuan gereja anda. Amsal 11:27 menyatakan bahwa “jika tujuan anda baik, anda akan dihormati”. Katakan didepan seluruh jemaat  kemana arah gereja anda dan itu akan menarik kerjasama. Katakan dengan jelas tujuan dan prioritas gereja anda dalam kelas keanggotaan. Jelaslah strategi dan struktur anda. Hal ini akan mencegah orang-orang bergabung dengan gereja berdasarkan asumsi yang salah. Apabilah anda membiarkan orang menjadi anggota gereja anda tanpa memahami tujuan gereja anda, anda sedang mencari kesukaran.

Anggota baru, khususnya mereka yang pindah dari gereja lain, sering mempunyai agenda pribadi dan prasangka tentang gereja. Hal ini akan menimbulkan masalah dan konflik pada akhirnya, kecuali langsung berhadapan dengan mereka dalam cara yang terus terang.

5) Tujuan Yang Jelas Membantu Evaluasi

2 Korintus 13:5 berbunyi “ujilah dirimu sendiri untuk melihat apakah kamu tetap tegak di dalam Iman:selidikilah dirimu? Bukan dengan membandingkan dirinya dengan gereja lain, tetapi dengan bertanya, apakah kita melakukan apa yang dikehendaki Allah bagi kita? Dan seberapa baik kita melakukan pekerjaan itu? Apa usaha kita? Dan bagaimana usaha itu?  Dua pertanyaan ini penting untuk mengevaluasi gereja. Pernyataan tujuan gereja harus menjadi standar untuk mengukur kesehatan dan pertumbuhan gereja”

Tidak ada hubungan sama sekali antara ukuran dan kekuatan sebuah gereja.Gereja dapat menjadi besar dan kuat, atau menjadi besar dan lemah.Sebaliknya, gereja dapat menjadi kecil dan kuat atau dapat menjadi kecil dan lemah.Yang besar belum tentu lebih baik, demikian juga yang kecil belum tentu lebih baik.Ukuran bukan soal, hal yang paling penting adalah gereja akan menjadi lebih kuat dan lebih sehat bilah mempunyai tujuan.

Menjadi gereja yang mempunyai tujuan memang membutuhkan waktu-hal itu tidak terjadi dalam sekejap, atau bahkan dalam waktu lebih dari enam bulan. Gereja mungkin akan mengalami masa transisi selama beberapa tahun. Jika kita menghendaki gereja mempunyai tujuan, kita harus menuntunnya melalui empat fase penting yaitu
1. Harus menegaskan tujuan
2. Harus menyampaikan tujuan-tujuan itu kepada setiap orang di gereja secara tetap
3. Harus mengorganisasi gereja sekitar tujuan
4. Harus melaksanakan tujuan di setiap bagian dari program gereja.

SOLIDEO GLORIA

Sabtu, 26 Oktober 2019

Air Susu di balas dengan Air Tuba

Nats : Matius 26:47-50
Thema : Air Susu Dibalas dengan Air Tuba!!!
================
Setiap orang ingin menjalani hidupnya dengan baik tanpa ada tekanan dan gangguan dari pihak mana pun. Bergaul secara baik dengan orang-orang disekitarnya, dengan cara menjalin keakrban dengan orangtua dan anak, antar saudara, tetangga, rekan kerja, dan masyarakat. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Akan tetapi pada kenyataannya, sebaik apapun hubungan yang dibangun, ada saja hal-hal yang dapat membuat hubungan yang baik tersebut bisa retak bahkan hancur. Salah satunya adalah dari satu pihak melakukan penghianatan terhadap pihak yang lain.
Penghianatan merupakan salah satu dari sekian banyak perkara yang sering diperbincangakn oleh banyak orang akhir-akhir ini di tengah-tengash masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa-masa menuju kepada akhir zaman ini, banyak orang yang melakukan penghianatan terhadap seorang yang dekat dengan dirinya. Contohnya adalah: seorang suami yang menghianati istrinya dan sebaliknya ada istri yang menghianati suaminya. Dalam dunia misnis pun, sering terjadi yang namanya saling menghianati, dimana rekan bisnis yang satu menghianati rekan bisnis yang lain, dan juga dalam banyak hal lainnya. 
Berbicara mengenai penghianatan, Alkitab juga mencatat sebuah kisah perjalanan seorang tokoh yang telah menjadi pusat sejarah sepanjang abad yaitu kisah Yudas yang menghianati Yesus, yang notabenenya adalah gurunya sendiri, dengan cara menjual Yesus kepada pemuka-pemuka agama dengan harga tiga puluh keeping perak, untuk disalibkan. Walaupun demikian, kita dapat melihat sebuah hal menarik ketika pada malam itu, ketika Yudas dan para serdadu Romawi datang untuk menangkap Yesus, Yesus tidak memarahi Yudas atau pun Ia menyuruh para murid-murid-Nya yang lain untuk menghajar Yudas.
Yesus tetap tenang menghadapi masalah pada malam itu. Yesus tidak membalas penghianatan Yudas itu dengan perbuatan yang setimpal dengan apa yang telah diperbuat oleh Yudas terhadap-Nya. Dari peristiwa ini, kita dapat mengambil hikmah untuk menjalani kehidupan ini, bahwa dengan berbuat demikian, Yesus sebenarnya ingin memberitahukan dan mengajarkan kepada kita bahwa walau pun Yesus disakiti, Dia tetap mengasihi bahkan tetap mau menerima Yudas sebagi sahabat-Nya.
Dari kisah penghianatan Yudas terhadap Yesus ini, kita dapat mempelajari beberapa hal, mengapa Yesus dapat memanggil Yudas yang adalah orang yang telah menghianati dan juga yang telah menyakti hati-Nya dengan panggilan “Teman?”. Rahasianya adalah:

1. Yesus tetap memanggil Yudas sebagai teman, walaupun mereka berbeda
Secara jelas bahwa Yesus dan Yudas berbeda secara kedudukan. Yesus adalah Tuhan, Yudas adalah seorang berdosa. Yesus adalah guru, sedangkan Yudas adalah murid dari Yesus. Yudas adalah bendahara yang suka korupsi sedangkan Yesus adalah seorang atasan yang tetap mepercayakan pekerjaan tersebut kepada Yudas.
Yesus adalah Tuhan yang mengasihi, Dia tidak akan membalas kejahatan dengan cara yaitu Dia juga melakukan tindakan kejahatan. Juga karena Yesus memahami benar mengenai apa yang telah Allah rencanakan dalam dalam hidup-Nya pasti akan terjadi dan digenapi, termasuk penyaliban-Nya.

2. Yesus tetap memanggil Yudas teman walaupun Dia dikhianati
Yesus dikhianati bukan oleh orang jauh, tetapi Dia dikhianati oleh murid-Nya sendiri yaitu orang yang selalu bersama-sama dengan Dia bahkan makan semeja dengan Yesus.
Yesus tahu dengan pasti bahwa Ia akan dikhianati oleh Yudas. Dan Yesus juga tahu bahwa dibalik penghianatan tersebut, sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi-Nya nama di atas segala nama, sehingga setiap lutut bertelut dan semua lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Jururselamat.

3. Yesus tetap meanggil Yudas teman walaupun Dia telah disakiti
Dalam menjalani tugas penyaliban-Nya atau pengorbanan-Nya, Yesus harus menundukan diri dan juga menakluj\kan perasaan-Nya, serta merelakan diri-Nya untuk menderita aniaya, bahkan sampai Ia harus mati di atas kayu salib.

4. Yesus tetap memanggil Yudas teman karena Yesus mengerti rencana Allah
Yesus sangat mengetahui dengan pasti bahwa salib bukanlah akhir dari segala-galanya dalam hidup dan pelayanan Yesus. Akan tetapi, salib meruoakan awal dimulainya peperangan yang berakhir dengan kehancuran dari pada Iblis. Sehingga dengan demkian, setiap orang yang percaya dan berada dalam Yesus menjadi orang-orang yang merdeka, karena salib adalah jawaban untuk hidup kekal bagi kita.
Sikapilah setiap penghianatan dengan positif. Jika saudara merasa pernah dikhianati, ingatlah bahwa penghianatan itu telah lebih dahulu dialami oleh Yesus, karena itu, jangan kecewa jika saudara pernah dikhianati. Yudas secara terang-terangan telah mengkhianati Yesus. Namun, Yesus tidak menanggapinya dari sebuah perspektif/sudut pandang yang  negatif. 
Dengan demikian, jika saudara mengalami hal yang sama seperti yang telah Yesus alami, mungkin dikhianati oleh orang yang kita cintai dan sayangi atau oleh orang-orang yang sangat dekat dengan kita, maka tetaplah tenang, tanggapi secara positif, dan hal yang lebih utama lagi ialah jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi balaslah kejahatan dengan kebaikan. Sehingga pada akhirnya, kita dapat melihat kemuliaan Tuhan dinyatkan di dalam dan melalui hidup kita. Kita memang bukan Yesus, tetapi sebagai pengikut-Nya, kita juga dituntut untuk menjadi serupa dengan Dia. Jadi mintalah kekuatan dari pada Dia Sang sumber kekuatan itu sehingga kita pun dimampukan untuk menghadapi segala persoalan yang kita alami dalam hidup kita.

“AMIN”
“Soli Deo Gloria”


7Karakter yang disukai Tuhan dari Raja Daud

Teks: 1 Samuel 16:7): Terjemahan Bebas (TB) "Janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." 

Terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH) "Janganlah menilai orang dari rupanya atau tinggi badannya, karena bukan dia yang Kupilih. Manusia menilai  dari apa yang dilihatnya, tetapi Aku menilai apa yang ada dalam pikiran dan hati orang."

Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) "Janganlah kau terpikat oleh rupanya yang elok dan tinggi badannya; bukan dia yang Kukehendaki. Aku tidak menilai seperti manusia menilai. Manusia melihat rupa, tetapi Aku melihat hati."
===================
Kita semua tentu mengenal tokoh Daud dalam Alkitab, seorang yang dipakai Tuhan secara luar biasa untuk memimpin Bangsa Israel. Pada masa kepemimpinan Daud, Bangsa Israel mencapai kejayaan yang luar biasa. Pada masa itu, Bangsa Israel mampu menundukkan setiap musuh yang melawan mereka. Hal ini karena DAUD ADALAH  PEMIMPIN YANG BERKENAN DI HADAPAN TUHAN. Sebab, DAUD MENGERTI APA YANG TUHAN INGINKAN DAN IA MEMILIKI HUBUNGAN YANG BEGITU INTIM DENGAN TUHAN SELAMA IA MELAYANI-NYA. Sebelum Daud diangkat menjadi pemimpin (raja) atas umat Israel, Tuhan sudah memilih Daud sejak ia masih remaja. Ini merupakan bukti bahwa karakter kepemimpinan Daud sudah ada dalam dirinya sejak ia masih remaja. Lalu, karakter apa saja yang dimiliki Daud sejak remaja sehingga Tuhan menjadikannya seorang pemimpin bagi Bangsa Israel? Daud memiliki tujuh keunggulan yang dipandang baik oleh Tuhan.

1. Hati yang terpaut pada Tuhan (1 Samuel 16:7). Sejak masih 
   remaja, hati Daud selalu memandang Tuhan dan takut kepada-Nya.

2.Daud memiliki iman (1 Samuel 17:34-39, 45). Itu terbukti ketika ia 
   diperhadapkan dengan Goliat dan beberapa musuh lain. Di saat itulah, ia tetap 
   mengandalkan Tuhan.

3. Penyerahan diri secara TOTAL (1 Samuel 16:13). Sejak masih kecil, Daud memiliki hati  yang  selalu berserah kepada Tuhan. Ketika ia diperhadapkan dengan Goliat, Daud 
     menyerahkan segala tindakan dan ketakutannya hanya kepada Tuhan.

4. Hidup sebagai penyembah Tuhan (1 Samuel 16:18, 23).
Terjemahan Bebas (TB) ayat 16: 18  Lalu jawab salah seorang hamba itu, katanya: "Sesungguhnya, aku telah melihat salah seorang anak laki-laki Isai, orang Betlehem itu, yang pandai main kecapi. Ia seorang pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai bicara, elok perawakannya; dan TUHAN menyertai dia." Ayat 23 23  Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.

5. Mencintai Tuhan (1 Samuel 17:26-27).
Terjemahan Today Malai Version (TMV) ayat 26 Daud bertanya kepada askar yang berada dekatnya, "Apakah yang akan diberikan kepada orang yang dapat membunuh orang Filistin itu dan membebaskan Israel daripada penghinaan? Berani betul orang Filistin itu, orang yang tidak mengenal Allah, mencabar tentera Allah yang hidup!" ayat 27  Mereka memberitahu Daud akan hadiah yang diberikan kepada orang yang dapat membunuh Goliat. Ayat 28  Eliab, abang sulung Daud, mendengar percakapan Daud dengan askar-askar itu. Dia memarahi Daud, dan berkata, "Mengapa engkau datang ke mari? Siapa yang kausuruh menjaga domba-dombamu di padang gurun itu? Aku tahu, engkau budak jahat, dan berlagak berani; kaudatang ke mari hanya untuk melihat pertempuran, bukan?"


6. Tekun (1 Samuel 16:11; 17:34-36).
Terjemahan Bahasa Indonesia sehari-hari (BIS) Lalu bertanyalah Samuel kepadanya, "Hanya inikah semua anak laki-lakimu?" Jawab Isai, "Masih ada seorang lagi, yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan domba." Samuel berkata, "Suruhlah memanggil dia, karena kita tidak akan makan sebelum ia datang."

7. Pengampun (1 Samuel 17:28).
Terjemahan Bebas (TB) Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: "Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran." 
Termahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH)Tetapi, ketika Eliab, kakak Daud yang tertua, mendengar adiknya berkata demikian, ia menjadi marah. "Apakah kerjamu di sini?" tegornya. "Bagaimana dengan kambing domba di padang gurun yang menjadi tanggung jawabmu?  Aku  tahu ulahmu, engkau anak nakal yang sombong! Engkau datang hanya  karena  ingin menyaksikan pertempuran!"

Ketujuh keunggulan Daud tersebut seharusnya menjadi contoh bagi para PEMIMPIN SAAT INI, untuk menanamkan karakter kepemimpinan yang berkenan di hadapan Tuhan.   Ketujuh hal tersebut sangat penting untuk dimiliki setiap PEMIMPIN KRISTEN YAITU.

1. Hati yang unggul.
   Hati yang unggul perlu dimiliki remaja masa kini supaya Tuhan senantiasa 
   memandang para remaja sebagai orang yang berkenan. Sebab, Tuhan menilai hati.

2. Iman dan penyerahan diri.
   Remaja masa kini juga perlu memiliki iman yang besar supaya Tuhan menunjukkan 
   hal-hal besar dalam kehidupan mereka. Kita perlu melihat kembali ke belakang 
   ketika Tuhan memberikan pertolongan-Nya kepada kita. Hal itulah yang harus kita 
   gunakan untuk menumbuhkan iman kita saat ini dan saat yang akan datang ketika 
   kita diperhadapkan pada suatu masalah.

3. Menyembah dan memuji Tuhan.
   Jangan sampai kita menghabiskan masa muda hanya untuk hal-hal duniawi yang sama 
   sekali tidak menyukakan hati Tuhan. Menunjukkan penyembahan kita kepada Tuhan 
   dapat kita lakukan dengan mengambil waktu khusus untuk berkomunikasi dengan-Nya 
   melalui doa dan penyembahan secara pribadi maupun berkelompok.

4. Mencintai Tuhan.
   Penyembahan yang kita lakukan juga merupakan wujud kecintaan kita kepada Tuhan.

5. Memiliki ketekunan.
Sebagai seorang remaja, kita harus menjadi seorang yang rajin dalam segala hal,terutama dalam melayani Tuhan. Sebab, Tuhan tidak menyukai pemalas. Alkitab sendiri mengatakan bahwa kemalasan akan menimbulkan kemiskinan.

6. Pengampunan.
Sebagai remaja, kita harus melatih diri untuk menjadi seorang pengampun, tidak mudah marah atau sakit hati saat diremehkan, direndahkan, atau dianggap culun.   Seperti halnya Daud, sebagai anak Allah, kita juga memiliki hak dan kesempatan untuk menjadi pemimpin. Masalahnya adalah apakah kita sudah betul-betul siap dan layak untuk menjadi seorang pemimpin? Jika kita sudah memiliki karakter seperti Daud, tentu saja kita sudah layak untuk memiliki peran pemimpin. Jika belum, kita harus belajar banyak untuk dapat menjadi seorang pemimpin seperti Daud.  Marilah kita menyelidiki hati kita masing-masing.

AMIN.SOLIDEO GLORIA

Kamis, 24 Oktober 2019

Pemberitahuan Paulus mengenai Kemurtadan

2 Tesalonika 2:13-17 (TB)  Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita.Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik.

=============

Di sini perhatikanlah,

I. Penghiburan yang dapat dirasakan oleh jemaat Tesalonika dalam menghadapi ngerinya kemurtadan ini (ay. 13-14). Karena mereka dipilih untuk memperoleh keselamatan, dan dipanggil untuk menerima kemuliaan. Perhatikan, ketika kita mendengar tentang kemurtadan banyak orang, sungguh merupakan suatu penghiburan dan sukacita yang besar bahwa masih ada sejumlah orang yang tersisa menurut pilihan kasih karunia, yang telah bertekun dan akan terus bertekun. Secara khusus, kita harus bersukacita, jika kita mempunyai alasan untuk berharap bahwa kita adalah bagian dari kumpulan tersebut. Rasul Paulus menganggap dirinya wajib untuk bersyukur kepada Allah dalam hal ini. Kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu. Dia sudah sering mengucap syukur karena mereka, dan ia masih terikat untuk mengucap syukur atas diri mereka. Dan memang ada alasan yang kuat untuk itu, yaitu karena mereka dikasihi oleh Tuhan, seperti yang tampak di dalam persoalan ini, yakni bahwa mereka aman dari kemurtadan. Pemeliharaan terhadap orang-orang kudus ini disebabkan oleh,

1. Kokohnya pilihan kasih karunia (ay. 13). Mereka dikasihi oleh Tuhan, karena Allah telah memilih mereka dari mulanya. Ia telah mengasihi mereka dengan kasih yang kekal. Mengenai pemilihan Allah ini kita dapat mengamati,

(1) Waktunya yang kekal. Pemilihan ini dilakukan sejak dari mulanya, bukan sejak permulaan Injil, melainkan sejak permulaan dunia, sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4). Kemudian,

(2) Tujuan mengapa mereka dipilih, yaitu untuk menerima keselamatan, keselamatan yang utuh dan kekal dari dosa dan kesengsaraan, dan menikmati segala sesuatu yang baik sepenuhnya.

(3) Sarana untuk mencapai tujuan ini, yaitu pengudusan oleh Roh dan dalam kepercayaan pada kebenaran. Dengan begitu, ketetapan mengenai pemilihan ini menghubungkan tujuan dengan sarananya, dan keduanya tidak boleh dipisahkan. Kita tidak dipilih oleh Allah karena kita kudus, melainkan supaya kita dapat menjadi kudus. Karena kita telah dipilih oleh Allah, maka kita tidak boleh hidup sekehendak hati kita. Namun jika kita telah dipilih untuk menerima keselamatan sebagai tujuan kita, maka kita harus mempersiapkan diri untuk hal itu dengan menguduskan diri, karena pengudusan adalah sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Pengudusan ini terjadi melalui pekerjaan Roh Kudus, sebagai pihak yang menguduskan, dan dengan iman, sebagai bagian yang wajib kita kerjakan. Kepercayaan pada kebenaran harus ada, karena tanpa hal itu tidak mungkin ada pengudusan yang sejati, atau ketekunan di dalam kasih karunia, atau pemerolehan keselamatan. Iman dan kekudusan harus bersama-sama, seperti halnya kekudusan dan kebahagiaan. Itu sebabnya, Juruselamat kita berdoa bagi Petrus supaya imannya jangan gugur (Luk. 22:32), dan bagi para murid-Nya (Yoh. 17:17), kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.

2. Kuasa panggilan Injil (ay. 14). Sebagaimana mereka telah dipilih untuk menerima keselamatan, maka begitu pula mereka dipilih untuk itu oleh Injil. Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya (Rm. 8:30). Secara lahiriah, Allah memanggil melalui Injil, dan panggilan ini dibuat menjadi berhasil melalui pekerjaan di dalam batin yang dilakukan oleh Roh. Perhatikan, ke mana pun Injil datang, ia memanggil dan mengundang orang untuk menerima kemuliaan. Ini adalah sebuah panggilan untuk menerima kehormatan dan kebahagiaan, bahkan kemuliaan Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu kemuliaan yang telah dibeli-Nya, dan kemuliaan yang dimiliki-Nya, untuk diberikan kepada siapa saja yang mau percaya kepada-Nya dan menaati Injil-Nya. Orang-orang yang demikian itu akan hidup bersama Kristus, memandang kemuliaan-Nya, dan mereka akan dimuliakan bersama Kristus dan turut ambil bagian di dalam kemuliaan-Nya. Dari sini, pembahasan dilanjutkan dengan,

II. Suatu seruan untuk berdiri teguh dan bertekun. Sebab itu, berdirilah teguh (ay. 15). Perhatikan, Paulus bukan berkata, “Kamu telah dipilih untuk menerima keselamatan, dan karena itu kamu boleh berbuat seenaknya dan tetap aman,” melainkan, sebab itu berdirilah teguh. Anugerah Allah di dalam memilih dan menetapkan kita sama sekali tidak berarti bahwa kita boleh meninggalkan jerih payah dan usaha kita. Justru seharusnya hal itu menyadarkan dan menarik kita supaya memiliki tekad dan kerajinan sehebat-hebatnya. Begitu pula, Rasul Yohanes, setelah memberi tahu orang-orang yang ditujunya di dalam suratnya bahwa mereka telah menerima pengurapan yang akan tinggal tetap di dalam diri mereka, dan bahwa mereka harus tinggal di dalam Dia (di dalam Kristus), menambahkan nasihat ini, sekarang tinggallah di dalam Kristus (1Yoh. 2:27-28). Jemaat Tesalonika dinasihati supaya berdiri teguh di dalam pengakuan Kristen mereka, supaya berpegang pada ajaran-ajaran yang mereka terima, atau ajaran Injil, yang disampaikan oleh Rasul Paulus, baik secara lisan maupun melalui surat. Pada saat itu kanon Alkitab masih belum lengkap, sehingga beberapa hal disampaikan oleh para rasul melalui khotbah-khotbah mereka, di bawah tuntunan Roh yang tidak mungkin keliru, dan orang Kristen wajib menerimanya sebagai perkataan yang berasal dari Allah. Beberapa hal yang lain setelah itu dituliskan oleh mereka, sebagaimana Rasul Paulus telah menulis surat yang pertama kepada jemaat Tesalonika ini, dan surat-surat ini ditulis ketika para penulis ini digerakkan oleh Roh Kudus. Perhatikan, karena itu tidak ada alasan untuk menganggap tradisi lisan di zaman kita ini sebagai memiliki kuasa yang sama dengan tulisan-tulisan kudus, karena sekarang kanon Alkitab sudah lengkap. Segala ajaran dan kewajiban seperti yang diajarkan oleh para rasul yang diilhami Roh harus kita taati sungguh-sungguh. Dan kita tidak memiliki bukti yang pasti mengenai segala sesuatu yang disampaikan oleh mereka selain yang kita temukan ada di dalam Alkitab.


======Tuhan Yesus memberkati=====

Statistik Pengunjung