PESAN- PESAN UNTUK MENGIKUT YESUS
MATIUS, 10:16-42
Matius 10:16-23, 25-42 (TB)16 "Lihat, Aku mengutus
kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik
seperti ular dan tulus seperti merpati.17 Tetapi
waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada
majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.18 Dan karena
Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu
kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.19 Apabila
mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang
harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat
itu juga.20 Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang
akan berkata-kata di dalam kamu.21 Orang akan menyerahkan saudaranya untuk
dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan
memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.22 Dan kamu akan
dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada
kesudahannya akan selamat.23 Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang
satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.25
Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi
seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut
Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.26 Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka,
karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.27 Apa yang Kukatakan
kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke
telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah.28 Dan janganlah kamu takut
kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh
jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun
tubuh di dalam neraka.29 Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun
seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.30 Dan
kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya.31 Sebab itu janganlah kamu takut,
karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.32 Setiap orang yang
mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang
di sorga.33 Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan
menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga."34 "Jangan kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk
membawa damai, melainkan pedang.35 Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari
ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,36
dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.37 Barangsiapa mengasihi bapa
atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa
mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku.38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak
bagi-Ku.39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya,
dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.40
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia
menyambut Dia yang mengutus Aku.41 Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai
nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar
sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.42 Dan barangsiapa
memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini,
karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan
upahnya dari padanya."
Pengantar
Semua ayat di atas
menggambarkan penderitaan-penderitaan yang akan dialami para hamba Kristus
dalam melaksanakan tugas mereka. Di sini mereka diajar untuk sadar akan hal ini
dan bersiap-siap menghadapinya. Mereka juga diberi petunjuk bagaimana harus
menanggung penderitaan itu dan bagaimana terus bekerja di tengah-tengah
penderitaan yang mereka alami. Bagian khotbah ini melihat jauh ke depan
melebihi apa yang terjadi pada tugas murid-murid sekarang ini, karena kita
tidak mendapati mereka menjumpai penderitaan atau penganiayaan-penganiayaan
besar ketika Kristus masih bersama mereka, dan juga mereka tidak mampu
menanggungnya dengan baik. Sebaliknya, di sini mereka diberi peringatan
mengenai berbagai kesukaran yang akan mereka jumpai sesudah kebangkitan
Kristus, ketika tugas amanat mereka diperluas dan Kerajaan Sorga, yang sekarang
belum tiba kedatangannya, akan benar-benar ditegakkan. Selama ini murid-murid
hanya membayangkan kemegahan dan kekuasaan lahiriah, namun sekarang Kristus
memberi tahu bahwa mereka harus berharap akan datangnya penderitaan-penderitaan
yang lebih besar daripada yang sudah mereka alami selama ini, dan bahwa mereka
akan diseret ke dalam penjara, walaupun sebenarnya mereka berharap akan
dijadikan penguasa. Baik bagi kita untuk diberi tahu sebelumnya mengenai
kesulitan-kesulitan yang akan kita jumpai, supaya kita bisa mempersiapkan diri
untuk itu dan tidak menyombongkan diri seolah-olah kita sudah melepaskan kuk,
padahal sebenarnya kita masih terbelit olehnya.
Dalam perikop ini ada dua hal
utama yang bercampur baur: I. Nubuat tentang penderitaan, dan II. Pesan-pesan
berupa nasihat dan penghiburan untuk menghadapi penderitaan itu.
I. Dalam perikop ini
diceritakan tentang nubuat-nubuat tentang penderitaan yang harus dihadapi
murid-murid dalam melaksanakan tugas mereka. Kristus sudah tahu sebelumnya
penderitaan-penderitaan apa yang akan mereka alami, seperti halnya Ia tahu
terlebih dulu penderitaan-penderitaan-Nya sendiri. Namun demikian, Ia tetap
menyuruh mereka untuk terus maju, seperti yang juga dilakukan-Nya sendiri, dan
memberitahukan semuanya ini terlebih dulu, bukan hanya supaya masalah-masalah
itu tidak membuat mereka terkejut, dan dengan demikian mengguncangkan iman
mereka, tetapi juga supaya pada saat nubuat penderitaan-penderitaan itu
terbukti kebenarannya, iman mereka bisa dikuatkan.
Ia memberi tahu mereka apa
yang harus mereka derita, dan dari siapa datangnya penderitaan itu.
Apa yang harus mereka derita.
Pastinya ini sesuatu yang sulit, karena, lihat, Aku mengutus kamu seperti domba
ke tengah-tengah serigala (ay. 16). Apa yang bisa diharapkan dari kawanan domba
yang lemah, tidak berdaya, dan tidak terlindungi di tengah-tengah kawanan
serigala buas, kecuali bahwa mereka akan merasa cemas dan dicabik-cabik?
Perhatikanlah, orang-orang jahat itu seperti serigala, mereka selalu ingin
memangsa dan menghancurkan. Umat Allah, terutama pelayan-pelayan Tuhan adalah
seperti domba di antara mereka, yang mempunyai sifat dan keinginan yang
berlawanan, dan menjadi mangsa yang empuk dan mudah bagi mereka. Kelihatannya
Kristus tidak berbuat baik dengan menempatkan mereka ke dalam keadaan yang
begitu membahayakan ini, padahal mereka sudah meninggalkan semuanya untuk
mengikuti-Nya. Namun Ia tahu bahwa kemuliaan yang akan diberikan kepada
domba-domba-Nya pada hari penghakiman nanti, ketika mereka akan duduk di
sebelah kanan-Nya, merupakan imbalan yang pantas bagi segala penderitaan dan
pelayanan mereka ini. Mereka seperti domba di tengah-tengah serigala, dan ini
sungguh menakutkan; tetapi Kristuslah yang mengutus mereka, dan ini sungguh
membuat mereka terhibur; karena Ia yang mengutus mereka pasti juga akan melindungi
dan meneguhkan mereka. Tetapi agar mereka tahu hal terburuk apa yang harus
mereka hadapi, Ia memberi tahu mereka secara khusus masalah-masalah apa yang
harus mereka ketahui akan terjadi.
(1) Mereka harus sadar bahwa
mereka akan dibenci (ay. 22). Kamu akan dibenci semua orang oleh karena
nama-Ku. Ini merupakan akar dari semua permasalahan yang lain, dan akar ini
memang pahit. Perhatikanlah, orang-orang yang dikasihi Kristus dibenci oleh
dunia, seperti halnya ada orang yang dibenarkan oleh pengadilan namun dikutuk
oleh negara. Jika dunia membenci Kristus tanpa alasan (Yoh. 15:25), maka tidak
heran juga kalau dunia membenci orang-orang yang membawa citra-Nya dan yang
melayani kepentingan-kepentingan-Nya. Kita benci akan sesuatu yang memuakkan,
dan murid-murid Kristus dianggap sama dengan kotoran dari segala sesuatu (1Kor.
4:13). Kita benci akan sesuatu yang membahayakan, dan mereka dianggap sebagai
orang-orang yang mencelakakan negeri (1Raj. 18:17), dan mendatangkan siksaan
bagi semua orang di sekeliling mereka (Why. 11:10). Sangatlah menyedihkan jika
kita dibenci dan dijadikan sasaran dari niat-niat jahat sesama kita, namun ini
semua terjadi karena nama-Nya. Ungkapan tersebut selain berbicara mengenai
alasan sebenarnya mengapa mereka dibenci, apa pun kesalahan yang dituduhkan
kepada mereka, juga berbicara mengenai penghiburan bagi mereka yang dibenci
itu. Mereka dibenci karena alasan yang baik, dan mereka memiliki seorang Teman
yang baik yang berbagi dengan mereka di dalam penderitaan, dan menanggungkan
penderitaan itu kepada diri-Nya sendiri.
(2) Mereka harus sadar bahwa
mereka akan ditangkap dan dituduh sebagai pembuat onar. Kebencian orang
terhadap mereka itu tidak ada henti-hentinya, dan mereka tidak berdaya untuk
melawannya. Orang tidak hanya akan berusaha, melainkan juga akan berhasil
menyerahkan kamu kepada majelis agama (ay. 17-18), ke dewan-dewan pengadilan
yang bertugas untuk menjaga ketenteraman masyarakat. Perhatikanlah, banyak
kejahatan sering kali dilakukan terhadap orang-orang baik, dengan dalih untuk
menjaga hukum dan keadilan. Di tempat pengadilan ada ketidakadilan,
ketidakadilan yang menghukum (Pkh. 3:16). Mereka harus berharap akan datangnya
masalah, bukan hanya dari hakim-hakim yang lebih rendah di dewan pengadilan,
melainkan juga dari penguasa-penguasa dan raja-raja, sang hakim-hakim
tertinggi. Digiring ke hadapan orang-orang seperti itu dengan tuduhan kejahatan
seperti yang biasa dituduhkan kepada murid-murid Kristus sangatlah menakutkan
dan juga membahayakan, karena kemarahan raja adalah seperti raung singa muda.
Kita sering kali melihat hal ini digenapi dalam kisah para rasul.
(3) Mereka harus sadar benar
bahwa mereka akan dihukum mati (ay. 21). Mereka akan diserahkan untuk dibunuh,
mereka akan mengalami kematian dalam keangkuhan orang dan kemuraman, pada waktu
kematian menunjukkan dirinya sebagai raja yang mengerikan. Kebencian
musuh-musuh mereka sedemikian memuncaknya sehingga mereka sanggup melakukan
semuanya ini. Mereka haus akan darah orang-orang kudus, namun iman dan
kesabaran orang-orang kudus akan tetap teguh menghadapinya: aku tidak
menghiraukan nyawaku sedikit pun, karena semuanya ini terjadi oleh hikmat
Kristus, yang mengubah darah para martir menjadi meterai kebenaran dan benih
gereja. Oleh bala pasukan mulia yang tidak menyayangkan nyawa mereka sendiri
ini Iblis ditaklukkan, dan kerajaan Kristus beserta kepentingan-kepentingannya
menjadi sangat berkembang (Why. 11:11). Mereka dihukum mati sebagai penjahat,
menurut pandangan musuh-musuh mereka, namun sebenarnya mereka diserahkan
sebagai korban persembahan (Flp. 2:17; 2Tim. 4:6), sebagai korban bakaran dan
persembahan pujian bagi kemuliaan Allah dan kebenaran-Nya dan kepentingan-Nya.
