Senin, 28 Oktober 2019

KEBERPADANAN MENURUT PAULUS BAGIAN II

Teks: Efesus 4:2-4, 6-16 (TB)  Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.  Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu,satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua. Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia."  Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, — yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota — menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. 

=========================

Dalam perikop ini Rasul Paulus melanjutkan dengan nasihat-nasihat yang lebih khusus. Dua nasihat dijabarkannya dalam pasal ini: supaya bersatu dan mengasihi, dan supaya hidup murni dan kudus, yang harus sungguh-sungguh diusahakan oleh orang Kristen. Kita tidak hidup berpadanan dengan panggilan kita jika kita tidak menjadi kawan-kawan yang setia bagi semua orang Kristen, dan menjadi musuh bebuyutan bagi semua dosa. Bagian ini berisi nasihat untuk saling mengasihi, bersatu, dan rukun beserta sarana dan dorongan yang tepat untuk mengusahakannya. Tidak ada hal lain yang ditekankan kepada kita secara lebih sungguh-sungguh dalam Kitab Suci selain hal ini. Kasih adalah hukum Kerajaan Kristus, pelajaran di perguruan-Nya, dan pakaian kebesaran keluarga-Nya. Perhatikanlah,

I. Sarana kesatuan: rendah hati, lemah lembut, sabar, dan menunjukkan kasih dalam hal saling membantu (ay. 3). Rendah hati di sini berarti menganggap diri sendiri kecil, yang berlawanan dengan kesombongan. Lemah lembut berarti sikap jiwa yang unggul, yang membuat orang tidak mau memanas-manasi orang lain, dan tidak mudah dipanas-panasi atau merasa tersinggung oleh kelemahan-kelemahan mereka. Lemah lembut berlawanan dengan kebencian dan kekesalan yang penuh amarah. Sabar berarti tabah menghadapi perlakuan orang lain yang menyakiti, tanpa berniat membalas dendam. Menunjukkan kasih dalam hal saling membantu berarti menanggung kelemahan orang lain berdasarkan asas kasih, sehingga kita tidak berhenti mengasihi mereka oleh karena kelemahan-kelemahan ini. Orang-orang Kristen yang terbaik perlu saling menanggung beban, dan mengambil yang terbaik dari satu sama lain, menggugah satu sama lain untuk berbuat baik, dan bukan memancing amarah. Dalam diri kita sendiri, ada banyak hal yang sulit untuk kita maafkan. Dan karena itu, janganlah kita menganggapnya kelewatan jika kita menemukan dalam diri orang lain hal yang sukar untuk kita maafkan. Sebaliknya, kita harus mengampuni mereka sebagaimana kita mengampuni diri kita sendiri. Nah, tanpa semuanya ini, kesatuan tidak bisa dijaga. Langkah pertama menuju kesatuan adalah kerendahan hati. Tanpa kerendahan hati, tidak akan ada kelemahlembutan, kesabaran, atau hal saling membantu. Dan tanpa semuanya ini, tidak akan ada kesatuan. Kesombongan dan amarah menghancurkan kedamaian, dan menimbulkan segala kejahatan. Sebaliknya, kerendahan hati dan kelemahlembutan mengembalikan kedamaian, dan menjaganya. Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, tetapi kerendahan hati menimbulkan kasih. Semakin kita rendah hati, semakin kita sehati dan sepikiran. Kita tidak hidup dengan cara yang berpadanan dengan panggilan hidup kita jika kita tidak lemah lembut dan rendah hati. Sebab Dia yang oleh-Nya kita dipanggil, Dia yang kepada-Nya kita dipanggil, terkenal akan kelemahlembutan dan kerendahan hati-Nya, dan telah memerintahkan kita untuk belajar dari-Nya dalam hal ini.

II. Hakikat dari kesatuan yang ditetapkan Rasul Paulus itu: kesatuan Roh (ay. 3). Pusat kesatuan kristiani terdapat di dalam hati atau roh. Kesatuan itu tidak terdapat pada satu rangkaian pemikiran, atau satu bentuk dan cara ibadah, melainkan pada satu hati dan satu jiwa. Kesatuan hati dan kasih sayang ini bisa dikatakan berasal dari Roh Allah. Kesatuan itu dikerjakan oleh-Nya, dan merupakan salah satu buah Roh. Inilah yang harus berusaha kita jaga. Berusaha adalah sebuah kata Injili. Kita harus mengusahakannya sekuat tenaga. Jika orang lain mengajak kita bertengkar, kita harus berusaha sedapat mungkin untuk tidak bertengkar dengannya. Jika orang lain merendahkan dan membenci kita, kita tidak boleh merendahkan dan membencinya. Oleh ikatan damai sejahtera. Damai sejahtera adalah suatu ikatan, karena menyatukan orang-orang dan membuat mereka bersikap ramah satu terhadap yang lain. Kecenderungan hati dan perilaku yang cinta damai mengikat orang-orang Kristen bersama-sama, sedangkan perselisihan dan pertikaian mencerai-beraikan hati dan kasih sayang mereka. Sejumlah besar lidi, kalau diikat bersama-sama, akan menjadi kuat. Ikatan damai sejahtera adalah kekuatan dari suatu kumpulan. Bukan berarti bahwa semua orang baik, dan semua anggota masyarakat, harus sama dalam segala hal, sama besar, sama perasaan, dan sama penilaian. Itu tidak terbayangkan. Tetapi ikatan damai sejahtera menyatukan mereka semua, kendati mereka berbeda-beda. Dalam seikat sapu lidi, besar dan kuat masing-masing lidi itu berbeda-beda. Akan tetapi, apabila mereka diikat bersama-sama oleh satu ikatan, mereka lebih kuat dari apa saja, bahkan dari yang paling besar dan paling kuat sekalipun di antara mereka.

III. Alasan-alasan yang tepat untuk mengusahakan kesatuan dan kerukunan kristiani ini. Rasul Paulus menekankan sejumlah alasan, untuk mengajak kita agar mengusahakannya.

1. Lihatlah betapa banyak macam kesatuan yang penuh dengan sukacita dan kemuliaan iman Kristen yang kita akui. Harus ada satu hati. Sebab ada satu tubuh, dan satu Roh (ay. 4). Kalau dalam satu tubuh ada dua hati, bagaimana jadinya? Jika hanya ada satu tubuh, maka semua yang menjadi milik tubuh itu harus mempunyai satu hati. Gereja yang am adalah satu tubuh rohani Kristus, dan semua orang Kristen yang baik hanya merupakan satu tubuh saja, yang dipadukan oleh satu peraturan, yaitu peraturan Injil, dihidupkan oleh satu Roh, Roh Kudus yang sama yang dengan segala karunia dan anugerah-Nya menggerakkan, menghidupkan, dan mengatur tubuh itu. Jika kita menjadi milik Kristus, kita semua dihidupkan oleh Roh yang satu dan sama, dan karena itu kita haruslah satu. Sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu. Pengharapan disebutkan di sini karena apa yang menjadi sasarannya, apa yang diharapkan, yaitu harta pusaka sorgawi. Untuk mengharapkan harta itulah kita dipanggil. Semua orang Kristen dipanggil untuk memperoleh pengharapan akan hidup kekal yang sama. Ada satu Kristus yang di dalam-Nya mereka semua berharap, dan satu sorga yang mereka semua harapkan. Oleh karena itu, mereka harus satu hati. Satu Tuhan (ay. 5), yaitu Kristus, Kepala jemaat, yang kepada-Nya, menurut ketetapan Allah, semua orang Kristen langsung tunduk. Satu iman, yaitu Injil, yang berisi ajaran iman Kristen. Atau, anugerah iman yang sama (iman di dalam Kristus) yang dengannya semua orang Kristen diselamatkan. Satu baptisan, yang melaluinya kita mengakui iman kita, dengan dibaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan dengan demikian satu perjanjian sakramen yang sama, yang di dalamnya kita mengikat diri pada Kristus Tuhan. Satu Allah dan Bapa dari semua (ay. 6). Satu Allah, yang mengakui semua anggota jemaat yang sejati sebagai anak-anak-Nya. Sebab Dia adalah Bapa dari semua anggota jemaat itu melalui hubungan khusus, sebagaimana halnya Dia adalah Bapa dari semua manusia melalui penciptaan. Dan Dia di atas semua, oleh kodrat-Nya, dan berkenaan dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang mulia dari sifat-Nya, karena Dia berkuasa atas semua makhluk dan terutama atas jemaat-Nya. Dan oleh semua, melalui pemeliharaan-Nya Ia menopang dan memerintah mereka. Dan di dalam semua, dalam semua orang percaya, yang di dalam mereka Ia berdiam seperti di dalam bait kudus-Nya, dengan Roh dan anugerah istimewa-Nya. Maka, kalau apa yang satu itu ada banyak macam, sayang kalau tidak ditambahkan satu lagi, yaitu satu hati, atau satu jiwa.

