Kamis, 30 Desember 2021

RENUNGAN AKHIR TAHUN

EMPAT CARA MERAIH KEMENANGAN HIDUP DI TAHUN 2022

2 Korintus 2:14-17

 

12 Ketika aku tiba di Troas[1]perjalanan paulus ke II kejadian jatunya Eutikud dari jendela bangunan bertingkat” untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.

13 Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia[2].

14 Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.

15 Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.

16 Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?

17 Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya.

TERJEMAHAN [FAYH]

1)  14  Tetapi syukur kepada Allah! Sebab melalui apa yang telah dilakukan oleh

Kristus, Ia telah memperoleh kemenangan atas kami, sehingga ke mana pun kami pergi, Ia memakai kami untuk bercerita kepada semua orang mengenai Tuhan dan menyebarkan Injil bagaikan wangi-wangian yang harum semerbak.

2)  15  Bagi Allah, kami merupakan bau harum yang menyegarkan, yaitu keharuman Kristus yang ada di dalam kami, dan yang tercium oleh orang-orang di sekitar kami, baik yang sudah diselamatkan maupun yang belum.

3)  16  Bagi yang belum diselamatkan, kami seolah-olah bau kematian dan kebinasaan yang menakutkan. Sedangkan bagi yang sudah mengenal Kristus, kami menjadi wangi-wangian yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang mampu menunaikan tugas seperti itu?

4)  17  Yang mampu hanyalah orang-orang yang memegang kebenaran seperti kami, yang disuruh oleh Allah, yang berbicara dengan kuasa Kristus, dan yang selalu berada di bawah lindungan Allah. Kami tidak seperti orang-orang yang memberitakan Injil dengan maksud mencari keuntungan, dan orang-orang seperti itu jumlahnya tidak sedikit.

 

Pengantar 

Hidup kekristenan tidak dapat disamakan dengan/seperti roda yang berputar, yang suatu waktu dapat di bawah dan di waktu yang lain berada di atas. Yang berarti bahwa suatu saat akan mengalami kegagalan dan di waktu yang lain akan mengalami kesuksesan. Warna hidup seperti ini bukanlah warna hidup yang dijanjikan oleh Tuhan kepada kita sebagai anak-anak-Nya.

Janji Tuhan adalah hidup berkemenangan, karena di dalam Dia ada hidup berkemenangan, dan Tuhan sendirilah yang akan menggenapi segala janji-Nya. Walalu pun Begitu bukan berarti bahwa kekristenan bebas dari yang namanya masalah dan cobaan., karena Tuhan tidak pernah menjanjikan hal itu. Justru sebaliknya kekristenan itu pasti akan mengahadapi banyak masalah. Akan tetapi, Alkitab mencatat bahwa Allah di dalam Yesus Kristus akan selalu membawa orang percaya menuju  kepada jalan kemenangan-Nya (ay. 14).

Sebagai orang percaya, kita tidak hidup dan bergantung kepada kondisi dunia saat ini. Akan tetapi kita sepenuhnya bergantung kepada pimpinan Tuhan. Namun sekarang yang menjadi persoalan adalah bagaimana agar kita dapat hidup berkemenangan di tahun 2022 ?

1.  Menempatkan Tuhan sebagai priorotas utama (ay. 12)

Banyak orang yang mengalalmi kegagalan dalam menjalankan rencannya, karena tidak menjadikan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup mereka. Banyak orang yang berkata bahwa mereka telah menajdikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka secara pribadi, tetapi dalam menjalani hidup ini mereka yang memimpin di depan dan Yesus berada di belakang mereka Markus 4:35-41 [38] “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?". Pada hal kenyataan yang sebenarnya harus trerjadi adalah yesus yang harus berada di depan kita dan bukan sebaliknya agar kita dapat meraih kemenangan.  Salah satu bukti yang akurat bahwa kita selalu mengutamakan Tuhan dalam hidup kita adalah dengan cara kita menjadi pelaku-pelaku firman. Serta kita juga harus senantiasa bersemangat untuk mau memberitakan Injil Kerajaan Allah. Tetapi persoalannya adalah seringkali kita menempatkan hal-hal yang lain yang menjadi prioritas dalam hidup  kita. Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup saudara dan saya. 

2.  Senantiasa hidup dalam ucapan syukur (ay. 14)

Hari-hari terakhir ini, banyak orang yang tidak lagi mau untuk mengucap syukur. Mengucap syukur sepertinya telah menjadi sebuah pekerjaan berat yang sulit untuk dapat dikerjakan. Rasul Paulus tegaskan dalam 1 Tesalonika 5:18 (TB)  Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Sesungguhnya “Orang yang tidak pernah mengucap syukur, adalah orang yang tidak tahu diri, dia adalah orang yang sombong, tidak tahu berterimakasih”. Mengapa? Di dalam ucapan syukur ada rasa hormat, Orang percaya yang hidup bersyukur adalah sesungguhnya orang yang kuat di dalam Tuhan, hidupnya dekat dengan Tuhan, dan selalu optimis/semangat bahwa Tuhan akan selalu menuntunnya ke jalan kemenangan.

3. Tidak mudah terpengaruh (ay. 15)

Dalam ayat 13 “Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia. Siapa sebenarnya Titus ?  Titus adalah rekan Paulus yang sangat dia dipercayai. Titus bertindak sebagai wakil Paulus di Korintus selama tahun menjelang penulisan 2 Kor, dengan tugas khusus mengatur pengumpulan persembahan untuk jemaat di Yerusalem. Tugas lain yang diemban oleh Titus ialah mengendorkan keadaan tenang yang timbul antara Paulus dan orang-orang Korintus. Titus berwatak lebih kuat daripada Timotius (1 Kor 16:10: 2 Kor 7:15) dan sanggup sebagai pengatur (pemegang tata usaha).

Akhirnya Titus bergabung lagi dengan Paulus di Makedonia (2 Kor 7:6) dengan membawa kabar baik. Sebagai buahnya 2 Kor ditulis dan dibawa dengan senang hati oleh Titus, yang nampaknya sangat prihatin akan keadaan masyarakat Kristen di Korintus (2 Kor 8:6). Paulus menyebut Titus sebagai 'temanku yang bekerja bersama-sama dengan aku untuk kamu' (8:23). seorang yang tidak akan menipu orang-orang yang dipercayakan pada pembinaannya (2 Kor 12:18).

Orang yang angkuh berbeda denga orang yang memiliki prinsip hidup. Orang yang memiliki prinsip hidup akan tapil seperti Titus yang tidak mudah untuk dipengaruhi. Dalam hidupnya, tegas, dan tidak dapat kompromi dengan siapapun, menyatakan kebenaran jika salah dan memperbaiki kelakuan.

4.  Memiliki hati yang bersih (ay. 17)

Secara eksplisit manusia tidak dapat membedakan kebersihan hati seseorang. Hal itu disebabkan oleh adanya natur manusia yang terbatas untuk melihat yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Keterbatasan manusia terletak dalam keberdosaan sifat manusia itu sendiri, yang mampu dapat membedakan antara baik dan benar berdasarkan nuraninya yang tidak terpengaruh oleh pihak eksternal. Sebab itu setiap kita di ingatkan untuk melatih diri melalui Ibadah sebagai pesan Paulus kepada anak didiknya Tomotius 4:12  {1 Timotius 4:7-8} 7 Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah. 8 Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.

Orang yang bersih hatinya adalah orang yang berhak dan layak untuk melihat serta mengalami mujizat Tuhan dalam hidupnya. Dosa adalah penghalang untuk kita dapat meraih kemengan, dan mengalami mujizat Tuhan.Tuhan menjajikan kemenangan besar bagi setiap orang percaya. Kemenangan itu akan kita raih apa bila kita selalu hidup seturut dengan kehendak-Nya dan setia untuk mentatati perintah-Nya. Jadi masa depan kita secerah janji-janji yang dijanjikan oleh Tuhan. Itulah jaminan hidup yang berkemenangan.

KESIMPULAN 

1)   Janji Tuhan adalah hidup berkemenangan, karena DI DALAM DIA ADA HIDUP, dan Tuhan sendirilah yang akan menggenapi segala janji-Nya.

2)      Salah satu bukti yang akurat bahwa kita mengutamakan Tuhan adalah dengan cara menjadi pelaku-pelaku firman

3)      Banyak orang yang mengalalmi kegagalan, karena tidak menjadikan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup mereka.

4)      Sesungguhnya “Orang yang tidak pernah mengucap syukur, adalah orang yang tidak tahu diri, dia adalah orang yang sombong, tidak tahu berterimakasih”

5)      Orang yang memiliki prinsip hidup akan tapil seperti Titus yang tidak mudah untuk dipengaruhi untuk kompromi

6)      Orang yang bersih hatinya adalah orang yang berhak dan layak untuk melihat serta mengalami mujizat Tuhan dalam hidupnya

7)      Jadikan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup saudara dan saya.

 

 
Wamena, 02 Januari 2012
Khotbah di Jemaat GBI Anugerah Wamena
Ibadah Raya  pukul 09.30 sampai selesai
Pembicara: Pdm.Yoel Giban,S.Th.M.Pd.K



[1] Kota Troas didirikan dekat kota Troya kuno, oleh raja pengganti Iskandar Agung dan disebut menurut namanya Aleksandria Troas. Kaisar Agustus menjadikan kota itu koloni Romawi. Menurut Suetonius, Yulius Kaisar mempertimbangkan untuk memindahkan pemerintahan ke sana dari Roma, karena menurut tradisi Aeneas orang Troya-lah yg mendirikan Roma, dan Yulius anak Aeneas, adalah leluhur dari marga Yulius Kaisar. Troas adalah pelabuhan utama dari Asia Kecil bagian barat laut, yg dimanfaatkan oleh para pelancong dari Asia ke Makedonia. Jemaat di Troas dua kali disinggung oleh Ignatius. Kata 'Troas' dapat mengacu kepada kota maupun kepada daerah sekitarnya.

[2] Suatu daerah yang indah, berpusat di dataran yang mengelilingi teluk Tesalonika,... Daerah ini terkenal karena kayu dan logam yang berharga. Pada zaman dahulu daerah ini diperintah oleh golongan bangsawan berkuda di bawah keluarga kerajaan yang dipengaruhi helenisme. Kemudian raja-rajanya menguasai pergolakan-pergolakan di Yunani sejak abad 4 sM, dan sesudah Iskandar (Agung) kekuasaan keturunan raja Makedonia meliputi seluruh daerah Laut Tengah bagian timur, hingga kerajaan-kerajaan itu digulingkan oleh bangsa Roma

Rabu, 08 Desember 2021

Natal BEM STAK DIASPORA WAMENA

CINTA KASIH KRISTUS YANG MENGGERAKKAN
PERSAUDARAAN

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada tanggal 09 Oktober 2021, mengumumkan, Tema Natal secara Nasional  yang diambil dari 1 Petrus 1:22. "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.” Tema Natal tahun ini merupakan refleksi dari realitas yang terjadi sepanjang tahun 2021 dimana tergoncangnya stabilitas umat di bidang sosial,ekonomi dan politik secara nasional, beragam kondisi sulit tersebut terjadi dalam pandemi Covid-19.

Covid-19 telah menjadi momok yang sangat menakutkan bagi siapa saja tanpa memandang agama, golongan dan status sosial sehingga menimbulkan ketakutan yang besar bagi umat Tuhan. Seolah-olah Covid-19 tampil sebagai hakim yang menghukum setiap orang tanpa belas kasihan dan tanpa ampun. Papua telah kehilangan begitu banyak pejabat baik hamba-hamba Tuhan dan pejabat Negara tanpa mengalami sakit secara alamiah di sepanjang tahun 2021.

Selain itu berdampak juga dalam stabilitas umat tergoncang dengan berbagai isu yang melemahkan iman dan kepercayaan terhadap satu sama yang lainnya. Hal itu tidak hanya terjadi pada bidang sosial dan ekonomi melainkan berdampak besar juga dalam politik nasional dan politik lokal yang memiliki relasi kuasa dengan umat Tuhan. Dimana-mana umat Tuhan hidup dalam ketakutan, merasah tertekan bahkan hidup sebagai perantauan di negerinya sendiri. Kondisi ini tidak hanya terjadi di tanah Papua tetapi juga terjadi secara nasional dan global sehingga banyak umat Tuhan meninggalkan tanah kelahirannya sendiri dan bahkan hidup sebagai perantau di negeri orang lain, seperti yang terjadi di Ndugama, Intan Jaya, Pegunungan Bintang, Yahukimo dan bahkan beberapa daerah lainnya, melahirkan kebencian antara satu etnik terhadap yang lain, berdampak dalam membangun komunikasi dengan sesama sebagai umat Tuhan. Saling mencurigai, saling membenci, saling memprovokasi dan saling membunuh sepanjang tahun 2021. Sehingga lebih banyak umat Tuhan kehilangan kepercayaan dan kasih akan sesama sebagai sebagaimana Tuhan.

Kasih mulai hilang dari kehidupan orang percaya, setiap umat Tuhan saling berlomba-lomba untuk mempertahakan hidup dan mengesampingkan perintah Tuhan sebagaimana yang tersirat dalam Injil Matius 22:37-39 "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, telah ditinggalkan.

Di tengah  kondisi yang demikian, persekutuan gereja-gereja [PGI] terpanggil untuk mengeluarkan suatu tema Natal yang mendorong umat Tuhan untuk Kembali kepada jalan Tuhan dan tidak lagi saling menyikut atau saling mendahului hanya untuk mencapai tujuannya sendiri melainkan saling mengasihi sebagaimana pesan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Injil Yohanes 14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku, namun akibat dari  Covid-19 umat Tuhan tidak lagi hidup untuk menuruti segala perintah yang Tuhan sampaikan kepada pengikut-Nya, akan tetapi kehilangan esensi hidup sebagai anak Tuhan, maka itu PGI mengeluarkan tema NATAL “Cinta kasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan” agar umat Tuhan tidak lagi hidup dalam ketakutan dan tekanan berbagai hal yang terjadi dalam sepanjang tahun ini, akan tetapi hidup umat Tuhan harus mampu dapat mengimplementasikan dua hal penting yang diambil dari 1 Petrus 1:22 dalam hidup sebagai umat Tuhan yaitu:

 

1.    Mengamalkan [melaksanakan] kasih persaudaraan yang tulus ikhlas,

Dalam pelaksanan Natal tahun 2021 ini kita diberitahu bahwa sebagai anak-anak Tuhan kita harus mengamalkan nilai-nilai keKristen dalam hidup kita sebagai kesaksian bagi dunia agar dunia tahu bahwa Tuhan Yesus mampu memberikan perlindunga,keamanan dan jaminan hidup yang lebih baik. Mengamalkan kasih persaudaraan tidak boleh bersifat balas budi sebab karena Yesus telah menunjukkan teladannya sehingga mengamalkan kasih persaudaraan harus Tanpa memangdang: a.    Status Sosial b.    Etnik dan  Budaya serta c.     Golongan

 

Agar melalui Natal tahun 2021 ini kita benar-benar menjadi berkat tidak hanya melalui materi tetapi juga melalui perbuatan baik kepada sesama sebagai ciptaan Tuhan. Yohanes 14: 15 diatas menjadi rujukkan untuk kita mengamalkan kasih persaudaraan di dalam Tuhan yaitu Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku

 

2.    Bersungguh-sungguh saling [benar-benar] mengasihi dengan segenap hatimu

Yohanes 14: 23  "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Setiap orang percaya harus bersungguh-sungguh hidup dalam saling mengasihi dengan segenap hati agar dunia tahu bahwa hidup anak Tuhan tidak sama dengan hidupnya orang-orang duniawi.

 

Anak Tuhan yang bersungguh-sungguh dalam membangun hubungan dengan kasih Allah maka dia tidak hanya menjadi anak Tuhan tetapi dapat menikmati damai sejahterah yang Tuhan janjikan. Yesaya 32:17. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Kebenaran adalah Yesus sendiri yang memberikan damai sejahtera. Oleh karena itu bersungguh-sungguhlah hidup saling mengasihi agar Tuhan beserta kita di tahun yang akan dating.

 

 KESIMPULAN

Melalui natal ini, marilah kita melakukan dua hal diatas sebagai bukti bahwa kita adalah anak-anak Tuhan. Anak Tuhan harus menjadi berkat apapun yang terjadi, entah diberkati atau tidak dalam perbuatan dan perkataannya harus mencerminkan Kristus agar dunia tahu. Natal adalah berita sukacita yang harus selalu ada dalam peraktek kehidupan kita sebagai umat Tuhan. Natal tidak boleh dilaksanakan sebagai peringatan atau sebagai suatu tradisi agama, akan tetapi marilah kita mempraktekkan makna natal itu dalam kehidupan sehari-hari kita agar nama Tuhan dimuliahkan,melalui pekerjaan dan pelayanan kita. Amin

 

Wamena, 06 Desember 2021
Natal BEM STAK DIASPORA

Pdm.Yoel Giban, S.Th.M.Pd.K

Selasa, 30 November 2021

MATIUS PEMUNGUT CUKAI MENGIKUT YESUS

Comentari Injil Matius 9:9-13

9 Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. 10 Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. 11 Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 12 Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. 13 Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."

Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang anugerah dan belas kasih Kristus kepada para pemungut cukai yang malang, khususnya kepada Matius. Apa yang dilakukan-Nya terhadap tubuh manusia berguna untuk membuka jalan agar rancangan-Nya yang baik terjadi pada jiwa mereka. Sekarang perhatikanlah di sini:

I. Panggilan Matius 

Markus dan Lukas memanggilnya Lewi; pada waktu itu biasa bagi seseorang untuk mempunyai dua nama. Mungkin Matius adalah namanya yang paling dikenal sebagai pemungut cukai, dan karena itu, dalam kerendahan hatinya, ia menyebut dirinya dengan nama itu daripada dengan nama Lewi yang lebih terhormat. Sebagian orang berpikir bahwa Yesus memberinya nama Matius ketika Ia memanggilnya untuk menjadi seorang rasul; seperti Simon yang diberi-Nya nama belakang Petrus. Matius berarti karunia Allah; para hamba Tuhan adalah karunia Allah bagi gereja; pelayanan mereka dan kemampuan mereka untuk melakukannya adalah karunia Allah bagi mereka. Sekarang perhatikanlah:

Apa yang sedang dilakukan Matius ketika Kristus memanggilnya. Ia sedang duduk di rumah cukai, karena ia seorang pemungut cukai (Luk. 5:27). Ia seorang petugas bea cukai di pelabuhan Kapernaum, atau petugas pajak, atau pemungut pajak atas tanah. Sekarang, mari kita lihat lagi:

(1) Ia sedang melakukan pekerjaannya, seperti juga murid-murid yang lain ketika mereka dipanggil Kristus (4:18). Perhatikanlah, dengan godaannya Iblis biasanya suka mendatangi orang-orang yang sedang bermalas-malasan. Sebaliknya, Kristus dengan panggilan-Nya suka mendatangi orang-orang yang sedang bekerja. Namun,

(2) Pekerjaan Matius itu merupakan panggilan yang tidak disukai oleh orang-orang benar, karena pekerjaan itu dipenuhi dengan begitu banyak korupsi dan godaan, dan hanya ada sedikit saja orang jujur yang bekerja dalam pekerjaan itu. Matius sendiri mengakui orang seperti apa dia sebelum bertobat, seperti halnya juga Rasul Paulus (1Tim. 1:13), supaya anugerah Kristus dalam memanggilnya lebih berlimpah, dan untuk menunjukkan bahwa Allah memiliki sisa-sisa umat-Nya di antara berbagai macam orang. Tidak ada orang yang bisa membenarkan dirinya untuk tidak percaya dengan menjadikan pekerjaannya di dunia ini sebagai alasannya, karena ada sebagian orang yang telah diselamatkan dari pekerjaannya yang penuh pekerjaan dosa, dan ada juga yang dari pekerjaan yang benar.

Adanya kekuatan yang menggerakkan dalam panggilan ini. Kita tidak mendapati Matius mencari-cari Kristus atau berkeinginan untuk mengikuti-Nya, walaupun beberapa saudaranya sudah menjadi murid-murid Kristus. Kristus menggerakkannya dengan berkat-berkat kebaikan-Nya sendiri. Ia ditemukan di antara orang-orang yang tidak mencari-Nya. Kristus berbicara terlebih dulu; bukan kita yang memilih Dia, melainkan Dia yang memilih kita. Dia berkata, "Ikutlah Aku," dan kuasa ilahi yang sama yang menyertai perkataan untuk mengubah hati Matius ini jugalah yang menyertai perkataan, "Bangunlah dan berjalanlah" untuk menyembuhkan orang yang menderita lumpuh (ay. 6). Perhatikanlah, perubahan yang menyelamatkan, dikerjakan di dalam jiwa oleh Kristus sebagai Pencipta dan oleh perkataan-Nya sebagai sarana. Injil-Nya adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan (Rm. 1:16). Panggilan itu membuahkan hasil, karena Matius menurutinya; ia berdiri, lalu mengikut Dia dengan segera. Ia tidak menolak dan juga tidak menunda-nunda untuk mematuhi-Nya. Kuasa anugerah Allah akan segera menjawab dan mengatasi segala rintangan. Penghasilan atau keuntungan yang ia peroleh dari pekerjaannya itu tidak dapat mencegahnya untuk mengikut Kristus ketika Dia memanggilnya. Ia tidak minta pertimbangan dari manusia (Gal. 1:15-16). Ia berhenti melakukan pekerjaannya, dan membuang harapan-harapannya untuk bisa mendapatkan kedudukan tinggi dalam pekerjaannya itu; dan walaupun kita mendapati murid-murid yang dulunya nelayan kadang-kadang masih menjala ikan lagi setelahnya, kita tidak pernah mendapati Matius di rumah cukai lagi.

II. Pergaulan Yesus dengan para pemungut cukai dan orang berdosa 

Yesus memanggil Matius, supaya ia bisa memperkenalkan diri-Nya kepada orang-orang yang juga mempunyai pekerjaan yang sama seperti dia. Yesus makan di rumah (ay. 10). Penulis-penulis Injil lain berkata bahwa Matius mengadakan sebuah pesta besar, yang tidak mampu diadakan oleh nelayan-nelayan miskin ketika mereka dipanggil. Tetapi ketika Matius sendiri berbicara mengenai hal ini, ia tidak berkata bahwa itu adalah rumahnya, atau juga bahwa itu merupakan sebuah pesta, tetapi hanya berkata bahwa Ia makan di rumah (TB, "Yesus makan di rumah Matius"). Dengan demikian ia lebih mengingat kebaikan Kristus kepada para pemungut cukai daripada penghormatan yang ia berikan kepada-Nya. Perhatikanlah, baiklah bagi kita untuk tidak terlalu membesar-besarkan perbuatan baik kita sendiri.

Ketika Matius mengundang Yesus, ia juga mengundang murid-murid-Nya untuk ikut datang bersama-Nya. Orang yang menerima Yesus harus menerima juga semua orang kepunyaan-Nya demi Dia, dan harus menyediakan ruang di dalam hatinya bagi mereka.

Matius mengundang banyak pemungut cukai dan pendosa untuk makan bersama-sama dengan Dia. Ini adalah tujuan utamanya dalam mengundang teman-temannya ini, yaitu supaya ia mendapat kesempatan untuk memperkenalkan teman-teman lamanya kepada Kristus. Dia tahu dari pengalaman bagaimana anugerah Kristus sanggup melakukan hal-hal yang luar biasa, dan ia tidak kehilangan harapan untuk teman-temannya ini. Perhatikanlah, orang yang dibawa kepada Kristus sendiri pasti ingin agar orang lain juga bisa dibawa kepada-Nya, dan sangat bersemangat untuk menyumbangkan sesuatu agar bisa mewujudkan hal itu. Orang yang mengalami anugerah sejati tidak akan puas memakan makanannya sendiri, melainkan akan mengundang orang lain untuk ikut makan bersamanya. Pertobatan Matius ini akan membuat ikatan persaudaraan di antara dia dan kawan-kawan sekerjanya putus, namun sekarang rumahnya dipenuhi dengan para pemungut cukai, dan sebagian dari mereka pasti akan mengikut dia seperti dia mengikut Kristus. Demikianlah yang dilakukan Andreas dan Filipus (Yoh. 1:41, 45; 4:29; Hak. 14:9).

III. Ketidaksenangan orang-orang Farisi akan hal ini (ay. 11). Mereka mencela perbuatan Yesus

"Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Perhatikanlah di sini

Bahwa Kristus ditentang. Bahwa Ia tekun menanggung bantahan terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, ini bukanlah penderitaan paling ringan yang Ia alami. Tidak ada orang yang lebih ditentang oleh manusia selain Dia yang datang untuk mengangkat perseteruan hebat antara Allah dan manusia. Dengan demikian Ia menyangkal diri-Nya untuk tidak menerima hormat yang sepatutnya Dia miliki sebagai Allah yang telah menjadi manusia. Walaupun pembicaraan-Nya selalu benar dan kehendak-Nya semestinya harus dituruti karena Ia tidak pernah berbicara atau berbuat salah, mereka terus mencari-cari kesalahan dalam segala sesuatu yang dikatakan dan diperbuat-Nya. Dengan demikian Ia mengajar kita untuk mengetahui bahwa celaan selalu akan datang dan kita harus bersiap-siap serta bersabar dalam menanggungnya.

Mereka yang berdebat dengan-Nya adalah orang-orang Farisi; angkatan yang sombong, suka mengagungkan diri, dan suka mencari-cari kesalahan orang lain. Perilaku mereka sama dengan orang-orang pada zaman nabi-nabi dulu yang berkata, "Menjauhlah, janganlah meraba aku, aku lebih kudus daripada engkau!" (Yes. 65:5, KJV). Mereka sangat tegas dalam menghindari orang-orang berdosa, tetapi tidak dalam menghindari dosa. Dalam hal kesalehan lahiriah, tidak ada orang lain yang lebih giat dan bersemangat daripada mereka ini, namun dalam hal menentang kuasa ilahi juga tidak ada musuh yang sedemikian hebatnya seperti mereka. Mereka ingin memelihara tradisi nenek moyang dengan baik, jadi mereka menularkan kepada orang lain semangat yang sama yang menguasai diri mereka sendiri.

Mereka tidak mengajukan keberatan itu kepada Kristus secara langsung, sebab mereka tidak punya cukup keberanian untuk menantang-Nya dengan keberatan itu. Pikir mereka, walaupun persoalan ini seharusnya dengan Sang Guru, namun murid-murid itu pun ada bersama-sama dengan para pemungut cukai itu; murid-murid melakukan perbuatan itu karena Sang Guru yang terlebih dulu melakukannya. Pikir mereka, kesalahan Sang Guru sebagai nabi seharusnya lebih besar daripada si murid; martabat-Nya seharusnya menjauhkan Dia dari berkumpul dengan orang-orang seperti ini. Jadi, begitulah, karena tersinggung dengan Sang Guru, mereka malah bertengkar dengan murid-murid. Perhatikanlah, merupakan kepedulian orang-orang Kristen supaya mampu untuk membela dan membenarkan Kristus, ajaran-ajaran serta hukum-hukum-Nya, dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu (1Ptr. 3:15). Sementara Kristus menjadi Pembela kita di sorga, marilah kita menjadi pembela-pembela-Nya di bumi, dan menerima penghinaan bagi-Nya sebagai bagian kita sendiri.

Keluhan mereka adalah tentang Kristus yang makan bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa: berhubungan dekat dengan orang-orang jahat berarti melawan hukum Allah (Mzm. 119:115; 1:1). Mungkin dengan menuduh Kristus mengenai hal ini di hadapan murid-murid-Nya, mereka berharap untuk menjauhkan murid-murid itu dari-Nya dan membuat mereka memandang rendah Dia. Dengan demikian mereka mungkin berharap bisa menarik murid-murid itu menjadi murid-murid mereka sendiri, karena mereka merasa adalah lebih terhormat telah mengarungi lautan dan menjelajah daratan untuk menobatkan orang-orang Berhubungan dekat dengan para pemungut cukai adalah melawan tradisi orang tua-tua, dan oleh sebab itu, mereka melihatnya sebagai suatu hal yang jahat. Mereka marah kepada Kristus atas kejadian ini,

(1) Karena mereka selalu mengharapkan yang jahat bagi Dia dan mencari-cari kesempatan untuk menyalahkan-Nya. Perhatikanlah, memang mudah dan sangat biasa bagi orang untuk mereka-reka hal-hal buruk dari perkataan dan perbuatan yang baik.

(2) Karena mereka tidak mengharapkan sesuatu yang baik datang kepada para pemungut cukai dan orang berdosa. Sebaliknya, mereka iri dengan kebaikan Kristus bagi orang-orang itu, dan merasa menderita ketika melihat orang-orang itu dibuat bertobat. Perhatikanlah, mungkin sah-sah saja kita mencurigai orang-orang yang merasa iri dan tidak senang ketika melihat orang lain beroleh anugerah, karena siapa tahu orang-orang itu sendiri memang tidak mendapatkan anugerah Allah.

IV. Pembelaan Yesus bagi diri-Nya sendiri dan bagi murid-murid-Nya untuk membenarkan perbuatan mereka dalam bergaul dengan para pemungut cukai dan orang berdosa. 

Tampaknya, murid-murid, mungkin karena masih lemah, harus mencari cara untuk menjawab celaan orang Farisi, dan karena itu mereka membawa masalah itu kepada Kristus, dan Ia mendengarnya (ay. 12), atau mungkin Kristus sendiri mendengar orang Farisi berbisik-bisik kepada murid-murid-Nya. Biarlah Ia sendiri yang membenarkan diri-Nya dan membela perkara-Nya, menjawab untuk diri-Nya sendiri dan juga untuk kita. Ada dua hal yang Ia tekankan dalam pembelaan-Nya:

Betapa penting dan mendesaknya permasalahan yang sedang dihadapi para pemungut cukai, yang sangat membutuhkan pertolongan-Nya, dan karena itu hal ini membenarkan Dia untuk bergaul dengan mereka demi kebaikan mereka sendiri. Keperluan yang teramat sangat yang ada pada orang-orang berdosa yang malang dan tersesatlah yang membawa Kristus turun dari dunia suci di atas ke dunia kotor di bawah; dan hal yang sama pulalah yang membawa-Nya ke dalam kumpulan orang yang dipandang kotor dan hina ini.

(1) Ia membuktikan pentingnya permasalahan yang dihadapi pemungut cukai ini: bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Para pemungut cukai itu sedang sakit, dan mereka memerlukan seseorang untuk membantu dan menyembuhkan mereka. Sebaliknya, orang-orang Farisi berpikir bahwa mereka tidak sakit dan memerlukan bantuan itu. Perhatikanlah:

  1. Dosa adalah penyakit jiwa; orang berdosa itu sakit secara rohani. Kejahatan berawal dari penyakit jiwa, sedangkan pelanggaran yang dilakukan adalah luka-lukanya, atau pecahnya penyakit jiwa itu. Penyakit ini membuat cacat, lemah, gelisah, membuat orang menjadi kurus kering dan bahkan bisa membunuhnya, tetapi, syukur kepada Allah, penyakit ini dapat disembuhkan.
  2. Yesus Kristus adalah Tabib Agung yang menyembuhkan jiwa. Penyembuhan-Nya terhadap penyakit-penyakit tubuh menandakan bahwa Ia bangkit dengan kesembuhan pada sayap-Nya. Ia adalah Sang Tabib yang ahli, setia, dan berbelas kasihan, dan menyembuhkan orang sakit adalah tugas dan pekerjaan-Nya. Orang yang bijak dan baik hati harus menjadi seperti tabib bagi orang-orang di sekelilingnya; seperti itulah Kristus. Hunc affectum versus omnes habet sapiens, quem versus ægros suos medicus -- Orang yang bijak membuat mereka yang ada di sekelilingnya merasa bahwa ia adalah tabib dan mereka adalah pasiennya (Seneca, De Const.).
  3. Jiwa-jiwa yang sakit karena dosa memerlukan Tabib ini, karena penyakit mereka sangat berbahaya. Alam tidak sanggup menolong dirinya sendiri, dan tidak ada manusia yang sanggup menolong kita. Begitulah kebutuhan kita akan Kristus, bahwa tanpa-Nya kita benar-benar akan binasa selamanya. Orang berdosa yang sadar pasti melihat kebutuhannya dan karena itu datang kepada Kristus.
  4. Ada banyak orang yang membayangkan bahwa mereka sehat, yang berpikir bahwa mereka tidak memerlukan Kristus dan bisa baik-baik saja tanpa-Nya, seperti jemaat di Laodikia (Why. 3:17). Jadi, orang Farisi tidak mengingini perkataan dan perbuatan Kristus, bukan karena mereka tidak memerlukan Dia, tetapi karena mereka berpikir mereka tidak memerlukan apa-apa (Yoh. 9:40-41).

(2) Ia membuktikan bahwa pentingnya masalah yang dihadapi para pendosa itu memang membenarkan perbuatan-Nya untuk bergaul dekat dengan mereka, dan bahwa selayaknya Ia tidak dipersalahkan karenanya; sebab kepentingan tersebut membuat perbuatan-Nya ini menjadi suatu tindakan kasih, yang harus selalu lebih diutamakan daripada segala bentuk luar keagamaan apa pun. Di dalam perbuatan kasih ini kebajikan dan kemurahan hati jauh lebih baik daripada kemegahan, seperti halnya hakikat lebih baik daripada hal yang tampak dari luar atau yang merupakan bayangan saja. Kewajiban-kewajiban moral dan alami harus lebih diutamakan bahkan melebihi hukum-hukum ilahi yang berkaitan dengan ritual dan religiusitas, apalagi terhadap segala peraturan manusia dan tradisi nenek moyang, yang semuanya ini hanya membuat hukum Allah lebih ketat daripada yang dimaksudkan-Nya sendiri. Pernyataan ini dibuktikan Kristus (ay. 13) dengan sebuah ayat yang dikutip dari Hosea 6:6, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan." Memisahkan diri dari kumpulan pemungut cukai, seperti yang diperintahkan orang Farisi, merupakan perbuatan yang masih kurang untuk disebut sebagai suatu persembahan; karena pergaulan Kristus dengan mereka melebihi perbuatan belas kasihan biasa, dan oleh sebab itu lebih diutamakan daripada pemisahan diri tadi. Jika berbuat baik terhadap diri sendiri saja lebih baik daripada persembahan, seperti yang ditunjukkan Samuel (1Sam. 15:22-23), apalagi berbuat baik kepada orang lain. Pergaulan Kristus dengan orang berdosa di sini disebut tindakan belas kasihan: berusaha mempertobatkan jiwa-jiwa adalah perbuatan belas kasihan terbesar yang bisa dibayangkan. Hal ini seperti menyelamatkan jiwa dari maut (Yak. 5:20). Amati baik-baik bagaimana Kristus mengutip perkataan ini, "Pergilah dan pelajarilah arti firman ini." Camkanlah, mengenal huruf-huruf dalam Alkitab saja tidaklah cukup, kita juga harus belajar mengerti artinya. Dan seseorang bisa dikatakan sudah mempelajari arti Alkitab dengan sempurna bila ia sudah belajar menerapkannya untuk menegur kesalahannya sendiri dan memakainya sebagai aturan yang mengatur tingkah lakunya. Ayat Alkitab yang dikutip Kristus ini tidak hanya untuk membenarkan Dia, tetapi juga:

  1. Untuk menunjukkan di mana sebenarnya letak agama yang benar; bukan dalam ibadah-ibadah lahiriah saja. Letak agama yang benar juga bukan dalam makanan dan minuman, pamer kesucian dalam pendapat-pendapat sepele mengenai hal tertentu dan perselisihan yang menimbulkan keraguan, melainkan dalam berbuat segala kebaikan yang bisa kita lakukan terhadap tubuh dan jiwa orang lain. Itu terletak dalam kebenaran dan kedamaian, dan dalam mengunjungi yatim piatu dan janda-janda.
  2. Untuk mengecam kemunafikan orang Farisi yang lebih menempatkan agama sebagai bentuk ritual atau upacara saja daripada dalam hal moral (23:23). Mereka mendukung bentuk-bentuk kesalehan yang bisa dibuat selaras dengan, atau mungkin tunduk kepada, kesombongan, kedengkian, ambisi, dan kebencian mereka, sementara itu mereka justru membenci kekuatan dari kesalehan itu sendiri yang sanggup mengendalikan nafsu-nafsu tersebut.

Yesus harus menaati tugas-Nya dan melaksanakan panggilan yang ditetapkan bagi-Nya, yaitu sebagai Sang Guru Agung. Oleh karenanya, Ia berkata, "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa (KJV, "…melainkan orang berdosa untuk bertobat"), dan karena itu Aku harus bergaul dengan para pemungut cukai." Perhatikanlah:

(1) Apa tugas Kristus; tugas-Nya adalah memanggil orang untuk bertobat. Ini adalah tugas-Nya yang utama (4:17), dan semua khotbahnya cenderung menekankan hal ini. Perhatikanlah, panggilan Injil adalah panggilan untuk bertobat; panggilan bagi kita untuk mengubah pikiran dan cara-cara hidup kita.

(2) Siapa yang menjadi sasaran tugasnya; bukan orang benar, melainkan orang berdosa. Ini artinya:

  1. Seandainya anak-anak manusia bukan orang berdosa, maka tidak akan ada alasan bagi Kristus untuk datang ke tengah-tengah mereka. Ia adalah Juruselamat manusia, bukan manusia yang utuh, melainkan manusia yang jatuh. Andaikata Adam yang pertama tetap berada dalam kebenarannya yang semula, maka kita tidak akan memerlukan Adam kedua.
  2. Oleh sebab itu, tugas-Nya yang paling besar berkenaan dengan orang-orang yang paling berdosa; semakin berbahaya keadaan orang yang sakit itu, semakin banyak kesempatan bagi Sang Tabib untuk menolongnya. Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, tetapi terutama yang paling berdosa (1Tim. 1:15); bukan untuk pertama-tama memanggil orang yang walaupun berdosa namun masih agak benar, melainkan terlebih untuk memanggil orang yang paling berdosa.
  3. Semakin sadar orang akan dosanya, semakin terbukalah hatinya untuk menyambut Kristus dan Injil-Nya. Siapa saja pasti lebih suka memilih berada bersama-sama orang yang menginginkan kehadirannya, dan bukan bersama-sama dengan orang yang lebih ingin merampas tempatnya. Kristus tidak datang dengan harapan akan berhasil di antara orang-orang benar, yaitu mereka yang menyombongkan dirinya demikian, karena orang-orang semacam ini pasti akan segera merasa muak dengan Juruselamat mereka dan bukannya muak dengan dosa mereka. Karena itu, terlebih suka Ia mengunjungi orang-orang yang dengan rendah hati mau mengakui bahwa mereka orang berdosa. Kepada merekalah Kristus mau datang, karena di antara merekalah Ia disambut. Amin

 

======= WALHEBAK WA=======

 

Senin, 29 November 2021

BARANG YANG KUDUS

Teks   "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." Matius 7: 6 

Diperlukan hikmat untuk mengerti teks ini, Yesus berkata jangan memberikan “Barang Yang Kudus” kepada anjing dan jangan melemparkan mutiaramu kepada babi” harus dimengerti bahwa [barang yang kudus dan hidup yang kudus] keduanya berbeda. Hidup yang kudus Paulus telah menjelaskannya dalam surat Roma 12:1 sementara itu ada juga “barang yang kudus Bilangan 3:31, dan “barang maha kudus”  Bilangan 4:19. Rupanya Yesus tidak bermasuk menjelaskan tiga hal  ini yaitu barang yang kudus, hidup yang kudus dan barang maha kudus. Yesus maksudkan dengan “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi dalam teks ini sebenarnya Ia sedang meletakkan [Kaidah/rumusan/ patokan] dalam pelayanan  pemberitaan injil yaitu;

 A.  Tidak boleh membuang-buang Waktu

Bukan berarti INJIL tidak boleh diberitakan kepada orang-orang yang jahat dan cemar (Kristus sendiri memberitakan Injil kepada para pemungut cukai dan orang berdosa), melainkan bahwa ini merujuk kepada orang-orang yang tetap keras kepala, (Roma…ditetapkan untuk binasa) meskipun Injil telah diberitakan kepada mereka; kepada orang-orang yang menghujatnya, dan menganiaya para pemberitanya. Murid-murid janganlah berlama-lama di antara orang-orang semacam itu, sebab ini hanya akan membuang tenaga dengan sia-sia, melainkan berpaling saja kepada orang lain (Kis. 13:41); menurut Dr. Whitby

B.  Jangan Memberikan Nasehat dan teguran kepada pengecam/orang jahat

Kaidah bagi semua orang dalam memberikan teguran. Semangat kita dalam melawan dosa harus dituntun dengan kebijaksanaan, dan janganlah kita ke sana kemari memberikan berbagai petunjuk, nasihat, dan teguran, apalagi penghiburan, kepada para pengecam yang sudah keras hatinya, karena semuanya ini tidak akan ada gunanya bagi mereka, malah sebaliknya hanya akan membuat mereka marah dan berang terhadap kita. Lemparkanlah sebuah mutiara kepada babi, maka babi itu akan marah karenanya, seolah-olah engkau telah melemparinya dengan batu. Teguran akan disebut cemoohan (Luk. 11:45; Yer. 6:10). Oleh sebab itu, janganlah memberikan barang yang kudus kepada anjing dan babi (binatang-binatang haram).

 ALASAN MENGAPA TIDAK BOLEH MEMBERIKAN PETUNJUK, NASEHAT DAN TEGURAN KEPADA PENGECAM/ORANG JAHAT ?

1)   Nasihat dan teguran yang baik adalah barang yang kudus, sebuah mutiara: keduanya adalah perintah-perintah Allah, sangat berharga. Seperti cincin emas dan hiasan kencana, demikian jugalah teguran orang bijak (Ams. 25:12); teguran yang bijak adalah seperti minyak (Mzm. 141:5); laksana pohon kehidupan (Ams. 3:18).

2)   Tidak boleh memaksa kehendak[1] pemberita Injil

Di antara angkatan yang jahat, ada sebagian yang sudah sebegitu jahatnya sehingga mereka dipandang seperti anjing dan babi. Perilaku keji mereka sudah sangat terkenal dan kurang ajar. Mereka telah lama berdiri di jalan orang berdosa, sehingga sekarang sudah duduk dalam kumpulan pencemooh. Mereka terang-terangan membenci dan muak terhadap pengajaran, dan senantiasa menentangnya. Sebegitu jahatnya mereka sampai tidak mungkin untuk disembuhkan dan diperbaiki lagi. Mereka berbalik seperti anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi kembali ke kubangannya (2Ptr. 2:22). Mereka dapat berbalik membunuh penginjil karena perilaku mereka seperti Anjing dan Babi, dikasih mutiara dipikirnya dihina.

 3)   Tidak boleh memaksa anjing dan Babi/pencemooh/orang jahat

Teguran untuk mengajar percuma saja diberikan kepada orang-orang semacam itu, dan hanya mendatangkan cemohan dan kejahatan kepada si penegur seperti yang bisa diperkirakan akan dilakukan oleh anjing dan babi.

 Tidak ada lagi yang bisa diharapkan selain bahwa mereka akan menginjak-injak teguran itu, sambil memaki-maki dan mengamuk, sebab mereka tidak sabar jika dikendalikan dan dilawan. Setelah itu mereka akan berbalik dan mengoyak orang yang menegur mereka; mengoyak nama baik mereka dengan caci maki, membalas perkataan yang menyembuhkan dengan perkataan yang melukai, mengoyak mereka dengan penganiayaan. Herodes mengoyak Yohanes Pembaptis karena kesetiaannya. Buktinya bagaimana manusia bersikap seperti anjing dan babi.

 Orang-orang yang bisa dipandang demikian adalah mereka yang membenci teguran dan para penegur, dan menyerang orang yang dengan maksud baik terhadap jiwa-jiwa mereka menunjukkan kepada mereka dosa dan bahayanya. Orang-orang ini berdosa melawan obat penawarnya[2]. Siapakah yang akan menyembuhkan dan menolong orang-orang yang tidak mau disembuhkan dan ditolong? Sudah jelaslah bahwa Allah berketetapan untuk membinasakan orang-orang semacam itu (2Taw. 25:16).

 Kaidah ini dapat diterapkan juga pada ketetapan-ketetapan Injil yang sifatnya memeteraikan, yang tidak boleh diberikan secara sembarangan kepada orang yang jelas-jelas jahat dan cemar, supaya barang-barang yang kudus tidak dipandang hina, dan supaya dengan demikian orang-orang yang najis menjadi semakin keras hati. Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing. Namun demikian, kita harus sangat berhati-hati dalam mengutuk orang sebagai anjing dan babi, dan tidak boleh melakukannya sebelum menguji segala sesuatunya terlebih dulu, dengan bukti-bukti yang lengkap. Banyak orang yang terhilang karena dianggap demikian, padahal, seandainya sarana-sarana yang benar dipergunakan, ada kemungkinan mereka bisa diselamatkan. Seperti halnya kita harus berhati-hati dalam menyebut orang baik sebagai jahat, dengan menghakimi semua orang percaya sebagai munafik, demikian pula kita harus berhati-hati dalam menyebut orang jahat sebagai tidak tertolong lagi, dengan menilai semua orang jahat sebagai anjing dan babi.

 4)   Sangat berharga darah pemberita Injil di mata Tuhan[3]

Yesus dalam hal ini sangat lembut dalam memperhatikan keselamatan umat-Nya. Ia tidak mau begitu saja memperhadapkan mereka dengan kebengisan orang-orang yang akan berbalik mengoyak mereka. Janganlah mereka menjadi keterlaluan saleh, sehingga membinasakan diri mereka sendiri. Kristus menjadikan hukum perlindungan diri sebagai salah satu hukum-Nya sendiri, dan berhargalah darah umat-Nya di mata-Nya.

 C.  APLIKASIHNYA BAGI ORANG PERCAYA

 Pelajaran diatas mengajar setiap orang percaya untuk tidak menuruti kehendak diri kita sendiri sebagai manusia yang selalu menonjolkan egoismenya sendiri. Hidup sebagai anak Tuhan harus memiliki komitmen yang jelas memenuhi kaida atau rumusan seperti yang Yesus maksudkan diatas bahwa:

 1.    Hidup harus di dalam Tuhan

Hanya orang yang hidupnya dipinpin oleh Tuhan yang mengerti kehendak Tuhan dan memahami maksud-maksud Tuhan. Diluar Yesus yang ada adalah kehancuran dan kesia-siaan hidup dalam dunia yang gelap. Bagaimana Hidup dalam Tuhan ? Yohanes 15:1-8 [4  Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.5  Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.6  Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.7  Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.8  Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."]

 2.    Hidup harus Berhikmat dan Bijaksana dalam Pelayanan

Saolom dalam Amsal 18:4  Perkataan mulut orang adalah seperti air yang dalam, tetapi sumber hikmat adalah seperti batang air yang mengalir. Amsal 16:16  Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak. Amsal 15: 33  Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan.  

 3.    Harus menjadi surat Kristus

Paulus mengajarkan dalam 2 Korintus 3:3  Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. Untuk Apa menjadi suratan Kristus “ untuk melaksanakan Amanat Agung [19  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:19-20]

 D.  Kesimpulan

 Tuhan Yesus dalam pengajarannya tidak pernah salah walaupun dalam pengajaran-Nya terdapat kontradiksi dengan teks yang satu terhadap teks yang lain. Setiap perkataan-Nya selalu menempatkan kepada sasaran yang tepat dan terarah yang mengantar seseorang untuk berbalik bertanya kepada-Nya. Oleh sebab itu penting bagi setiap kita sebagai anak-anak-Nya biasahkan untuk bertanya kepada-Nya, BAPA APA MAKSUDMU ? DIA pasti akan memberikan keterangan, kejelasan dan pemahaman yang tidak kita pahami dengan pemikiran kita yang terbatas ini.

 

Biasakan untuk hidup dekat dengan-Nya, bergaul dengan-Nya, sehingga semua yang DIA kerjakan kita nikmatinya.

Amin

 

 Ambon, 03 Juli 2021: Pdm.Yoel Giban, S.Th.M.Pd.K

 



[1] Maksudnya adalah sudah mengetahui kepada siapa ia memberitakan injil tetapi masih saja mengutif ayat-ayat tertentu untuk menguatkan pendapatnya dan melaksanakan pemberitaan Injil kepada pencomoh terus menerus, menurut Yesus ini salah, seperti contoh menanam padi diatas batu, suda tahu batu tetapi masih menanamnya ini adalah suatu kebebalan

[2] Contoh: Ketika kita melihat anjing atau babi yang berpenyakitan yang bukan miliki kita lalu muncu rasa kasihan terhadapnya kemudian berusa untuk memberikan pengobatan atas  boroknya, namun anjing tersebut akan  melakukan dua hal yaitu: 1. Berusaha menghindar. 2 Berusaha melawan, dan 3. Menggigit. Apa kesahan kita ? tida ada hanya saja dia tidak mengerti maksud baik setiap kita yang menolongnya….

[3] Martir adalah suatu bukti pengorbanan demi keselamatan jiwa-jiwa yang hilang dan darah mereka sangat berharga dimata Tuhan. Karena itu janagn mencurahkan darahmu secara sembarang di jalan-jalan, atau jangan biarkan anjing dan babi mengigitmu dan meninggal hanya karena belas kasihanmu yang berlebihan. Jadilah bijak dalam pemberitaan Injil Tuhan.

Statistik Pengunjung