(4) Di tengah-tengah
penderitaan ini, mereka harus sadar bahwa mereka akan dicap dengan berbagai
sebutan dan sifat yang paling menjijikkan dan memalukan dari semua yang mungkin
diberikan orang. Para penganiaya mereka di dunia ini akan merasa malu jika
mereka tidak terlebih dulu memberikan kepada murid-murid Kristus
tuduhan-tuduhan palsu yang membuat mereka dihukum, dan dakwaan-dakwaan dan
fitnah-fitnah untuk membenarkan kebiadaban para penganiaya itu sendiri. Dalam
perikop ini disebutkan bahwa murid-murid dipanggil dengan sifat yang teramat
sangat jahat, yaitu sebagai Beelzebul, nama penghulu setan (ay. 25). Mereka
menggambarkan murid-murid Kristus sebagai biang keladi yang melayani
kepentingan kerajaan kegelapan, dan karena mereka tahu bahwa semua orang merasa
membenci Iblis, maka dengan berbuat demikian mereka berusaha membuat
murid-murid Kristus dibenci oleh semua umat manusia. Lihatlah, betapa sudah
tertipunya dunia ini:
[1] Musuh-musuh bebuyutan
Iblis justru digambarkan sebagai teman-temannya. Para rasul, yang meruntuhkan
kerajaan Iblis, malah disebut setan. Demikianlah manusia membuat penilaian sendiri
terhadap hal-hal yang bukan hanya tidak mereka ketahui, melainkan juga yang
mereka benci, yang bertentangan, dan yang merupakan kebalikan dari apa yang
mereka sukai.
[2] Hamba-hamba Iblis akan
dipandang sebagai musuh-musuhnya, dan dengan mengaku berjuang melawan Iblis,
mereka justru bisa melakukan pekerjaannya dengan sangat mudah dan berhasil.
Sering kali orang yang dengan sendirinya merupakan kawan Iblis yang paling
dekat adalah orang yang paling cocok untuk menggiring orang lain menjadi
hamba-hamba Iblis, dan orang yang menggambarkan Iblis dengan gambaran-gambaran
lain justru membuatnya bertakhta di dalam hati mereka sendiri. Untunglah, akan
datang harinya ketika (seperti yang dinyatakan dalam ay. 26) apa yang
tersembunyi akan dibukakan.
(5) Penderitaan-penderitaan
ini digambarkan di sini dengan pedang dan pemisahan (ay. 34-35). Jangan kamu
menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai, damai yang hanya sementara saja
dan kemakmuran lahiriah. Mereka menyangka Kristus datang untuk memberikan kekayaan
dan kekuasaan di dunia ini kepada semua pengikut-Nya. "Oh tidak,"
kata Kristus, "Aku tidak datang untuk memberi mereka damai; damai dari
sorga pasti akan mereka terima, tetapi bukan damai di bumi." Kristus
datang untuk mendamaikan kita dengan Allah, damai dengan hati nurani kita,
damai dengan saudara-saudara kita, tetapi di dalam dunia kamu akan mengalami
penganiayaan. Perhatikanlah, orang yang menyangka bahwa dengan mengakui
kebenaran Injil mereka akan dibebaskan dari penderitaan di dunia ini adalah orang
yang keliru memahami rancangan Injil, karena dengan Injil mereka justru lebih
dihadapkan pada kesukaran dunia ini. Seandainya semua manusia di dunia ini
menerima Kristus, maka pasti akan datang damai di seantero bumi, namun selama
masih ada, dan akan ada lebih banyak orang yang menolak-Nya (mereka bukan hanya
anak-anak dunia ini, melainkan juga keturunan ular), maka anak-anak Allah, yang
dipanggil keluar dari dunia ini, harus menyadari bahwa mereka pasti akan
mengalami buah-buah permusuhan orang-orang yang menolak Injil ini.
[1] Jangan mengharapkan
damai, harapkanlah pedang. Kristus datang untuk memberikan pedang Firman, yang
harus dipakai murid-murid-Nya untuk berperang melawan dunia dan menaklukkan apa
yang harus ditaklukkan oleh pedang tersebut (Why. 6:4; 19:21). Pedang
penganiayaan, yang dipakai dunia untuk berperang melawan murid-murid, karena
hatinya sudah tertusuk oleh pedang Firman itu (Kis. 7:54), dan tersiksa oleh
kesaksian para saksi Kristus (Why. 11:10), menimbulkan kejahatan yang sangat
kejam. Kristus mengirimkan Injil itu, yang memicu pencabutan pedang
penganiayaan ini; artinya bahwa Kristus sendirilah yang mengirimkan pedang
tersebut. Ia memerintahkan gereja-Nya untuk mengalami penderitaan sebagai ujian
bagi umat-Nya dan untuk membawa pujian atas anugerah yang telah mereka terima,
supaya semuanya ini bisa memenuhi takaran dosa musuh-musuh mereka.
[2] Jangan mengharapkan
damai, harapkanlah pemisahan (ay. 35). Aku datang untuk memisahkan. Pemisahan
yang ditimbulkan dari pengabaran Injil ini bukanlah karena kesalahan Injil itu
sendiri, melainkan karena orang-orang yang tidak mau menerimanya. Apabila
sebagian orang percaya akan hal-hal yang disampaikan dan sebagian yang lain
tidak, maka iman orang yang percaya akan mengutuk mereka yang tidak percaya,
dan ini membuat orang-orang yang tidak percaya tersebut memusuhi mereka yang
percaya tadi. Perhatikanlah, perselisihan yang paling keras dan paling kejam
yang pernah timbul adalah perselisihan yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan
dalam agama. Rasa bermusuhan yang teramat sangat akan terjadi dalam diri para
penganiaya, dan sebaliknya, keteguhan hati yang teramat sangat akan dipegang
juga oleh mereka yang dianiaya. Demikianlah Kristus memberi tahu para murid-Nya
penderitaan apa yang harus mereka tanggung, dan ini merupakan
perkataan-perkataan yang keras. Jika mereka bisa tahan dengan semua ini, maka
mereka bisa tahan dengan apa saja. Perhatikanlah, Kristus sudah berlaku adil
dan setia kepada kita dengan memberitahukan hal terburuk apa yang akan kita jumpai
dalam melayani-Nya. Ia juga ingin agar kita berlaku demikian kepada diri kita
sendiri, dengan duduk tenang dan memperhitungkan untung ruginya.
Di sini mereka diberi tahu
dari siapa dan oleh siapa datangnya penderitaan-penderitaan berat yang harus
mereka tanggung ini. Pastilah neraka sendiri akan terbuka, dan setan-setan,
yakni roh-roh yang putus asa dan ganas, yang tidak mempunyai bagian maupun
kesempatan dalam keselamatan besar, akan menjelma di dunia, karena hanya
musuh-musuh yang penuh dendam seperti mereka sajalah yang bisa melawan ajaran
yang inti sarinya adalah damai sejahtera bagi manusia dan pendamaian dunia
dengan Allah. Oh tidak, bisakah Saudara pikirkan itu? Semua kejahatan yang
digambarkan ini akan dilakukan terhadap para pengabar Injil oleh orang-orang
yang justru didatangi oleh para pemberita Injil itu sendiri, yang datang kepada
mereka dengan kabar keselamatan itu. Begitulah, orang yang haus akan darah
membenci orang saleh, tetapi orang yang jujur mencari keselamatannya (Ams.
29:10). Oleh sebab itu sorga begitu ditentang di bumi, karena bumi sangat
dikuasai oleh kuasa dari neraka (Ef. 2:2).
Murid-murid Kristus harus
menanggung penderitaan-penderitaan yang berat ini:
(1) Dari manusia (ay. 17).
"Waspadalah terhadap semua orang. Kamu harus berjaga-jaga, bahkan terhadap
mereka yang kodratnya sama dengan kamu." Sedemikianlah kebobrokan dan
kemerosotan kodrat manusia itu (homo homini lupus -- manusia adalah serigala
bagi sesamanya), cerdik dan licik seperti manusia, namun kejam dan biadab
seperti binatang, dan sama sekali tidak menunjukkan perikemanusiaan.
Perhatikanlah, penganiayaan dan permusuhan yang membabi buta mengubah orang
menjadi binatang buas, seperti Iblis. Paulus berjuang melawan binatang buas
dalam rupa manusia di Efesus (1Kor. 15:32). Sungguh menyedihkan melihat
bagaimana jadinya dunia ini, sahabat-sahabat terbaik yang dimilikinya pun perlu
waspada terhadap sesama manusia. Penderitaan yang harus ditanggung oleh hamba-hamba
Kristus ini semakin bertambah berat karena penderitaan itu timbul dari
orang-orang yang adalah tulang dari tulang mereka sendiri, yang diciptakan dari
darah yang sama. Dalam hal ini para penganiaya itu lebih buruk daripada
binatang buas, sebab mereka memangsa korban dari jenis mereka sendiri, karena
sævis inter se convenit ursis -- bahkan orang biadab pun menghormati sesama
mereka sendiri. Sangatlah menyedihkan jika manusia bangkit melawan kita (Mzm.
124:1-8), sementara justru darinya kita mengharapkan perlindungan dan rasa
simpati. Manusia, tidak lebih dari itu, hanya manusia saja, manusia dan bukan
orang kudus, manusia duniawi (1Kor. 2:14) dan orang-orang dunia ini (Mzm.
17:14). Orang-orang kudus lebih dari manusia dan ditebus dari antara manusia,
karena itu mereka dibenci oleh manusia. Jika sifat manusia tidak dikuduskan,
maka sifat itu menjadi sifat yang paling buruk di dunia ini setelah sifat
Iblis. Mereka adalah manusia, dan karena itu mereka adalah ciptaan yang lebih
rendah, bergantung pada orang lain, dan akan mati. Mereka adalah manusia, namun
mereka hanyalah manusia saja (Mzm. 9:21), dan siapakah engkau maka engkau takut
terhadap manusia yang memang akan mati? (Yes. 51:12). "Waspadalah terhadap
manusia," demikianlah yang dikatakan Dr. Hammond; "waspadalah
terhadap orang-orang yang kamu kenal, terhadap anggota-anggota Sanhedrin
(majelis agama Yahudi), yang menolak Kristus" (1Ptr. 2:4).
(2) Dari orang-orang yang
mengaku beragama, orang-orang yang mempunyai suatu bentuk kesalehan, dan yang
memamerkannya kepada semua orang. Mereka akan menyesah kamu di rumah ibadat
mereka, tempat mereka bertemu untuk menyembah Allah dan untuk menjalankan
kewajiban agama mereka, sehingga mereka memandang penyesahan terhadap
hamba-hamba Kristus ini sebagai salah satu bentuk ibadah. Lima kali Paulus
disesah orang-orang Yahudi di tempat-tempat ibadah mereka (2Kor. 11:24).
Orang-orang Yahudi, dengan semangat yang berkobar-kobar terhadap Musa,
merupakan penganiaya Kristus dan Kekristenan yang paling keras, dan mereka memandang
kemarahan yang membabi buta ini sebagai suatu bentuk ibadah yang bisa
mendatangkan pahala. Perhatikanlah, murid-murid Kristus sudah banyak menderita
di tangan para penganiaya yang fanatik, yang menyesah mereka di rumah-rumah
ibadat, mengusir dan membunuh mereka. Dengan melakukan semuanya ini mereka
menyangka bahwa mereka berbuat bakti bagi Allah (Yoh. 16:2), dengan berkata,
"Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya" (Yes. 66:5), dan,
"terpujilah TUHAN" (Za. 11:4-5). Namun, rumah ibadat tidaklah menguduskan
penganiayaan, malah penganiayaan yang mencemari dan menajiskan tempat ibadat
itu.
(3) Dari para pembesar dan
penguasa. Orang Yahudi hanya semampu menyesah mereka, tetapi ketika mereka
sendiri tidak bisa berbuat lebih jauh lagi dari ini, maka mereka menyerahkan
murid-murid kepada para penguasa Romawi, seperti yang mereka lakukan terhadap
Kristus (Yoh. 18:30). Kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan
raja-raja (ay. 18), yang karena mempunyai kekuasaan lebih besar, maka mampu
berbuat lebih jahat lagi. Para penguasa dan raja menerima kuasa mereka dari
Kristus (Ams. 8:15), dan seharusnya mereka ini menjadi pelayan-Nya dan
pelindung serta penjaga gereja-Nya, namun, yang terjadi malah mereka sering
kali menggunakan kuasa mereka untuk melawan-Nya dan menjadi pemberontak
terhadap Kristus dan penganiaya gereja-Nya. Raja-raja dunia bersiap-siap
melawan kerajaan-Nya (Mzm. 2:1-2; Kis. 4:25-26). Perhatikanlah, sering kali
orang-orang baik menjadi musuh bagi orang-orang besar.
(4) Dari semua orang (ay.
22). Kamu akan dibenci semua orang, semua orang jahat, dan ini adalah
orang-orang pada umumnya, karena seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.
Begitu sedikitnya orang yang mencintai, mengakui, dan mendukung kepentingan
tujuan Kristus, sehingga kita bisa berkata bahwa sahabat-sahabat Kristus
dibenci semua orang. Mereka semua telah menyeleweng, dan karena itu mereka
memakan habis umat-Ku (Mzm. 14:3). Ketika kemurtadan terhadap Allah semakin
menghebat, semakin membesar pula permusuhan terhadap orang-orang kudus. Hal ini
itu tampak lebih umum terjadi pada waktu-waktu tertentu dibandingkan pada
waktu-waktu lain, tetapi racun ini selalu mendekam di hati semua orang durhaka.
Dunia membenci kamu sebab dunia mengikut binatang itu (Why. 13:3). Semua orang
adalah pendusta, karena itu mereka membenci kebenaran.
(5) Dari sanak saudara mereka
sendiri. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh (ay. 21). Dalam
keadaan ini anak akan melawan ayahnya sendiri. Bahkan orang-orang dari jenis
kelamin yang lebih lemah dan lembut pun akan menjadi penganiaya dan yang dianiaya.
Anak perempuan akan menganiaya ibunya yang percaya, padahal orang menyangka
bahwa kasih sayang orangtua dan kewajiban seorang anak akan dapat mencegah atau
menghentikan pertengkaran. Jadi tidaklah heran jika menantu perempuan melawan
ibu mertuanya, karena sering kali kasih yang menjadi dingin membuat orang ingin
mencari gara-gara (ay. 35). Pada umumnya, musuh orang ialah orang-orang seisi
rumahnya (ay. 36). Orang-orang yang seharusnya menjadi kawan akan
dipanas-panasi untuk melawan seseorang yang memeluk iman Kristen. Apalagi
ketika sang kawan tetap setia kepada imannya ketika dianiaya, mereka akan
bergabung dengan para penganiaya yang lain untuk melawannya. Perhatikanlah,
ikatan persaudaraan yang kuat yang dibangun di atas dasar kasih dan kewajiban pun
sering kali dapat dihancurkan oleh rasa permusuhan terhadap Kristus dan
ajaran-Nya. Begitu kuatnya prasangka terhadap agama yang benar, dan begitu
berkobarnya semangat untuk agama palsu, sehingga segala kepentingan yang lain,
yang paling kodrati dan suci, yang paling menarik dan menawan hati, dikorbankan
begitu saja kepada dewa Molokh. Orang-orang yang bermufakat bersama-sama
melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya bahkan sanggup memutuskan ikatan-ikatan ini,
dan membuang tali-tali persaudaraan itu dari mereka (Mzm. 2:2-3).
Mempelai-mempelai Kristus menanggung penderitaan-penderitaan yang berat dari
kemarahan putera-putera ibu mereka sendiri (Kid. 1:6). Penderitaan yang
ditimbulkan dari orang-orang seperti itu pasti lebih menyedihkan. Tiada hal
lain yang lebih menusuk hati daripada hal ini, engkau, orang yang dekat dengan
aku (Mzm. 55:14), dan permusuhan dari orang-orang seperti itu biasanya dipenuhi
dengan kebencian yang paling mendalam; saudara yang dikhianati lebih sulit
dihampiri daripada kota yang kuat (Ams. 18:19). Permasalahan-permasalahan
seperti ini banyak dijumpai oleh para martir baik pada zaman dulu maupun
sekarang. Secara keseluruhan, tampak bahwa semua orang yang hidup kudus dalam
Yesus Kristus harus menderita penganiayaan, dan melalui banyak pencobaan kita
harus berharap akan masuk ke dalam kerajaan Allah.
II. Bersama dengan
nubuat-nubuat kesengsaraan ini, Kristus juga memberikan sejumlah nasihat dan
penghiburan kepada mereka ketika sedang menghadapi masa pencobaan. Kristus
memang mengutus mereka di dalam keadaan yang rentan terhadap bahaya, dan itu
memang diharapkan-Nya, tetapi Ia juga memperlengkapi mereka dengan segala
petunjuk dan dorongan yang cukup untuk menguatkan mereka dan membantu mereka
mengatasi semua pencobaan ini. Mari kita lihat apa saja yang dikatakan-Nya:
Dengan memberikan nasihat dan
petunjuk untuk beberapa hal.
(1) Hendaklah kamu cerdik
seperti ular (ay. 16). "Kamu boleh cerdik seperti itu" (demikianlah
sebagian orang hanya mengartikannya sebagai suatu izin). "Kamu boleh
bersikap sewaspada mungkin, asalkan kamu tulus seperti merpati." Namun
sebenarnya pernyataan ini lebih tepat dimengerti sebagai suatu pedoman yang
mengajar kita bahwa hikmat orang bijak, yaitu memahami jalan-jalannya, sungguh
bermanfaat kapan saja, terutama pada masa-masa penderitaan. "Oleh sebab
itu, karena kamu rentan terhadap bahaya, seperti domba di tengah-tengah
serigala, hendaklah kamu cerdik seperti ular. Bukan cerdik seperti serigala,
yang menggunakan kelicikannya untuk menipu yang lain, melainkan seperti ular,
yang menggunakan kecerdikannya hanya untuk membela dan menyelamatkan
diri." Murid-murid Kristus dibenci dan dianiaya sebagai ular, dan
kehancuran mereka diharapkan banyak orang, oleh karena itu mereka perlu cerdik
seperti ular. Perhatikanlah, adalah kehendak Kristus sendiri bahwa karena umat
dan pelayan-pelayan-Nya pada umumnya akan dihadapkan pada masalah-masalah di
dunia ini, maka mereka tidak perlu membahayakan diri sendiri, melainkan harus
menggunakan segala sarana yang baik dan benar dan yang tidak melawan hukum
untuk melindungi diri mereka sendiri. Kristus memberi kita suatu contoh
bagaimana bersikap cerdik seperti ini (21:24-25; 22:17-19; Yoh. 7:6-7), selain
banyak kejadian lain yang menggambarkan bagaimana Ia menghindar dari
tangan-tangan musuh, sampai saat-Nya tiba. Lihat bagaimana Paulus bertindak
bijak dalam Kisah Para Rasul 23:6-7. Dalam melakukan pekerjaan Kristus, kita
tidak boleh terikat dengan hidup kita sendiri dan segala kenikmatannya dan
tidak boleh berlebihan menikmati segala kesenangan hidup itu. Kebijaksanaan
ular adalah untuk melindungi kepalanya supaya tidak diremukkan, supaya tidak
mendengarkan suara pembaca mantera yang pandai (Mzm. 58:6), dan untuk
berlindung di dalam lekuk-lekuk di gunung batu. Dalam hal inilah kita harus
cerdik seperti ular. Kita harus bijak, untuk tidak mendatangkan masalah bagi
diri kita sendiri; bijak untuk berdiam diri pada waktu yang jahat dan berusaha
sebaik mungkin untuk tidak menyerang.
(2) Hendaklah kamu tulus
seperti merpati. "Hendaklah kamu bersikap lemah lembut, tunduk dan sabar
dan tidak pemberang; jangan menyakiti orang lain, berniat jahat pun tidak.
Jangan cepat marah, seperti halnya merpati. Sifat ini harus berjalan seiring
dengan sifat yang sebelumnya." Mereka diutus ke tengah-tengah serigala,
oleh sebab itu mereka harus cerdik seperti ular, tetapi mereka juga diutus
seperti domba, karena itu mereka harus tulus seperti merpati. Kita harus cerdik
untuk tidak menyalahkan diri. Namun, lebih baik menyalahkan diri sendiri
daripada menyalahkan orang lain. Kita harus menggunakan ketulusan merpati untuk
menanggung berbagai penderitaan daripada memakai kecerdikan ular untuk
menyakiti orang lain atau membalas dendam. Perhatikanlah, murid-murid Kristus
harus terus berusaha bersikap tulus dan sopan di dalam perkataan dan perbuatan,
terutama dalam berhubungan dengan musuh-musuh mereka yang ada di antara mereka.
Kita perlu mempunyai sifat seperti burung merpati ketika kita diserang oleh
burung pemangsa, agar kita tidak memancing keributan atau menjadi terpancing karenanya.
Daud lebih menginginkan sayap-sayap merpati, untuk terbang dan merasa tenang,
daripada sayap rajawali. Roh yang turun kepada Kristus mengambil rupa burung
merpati, dan semua orang percaya ikut ambil bagian dalam Roh Kristus, yakni roh
yang seperti burung merpati, yang terlahir untuk mewujudkan kasih, bukan
peperangan.
(3) Waspadalah terhadap semua
orang (ay. 17). "Teruslah berjaga-jaga, dan hindarilah pergaulan yang
membahayakan. Perhatikan apa yang kamu katakan dan lakukan, janganlah terlalu
mempercayai orang dan janganlah mudah tertipu oleh manusia yang berpura-pura.
Berhatilah-hatilah terhadap hal-hal atau orang-orang yang paling dekat
denganmu, janganlah percaya kepada teman, atau bahkan kepada perempuan yang
berbaring di pangkuanmu" (Mi. 7:5). Perhatikanlah, orang-orang yang
berbelas kasihan harus juga berhati-hati, karena kita diajar untuk tidak
berharap kepada manusia. Betapa suramnya dunia yang kita tinggali ini
sampai-sampai kita tidak tahu lagi siapa yang harus dipercaya. Sejak Tuhan kita
dikhianati dengan sebuah ciuman oleh salah seorang murid-Nya sendiri, maka
untuk selanjutnya pun kita perlu waspada terhadap semua orang, dan terhadap
saudara-saudara yang palsu.
(4) Janganlah kamu kuatir
akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan (ay. 19). "Ketika kamu
dibawa ke hadapan pengadilan, bersikaplah sopan, tetapi janganlah kamu menyiksa
dirimu dengan memikirkan bagaimana caranya kamu bisa terlepas dari semua
masalah ini. Memang kamu harus berpikir dengan bijak, tetapi tidak dengan cemas,
gundah-gulana dan gelisah. Serahkanlah kekhawatiranmu ini kepada Allah,
termasuk juga apa yang harus kamu makan dan apa yang harus kamu minum.
Janganlah berusaha mencari-cari perkataan yang cocok, ad captandam
benevolentiam -- untuk mencari keuntungan sendiri dengan usaha sendiri.
Janganlah menyampaikan sesuatu dengan ungkapan yang indah-indah, atau berlagak
seperti orang pandai, dan mengulur-ulur waktu, karena ini hanya akan memberi
kesan bahwa kamu sedang berusaha menutup-nutupi kejahatan yang kamu lakukan.
Perbuatan baik tidak perlu ditutup-tutupi. Dengan merasa cemas seperti ini,
kamu tidak akan memberikan kesan yang baik tentang dirimu, karena seolah-olah
bukti pembelaanmu tidak cukup untuk dibiarkan berbicara sendiri. Kamu tahu atas
dasar apa kamu pergi, dan karena itu verbaque prævisam rem non invita sequentur
-- pernyataan-pernyataan yang tepat dengan sendirinya akan datang juga."
Tidak pernah ada orang yang bisa berbicara lebih baik di hadapan
penguasa-penguasa dan raja-raja daripada ketiga orang pemenang ini, yang tidak
memikirkan terlebih dulu apa yang harus mereka katakan, "Wahai
Nebukadnezar, tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal
ini" (Dan. 3:16; Mzm. 119:46). Perhatikanlah, murid-murid Kristus harus
lebih memikirkan bagaimana bersikap baik daripada berbicara baik; bagaimana
menjaga nama baik dan keutuhan diri mereka daripada membelanya. Non magna
loquimur, sed vivimus -- Hidup kita sendirilah, dan bukan kata-kata sombong,
yang memberikan pembelaan yang terbaik.
(5) Apabila mereka menganiaya
kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain (ay. 23).
"Tolaklah
mereka yang menolak kamu dan ajaranmu, dan lihatlah apakah orang lain juga
tidak mau menerima kamu dan ajaranmu. Berpindahlah dari satu tempat ke tempat
lain demi keselamatanmu sendiri." Perhatikanlah, dalam menghadapi bahaya
yang mengancam, murid-murid Kristus boleh dan harus berusaha menyelamatkan diri
sendiri dengan cara melarikan diri, jika Allah dalam pemeliharaan ilahi-Nya
memang membukakan pintu bagi mereka untuk meloloskan diri. Orang yang melarikan
diri bisa berjuang kembali. Bukanlah hal yang memalukan bagi prajurit-prajurit
Kristus untuk melarikan diri dari suatu tempat, asalkan mereka tidak lantas
berhenti melakukan pekerjaan. Mereka boleh lari menghindari bahaya, namun tidak
boleh lari menjauh dari kewajiban. Lihat betapa pedulinya Kristus terhadap
murid-murid-Nya sampai Ia mau menyediakan tempat pelarian dan perlindungan bagi
mereka. Karena diberikan perintah demikian, maka penganiayaan itu tidak akan mengamuk
di semua tempat pada waktu yang sama. Bila kota yang satu sudah terlalu panas
bagi mereka, maka kota yang lain disediakan sebagai tempat berlindung yang
sejuk dan sebagai sebuah tempat pengungsian kecil; ini merupakan suatu
pertolongan yang harus dimanfaatkan, jangan diabaikan. Akan tetapi, melarikan
diri ini bisa dilakukan selalu dengan satu syarat, yaitu bahwa sarana yang
tidak benar dan terlarang tidak boleh digunakan untuk melarikan diri, karena
bila tidak demikian, maka pintu yang tersedia itu sesungguhnya bukan pintu yang
dibukakan Allah. Kita banyak melihat contoh kejadian yang menggambarkan
penerapan perintah ini baik dalam sejarah Kristus maupun para rasul-Nya, dan
dalam semua kejadian itu, yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat dan keutuhan
diri dalam mengikuti Kristus.
(6) Janganlah kamu takut
terhadap mereka (ay. 26), karena mereka hanya berkuasa membunuh tubuh (ay. 28).
Perhatikanlah, sudah menjadi kewajiban dan kepedulian murid-murid Kristus untuk
tidak boleh takut terhadap musuh-musuh mereka yang paling hebat sekalipun.
Orang yang benar-benar takut akan Allah tidak perlu takut terhadap manusia, dan
orang yang takut berbuat dosa yang paling kecil tidak perlu takut terhadap
masalah yang paling besar. Takut kepada orang mendatangkan jerat, jerat yang
membingungkan dan yang mengganggu ketentraman hati kita; jerat itu melilit, dan
menarik kita untuk berbuat dosa. Karena itu kita harus berjaga-jaga, berusaha,
dan berdoa melawan jerat ini. Memang masa di mana kita hidup ini selalu sulit,
musuh semakin ganas, dan peristiwa hidup selalu mengancam. Namun demikian, kita
tidak perlu takut, kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, karena kita
mempunyai Allah yang begitu baik, pekerjaan yang begitu luhur, dan pengharapan
yang begitu baik dalam karunia.
Memang gampang dikatakan,
namun apabila pencobaan benar-benar datang, siksaan dan penganiayaan, penjara
dan terali, kapak dan tiang gantungan, api dan kayu bakar, semuanya ini sungguh
mengerikan. Hati orang yang paling gagah berani pun bisa gentar dan melangkah
mundur, apalagi kalau jelas-jelas ada kesempatan menghindar dengan hanya
beberapa langkah mundur saja. Karena itu, supaya kita kuat menghadapi cobaan
ini, dikatakan di sini,
[1] Alasan yang baik untuk
tidak merasa takut, yaitu karena kekuatan musuh ada batasnya. Mereka dapat
membunuh tubuh, ini yang paling bisa mereka lakukan dalam amukan mereka. Hanya
sampai di sini mereka bisa menyakiti kita, jika Allah mengizinkannya, dan tidak
lebih dari itu. Mereka tidak berkuasa membunuh jiwa, atau menyakitinya, dan
jiwa adalah manusia itu sendiri. Dengan demikian tampak bahwa jiwa tidak
tertidur di dalam kematian (seperti yang dibayangkan sebagian orang), dan juga
tidak terpisah dari pikiran atau pengindraan, karena jika tidak demikian,
membunuh tubuh berarti juga membunuh jiwa. Jiwa dibunuh bila jiwa itu terpisah
dari Allah dan kasih-Nya, yang adalah sumber hidup dari jiwa itu sendiri. Ia
dibunuh bila menjadi bejana dari murka-Nya. Ini semua berada di luar kekuasaan
orang-orang yang hanya bisa membunuh tubuh. Pencobaan, kesukaran, dan
penganiayaan dapat memisahkan kita dari dunia, tetapi tidak dari Allah, juga
tidak bisa membuat kita tidak mengasihi-Nya atau dikasihi-Nya (Rm. 8:35-37).
Karena itu, jika kita lebih peduli terhadap jiwa kita dan memperlakukannya
sebagai permata yang berharga, maka kita tidak akan takut lagi terhadap
manusia, karena mereka tidak berkuasa merampasnya dari kita. Mereka hanya dapat
membunuh tubuh, yang dengan sendirinya akan mati, bukan jiwa, yang akan terus
hidup dalam dirinya dan Allahnya, kendati tubuhnya dibunuh oleh musuh-musuhnya.
Mereka hanya bisa menghancurkan wadah luarnya saja. Ada seorang kafir yang
menentang penindasnya dengan berkata demikian, "Tunde capsam Anaxarchi,
Anaxarchum nom laedis -- Kamu mungkin bisa melecehkan Anaxarchus, tetapi kamu
tidak bisa melukai Anaxarchus sendiri." Permata yang berharga sama sekali
tidak tersentuh. Seneca mengartikan bahwa kita tidak bisa menyakiti manusia
yang bijak dan baik, karena manusia demikian tidak memandang kematian itu sebagai
sesuatu yang sungguh menyakitkan baginya. Si maximum illud ultra quod nihil
habent iratæ leges, aut sævissimi domini minantur, in quo imperium suum fortuna
consumit, æquo placidoque animo accipimus, et scimus mortem malum non esse ob
hoc, ne injuriam quidem -- Jika kita menghadapi saat kematian atau kebinasaan
dengan ketenangan hati dan pengendalian diri -- yang setelahnya hukum yang
tidak adil dan penguasa yang keji tidak punya kekuatan untuk menyakiti kita dan
di mana nasib tidak lagi berkuasa atas kita -- maka kita tahu bahwa kematian
bukanlah sesuatu yang mengerikan lagi, karena kematian tidak menggoreskan luka
sedikit pun (Seneca, De Constantid).
[2] Obat yang baik untuk
melawan penganiayaan atau kematian adalah takut akan Allah. Takutlah terutama
kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Perhatikanlah,
pertama, neraka adalah tempat
yang menghancurkan jiwa maupun tubuh; jadi masalahnya bukan keberadaan dari
salah satunya, tetapi bagaimana keberadaan dari keduanya itu, baik atau tidak,
dan ini menentukan kebinasaan manusia itu seluruhnya. Sebab, jika jiwa hilang,
maka tubuh pun hilang. Keduanya berdosa secara bersama-sama; tubuh adalah
penggoda bagi jiwa untuk berbuat dosa, tubuh merupakan alat untuk berdosa, dan keduanya
pun harus menderita bersama-sama selamanya.
Kedua, pembinasaan ini datang
dari kuasa Allah, Ia berkuasa membinasakan. Pembinasaan ini dilakukan dengan
kemuliaan kekuatan-Nya (2Tes. 1:9). Dalam hal ini Ia akan menyatakan kuasa-Nya,
bukan hanya wewenang-Nya untuk menghukum, melainkan juga kemampuan-Nya untuk
menjalankan hukuman itu (Rm. 9:22).
Ketiga, oleh karena itu Allah
haruslah ditakuti, bahkan oleh orang-orang yang paling kudus di dunia
sekalipun. Dengan menyadari kedahsyatan Tuhan, kita mengajak sesama manusia
untuk tunduk dan hormat kepada-Nya. Kita harus takut akan Dia sama seperti
takut akan murka-Nya, demikian pula sesuai dengan kedahsyatan murka-Nya itu,
demikian pula seharusnya rasa takut kita akan Dia, terutama karena tidak ada
orang yang mengenal kekuatan murka-Nya (Mzm. 90:11). Kalau Adam saja yang dalam
keadaan tidak berdosa merasa hormat dan tunduk oleh karena suatu ancaman, maka
tiada seorang pun murid Kristus yang boleh menyangka bahwa mereka tidak perlu
memiliki perasaan takut yang kudus ini. Berbahagialah orang yang senantiasa
takut akan TUHAN. Allah Abraham, walaupun Abraham sudah mati, disebut Yang
Disegani oleh Ishak, yang masih hidup (Kej. 31:42, 53).
Keempat, takut akan Allah dan
akan kuasa-Nya yang bertakhta di dalam jiwa merupakan penangkal yang ampuh
terhadap perasaan takut manusia. Lebih baik tidak disukai oleh seluruh dunia
daripada tidak disukai oleh Allah, dan karena itu baiklah bagi kita untuk taat
kepada Allah daripada manusia (Kis. 4:19), karena selain ini baik, hal tersebut
juga sungguh aman bagi kita. Orang yang takut terhadap manusia yang memang akan
mati, pasti sudah melupakan TUHAN yang menjadikan mereka (Yes. 51:12-13; Neh.
4:14).
(7) Apa yang Kukatakan
kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang (ay. 27). "Apa pun
risiko yang kamu hadapi, teruslah bekerja, siarkan dan nyatakan Injil kekal ke
seluruh dunia; ini adalah pekerjaanmu, ingat itu! Musuh membuat rancangan bukan
hanya untuk menghancurkan kamu, melainkan juga untuk mengekang Injil, dan karena
itu, apa pun akibatnya, beritakanlah Injil itu." Apa yang Kukatakan
kepadamu, katakanlah itu. Perhatikanlah, apa yang disampaikan para rasul kepada
kita sama dengan apa yang mereka terima dari Yesus Kristus (Ibr. 2:3). Mereka
memberitakan apa yang Dia katakan kepada mereka -- itu saja, hanya itu, dan
tidak ada yang lain kecuali itu. Duta-duta ini menerima perintah-perintah
secara pribadi, di dalam gelap, dengan berbisik-bisik, di sudut ruangan, dalam
perumpamaan-perumpamaan. Kristus berbicara tentang banyak hal secara terbuka,
namun apa yang dibicarakan-Nya secara pribadi tidak ada yang berbeda dengan apa
yang disampaikan-Nya kepada umum (Yoh. 18:20). Akan tetapi, perintah-perintah
khusus yang Dia berikan kepada murid-murid-Nya tentang Kerajaan Allah setelah kebangkitan-Nya
disampaikan secara pribadi (Kis. 1:3), karena pada waktu itu Ia memang tidak
pernah memperlihatkan diri-Nya secara terbuka. Namun demikian, mereka harus
memberitakan kata-kata-Nya di depan umum, dalam terang, dan dari atas rumah,
karena ajaran Injil merupakan kepedulian dari semua orang (Ams. 1:20-21;
8:2-3), dan oleh sebab itu siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar. Tanda
pertama yang menunjukkan diterimanya orang-orang bukan-Yahudi ke dalam gereja
dapat dilihat dari atas rumah (Kis. 10:9). Perhatikanlah, tidak ada satu bagian
pun dalam Injil Kristus yang karena suatu alasan apa pun perlu disembunyikan,
seluruh maksud Allah haruslah diberitakan (Kis. 20:27). Di dalam jemaat yang
begitu beragam, hendaklah Injil diberitakan dengan jelas dan disampaikan dengan
seutuhnya.
Dengan memberikan penghiburan
dan dorongan. Banyak hal yang dikatakan di sini untuk menghibur dan mendorong,
dan semuanya itu hanya sedikit jika kita melihat banyaknya kesulitan yang harus
mereka hadapi selama perjalanan pelayanan mereka. Dengan melihat kelemahan
mereka pada waktu itu, tampak juga bahwa tanpa adanya dukungan yang kuat,
mereka tidak akan bisa bertahan mengabarkan Injil dalam keadaan seperti itu.
Oleh karenanya Kristus menunjukkan kepada mereka mengapa mereka harus merasa
berbahagia:
(1) Ada satu pernyataan
khusus mengenai misi mereka pada saat itu, "Sesungguhnya sebelum kamu
selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang" (ay. 23).
Mereka harus memberitakan bahwa kerajaan Anak Manusia, yang adalah Sang Mesias,
sudah dekat. Mereka harus berdoa, "Datanglah kerajaan-Mu." Sekarang
mereka tidak harus mengunjungi seluruh kota-kota di Israel, tetapi mereka harus
berdoa dan mengabarkan Injil sebelum kerajaan itu datang, yang ditandai oleh
kemuliaan Kristus dan pencurahan Roh Kudus. Sungguh menghibur:
[1] Bahwa apa yang mereka
katakan akan terpenuhi. Mereka berkata bahwa Anak Manusia akan datang, dan
lihatlah, Ia datang. Kristus akan menguatkan perkataan hamba-hamba-Nya (Yes.
44:26).
[2] Bahwa perkataan mereka
itu akan terwujud segera. Perhatikanlah, pekerja-pekerja Kristus bisa merasa
tenang karena waktu kerja mereka hanya sebentar, dan akan selesai dengan
segera. Pekerja upahan bekerja pada hari yang ditentukan; pekerjaan dan
perjuangan sebentar lagi akan tuntas.
[3] Bahwa pada waktu itu
mereka akan diangkat untuk menduduki tempat yang lebih tinggi. Pada saat Anak
Manusia datang, mereka akan menerima kuasa dari Yang Mahatinggi. Sekarang
mereka diutus sebagai pelaku dan utusan, tetapi sebentar lagi amanat mereka
akan diperluas, dan mereka akan diutus sebagai duta-duta berkuasa penuh ke
seluruh dunia.
(2) Berikut ini adalah
perkataan-perkataan yang banyak berhubungan dengan pekerjaan mereka pada
umumnya, dan masalah-masalah yang akan mereka temui dalam melakukan pekerjaan
itu, dan semua perkataan ini sungguh indah dan menghibur.
[1] Bahwa
penderitaan-penderitaan yang mereka alami adalah untuk kesaksian bagi para
penguasa dan raja, dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah (ay. 18).
Apabila majelis-majelis Yahudi menyerahkan kamu kepada para penguasa Romawi
untuk dihukum mati, penyerahanmu dari satu pengadilan ke pengadilan lain itu
akan membantu membuat kesaksianmu lebih diketahui umum, dan akan memberimu
kesempatan untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi dan juga
kepada orang-orang Yahudi itu sendiri. Ya, begitulah, kamu akan bersaksi kepada
mereka dan melawan mereka melalui masalah-masalah yang kamu hadapi itu.
Perhatikanlah, umat Allah, terutama pelayan-pelayan Tuhan, adalah saksi-saksi-Nya
(Yes. 43:10), bukan hanya di dalam perbuatan baik, melainkan juga di dalam
penderitaan mereka. Karena itulah mereka disebut martir, yakni saksi-saksi bagi
Kristus, bahwa kebenaran-kebenaran yang dinyatakan-Nya tidak diragukan lagi
pasti benar dan sangat bernilai. Dengan menjadi saksi-saksi bagi-Nya, mereka
juga menjadi saksi-saksi yang melawan orang-orang yang menentang Dia dan
Injil-Nya. Penderitaan-penderitaan para martir adalah karena mereka bersaksi
bagi Injil yang mereka akui kebenarannya, dan dengan demikian mereka menjadi
saksi-saksi mengenai permusuhan dari para penganiaya mereka. Dalam kedua hal
tersebut mereka merupakan saksi-saksi yang melawan musuh mereka, dan akan
dijadikan bukti pada hari penghakiman besar, di mana orang-orang kudus akan menghakimi
dunia; dan alasan bagi penghakiman yang akan diberikan nanti adalah,
"Segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang
paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." Nah, jika
penderitaan mereka adalah suatu kesaksian, maka sudah sepantasnya mereka
menanggung penderitaan itu dengan penuh sukacita! Karena kesaksian itu tidak
akan selesai sebelum datangnya penderitaan-penderitaan (Why. 11:7). Jika mereka
adalah saksi-saksi Kristus, mereka harus memastikan bahwa mereka menanggung
beban-beban mereka.
[2] Bahwa dalam segala
kesempatan mereka harus mengalami kehadiran Allah secara khusus bersama mereka
dan bantuan langsung dari Roh Kudus-Nya, terutama ketika mereka dipanggil untuk
memberikan kesaksian di hadapan penguasa-pengusasa dan raja-raja. Semuanya itu
akan dikaruniakan kepadamu (kata Kristus) pada saat itu juga ketika kamu akan
berbicara. Murid-murid Kristus dipilih dari yang bodoh menurut dunia,
orang-orang yang tidak berpendidikan dan tidak berpengetahuan, dan karena itu
wajar saja kalau mereka tidak memercayai kemampuan-kemampuan mereka sendiri,
terutama ketika diperhadapkan dengan para pembesar. Ketika Musa diutus untuk
menghadap Firaun, ia mengeluh, "Aku ini tidak pandai bicara" (Kel.
4:10). Ketika Yeremia dipanggil untuk merobohkan kerajaan-kerajaan, ia
berkeberatan, "Aku ini masih muda" (Yer. 1:6, 10). Nah, sebagai
tanggapan dari pernyataan ini,
pertama, mereka diberi janji
bahwa semuanya itu akan dikaruniakan kepada mereka, bukan beberapa saat
sebelumnya, melainkan pada saat itu juga ketika mereka harus berbicara. Mereka
akan berbicara tanpa persiapan, namun akan berbicara sesuai yang diperlukan,
dan mereka akan melakukannya dengan begitu baik seperti yang tidak pernah
dilakukan orang sebelumnya. Perhatikanlah, ketika Allah memanggil kita untuk
berbicara bagi-Nya, kita boleh bergantung pada-Nya untuk mengajar kita apa yang
harus kita katakan, bahkan ketika kita sedang berjuang di dalam kemalangan dan
ketawaran hati.
Kedua, mereka diyakinkan
bahwa Roh Kudus akan mengungkapkan pembelaan-pembelaan yang harus mereka
ajukan. Bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu, yang berkata-kata
di dalam kamu (ay. 20). Mereka tidak ditinggalkan sendiri pada saat-saat
seperti itu, Allah yang menanggungnya untuk mereka. Roh-Nya yang penuh hikmat
berbicara di dalam mereka, seperti halnya pemeliharaan ilahi-Nya yang
kadang-kadang berbicara secara ajaib bagi mereka, dan oleh Roh hikmat dan
pemeliharaan ilahi itu, mereka bahkan akan menyentuh hati nurani para
penganiaya mereka. Allah memberi mereka kemampuan, bukan hanya untuk berbicara
tepat seperti yang diperlukan, melainkan juga dalam apa yang mereka katakan,
mereka mengatakannya dengan semangat yang kudus. Roh yang sama yang membantu
mereka di mimbar, akan membantu mereka juga di pengadilan. Mereka pasti akan
melaluinya dengan baik, karena mereka mempunyai Pembela yang begitu hebat
seperti itu. Kepada mereka Allah berkata, seperti yang dikatakan-Nya kepada
Musa, "Pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan diam di dalam hatimu"
(Kel. 4:12).
[3] Bahwa orang yang bertahan
sampai pada kesudahannya akan selamat (ay. 22). Sangatlah menghibur dalam hal
ini untuk mengetahui
pertama, bahwa akan ada akhir
dari segala penderitaan ini. Penderitaan bisa saja berlangsung lama, namun
tidak akan terus ada untuk selamanya. Kristus sendiri menghibur diri-Nya dengan
hal ini, dan para pengikut-Nya pun boleh demikian juga: apa yang tertulis
tentang Aku sedang digenapi (Luk. 22:37; KJV, "Segala sesuatu yang
berkaitan dengan Aku ada kesudahannya"). Dabit Deus his quoque finem --
Semuanya ini juga akan diakhiri oleh Allah. Perhatikanlah, jika kita percaya
akan kesudahan masa-masa penderitaan, maka itu akan sangat membantu dalam
menguatkan kita di dalam menanggung penderitaan. Ketika orang fasik berhenti
menimbulkan huru-hara, orang yang kehabisan tenaga mendapat istirahat (Ayb.
3:17). Allah akan memberikan hari depan yang diharapkan (Yer. 29:11).
Kesukaran-kesukaran yang kita hadapi sekarang mungkin membuat kita kehilangan
semangat, seperti hari-hari orang upahan, tetapi, terpujilah Allah, semuanya
itu tidak akan ada untuk selamanya.
Kedua, bahwa walaupun
berbagai kesukaran itu terus berdatangan, kita bisa menanggungnya. Seperti
halnya masalah-masalah itu tidak akan ada untuk selamanya, demikian pula
masalah-masalah itu bukan tidak tertahankan. Kita bisa menanggungnya,
menanggungnya sampai pada kesudahan, karena kita akan ditopang di atas kesukaran
itu, di dalam lengan-lengan yang kekal, Allah akan memberi kita kekuatan yang
dibutuhkan (1Kor. 10:13).
Ketiga, keselamatan merupakan
upah kekal bagi mereka yang bertahan sampai pada kesudahannya. Badai topan dan
cuaca buruk yang kita alami sekarang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan
dengan kebahagiaan abadi yang akan kita nikmati pada saat kita pulang ke rumah
Bapa. Iman akan mahkota kemuliaan telah menjadi penghibur dan kekuatan bagi
orang-orang kudus yang menderita di segala zaman (2Kor. 4:16-17, 28; Ibr.
10:34). Ini bukan hanya suatu dorongan bagi kita untuk bertahan, melainkan juga
suatu ajakan agar kita bertahan sampai pada kesudahannya. Orang yang hanya
bertahan sebentar saja dan dalam masa pencobaan menjadi murtad sudah berjuang
dengan sia-sia dan juga akan kehilangan segala sesuatu yang telah mereka capai.
Hanya orang yang bertahan sampai akhir sajalah yang pasti akan mendapat
imbalan, dan hanya mereka saja. Setialah sampai mati, maka kamu akan
mendapatkan mahkota kehidupan.
[4] Bahwa seberat apa pun
masalah yang dihadapi murid-murid Kristus, semuanya itu tidaklah melebihi apa
yang sudah dihadapi Guru mereka sebelumnya (ay. 24-25). Seorang murid tidak
lebih daripada gurunya. Kita juga melihat perkataan ini dijadikan alasan
mengapa mereka harus bersedia melakukan pekerjaan yang paling hina sekalipun,
bahkan untuk saling membasuh kaki mereka (Yoh. 13:16). Di sini perkataan
tersebut diberikan sebagai alasan mengapa mereka tidak boleh menyerah di dalam
penderitaan yang paling berat sekalipun. Mereka diingatkan akan perkataan ini
(Yoh. 15:20), sebuah ungkapan peribahasa, bahwa seorang hamba tidaklah lebih
dari tuannya, karena itu, seorang hamba janganlah mengharapkan yang lebih baik
daripada tuannya. Perhatikanlah,
pertama, Yesus Kristus adalah
Tuan kita, Tuan yang mengajar kita, dan kita adalah murid-murid-Nya, untuk
belajar dari-Nya. Ia juga Tuan yang memerintah kita, dan kita adalah
hamba-hamba-Nya yang harus mematuhi-Nya. Ia adalah Tuan rumah, oikodespotēs,
yang mempunyai kekuasaan mutlak di dalam gereja, yang adalah keluarga-Nya.
Kedua, Tuhan dan Guru kita
Yesus Kristus menghadapi masalah-masalah berat di dunia. Orang-orang
memanggil-Nya Beelzebul, dewa lalat, nama penghulu setan, dan mereka berkata
bahwa Dia bersekutu dengannya. Dalam hal ini sulit dikatakan mana yang lebih
mengherankan, kejahatan orang-orang yang melecehkan Kristus seperti itu,
ataukah kesabaran Kristus untuk menahan diri walaupun dilecehkan demikian. Ia,
yang adalah Allah segala Kemuliaan, direndahkan sebagai dewa lalat. Raja Israel
dikatakan sebagai dewa Ekron. Raja segala terang dan hidup disebut penghulu
kuasa-kuasa kegelapan dan kematian. Musuh dan Pembinasa Iblis yang terbesar
diturunkan derajat-Nya menjadi sekutu Iblis. Namun dalam semuanya ini Ia tetap
bertahan menghadapi perlawanan dari para pendosa itu.
Ketiga, dengan melihat
bagaimana Kristus dilecehkan di dunia ini, maka kita juga harus siap sedia
menghadapi hal serupa dan menanggungnya dengan sabar. Janganlah kita merasa
aneh jika orang-orang yang membenci-Nya juga membenci kita sebagai para
pengikut-Nya, dan janganlah merasa berat jika orang-orang yang sebentar lagi
akan dibuat serupa seperti Dia di dalam kemuliaan, sekarang dibuat serupa
seperti Dia di dalam penderitaan. Kristus memulai dengan cawan yang pahit, jadi
marilah kita juga bersedia menanggungnya bersama Dia. Dengan memanggul salib,
Ia menjadikan segalanya menjadi mudah bagi kita.
[5] Bahwa tidak ada sesuatu
pun yang tertutup yang tidak akan dibuka (ay. 26). Dari perkataan ini kita bisa
mengetahui,
pertama, tentang pengungkapan
Injil ke seluruh dunia. "Beritakanlah Injil (ay. 27), karena mau tidak mau
Injil pasti akan diberitakan. Kebenaran-kebenaran yang sekarang tersembunyi
dari umat manusia sebagai misteri akan diberitakan kepada segala bangsa di dalam
bahasa mereka sendiri" (Kis. 2:11). Seluruh ujung bumi harus melihat
keselamatan ini. Perhatikanlah, mereka yang melakukan pekerjaan Kristus boleh
merasa berbesar hati dengan mengetahui bahwa pekerjaan yang mereka lakukan itu
pasti akan selesai. Pekerjaan ini seperti pekerjaan membajak tanah yang akan
dipercepat penyelesaiannya oleh Allah. Atau,
kedua, perkataan ini untuk
membersihkan nama baik hamba-hamba Kristus yang menderita, yang dipanggil
Beelzebul. Sifat mereka yang sesungguhnya kini masih sangat tersamar oleh
gambaran-gambaran palsu yang dilontarkan terhadap mereka, namun apa pun itu,
sekaranglah waktunya kesalehan dan keunggulan mereka ditampakkan, semuanya akan
diungkapkan. Terkadang hal tersebut terjadi secara besar-besaran di dunia ini,
ketika melalui berbagai peristiwa yang datang silih berganti, kebenaran
orang-orang kudus menjadi bersinar seperti cahaya. Namun demikian, pengungkapan
secara menyeluruh akan terjadi pada hari penghakiman besar, di mana kemuliaan
mereka akan dinyatakan ke seluruh bumi, dan kepada semua malaikat serta seluruh
umat manusia, yang pada saat ini orang-orang kudus menjadi tontonan mereka
(1Kor. 4:9). Segala penghinaan yang ditujukan kepada mereka akan dihapuskan,
dan semua perbuatan baik serta pelayanan mereka yang sekarang tersembunyi akan
diperlihatkan (1Kor. 4:5). Perhatikanlah, walaupun umat Allah difitnah dan
dicela oleh manusia, mereka boleh merasa terhibur dengan mengetahui bahwa akan
ada hari kebangkitan untuk nama, seperti juga untuk tubuh, pada akhir zaman, ketika
orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari. Biarlah hamba-hamba Kristus
tetap setia mengungkapkan kebenaran-kebenaran-Nya, dan berserah kepada Dia saja
untuk menyatakan nama baik mereka pada waktu yang ditentukan.
[6] Bahwa Allah di dalam pemeliharaan-Nya
memerhatikan secara khusus orang-orang kudus di dalam penderitaan-penderitaan
mereka (ay. 29-31). Baik bagi kita untuk kembali kepada dasar-dasar kebenaran
kita yang utama, khususnya mengenai ajaran mengenai pemeliharaan Allah yang
berlaku atas apa saja di seluruh alam semesta ini, yang meliputi segala makhluk
dan semua perbuatan mereka, bahkan untuk hal yang paling kecil sekalipun. Alam
sendiri mengajarkan hal ini kepada kita, dan ini sangat menghibur bagi umat
manusia, terutama bagi semua orang baik yang di dalam iman dapat memanggil
Allah ini sebagai Bapa mereka, yang memelihara mereka dengan penuh kelembutan.
Perhatikanlah di sini:
Pertama, pemeliharaan ilahi
yang secara umum meliputi seluruh makhluk hidup, bahkan yang paling kecil
sekalipun seperti burung pipit (ay. 29). Begitu tidak berartinya hewan yang
mungil ini sampai satu ekor saja tidak ada harganya. Harus ada dua ekor untuk
bisa dijual seduit (malah harus ada lima ekor untuk dihargai dengan dua duit,
Luk. 12:6). Namun demikian burung-burung itu tidak luput dari pemeliharaan
ilahi. "Seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak
Bapamu," yang berarti:
Ketika mereka turun ke tanah
untuk mencari-cari makan, untuk memungut biji jagung, Bapamu di sorga, Dia-lah,
dengan pemeliharaan-Nya, yang telah menyiapkan makanan bagi mereka. Dalam kitab
lain yang juga berbicara tentang hal ini, yaitu Lukas 12:6, diungkapkan begini,
"Tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah," lupa diberi
makan; sebaliknya, Ia memberi mereka makan (Mat. 6:26). Karena itulah, Ia yang
memberikan makan burung pipit pasti tidak akan membuat orang-orang kudus
kelaparan.
Burung-burung itu tidak akan
jatuh ke bumi dan mati, entah itu karena kematian alami atau karena kecelakaan,
tanpa diketahui Allah. Jadi, walaupun mereka hanya merupakan bagian yang begitu
kecil saja dari ciptaan, namun bahkan kematian mereka pun tidak luput dari
perhatian pemeliharaan Allah. Apalagi kematian murid-murid-Nya! Lihatlah,
burung-burung yang melayang tinggi di atas, jatuh juga ke bumi ketika mati.
Kematian membawa yang paling tinggi kembali ke bumi. Sebagian orang berpendapat
bahwa dalam hal ini Kristus merujuk kepada dua ekor burung yang dipakai untuk
menahirkan orang yang sakit kusta (Im. 14:4-6). Kedua burung itu secara
sepintas disebut burung pipit; yang satu dibunuh, dan dengan demikian jatuh ke
bumi, dan yang lain dilepaskan. Nah, untuk memutuskan yang mana dari keduanya
yang harus dibunuh kelihatannya merupakan sesuatu yang remeh. Orang yang harus
membunuhnya mengambil yang mana saja yang ia suka, tetapi Allah di dalam
pemeliharaan-Nya merancang dan menentukan mana yang harus mati. Nah, Allah ini,
yang memperhatikan burung-burung pipit sedemikian rupa karena mereka adalah
ciptaan-Nya, akan terlebih lagi memperhatikan kamu, yang adalah anak-anak-Nya.
Jika burung pipit saja tidak akan mati tanpa sepengetahuan Bapamu, tentu
manusia juga tidak, terutama kamu yang adalah seorang Kristen, seorang hamba,
teman-Ku, dan anak-Ku. Seekor burung tidak akan jatuh ke dalam jerat pemburu
unggas, atau karena tembakan si pemburu, dan dengan demikian tidak akan dijual
di pasar, jika bukan menurut pemeliharaan ilahi. Musuh-musuhmu, seperti pemburu
unggas yang licik, memasang jerat bagimu, dan dengan diam-diam menembakmu,
namun mereka tidak dapat membawamu dan tidak dapat menangkapmu, jika Allah
tidak mengizinkannya. Oleh sebab itu, janganlah takut terhadap kematian, karena
musuh-musuhmu tidak akan mempunyai kuasa untuk melawanmu, kalau tidak diberikan
kepada mereka dari atas. Allah bisa menghancurkan panah dan jerat mereka (Mzm.
38:13-16; 64:5, 8), dan membuat jiwa kita terluput seperti burung (Mzm. 124:7);
sebab itu janganlah kamu takut (ay. 31). Perhatikanlah, ajaran tentang
pemeliharaan ilahi dapat menenangkan segala ketakutan yang dirasakan umat
Allah: Kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Semua manusia
demikian adanya, karena makhluk lain diciptakan untuk manusia dan diletakkan di
bawah kakinya (Mzm. 8:7-9). Terlebih lagi murid-murid Yesus Kristus, yang
adalah orang-orang istimewa di bumi, meskipun saat ini mereka direndahkan
seolah-olah tidak seharga dengan satu burung pipit.
Kedua, perhatian khusus yang
diberikan Allah kepada murid-murid Kristus, terutama di dalam
penderitaan-penderitaan mereka (ay. 30), rambut kepalamu pun terhitung
semuanya. Ini adalah suatu ungkapan peribahasa yang menunjukkan betapa Allah
sangat memerhatikan dan memedulikan umat-Nya, bahkan hal-hal yang kecil dan
yang paling sedikit diperhatikan sekalipun. Mengenai hal ini, tidak perlulah
kita bertanya-tanya mengenai kebenarannya, sebaliknya kita terdorong untuk
hidup dengan terus bergantung pada pemeliharaan Allah yang meliputi segala
kejadian. Pemeliharaan ilahi itu sama sekali tidak merendahkan kemuliaan yang
tidak terbatas atau mengganggu ketenangan yang tidak terhingga dari Sang Akal
Budi yang Kekal. Jika rambut manusia saja dihitung-Nya, apalagi kepala mereka.
Terlebih lagi Ia akan mengurusi hidup mereka, kesejahteraan mereka, dan jiwa
mereka. Ini menunjukkan bahwa Allah lebih memperhatikan mereka daripada mereka
memperhatikan diri mereka sendiri. Orang biasanya cemas menghitung uang,
barang, dan ternak mereka namun tidak pernah mau dengan teliti menghitung
rambutnya, yang gugur dan hilang, dan mereka tidak pernah merasa kehilangan
rambut mereka itu. Tetapi Allah menghitung rambut umat-Nya, dan tidak sehelai
pun dari rambut kepala mereka akan hilang (Luk. 21:18). Mereka tidak akan
dibiarkan disakiti sedikit pun, kecuali atas pertimbangan yang matang. Begitu
berharganya orang-orang kudus, dan kehidupan, serta kematian mereka bagi Allah!
[7] Bahwa Kristus sebentar
lagi, pada hari kemenangan, akan mengakui orang-orang yang mengakui-Nya pada
masa pencobaan, sementara mereka yang menyangkal-Nya akan disangkal dan
ditolak-Nya untuk selama-lamanya (ay. 32-33). Perhatikanlah,
pertama, kita wajib mengakui
Kristus di depan manusia, dan jika kita melakukannya, maka pada masa nanti
pengakuan kita akan menjadi suatu kehormatan dan kebahagiaan kita yang tidak
terkira.
Kita wajib bukan hanya untuk
percaya kepada Kristus, tetapi juga untuk mengakui iman kepercayaan itu, dengan
menderita bersama-Nya pada waktu kita dipanggil untuk mengalaminya, dan juga
dengan melayani-Nya. Kita tidak boleh merasa malu akan hubungan kita dengan
Kristus, persekutuan kita bersama-Nya, dan hal-hal yang kita harapkan dari-Nya.
Dengan inilah ketulusan iman kita dibuktikan, nama-Nya dimuliakan, dan orang
lain pun dibangun.
Walaupun hal ini dapat
membuat kita dicela dan dihadapkan pada masalah sekarang, kita akan mendapat
balasan yang berlimpah karenanya pada hari kebangkitan orang-orang benar, di
mana kita akan mendapat kehormatan dan kebahagiaan yang tidak terkira pada saat
mendengar Kristus berkata (apalagi yang lebih membahagiakan dari ini?),
"Aku akan mengakuinya, walaupun ia hanyalah cacing tanah yang tidak
berharga, namun ia adalah salah satu kepunyaan-Ku, salah satu teman dan
kesayangan-Ku, yang mengasihi-Ku, dan yang Aku kasihi, yang telah kutebus
dengan darah-Ku, dan yang merupakan hasil karya Roh-Ku. Aku akan mengakuinya di
depan Bapa-Ku, dan ini akan sangat menguntungkannya. Aku akan mengatakan
hal-hal yang baik tentang dia, ketika dia berdiri di hadapan Bapa-Ku untuk
menerima keputusan terakhir baginya. Aku akan mempersembahkannya, mewakilinya,
di hadapan Bapa-Ku." Orang yang menghormati Kristus akan dihormati
demikian oleh Kristus. Mereka menghormati-Nya di depan manusia, ini suatu hal
yang sepele, dan Ia akan memberi mereka kehormatan di depan Bapa-Nya, ini suatu
hal yang hebat.
Kedua, orang yang menolak dan
menyangkal Kristus di depan manusia akan mendapat bahaya besar, karena mereka
yang melakukannya akan disangkal oleh-Nya pada hari penghakiman besar, ketika
mereka justru paling membutuhkan-Nya. Ia tidak akan mengakui mereka sebagai
hamba-hamba-Nya karena mereka tidak mengakui-Nya sebagai Tuan mereka, "Aku
berkata, Aku tidak pernah mengenal kamu" (7:23). Pada abad-abad pertama
Kekristenan, orang yang mengakui Kristus pasti akan kehilangan sesuatu yang
paling berharga dalam hidupnya di dunia ini, dan karena itu, pengakuan di masa
itu lebih dari sekadar ujian ketulusan; pengakuan di masa itu melebihi yang
terjadi sekarang ini, yang memiliki banyak keuntungan duniawi yang
menyertainya.
[8] Bahwa dasar dari
pemuridan mereka diletakkan sedemikian rupa sehingga mereka bisa mengalami penderitaan-penderitaan
itu dengan sangat ringan dan mudah. Kristus juga memanggil mereka untuk menjadi
pengikut-pengikut-Nya dengan satu syarat bahwa mereka harus siap untuk
menderita (ay. 37-39).
Pertama-tama Ia memberi tahu mereka bahwa mereka tidak
layak bagi-Nya jika mereka tidak bersedia meninggalkan semuanya untuk mengikut
Dia. Orang janganlah merasa bimbang dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang
memang harus datang sebagai akibat dari pengakuan iman mereka, kalau mereka
sudah memperhitungkannya dan menyatakan pengakuan mereka itu. Mereka harus
memilih untuk menanggung kepenatan dan kesukaran itu dengan gembira atau
membuang berbagai hak istimewa dan keuntungan yang akan diperoleh dari
pengakuan iman mereka itu. Nah, dalam Kekristenan, orang-orang yang tidak
menempatkan kepentingan Kristus di atas kepentingan-kepentingan yang lain
dianggap tidak layak mendapat kehormatan dan kebahagiaan dari itu. Orang yang
tidak setuju dengan syarat-syarat untuk mengadakan jual beli tidak dapat
berharap akan menerima keuntungan-keuntungan dari jual beli itu. Nah,
persyaratan ini sudah ditentukan. Jika agama memang berharga untuk apa saja,
maka ia juga akan berharga untuk setiap hal; dan karena itu, siapa saja yang
percaya akan kebenaran agama, ia juga akan segera membayar harganya; dan siapa
saja yang menjadikan agama sebagai pekerjaan dan kebahagiaannya, ia akan
menempatkannya di atas segala sesuatu. Orang yang tidak menyukai Kristus dengan
syarat-syarat-Nya ini boleh meninggalkan-Nya dan menanggung sendiri akibatnya. Perhatikanlah,
kita akan sangat dikuatkan jika berpikir bahwa apa pun yang kita tinggalkan,
yang kita lepaskan, atau yang kita derita bagi Kristus, semuanya itu tidak
menyusahkan diri kita sendiri. Kita akan terhibur dengan berpikir bahwa apa pun
yang kita tinggalkan, semuanya itu memang sangat layak kita tinggalkan demi
memperoleh mutiara itu. Syaratnya adalah bahwa kita harus lebih memilih
Kristus.
Pertama, kita harus lebih
memilih Kristus daripada saudara-saudari kita yang paling dekat dan yang paling
kita kasihi, bapa atau ibu, putra atau putri kita. Dalam hubungan kekeluargaan
ini, biasanya hanya ada sedikit ruang untuk rasa iri hati, dan ada lebih banyak
ruang untuk kasih. Oleh sebab itu, hubungan kekeluargaan ini dijadikan contoh
sebagai hubungan yang paling besar pengaruhnya bagi kita. Anak-anak harus
mengasihi orangtua mereka, dan orangtua harus mengasihi anak-anak mereka. Akan
tetapi, jika mereka mengasihi keluarga mereka lebih dari Kristus, mereka tidak
layak bagi-Nya. Seperti halnya janganlah kita dibelokkan dari Kristus oleh
kebencian saudara-saudari kita seperti yang dibicarakan Kristus di sini (ay.
21, 35-36), demikian pula kita jangan ditarik menjauh dari-Nya oleh kasih
mereka. Orang-orang Kristen harus seperti orang Lewi, yang berkata tentang ayahnya
dan tentang ibunya, "Aku tidak mengindahkan mereka" (Ul. 33:9).
Kedua, kita harus lebih
memilih Kristus daripada kenyamanan dan keamanan kita sendiri. Kita harus
memikul salib kita dan mengikuti-Nya, kalau tidak, maka kita tidak layak
bagi-Nya. Perhatikanlah dalam hal ini: Orang yang mau mengikut
Kristus harus mengharapkan salib mereka dan memikulnya.
Dalam memikul salib, kita
harus mengikut teladan Kristus, dan memikulnya seperti Dia memikul salib-Nya.
Ketika kita menghadapi salib,
itu merupakan dorongan semangat yang luar biasa bagi kita, karena dengan
memikulnya kita mengikut Kristus, yang sudah menunjukkan jalannya bagi kita,
dan jika kita mengikuti-Nya dengan setia, Dia akan memimpin kita melewati
berbagai penderitaan seperti Dia, untuk menuju kemuliaan bersama-Nya.
Ketiga, kita harus lebih
memilih Kristus daripada hidup itu sendiri (ay. 39). Barangsiapa mempertahankan
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Orang yang menyangka sudah memperoleh
nyawanya, sudah menyelamatkannya, dan sudah mempertahankannya, dengan
menyangkal Kristus, akan kehilangan nyawanya dalam kematian kekal. Tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Kristus, yang bersedia kehilangan
nyawanya daripada menyangkal Kristus, akan memperolehnya, dengan keuntungan
yang tiada taranya, dalam kehidupan kekal. Orang yang paling siap menghadapi
kehidupan yang akan datang adalah orang yang paling tidak terikat pada
kehidupan sekarang.
[9] Bahwa Kristus sendiri
akan mendukung perbuatan mereka dengan sepenuh hati, sampai-sampai Ia menunjukkan
diri-Nya sebagai Teman bagi semua teman mereka, dan membalas segala kebaikan
mereka kapan saja waktunya (ay. 40-42). Barangsiapa menyambut kamu, ia
menyambut Aku.
Pertama, dalam hal ini
tersirat bahwa walaupun orang pada umumnya akan menolak mereka, namun mereka
pasti akan bertemu dengan sebagian orang yang mau menerima dan menjamu mereka,
yang mau menyambut pesan mereka dalam hati, dan mempersilakan para pembawa pesan
ini masuk ke dalam rumah-rumah mereka, dan semuanya ini dilakukan orang-orang
itu demi pesan itu sendiri. Demikianlah Injil itu seperti orang berjual beli,
kalau yang ini tidak mau, yang lain akan mau membeli. Pada masa-masa yang
paling gelap pun masih ada sisa-sisa umat Allah yang dipilih melalui anugerah.
Hamba-hamba Kristus tidak akan bersusah payah dengan sia-sia.
Kedua, Yesus Kristus
menganggap apa pun yang dilakukan terhadap hamba-hamba-Nya yang setia, entah
kebaikan atau kejahatan, itu sama saja dengan melakukannya terhadap diri-Nya
sendiri. Ia merasa diperlakukan sebagaimana murid-murid-Nya diperlakukan.
"Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku." Penghormatan atau
penghinaan yang diberikan kepada seorang utusan mencerminkan penghormatan atau
penghinaan terhadap penguasa yang mengutusnya, dan hamba-hamba Kristus adalah
utusan-utusan-Nya. Lihatlah bagaimana Kristus merasa senang dengan mereka yang
mau memperlihatkan penghormatan mereka terhadap-Nya. Umat-Nya dan
hamba-hamba-Nya selalu ada bersama kita, dan Ia selalu menyertai mereka, bahkan
sampai pada akhir zaman. Bukan itu saja, penghormatan ini bahkan naik lebih
tinggi lagi, "Barangsiapa yang menyambut Aku, ia menyambut Dia yang
mengutus Aku." Bukan hanya Kristus yang menganggap bahwa suatu hal yang
dilakukan terhadap murid-murid-Nya dilakukan juga terhadap diri-Nya sendiri,
Allah pun menganggapnya demikian, melalui Kristus. Dengan menyambut hamba-hamba
Kristus, orang bukan hanya dengan tidak disadari menjamu malaikat-malaikat,
melainkan juga menjamu Kristus, dan bahkan terlebih lagi, menjamu Allah itu
sendiri, juga tanpa sadar, seperti yang tampak dalam 25:37, "Bilamanakah
kami melihat Engkau lapar?"
Ketiga, bahwa kebaikan yang
dilakukan terhadap murid-murid Kristus itu, meskipun kecil sifatnya, karena
kita tidak mampu melakukan sesuatu yang lebih, lakukan saja bila ada
kesempatan, dan itu akan diterima, sekalipun hanya memberi air sejuk secangkir
saja kepada salah seorang yang kecil ini (ay. 42). Murid-murid Kristus itu
orang-orang kecil, miskin dan lemah, dan sering kali perlu sesuatu yang
menyegarkan, dan mereka pasti akan senang meskipun menerima sedikit saja.
Betapa luar biasanya hal yang kecil itu sampai secangkir air sejuk pun
merupakan pertolongan yang sangat besar. Perhatikanlah, kebaikan yang
ditunjukkan kepada murid-murid Kristus dihargai menurut ukuran Kristus, bukan
menurut harga pemberian itu, melainkan menurut kasih dan perasaan si pemberi.
Dengan demikian, berdasarkan ukuran seperti ini, maka uang si janda miskin yang
sangat sedikit itu bukan saja dipandang berlaku, tetapi juga bernilai tinggi
(Luk. 21:3-4). Jadi, orang yang benar-benar kaya dalam anugerah juga bisa kaya
dalam perbuatan baik, meskipun mereka miskin dalam dunia.
Keempat, kebaikan terhadap
murid-murid Kristus yang akan diterima-Nya itu harus dilakukan dengan mata yang
tertuju kepada-Nya, dan demi nama-Nya. Seorang nabi harus disambut sebagai
nabi, seorang benar sebagai orang benar, dan salah seorang kecil ini sebagai
seorang murid, bukan karena mereka orang terpelajar atau cerdas, juga bukan
karena mereka saudara atau tetangga kita, melainkan karena mereka orang benar,
yang karena demikian membawa citra Kristus. Mereka juga harus disambut karena
mereka adalah nabi dan murid, yang diutus demikian untuk melakukan pesan
Kristus. Kepedulian yang dilandasi rasa percaya kepada Kristuslah yang membuat
kebaikan yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya memiliki suatu nilai yang
berharga. Kristus sendiri tidak akan menunjukkan perhatian-Nya terhadap suatu
perkara jika kita tidak terlebih dulu mengajak-Nya untuk memperhatikan perkara
itu. Ut tibi debeam aliquid pro eo quod præstas, debes non tantum mihi
præstare, sed tanquam mihi -- "Jika kamu ingin agar aku merasa memiliki
kewajiban terhadapmu atas pelayanan apa saja yang kamu lakukan, maka kamu bukan
hanya harus melaksanakan pelayanan itu, melainkan juga harus meyakinkan aku
bahwa kamu melakukannya demi aku" (Seneca).
===========TERPUJILAH
TUHAN ATAS HIKMATNYA==========
Tidak ada komentar:
Posting Komentar