2. Lihatlah beragamnya pemberian yang sudah dianugerahkan Kristus kepada orang-orang Kristen: Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Walaupun anggota-anggota jemaat Kristus sepakat dalam begitu banyak hal, ada beberapa hal yang di dalamnya mereka berbeda. Tetapi janganlah ini menumbuhkan perbedaan kasih sayang di antara mereka, karena semuanya berasal dari Pencipta yang sama dan murah hati, dan dimaksudkan untuk tujuan-tujuan agung yang sama. Kepada tiap-tiap dari kita sebagai orang-orang Kristen diberikan kasih karunia, suatu pemberian kasih karunia, dalam jenis atau kadar-kadar tertentu, untuk membantu satu sama lain. Dan kepada tiap-tiap dari kita sebagai hamba-hamba Tuhan diberikan kasih karunia. Kepada sebagian orang, karunia itu diberikan dalam kadar yang lebih besar, kepada yang lain dalam kadar yang lebih kecil. Berbeda-bedanya pemberian hamba-hamba Kristus ternyata membuka peluang besar bagi perselisihan di antara jemaat Kristen mula-mula: yang satu mengaku golongan Paulus, yang lain golongan Apolos. Rasul Paulus menunjukkan bahwa tidak ada alasan apa-apa bagi mereka untuk berselisih tentang pemberian-pemberian itu, tetapi ada banyak alasan untuk sepakat dalam memakainya bersama-sama, untuk membangun semua. Karena semua diberikan menurut ukuran pemberian Kristus, sesuai dengan ukuran yang tampak paling baik untuk diberikan Kristus kepada tiap-tiap orang. Amatilah, semua hamba Tuhan, dan semua anggota Kristus, berutang kepada-Nya atas segala pemberian dan kasih karunia yang mereka miliki. Dan ini merupakan alasan yang baik mengapa kita harus saling mengasihi, karena kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia. Semua orang yang telah diberikan kasih karunia oleh Kristus, dan mereka yang telah menerima pemberian-pemberian-Nya, harus saling mengasihi (meskipun mereka tidak sama-sama besar, berbeda-beda nama, dan berbeda-beda perasaan). Rasul Paulus lalu mengambil kesempatan untuk menyebutkan secara khusus beberapa pemberian yang dianugerahkan Kristus. Dan bahwa pemberian-pemberian itu dianugerahkan oleh Kristus ditunjukkan Paulus melalui kata-kata Daud di mana ia menubuatkan hal ini tentang Kristus (Mzm. 68:19), yang kata nas (ay. 8), yaitu kata sang pemazmur, “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.” Daud menubuatkan kenaikan Kristus. Dan Rasul Paulus menguraikannya di sini, dan dalam tiga ayat berikutnya. Tatkala Ia naik ke tempat tinggi. Kita dapat memahami tempat yang tinggi ini, berdasarkan uraian Rasul Paulus, baik sebagai tempat ke mana Ia naik dalam kodrat manusia-Nya, yaitu sorga tertinggi, maupun khususnya sebagai keadaan yang ke dalamnya Ia diangkat, karena ketika itu Ia sangat ditinggikan dan sangat dimuliakan oleh Bapa-Nya. Marilah kita menetapkan hati untuk merenungkan kenaikan Yesus Kristus. Bahwa Juruselamat kita yang terberkati itu, setelah bangkit dari antara orang mati, naik ke sorga, di mana Ia duduk di sebelah kanan Yang Mulia di tempat tinggi, yang melengkapi bukti bahwa Ia adalah Anak Allah. Sebagaimana para penakluk besar, ketika menaiki kereta kemenangan mereka, biasa diiringi oleh tawanan-tawanan yang paling ternama yang diseret dalam belenggu, dan ingin menebarkan keroyalan dan kemurahan hati mereka kepada para prajurit dan para penonton lain yang melihat kemenangan mereka, demikian pula Kristus, ketika naik ke sorga, sebagai Penakluk yang berkemenangan, membawa tawanan-tawanan. Ini adalah ungkapan yang dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menandakan suatu penaklukan atas musuh-musuh, terutama atas musuh-musuh yang sebelumnya sudah membawa tawanan-tawanan lain (lihat Hak. 5:12). Di sini penawanan diartikan sebagai tawanan-tawanan, dan menandakan semua musuh rohani kita, yang sebelumnya membawa kita sebagai tawanan. Ia menaklukkan mereka yang telah menaklukkan kita, seperti dosa, Iblis, dan maut. Sungguh, Ia sudah menang atas semuanya ini di kayu salib. Tetapi kemenangan itu dilengkapi pada saat kenaikan-Nya, ketika Ia menjadi Tuhan atas segalanya, dan memegang kunci alam maut di tangan-Nya. Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Dalam Mazmur dikatakan, Engkau telah menerima persembahan-persembahan di antara manusia (KJV: untuk manusia). Ia menerima untuk mereka, supaya bisa memberikan banyak pemberian dan kasih karunia kepada mereka. Secara khusus, Ia memperkaya murid-murid-Nya dengan karunia Roh Kudus. Rasul Paulus, dengan berbicara tentang kenaikan Kristus seperti itu, memperhatikan bahwa Kristus juga telah turun (ay. 9). Seolah-olah ia berkata, “Ketika berbicara tentang kenaikan Kristus, Daud menyiratkan pengetahuannya tentang perendahan diri Kristus di bumi. Sebab, ketika dikatakan bahwa Ia naik, tersirat bahwa Ia terlebih dahulu turun. Sebab apa itu naik kalau bukan bukti untuk menunjukkan bahwa Ia sudah turun?” Ke bagian bumi yang paling bawah. Ini mungkin merujuk pada penjelmaan-Nya sebagai manusia, sesuai dengan Mazmur Daud (Mzm. 139:15), tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah. Atau merujuk pada penguburan-Nya, sesuai dengan 10, orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah. Daud menyebut kematian Kristus (menurut beberapa bapa gereja) sebagai turunnya Dia ke bagian bumi yang paling bawah. Ia turun ke bumi dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia. Ia juga turun ke bumi dalam penguburan-Nya. Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit (ay. 10), jauh lebih tinggi dari udara dan langit berbintang (yang kasat mata), ke dalam sorga tertinggi. Untuk memenuhkan segala sesuatu, memenuhkan semua anggota jemaat-Nya, dengan segala pemberian dan kasih karunia yang sesuai dengan keadaan dan kedudukan masing-masing. Perhatikanlah, Tuhan kita merendahkan diri terlebih dahulu, baru kemudian ditinggikan. Ia turun terlebih dahulu, baru kemudian naik. Selanjutnya Rasul Paulus memberi tahu kita apa pemberian-pemberian yang diberikan Kristus pada saat kenaikan-Nya: Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, dst. (ay. 11). Sungguh, Ia sudah mengutus sebagian dari orang-orang ini sebelum kenaikan-Nya (Mat. 10:1-5). Tetapi kemudian satu orang ditambahkan lagi (Kis. 1:26). Dan mereka semua ditahbiskan pada jabatan mereka secara lebih khidmat, dan diteguhkan di depan umum, melalui pencurahan Roh Kudus secara kasat mata oleh Kristus atas mereka dengan cara dan ukuran yang luar biasa. Perhatikanlah, pemberian agung yang diberikan Kristus kepada jemaat pada saat kenaikan-Nya adalah pelayanan damai sejahtera dan pendamaian. Karunia pelayanan adalah buah dari kenaikan Kristus. Dan hamba-hamba Tuhan mempunyai karunia yang beraneka ragam, yang kesemuanya diberikan kepada mereka oleh Tuhan Yesus. Para pekerja yang diberikan Kristus kepada jemaat-Nya ada dua macam. Yang pertama, para pekerja yang luar biasa, yang diangkat ke jabatan yang lebih tinggi di dalam jemaat. Mereka inilah rasul-rasul, nabi-nabi, dan pemberita-pemberita Injil. Yang terutama dari mereka adalah para rasul. Mereka ini dipanggil langsung oleh Kristus, dilengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang luar biasa dan kuasa untuk mengadakan mujizat, beserta kemampuan untuk tidak bisa keliru dalam menyampaikan kebenaran-Nya. Dan, karena mereka merupakan saksi-saksi dari mujizat-mujizat dan pengajaran-Nya, Ia mengutus mereka untuk menyebarkan Injil dan menanam serta mengatur jemaat-jemaat. Nabi-nabi tampaknya adalah mereka yang menjelaskan tulisan-tulisan Perjanjian Lama, dan menubuatkan hal-hal yang akan datang. Pemberita-pemberita Injil adalah mereka yang ditahbiskan (2Tim. 1:6), yang dibawa oleh para rasul sebagai kawan-kawan seperjalanan (Gal. 2:1), dan yang mereka utus untuk mengurus dan memantapkan jemaat-jemaat yang sudah ditanam oleh para rasul sendiri (Kis. 19:22). Dan, karena tidak terpaku pada satu tempat tertentu, mereka harus terus bekerja sampai dipanggil kembali oleh para rasul (2Tim. 4:9). Yang kedua, hamba-hamba Tuhan yang biasa, yang bekerja dalam ruang lingkup yang lebih rendah dan lebih sempit, seperti gembala-gembala dan pengajar-pengajar. Menurut sebagian orang, dua sebutan ini menandakan satu jabatan, yang menyiratkan bahwa kewajiban memimpin dan mengajar tercakup di dalamnya. Menurut sebagian yang lain, yang dimaksudkan dengan dua sebutan itu adalah dua jabatan yang berbeda, yang kedua-duanya bersifat biasa, dan akan selalu dipakai di dalam jemaat. Gembala-gembala adalah mereka yang ditetapkan sebagai kepala dari jemaat-jemaat tertentu, dengan maksud untuk membimbing, mengajar, dan memberi mereka makan dengan cara yang ditetapkan oleh Kristus. Mereka ini juga sering disebut sebagai para penilik jemaat dan penatua. Dan pengajar-pengajar adalah mereka yang pekerjaannya juga memberitakan Injil dan mengajar orang dengan cara memberi nasihat. Kita melihat di sini bahwa adalah hak istimewa Kristuslah untuk menunjuk siapa pekerja dan apa jabatan yang dikehendaki-Nya di dalam jemaat-Nya. Dan betapa kayanya jemaat, yang sejak awal mempunyai para pekerja yang begitu beragam, dan masih mempunyai pemberian-pemberian yang begitu beragam! Betapa baiknya Kristus kepada jemaat-Nya! Betapa Ia penuh perhatian dan peduli untuk membangunnya! Ketika naik, Ia mendapatkan karunia Roh Kudus. Karunia-karunia Roh Kudus itu bermacam-macam. Ada karunia yang lebih besar, ada yang lebih kecil. Tetapi semuanya demi kebaikan tubuh jemaat, yang membawa kita pada alasan ketiga.

3. Alasan ini didasarkan atas maksud dan tujuan Kristus yang agung dalam memberikan pemberian-pemberian kepada manusia. Pemberian-pemberian Kristus dimaksudkan demi kebaikan jemaat-Nya, dan untuk memajukan kerajaan serta kepentingan-Nya di antara manusia. Semuanya ini dimaksudkan untuk satu tujuan bersama, dan karena itu merupakan alasan yang baik mengapa semua orang Kristen harus hidup rukun dalam kasih persaudaraan, dan tidak saling iri hati terhadap pemberian orang lain. Semuanya untuk memperlengkapi orang-orang kudus (ay. 12). Maksudnya, sesuai dengan makna dalam bahasa aslinya, supaya orang yang sudah kacau-balau karena dosa bisa kembali hidup secara rohani dan teratur, dan kemudian semua itu untuk menguatkan, meneguhkan, dan memajukan mereka dalam kehidupan itu, sehingga tiap-tiap dari mereka, dalam kedudukan dan tugas masing-masing, bisa menyumbangkan sesuatu demi kebaikan semua. Bagi pekerjaan pelayanan, atau bagi pekerjaan penyampaian, yaitu supaya mereka menyampaikan ajaran-ajaran Injil, dan berhasil menjalankan apa yang menjadi bagian pelayanan mereka. Bagi pembangunan tubuh Kristus, yaitu untuk membangun jemaat, yang merupakan tubuh mistis atau rohani Kristus, dengan meningkatkan pemberian-pemberian dan menambah anggota-anggota baru. Semuanya dimaksudkan untuk mempersiapkan kita bagi sorga: Sampai kita semua telah mencapai, dst. (ay. 13). Sebagian dari pemberian-pemberian dan pekerjaan-pekerjaan yang sudah dibicarakan sebelumnya harus diteruskan di dalam jemaat sampai orang-orang kudus menjadi sempurna, yang tidak akan terjadi sampai mereka semua telah mencapai kesatuan iman (sampai semua orang percaya yang sungguh-sungguh berkumpul bersama-sama, melalui iman yang mulia yang sama itu) dan mencapai pengetahuan yang benar tentang Anak Allah. Yang harus kita pahami dengan pengetahuan ini bukan semata-mata pengetahuan yang bersifat mereka-reka, atau pengakuan yang asal-asalan akan Kristus sebagai Anak Allah dan Pengantara yang agung, melainkan pengetahuan dan pengakuan yang disertai dengan penghayatan dan perasaan, dengan segala hormat, kepercayaan, dan kepatuhan yang sepatutnya diberikan. Sampai mereka semua mencapai kedewasaan penuh, sampai segala pemberian dan kasih karunia kita bertumbuh penuh, dan bebas dari segala kelemahan yang bersifat kekanak-kanakan yang masih melingkupi kita di dunia sekarang ini. Dan sampai mereka semua mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga mereka menjadi orang-orang Kristen yang betul-betul dewasa dan matang dalam segala kasih karunia yang berasal dari kepenuhan Kristus. Atau, sesuai tingkat pertumbuhan yang diperlukan untuk mencapai kepenuhan Kristus, yaitu untuk melengkapi tubuh mistis-Nya. Nah, kita tidak akan pernah menjadi manusia sempurna sampai kita berada di dunia yang sempurna. Ada kepenuhan di dalam Kristus, kepenuhan yang berasal dari-Nya. Ukuran tertentu dari kepenuhan itu, dan tingkat pertumbuhannya, ditentukan oleh hikmat Allah untuk setiap orang percaya, dan kita tidak pernah mencapai tingkat itu sebelum sampai di sorga. Anak-anak Allah, selama berada di dunia ini, terus bertumbuh. Menurut Dr. Lightfoot, Rasul Paulus di sini berbicara tentang orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi yang terjalin dalam kesatuan iman dan pengetahuan akan Anak Allah, sehingga tercipta manusia yang sempurna, dan mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Rasul Paulus lebih jauh menunjukkan, dalam ayat 14-16, apa maksud Allah dalam ketetapan-ketetapan kudus-Nya, dan apa seharusnya dampak dari semua itu bagi kita. Seperti,

(1) Bahwa kita bukan lagi anak-anak, dst. (ay. 14). Maksudnya, supaya kita tidak lagi menjadi anak-anak dalam pengetahuan, lemah dalam iman, dan goyah dalam penilaian-penilaian kita, mudah menyerah setiap kali ada godaan, mengikuti kesenangan hati orang, dan mau saja menuruti orang. Anak-anak mudah ditipu. Kita harus memperhatikan ini, dan berjaga-jaga supaya tidak mudah diombang-ambingkan, seperti kapal tanpa pemberat, seperti awan-awan di udara, oleh rupa-rupa ajaran yang tidak ada kebenaran dan isi di dalamnya tetapi kosong belaka dan buyar sendiri ke mana-mana, dan karena itu ibarat angin saja. Oleh permainan palsu manusia. Ini bahasa kiasan yang diambil tentang pemain sulap, dan menandakan kelicikan penggoda-penggoda yang jahat. Dan oleh kelicikan mereka, yang dimaksudkan adalah kelihaian mereka dalam menemukan cara-cara untuk menggoda dan menipu. Sebab selanjutnya dikatakan, yang dengannya mereka menyesatkan, seperti orang yang menunggu di balik semak-semak untuk memerangkap mereka yang lemah, dan menjauhkan mereka dari kebenaran. Perhatikanlah, pasti sangat jahat dan fasik orang yang sampai berniat menggoda dan menipu orang lain ke dalam ajaran-ajaran palsu dan kesesatan-kesesatan. Rasul Paulus menggambarkan mereka di sini sebagai orang-orang rendah, yang menggunakan segala macam cara dan kelicikan Iblis untuk mencapai tujuan mereka itu. Cara terbaik yang bisa kita pakai untuk membentengi diri dari orang-orang seperti itu adalah dengan mempelajari sabda-sabda yang kudus, dan berdoa meminta pencerahan dan anugerah Roh Kristus, supaya kita tahu kebenaran yang ada di dalam Yesus, dan teguh di dalamnya.

(2) Bahwa kita harus mengatakan kebenaran di dalam kasih (ay. 15, KJV), atau mengikuti kebenaran di dalam kasih, atau bersikap tulus di dalam kasih terhadap sesama orang Kristen. Sementara kita teguh berpegang pada ajaran Kristus, yang merupakan kebenaran, kita harus hidup di dalam kasih satu terhadap yang lain. Kasih adalah sesuatu yang unggul. Tetapi kita harus berusaha menjaga kebenaran bersama-sama dengan kasih. Kebenaran adalah suatu hal yang unggul. Namun kita diharuskan untuk mengatakannya di dalam kasih, dan bukan dalam pertikaian. Keduanya ini harus berjalan bersama-sama, yaitu kebenaran dan damai sejahtera.

(3) Bahwa kita harus bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus. Ke arah Kristus, sehingga berakar lebih dalam di dalam Dia. Di dalam segala hal, dalam pengetahuan, kasih, iman, dan semua bagian dari manusia baru. Kita harus bertumbuh menjadi dewasa, sebagai lawan dari menjadi anak-anak. Orang-orang Kristen yang bertambah baik adalah mereka yang bertumbuh ke arah Kristus. Semakin kita bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, iman di dalam Dia, kasih kepada-Nya, dan kebergantungan pada-Nya, semakin kita akan berkembang dalam setiap kasih karunia. Dia adalah Kepala, dan karena itu kita harus bertumbuh, supaya dengan begitu kita dapat menghormati Kepala kita. Pertumbuhan kristiani membawa kemuliaan bagi Kristus.

(4) Kita harus saling membantu dan menolong, sebagai anggota-anggota dari tubuh yang sama (ay. 16). Di sini Rasul Paulus membuat perbandingan antara tubuh alami dan tubuh mistis Kristus, tubuh yang Kepalanya adalah Kristus. Dan ia mencermati bahwa sebagaimana sesama anggota tubuh harus bersatu dan berhubungan satu dengan yang lain, supaya mereka bertumbuh dan berkembang, demikian pula harus ada kasih dan kesatuan, beserta buah-buahnya yang semestinya, di antara orang-orang Kristen, supaya mereka berkembang secara rohani dan bertumbuh di dalam kasih karunia. Dari pada-Nyalah (yaitu dari Kristus Kepala mereka, yang memberikan pengaruh dan makanan untuk bertumbuh kepada tiap-tiap anggota), seluruh tubuh, – yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu (di mana mereka disatukan secara teratur dan teguh, dengan setiap orang menempati tempat dan kedudukannya masing-masing) oleh pelayanan semua bagiannya (oleh bantuan yang diberikan setiap bagian, dengan disatukan seperti itu, kepada keseluruhan, atau oleh Roh, iman, kasih, sakramen-sakramen, dst., yang seperti pembuluh darah di dalam tubuh berfungsi untuk menyatukan orang-orang Kristen dengan Kristus Kepala mereka, dan dengan satu sama lain sebagai sesama anggota), sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota (maksudnya, menurut sebagian orang, sesuai dengan kuasa yang dikerahkan Roh Kudus untuk membuat sarana yang ditunjuk Allah berhasil mencapai tujuan agung ini, dengan tingkat yang dianggap Kristus cukup dan pantas untuk setiap anggota, sesuai dengan kedudukan dan tugas masing-masing di dalam tubuh. Atau, menurut sebagian yang lain, sesuai dengan kuasa Kristus, yang sebagai Kepala, memengaruhi dan menghidupkan setiap anggota. Atau, menurut pekerjaan yang berhasil dari setiap anggota dalam menyampaikan kepada orang lain apa yang sudah diterimanya, pertumbuhan diberikan kepada mereka semua menurut kadar masing-masing, dan sesuai dengan keadaan tiap-tiap anggota) – menerima pertumbuhannya, pertumbuhan yang sesuai untuk tubuh. Perhatikanlah, tiap-tiap orang Kristen menerima pemberian dan kasih karunia dari Kristus demi kebaikan dan keuntungan seluruh tubuh. Tiap-tiap anggota membangun dirinya dalam kasih. Kita dapat memahami ini dengan dua cara: Bahwa semua anggota tubuh jemaat dapat memperoleh kasih terhadap Kristus dan terhadap satu sama lain dalam tingkat yang lebih tinggi. Atau, bahwa mereka digerakkan untuk bertindak dengan cara yang sudah disebutkan berdasarkan kasih kepada Kristus dan kepada satu sama lain. Perhatikanlah, saling mengasihi di antara orang-orang Kristen sangat membantu pertumbuhan rohani. Di dalam kasihlah tubuh membangun dirinya sendiri, sedangkan kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan.

Tuhan Yesus memberkati

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung