Kamis, 25 Maret 2021

BELAJAR ARTI KATA TAKUT

TAKUT Dalam arti 'perasaan takut', maupun 'ketakutan yang amat sangat'. Dalam Luk. 21:11, TB LAI memilih kata 'mengejutkan'. Namun, dalam Ibr. 10:31, TB LAI menerjemahkan 'ngeri'.

Alkitab menggunakan beberapa kata untuk mengartikan takut atau ketakutan. Yg paling umum ialah Ibrani yir'a dan pakhad, Yunani fobos. Secara teologis dapat dikemukakan empat yg utama.

a. Ketakutan yg kudus

Ini adalah dampak dari pengenalan orang percaya akan Allah yg hidup. Menurut Luther, orang biasa tidak akan mempunyai ketakutan yg didorong oleh penghormatan yg terhadap Allah. Sementara itu R Otto berkata bahwa ia sama sekali 'tak dapat gemetar ketakutan terhadap Allah dalam arti riil kata itu'. Pada pihak lain, ketakutan yg kudus adalah pemberian Allah, yg memampukan orang takut sekaligus menghormati kekuasaan Allah, menaati perintah-perintah-Nya, membenci sambil menjauhkan diri dari semua bentuk kejahatan (Yer 32:40; bnd Kej 22:12; Ibr 5:7). Lagipula takut akan Tuhan itu adalah permulaan hikmat (Mzm 111:10), rahasia kelurusan hati (Ams 8:13), ciri umat yg disenangi Allah (Mzm 147:11), dan kewajiban setiap orang (Pkh 12:13). Rob takut akan Tuhan adalah salah satu sifat yg ditanamkan Allah pada Mesias-Nya (Yes 11:2-3).

Dalam PL, agama sejati sering dianggap sama dengan takut akan Tuhan (bnd Yer 2:19; Mzm 34:11), sebagian besar penyebabnya adalah hukuman sesuai tuntutan hukum Taurat. Pada zaman PB ungkapan 'hidup dalam takut akan Tuhan' digunakan berkaitan dengan orang Kristen perdana (Kis 9:31). Para warga rumah sembahyang asal kafir disebut 'orang-orang yg takut akan Allah' (Kis 10:2 dst; bnd Flp 2:12).

Tapi PB menekankan bahwa Allah mengasihi dan mengampuni, yg melalui Kristus memberikan 'Roh yg menjadikan kamu anak Allah' (Rm 8:15), dan memungkinkan manusia supaya berani menghadapi hidup (2 Tim 1:6-7) dan maut (Ibr 2:15) tanpa takut. Kendati demikian takut akan Tuhan tetap ada, sebab kedahsyatan Allah tidak berubah, Hari Penghakiman akan tiba dan harus dihadapi manusia (2 Kor 5:10 dab). Takut akan Allah mendorong orang percaya mencari kesucian (2 Kor 7:1) dan hal itu tercermin dalam sikapnya terhadap sesamanya (Ef 5:21).

b. Takut diperbudak

Ketakutan ini wajar sebagai akibat dari dosa (Kej 3:10; Ams 28:1), dan dapat terjadi sebagai hukuman (Ul 28:28). Demikianlah yg dialami oleh Feliks waktu dia mendengar Paulus berkhotbah (Kis 24:25), juga oleh penolak-penolak Kristus yg bagi mereka tinggal hanya 'kematian yg mengerikan (harfiah menakutkan) akan penghakiman' (Ibr 10:27, 31; bnd Why 21:8). Walaupun takut diperbudak itu pada dirinya tidaklah baik, namun Roh Kudus sering memanfaatkannya untuk mendorong orang bertobat (Kis 16:29).

c. Takut kepada manusia

Ketakutan jenis ini bisa berarti: (i) rasa kagum dan hormat terhadap seseorang, seperti kepala atau penguasa-penguasa (1 Ptr 2:18; Rm 13:7); (ii) ketakutan terhadap seseorang dan terhadap tindakan yg dapat dilakukan orang itu (Bil 14:9; Yes 8:12; Ams 29:25); (iii) dalam arti khusus kristiani, keprihatinan dan kepedulian akan seseorang agar terhindar dari kehancuran oleh dosa (1 Kor 2:3; 2 Kor 11:3; Kol 2:1). Ketakutan jenis ini, juga ketakutan diperbudak seperti disebut tadi, dapat diatasi melalui kasih sejati terhadap Allah (1 Yoh 4:18).

d Takut yang disegani

Kej 31:42, 53 menyebut Allah 'Yg Disegani' Ishak. Artinya, Allah yg ditakuti, dihormati dan disembah oleh Ishak. Yg mereka takuti ialah keadaan dahsyat yg menggentarkan mereka, yg melanda orang fasik (Ams 1:26-27; 10:24; bnd Yes 66:4). Waktu orang Israel akan memasuki Kanaan, maka mendahului mereka Allah mengirim 'kengerian akan Aku', yg memusnahkan dan menceraiberaikan orang-orang Kanaan, atau membuat penduduk Kanaan itu patah semangat dan tidak mampu menahan serbuan orang Israel (Kel 23:27-28). Ketakutan dalam arti ini terkandung dalam Ayb 4:6, 'Bukankah takutmu akan Allah yg menjadi sandaranmu, dan kesalehan hidupmu menjadi. pengharapanmu?'

KEPUSTAKAAN. 
R Otto, The Idea of the Holy, 1929; J Murray, Principles of Conduct, 1957, hlm 229 dst; J.-J von Allmen, Vocabulary of the Bible, 1958, hlm 113-119; RE Pfeiffer, 'The Fear of God', IEJ 5, 1955, hlm 43-48. JDD/MHS/HAO

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung