Rabu, 04 September 2019

Yesus memanggil Kita untuk Melayani Dia



YESUS MEMBERITAKAN INJIL DARI DESA KE KOTA
Matius 9:35-38 (TB)


1    35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. 2)      36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.3)      37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.4)      38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Perikop ini merupakan, I. Kesimpulan dari perikop-perikop sebelumnya yang mengetengahkan ajaran-ajaran dan mujizat-mujizat Kristus (ay. 35); Ia berkeliling ke semua kota dan desa untuk memberitakan Injil dan melenyapkan segala penyakit. Ungkapan ini sama dengan ungkapan yang sudah kita lihat sebelumnya dalam 4:23. Pasal tersebut merupakan pengantar pada bacaan-bacaan yang lebih khusus menjelaskan ajaran-ajaran Kristus (psl. 5, 6, dan 7) dan mujizat-mujizat-Nya (psl. 8 dan 9). 

Dalam perikop ini, ungkapan itu diulangi lagi dengan lebih indah pada bagian penutup untuk menyimpulkan contoh-contoh khusus peristiwa mujizat yang diadakan Kristus sebagai quod erat demonstrandum inti yang ingin dibuktikan. Ungkapan tersebut diulangi seolah-olah penulis Injil ini ingin mengatakan,"sekarang saya harap saya sudah menuliskan semuanya, dengan menyajikan kejadian-kejadian khusus yang merupakan contoh dari ajaran-ajaran Kristus dan penyembuhan-penyembuhan yang diadakan-Nya. Sekarang Saudara sudah melihat khotbah-khotbah utama Kristus dan beberapa kejadian khusus mengenai penyembuhan-penyembuhan-Nya, yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran ajaran-Nya: semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya." Sebagian orang berpendapat bahwa ini merupakan perjalanan keliling Kristus yang kedua kalinya di Galilea; Ia mengunjungi kembali orang-orang yang sudah diajari-Nya sebelumnya. Walaupun orang-orang Farisi mencela dan melawan-Nya, Dia tetap melanjutkan pekerjaan-Nya; Dia memberitakan Injil Kerajaan Sorga. Dia memberi tahu mereka sebuah kerajaan anugerah dan kemuliaan, yang mulai dari sekarang akan didirikan di bawah pemerintahan Sang Pengantara: ini sungguh merupakan Injil, yaitu kabar baik, berita kesukaan besar. Perhatikanlah bagaimana Kristus di dalam pengajaran-Nya memberikan perhatian terhadap:

Tempat-tempat terpencil. Ia tidak hanya mengunjungi kota-kota besar dan megah, melainkan juga desa-desa miskin dan terpencil. Di sana Ia memberitakan Injil dan menyembuhkan segala penyakit. Jiwa-jiwa orang yang paling hina di dunia ini sama berharganya seperti jiwa-jiwa orang-orang besar bagi Kristus, dan harus demikian pula bagi kita. Kaya dan miskin, pejabat dan petani, semuanya berkumpul bersama di dalam Dia: perbuatan-Nya yang adil terhadap orang-orang-Nya di pedusunan harus ditunjukkan kembali (Hak. 5:11).

Tempat-tempat ibadat umum. Ia mengajar di rumah-rumah ibadat:
(1) Supaya Ia bisa memberikan kesaksian kepada sidang majelis yang ada di sana, walaupun pada waktu itu ada sejumlah penyimpangan yang mereka lakukan. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang.
(2) Supaya Ia mendapat kesempatan untuk berkhotbah di sana, di mana orang berkumpul bersama dengan harapan untuk mendengarkan khotbah. Di kemudian hari, bahkan ketika gereja Injil telah dibangun dan pertemuan-pertemuan ibadah Kristen sudah didirikan, para rasul masih sering berkhotbah di tempat-tempat ibadat orang Yahudi. Hikmat orang bijak adalah memanfaatkan setiap kesempatan untuk hal yang terbaik.

II. Perikop ini merupakan pendahuluan atau pengantar bagi pasal berikutnya yang menceritakan tentang Kristus mengutus rasul-rasul-Nya. Ia memerhatikan orang banyak (ay. 36); Ia tidak hanya memerhatikan orang banyak yang mengikuti-Nya, melainkan juga orang banyak yang (sambil Ia lewat) dilihat-Nya memenuhi daerah pedesaan. Ia memerhatikan bagaimana kota-kota dan desa-desa itu dipenuhi dengan jiwa-jiwa, dan betapa padat penduduknya; bagaimana banyaknya jemaat di setiap rumah ibadat, dan bagaimana gerbang-gerbangnya dipenuhi dengan kumpulan orang banyak. Sungguh pesatnya pertumbuhan penduduk bangsa itu sekarang, dan ini merupakan hasil dari berkat Allah atas Abraham. Melihat orang banyak itu:

Ia mengasihani mereka dan peduli dengan mereka (ay. 36); tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan terhadap mereka, bukan tergerak karena masalah duniawi, seperti ketika Ia mengasihani orang buta, orang lumpuh, dan orang sakit, melainkan karena masalah rohani. Ia merasa tergerak karena melihat mereka hidup dalam kebodohan dan kecerobohan, dan segera binasa karena tiadanya pengertian rohani. Perhatikanlah, Yesus Kristus adalah Teman yang sangat berbelas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang berharga. Belas kasihan-Nya tergerak secara khusus. Dan belas kasihan terhadap jiwa-jiwa itulah yang membawa-Nya turun dari sorga ke bumi, dan dari situ ke kayu salib. Kesengsaraan adalah objek sasaran belas kasihan; dan kesengsaraan yang dirasakan oleh jiwa-jiwa yang berdosa dan yang menghancurkan diri sendiri adalah kesengsaraan yang paling mendalam. Kristus terutama sangat mengasihani orang-orang yang justru paling tidak mengasihani diri mereka sendiri, dan demikianlah pula kita seharusnya. Belas kasihan yang paling Kristiani adalah belas kasihan terhadap jiwa-jiwa; inilah belas kasihan yang paling menyerupai belas kasihan Kristus. Lihatlah apa yang menggerakkan belas kasihan Kristus ini.

(1) Mereka lelah; mereka miskin, susah, dan letih. Mereka terlantar, yang satu terlepas dari yang lain; tongkat persaudaraan mereka sudah patah (Za. 11:14). Jiwa-jiwa mereka perlu bantuan, dan di tangan mereka tidak ada sesuatu yang baik yang berguna. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menjejali mereka dengan gagasan-gagasan kosong, membebani mereka dengan tradisi-tradisi nenek moyang, dan menyesatkan mereka ke dalam banyak kesalahan. Mereka tidak diajarkan mengenai kewajiban mereka dan tidak kenal luasnya hukum ilahi dan sifat kerohanian dari hukum Taurat. Inilah yang membuat mereka lelah. Bagaimana mungkin ada kesehatan, kehidupan dan semangat rohani yang baik dalam jiwa-jiwa ini kalau mereka hanya diberi makan dengan sekam dan abu, dan bukannya dengan roti hidup? Jiwa-jiwa yang berharga akan merasa lelah ketika harus menunaikan kewajiban, ketika melawan godaan, dan ketika menanggung derita, kalau mereka tidak diberi makanan bergizi dari firman kebenaran.

(2) Mereka terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Ungkapan ini diambil dari 1 Raja-raja 22:17, dan menggambarkan keadaan yang menyedihkan dari orang-orang yang tidak mempunyai pemandu yang setia yang menuntun mereka di dalam perkara-perkara mengenai Allah. Tidak ada makhluk lain yang lebih mudah tersesat dibandingkan domba, dan apabila domba tersesat, ia menjadi semakin tidak berdaya, bingung, terancam bahaya, dan susah mencari jalan pulang. Jiwa-jiwa yang berdosa seperti domba yang hilang, mereka butuh petunjuk jalan dari gembala untuk membawa mereka pulang. Guru-guru Yahudi mengaku bahwa mereka adalah gembala, tetapi Kristus berkata bahwa mereka bukan gembala, karena mempunyai gembala seperti mereka itu lebih buruk daripada tidak mempunyai gembala sama sekali. Mereka adalah gembala-gembala malas yang menuntun orang semakin jauh dari jalan yang benar, dan bukannya membawa orang kembali pulang; mereka hanya menipu kawanan domba, dan bukannya memberi makan. Mereka seperti gembala-gembala yang digambarkan dalam Yeremia 23:1, dst. dan Yehezkiel 34:2, dst. Perhatikanlah, sangatlah menyedihkan melihat orang yang benar-benar tidak mempunyai pelayan Tuhan, atau mereka yang mempunyai pelayan Tuhan, tetapi sama buruknya dengan tidak mempunyai pelayan Tuhan sama sekali. Pelayan-pelayan yang demikian hanya mencari kepentingan diri sendiri, bukannya kepentingan Kristus dan jiwa-jiwa.

Ia menggugah murid-murid-Nya untuk berdoa bagi mereka. Rasa kasihan-Nya membuat Dia merancang suatu sarana demi kebaikan orang-orang ini. Tampak bahwa (Luk. 6:12-13) pada kejadian ini, sebelum Ia mengutus para rasul-Nya, Ia sendiri menghabiskan banyak waktu untuk berdoa. Perhatikanlah, kita harus mendoakan orang-orang yang kita kasihani. Setelah berdoa kepada Allah bagi mereka, Ia berbalik kepada murid-murid-Nya dan memberi tahu mereka,
(1) Bagaimana duduk permasalahannya; tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Orang menginginkan pengajaran yang baik, namun hanya ada sedikit pengajar yang baik. Jadi, ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan ada banyak hal baik yang besar mungkin untuk dilakukan, namun dibutuhkan tangan-tangan yang mau melakukan pekerjaan itu.

[1] Sangatlah membesarkan hati bahwa tuaian itu begitu banyak. Wajar saja kalau ada sangat banyak orang yang membutuhkan pengajaran, tetapi yang sering terjadi adalah bahwa orang yang memerlukan dan menginginkannya tidak selalu bisa menerimanya. Orang yang diberi pengajaran tidak baik ingin diajar dengan lebih baik; harapan-harapan mereka meningkat, dan perasaan-perasaan mereka tergerak, sesuai dengan hal-hal baik yang sudah dijanjikan kepada mereka. Perhatikanlah, sungguh merupakan berkat Tuhan kalau kita melihat orang-orang menyukai pengajaran yang baik. Lembah-lembah kini sudah dipenuhi jagung, dan semoga semuanya bisa dipetik dan dikumpulkan dengan baik. Ini sungguh merupakan kesempatan emas, yang menuntut perhatian dan ketekunan yang berlipat ganda untuk memanfaatkannya; hari panen memang seharusnya menjadi hari yang sangat sibuk.

[2] Sayang sekali bahwa walaupun tuaian itu banyak, namun para pekerja yang tersedia begitu sedikit; bahwa jagung itu akan jatuh dan membusuk di tanah karena kekurangan penuai; penganggur banyak, tetapi pekerja sangat sedikit. Perhatikanlah, tidaklah baik jika di dalam gereja pekerjaan baik tidak dilakukan, atau dikerjakan dengan lamban, karena kekurangan para pekerja; apabila ini terjadi, maka para pekerja yang ada haruslah lebih giat lagi.

(2) Apa kewajiban murid-murid dalam hal ini (ay. 38); Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian. Perhatikanlah, bila kita melihat ada hal-hal yang menyedihkan pada suatu masa, bila ada jiwa-jiwa berharga yang hidup dalam keadaan yang mengkhawatirkan, maka ini haruslah membangkitkan semangat kita dan membuat kita tergugah untuk berdoa bagi mereka. Ketika segala sesuatunya tampak mengecilkan hati, kita harus berdoa lebih giat lagi, dan mengurangi keluhan dan rasa takut kita. Kita juga harus menyesuaikan doa-doa kita dengan kepentingan-kepentingan gereja pada saat ini; kita harus mengerti masa apa yang sedang kita jalani sekarang, seperti mengetahui bukan hanya apa yang harus dilakukan bangsa Israel, melainkan juga apa yang harus didoakan bangsa Israel. Perhatikanlah:

[1] Allah adalah Tuan yang empunya tuaian; Bapa-Kulah pengusahanya (Yoh. 15:1). Kebun itu adalah kebun anggur Tuhan semesta alam (Yes. 5:7). Tuaian itu dikumpulkan bagi-Nya dan untuk melayani-Nya, untuk pekerjaan dan kehormatan-Nya. Kamu adalah kawan sekerja Allah (1Kor. 3:9); pengirik-Nya dan jagung di ladang-Nya (Yes. 21:10, KJV). Ia memberikan perintah sesuai dengan kehendak-Nya atas segala sesuatu yang berhubungan dengan tuaian itu; kapan dan di mana para pekerja akan bekerja, dan berapa lama. Mereka yang ingin ambil bagian dalam pekerjaan menuai itu boleh merasa terhibur bahwa Allah sendirilah yang memimpin, yang pasti akan mengatur segala sesuatunya dengan sempurna.

[2] Para pelayan Tuhan adalah, dan harus menjadi, pekerja-pekerja dalam tuaian Allah; pelayanan adalah suatu pekerjaan, dan harus dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pelayanan itu adalah pekerjaan menuai, suatu pekerjaan yang dibutuhkan. Pekerjaan ini menghendaki agar segala sesuatunya harus dilakukan pada masanya, dan dibutuhkan ketekunan untuk menuntaskannya. Namun pekerjaan ini sungguh menyenangkan; mereka menuai dengan sukacita, dan sukacita yang dirasakan para pengabar Injil disamakan dengan sukacita di waktu panen (Yes. 9:1-2). Orang yang menuai menerima upahnya; upah pekerja yang menyabit rumput di ladang Allah tidak akan ditahan, seperti upah buruh yang digambarkan dalam Yakobus 5:4.
[3] Allah-lah yang mengirim pekerja-pekerja, sedangkan Kristus mempersiapkan pelayan-pelayan Tuhan (Ef. 4:11); Dialah yang menetapkan pekerjaan, menentukan persyaratannya, dan memberikan panggilannya. Orang yang bekerja tanpa diutus, yang tidak memenuhi syarat, dan yang tidak mendapat panggilan, tidak akan diakui maupun dibayar sebagai pekerja. Bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus?

[4] Semua orang yang mengasihi Kristus dan mengasihi jiwa-jiwa harus menunjukkannya dengan berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah, terutama apabila tuaiannya banyak, agar Dia mau mengirimkan pekerja-pekerja yang sangat ahli, setia, bijaksana, dan rajin, untuk mengerjakan tuaian-Nya. Mereka juga harus berdoa agar Dia mau membangkitkan pekerja-pekerja yang sesuai dengan kehendak-Nya, untuk mempertobatkan para pendosa dan meneguhkan orang-orang beriman. Juga agar Dia mau memberi mereka semangat untuk melakukan pekerjaan itu, memanggil mereka untuk melaksanakannya, dan membuat mereka berhasil dalam menjalankannya. Akhirnya, agar Dia mau memberi mereka hikmat untuk memenangkan jiwa-jiwa dan agar Dia mau memberikan dorongan bagi para pekerja. Bila ada sebagian orang yang menunjukkan keengganan untuk terus bekerja, karena kelemahan mereka sendiri, atau pengaruh buruk orang lain, atau perlawanan dari manusia yang berusaha membujuk mereka keluar dari pekerjaan menuai itu, maka kita harus berdoa agar semua pertentangan dari dalam dan dari luar dapat diselesaikan dan diatasi dengan baik. Kristus mendorong teman-teman sekerja-Nya untuk mendoakan hal ini tepat sebelum Dia mengutus mereka bekerja di dalam tuaian. Perhatikanlah, bila Allah hendak menganugerahkan suatu belas kasihan kepada orang-orang tertentu, Ia akan mengobarkan semangat orang-orang lain untuk berdoa, untuk mencari-Nya di takhta anugerah-Nya (Mzm. 10:17). Perhatikanlah dengan lebih saksama bahwa Kristus mengatakan ini kepada para murid-Nya yang akan diangkat sebagai para pekerja. Mereka harus berdoa,
pertama, agar Allah mau mengutus mereka; ini aku, utuslah aku (Yes. 6:8). Perhatikanlah, pengutusan yang diberikan sebagai jawaban doa besar kemungkinannya untuk berhasil. Paulus adalah bejana terpilih, karena lihatlah, ia berdoa (Kis. 9:11, 15). 

Kedua, agar Allah mau mengutus orang lain juga. Perhatikanlah, bukan hanya umat, melainkan juga pelayan-pelayan Tuhan sendiri harus berdoa agar pelayan-pelayan Tuhan bisa bertambah banyak. Memang ada sebagian orang, karena perasaan mementingkan diri sendiri, ingin mempunyai tempat tersendiri dalam pelayanan (lebih sedikit pelayan Tuhan, lebih tinggi kedudukan mereka), tetapi mereka yang mencari-cari kepentingan Kristus pasti rindu agar para pekerja bisa bertambah banyak, supaya ada lebih banyak pekerjaan yang bisa dilakukan, walaupun kehormatan mereka sendiri bisa menjadi pudar dengan adanya pekerja-pekerja lainnya itu.

=======WALHEBAK WAAAA=======
 

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung