Selasa, 24 November 2020

JANGAN BURU-BURU

1 TOMOTIUS, 5:17-25

 TEKS Terjemahan Bebas (TB): Ayat 17  Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. 18  Bukankah Kitab Suci berkata: "Janganlah engkau memberangus[1] mulut lembu yang sedang mengirik[2]," dan lagi "seorang pekerja patut mendapat upahnya." 19  Janganlah engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi. 20  Mereka yang berbuat dosa hendaklah kautegor di depan semua orang agar yang lain itupun takut. 21  Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihan-Nya kupesankan dengan sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak. 22  Janganlah engkau terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu. 23  Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah. 24  Dosa beberapa orang menyolok, seakan-akan mendahului mereka ke pengadilan, tetapi dosa beberapa orang lagi baru menjadi nyata kemudian. 25  Demikianpun perbuatan baik itu segera nyata dan kalau tidak demikian, ia tidak dapat terus tinggal tersembunyi.

PENGANTAR

Teks ini merupakan bagian dari nasehat Rasul Paulus kepada Timotius tentang bagaimana seharusnya menghormati pimpinan sebagai orang yang bekerja keras dalam pelayanan yaitu mereka yang berkhotbah dan yang mengajar.  Sebagai pengkhotbah dan pengajar mempersiapkan segala hal yang terkait dengan kehidupan umat Tuhan mereka melakukan  secara sadar dan terencana dan itu tidak terburu-buru. Semua kata-kata yang mereka ucapkan adalah bersumber dari refleksi rohani  bagi umat, agar hidupnya tidak terburu-buru alias tidak sembarangan di hadapan manusia dan di hadapan Tuhan. Terburu-buru yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mengatakan atau melakukan segala sesuatu tanpa mempertimbangkan dampaknya yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan, hilangnya kekeluargaan, hilangnya segala hal baik yang melekat dalam diri setiap anak Tuhan. Sebagai umat Tuhan mempertimbangkan segala sesuatu sebelum bertindak adalah bentuk dari kedewasaan rohani dalam keKristenan sebagai anak-anak Tuhan.

Segala sesuatu yang dikerjakan dengan terburu-buru akan berdampak negative dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan.  terburu-buru itu penting tetapi tidak terlalu penting, sebab terburu-buru selalu meninggalkan kesan negative dalam menjalani hidup sebagai umat Tuhan. Seperti halnya terburu-buru terhadap pekerjaan, terburu-buru terhadap sesuatu hal itu baik tetapi terkadang terburu-buru selalu meninggalkan kesan lain yaitu pekerjaan yang dikerjakan hasilnya tidak memuaskan atau ada saja yang dilewatkan. Oleh karena itu Rasul Paulus mengajarkan kepada kita bahwa sebagai Anak Tuhan harus mampu mengendalikan diri secara bijak. Dalam ayat 22 dikatakan bahwa  Janganlah engkau terburu-buru” menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu. Atas dasar pesan Rasul Paulus kepada Tomotius ini, memberikan gambaran bagaimana seharusnya anak Tuhan menjalani hidup dan menghormati orang lain. Dalam ayat tersebut diatas memberitahu kita bahwa “jagalah kemurnian dirimu”. Empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain itu penting dan baik tetapi Rasul Paulus mengingatkan agar memperhatikan kondisi dimana kita berbicara dan dimana kita ada. Terkadang karena terburu-buru melihat penderitaan atau kehidupan orang lain yang menyedikan, kita seringkali melibatkan diri dalam hal-hal yang harusnya tidak terlibat. Sebab dengan keterlibatan kita bisa berdampak negative bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi orang lain. Karena itu memperhatikan konteks dimana kita sedang berada dan dimana kita sedang berbicara itu sangat penting, tujuannya supaya kita terhidar dari segala hal yang berdampak balik terhadap kehidupan kita. Terburu-buru akan berdampak bagi kita sebagai anak-anak Tuhan seperti;

1.    Merusak Nama Tuhan

Terburu-buru dalam melibatkan diri atas persoalan atau kehidupan orang lain tanpa memperhatikan konteks kehidupan orang yang kepadanya kita melibatkan diri akan berdampak balik kepada diri kita. Menolong dan memberi bantuan itu penting yang lebih sering disebutkan dengan empati dan simpati itu baik, tetapi hal –hal itu bisa saja menjadi batu sandungan yang dari padanya nama Tuhan dipermalukan. Suatu pekerjaan yang menurut kita baik dan memuliahkan Tuhan belum tentu itu baik untuk orang lain. Seperti 1 Samuel 13:9-10, Saul mempersembahkan korban untuk Tuhan. Tetapi dampak balik bagi Saul adalah kehilangan hak sebagai raja bangsa Israel. Apa yang salah dalam teks ini, bukankah Saul melakukan yang benar ? Namun Tuhan tidak berkenan akan hal itu. Lalu apa yang harus dilakukan? Semuanya terlambat. Tindakan Daniel berbeda dengan tindakan Musa ataupun Abraham dan banyak nabi-nabi dan raja-raja yang bisa menjadi contoh untuk menjalani hidup yang takut akan Tuhan dan memuliahkan Tuhan melalui nama kita.

 2.    Merusak nama baik  kita sendiri

Selain sebagai anak Tuhan, suatu perbuatan kita akan berbalik kepada diri kita sendiri baik itu perbuatan yang bersifat menolong ataupun yang bersifat hanya empati terhadap kehidupan orang lain. Jika kita melakukan suatu perbuatan yang baik maka dampaknya adalah nama kita juga akan ikut baik tetapi jika kita melakukan  kebalikannya maka nama kita sendiri juga yang akan dipertaruhkannya. Karena itu sangat penting bagi seorang anak Tuhan untuk belajar mengandalkan Tuhan dalam segala hal, sebelum menolong orang lain atau melibatkan diri dalam persoalan hidup orang lain mintalah petunjuk Tuhan supaya Tuhan memberikan kecerahan dan memberikan jalan keluar yang saling menguntungkan yang di dalamnya kita menjadi berkat dan orang lain mengalami berkatnya dan akhirnya nama Tuhan yang di permuliahkan di dalam pelayanan kita.

3.    Merusak nama organisasi

Setiap hal atau perbuatan kita di ikuti oleh organisasi atau lembaga yang daripadanya kita bernaung dan belindung. Karena itu semua pelayanan dan perbuatan yang melibatkan diri kita terdapat nama organisasi. Itulah sebabnya sebagai anak Tuhan mempertimbangkan sebelum bertindak adalah jalan bijak untuk terhidar dari segala hal yang memalukan nama oraganisas melalui keterlibatan kita. Misalnya seorang hamba Tuhan mengambil tindakan untuk memberkati orang lain tanpa memperhatikan kebenarannya akan berdampak balik, seperti seorang gembala memberkati orang yang mempunyai istri lebih dari satu akan berdampak dalam pengajaran suatu organisasi.

 4.    Merusak nama Keluarga

Sadar atau tidak sesungguhnya dalam diri kita terdapat nama besar keluarga kita sebagai anak Tuhan. Kita masih hidup dalam dunia dan hal-hal seperti hubungan kekeluargaan masih sangat melekat dalam diri kita. Oleh karena itu sebagai anak Tuhan sangat penting menjaga nama baik keluarga kita sendiri. Sebab Yerusalem yang dimaksudkan oleh Yesus adalah dimulai dari keluarga kita sendiri. Apalah artinya jika kita mempunyai pelayanan yang hebat di luar sana tetapi keluarga kita sendiri hidup berantakan. Karena itu melalui pelayanan kita harusnya mempermuliahkan nama keluarga kita dan daripadanya nama Tuhan lebih di tinggihkan dan di mazsyurkan.

Jika demikian maka apa yang harus kita lalukan ?\

1.    Mendengarkan terlebih dahulu akan kebenarannya

Salah satu kunci mempertahankan kehidupan yang lebih baik adalah “mendengarkan” segala sesuatu yang kita dengarkan. Mendengarkan artinya adalah “memperhatikan, mengindahkan dan menuruti, tidak tergesah-gesah” berbeda dengan “dengar” yang artinya (menangkap suara) tidak ada esensinya. Mendengarkan jauh lebih penting daripada melibatkan diri tanpa memahami kebenaran yang sebenarnya. Pengkhotbah 4-17)  mengajarkan kita bahwa “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat”.

 2.    Memberikan arahan secara bijak

Kunci suksesnya terletak dalam tindakan kita yaitu memberikan jalan keluar atas segala hal yang terjadi dalam kehidupan orang lain. Memberikan bimbingan dan arahan setelah memahami kebenaran jauh lebih berakar dan berdampak baik daripada melibatkan diri tanpa memahami konteks kehidupan orang secara buru-buru akan tidak berakar dan tidak berdampak positip. Oleh karena itu sebagai anak Tuhan memohon hikmat dan kuasa Tuhan untuk memberikan pertolongan  secara rohani kepada orang lain sebagai bukti Allah menyertai kita dalam perbuatan dan dalam kata-kata kita yang daripadanya orang lain bisa mengenal Tuhan secara pribadi dan mengakui Tuhan adalah jalan kebenaran dan kehidupan.

3.    Mengambil tindakan tepat tanpa meninggalkan luka hati

Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak Tuhan, semua pasti mungkin kuncinya adalah seberapa besar kita mengandalkan Tuhan dan memohon pertolongan-Nya. Jika kita banyak mengandalkan Tuhan dalam tuturkata dan dalam perbuatan pasti kita akan menjadi garam dan terang bagi kehidupan orang lain. Matius 5:13-16 mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya garam itu berfungsi. Demikianlah harusnya kehidupan seorang anak Tuhan, sehingga menjadi garam bagi kehidupan orang lain.

 4.    Mengambil waktu untuk berdoa sebagai akhir dari tindakan tersebut

Setelah mengetahui dan memahami serta memberikan jalan keluar bagi persoalan hidup orang lain maka akhirnya sebagai anak Tuhan diakhiri dengan Doa sebagai tanda kita berhasil menyelesaikan konflik atau pproblematik kehidupan orang lain. Doa merupakan jembatan yang menghubungkan antara kita sebagai manusia yang bermasalah dengan Tuhan sebagai pihak yang memberikan pertolongan maka dalam hal ini kita menyampaikan terimakasi melalui jembatan yang disebut DOA. Doa dapat membangun komunikasi yang intim antara sesama kita dan dengan Tuhan. Dengan tindakan-tindakan yang demikian kita menjadi pembawa damai bagi sesama kita dan nama Tuhan dipermuliahkan.

Kesimpulan

Akhirnya dalam kesempatan ini dibuat suatu kesimpulan bahwa terburu-buru adalah hal negative yang harus dihindari oleh setiap anak Tuhan. Sebab terburu-buru akan menjauhkan kita dari kehidupan yang saling mengasihi dan saling menolong, hidup yang lebih baik adalah dengan adanya melibatkan Tuhan dalam segala hal dan bertindak hati-hati akan membawa kita untuk menikmati janji-janji Allah sebagaimana Janji Allah kepada Yosua 1:8 bahwa “jangan lupa memperkatakan Firman Allah sebab di dalamnya terdapat hidup kelimpahan. Tuhan Yesus memberkati kita semua”.

 

Ambon, 25 April 2020

Yoel Giban, S.Th. M.Pd.K

 



[1] Devinisi menurut Kamus kata “memberangus” adalah,  Melarang, atau menutup mulut, mengeluarkan.

[2] Mengirik artinya: Menginjak, menebah agar terlepas dari tangkainya seperti (padi kering, kacang dan sebagainya)

Sabtu, 07 November 2020

Kiamat? Siapa Takut !


Yesaya 24:1-23

Secara umum, kita memahami kiamat sebagai hari akhir zaman. Dalam pikiran kita mungkin terlintas tentang seisi dunia yang hancur, binasa, dan lenyap. Alam semesta tampak akan berakhir karena ditimpa bencana besar.

Yesaya juga bernubuat tentang kehancuran seluruh isi bumi. Jika hal itu terjadi, semua orang akan bernasib sama (1-2). Tidak ada satu pun dari umat manusia yang bisa menghindarinya. Itulah hukuman Allah kepada manusia yang melanggar ketetapan-Nya. Dalam situasi seperti itu, air anggur tidak menggirangkan lagi (7). Semua orang akan mengeluh karena suasana mencekam. Arak menjadi pahit dan rumah-rumah tidak dapat dimasuki lagi (9-10). Banyak orang menjerit, sukacita dan kegirangan hilang tak bersisa.

Bumi akan hancur luluh (19), bergoncang terhuyung-huyung seperti orang mabuk. Dosa pemberontakannya akan menimpanya dengan sangat hebat. Dia akan rebah dan tidak akan bangkit lagi. Allah akan menghukum langit dan raja-raja. Mereka dikumpulkan seperti tanaman dimasukkan ke liang. Bulan purnama tersipu dan matahari akan malu melihat keadaan bumi dan penduduknya.

Kengerian hari kiamat hendaklah membawa kita pada pertobatan. Marilah kita memuliakan Tuhan dengan nyanyian pujian, "Hormat bagi Yang Mahaadil". Dia yang memerintah alam semesta akan menunjukkan kemuliaan-Nya. Keadilan-Nya menyelamatkan orang yang hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Kiamat? Siapa takut! Ya, kita tidak perlu takut. Saat kita hidup di jalan Allah, berjalan bersama Dia dalam kehendak-Nya, maka dalam lembah kekelaman sekalipun, tidak ada bahaya.

Hari kiamat adalah hari Allah menghakimi manusia. Semua akan diadili menurut perbuatannya masing-masing. Orang-orang yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan. Mereka akan mengenakan pakaian putih sebagai tanda telah dikuduskan. Nama mereka tercatat dalam buku kehidupan dan mereka mengenakan mahkota kehidupan. Jadi, sebagai anak-anak Allah, janganlah takut! [SGT]

Rabu, 04 November 2020

Bergantung Hanya kepada Allah


Yesaya 22:1-14

Kita tentu pernah mengalami suatu peristiwa buruk. Dalam situasi demikian, kita biasanya akan mencari sahabat atau orang terdekat untuk bersandar. Sering kali Allah bukan menjadi pribadi pertama tempat kita bercerita dan meminta pertolongan. Kita lebih memilih manusia yang kita anggap kuat dan bijaksana sebagai tempat mengadu.

Ucapan Yesaya pada ayat ini ditujukan kepada "lembah penglihatan" (1), yaitu Yerusalem. Isinya adalah peringatan kepada Yerusalem untuk bertobat dan kembali kepada Allah agar mereka diselamatkan dari gempuran musuh. Celakanya, mereka tidak mau bertobat. Mereka malah bergantung pada kecerdikan diri sendiri, pada kekuatan senjata, dan pada barisan pasukan berkuda. Bahkan, mereka memilih untuk bergantung pada bangsa tetangga untuk menolong dari serangan musuh.

Para pemimpin bangsa, dengan kekuatannya, mencoba memperbaiki tembok kota. Mereka mulai menambah cadangan air dan mengumpulkan senjata untuk melawan musuh (9-10). Namun, apa yang mereka kerjakan sungguh sia-sia. Sebab, mereka tidak datang kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya. Akhirnya, Yerusalem pun hancur dan mereka mengalami penderitaan.

Kita pun sering bersikap seperti orang Israel ketika menghadapi masalah. Kita lebih memilih mengandalkan kepandaian, kekuatan, bahkan orang lain yang kita anggap hebat, kuat, dan dapat menolong. Kita merasa bahwa semua itu bisa membantu. Kita lupa, Allah jauh lebih berkuasa daripada siapa pun. Kita lupa, hikmat-Nya jauh lebih tinggi daripada hikmat siapa pun.

Kita memang perlu berpikir dan berusaha, tidak salah juga jika kita meminta pertolongan dari manusia. Namun, berbagai hal itu bisa menjadi masalah apabila kita menjadikannya sebagai yang utama dan satu-satunya sumber pertolongan. Kepada Allah sajalah kita harus memohon pimpinan dan penyertaan. Sebab tanpa itu semua, kita tidak mampu menghadapi persoalan dengan benar. Bersama Allah ada pertolongan, jalan keluar, dan pengharapan. [ABL]

Selasa, 03 November 2020

Selalu Ada Kesempatan Bertobat

 
Yesaya 21:11-12

Allah itu adil, Dia dengan tegas akan menghukum orang yang melakukan segala bentuk dosa. Allah tidak pernah kompromi dengan dosa. Namun, Allah juga berlimpah dengan kasih karunia. Dia selalu mengampuni dan memberi kesempatan kepada siapa pun yang mau berbalik kepada-Nya.

Firman Allah hari ini menceritakan tentang malapetaka yang dialami oleh Duma, yaitu nama lain dari Edom yang selalu bermusuhan dengan Israel. Dikisahkan, orang Edom bertanya kepada sang pengawal (Yesaya) kapan malam akan berlalu (11). Malam adalah simbol kegelapan yang mereka alami akibat penghukuman Allah.

Yesaya menjawab bahwa pagi akan datang dan malam juga akan tiba (12). Pagi merupakan simbol sinar pengharapan dari Allah, sedangkan malam berarti penghukuman dari Allah. Hal itu menunjukkan bahwa penghukuman dan anugerah dari Allah bisa terjadi bersamaan. Dengan demikian, pilihan dan respons Edom akan menentukan anugerah atau penghukuman dari Allah.

Jawaban sang pengawal terhadap seruan orang Edom menunjukkan besarnya kasih karunia Allah kepada setiap orang. Meskipun Allah tidak kompromi terhadap dosa, namun tidak selamanya Dia murka. Asalkan Edom mau bertobat dan berbalik, maka Allah akan mengampuni dan mengasihinya (bdk. Mzm 103:6-14). Jika memilih fajar pagi, Edom harus mencari Allah, beriman, menyembah-Nya, dan tidak lagi hidup dalam dosa.

Firman Allah tersebut juga berlaku bagi kita. Alkitab sudah memaparkan betapa mengerikannya malam, yaitu penghukuman Allah karena kegelapan dosa. Sebab ketika Allah telah menumpahkan penghukuman, maka tidak ada yang dapat luput. Namun di sisi lain, ada fajar pagi yang penuh kasih karunia, kebahagiaan, dan pengharapan baru.

Oleh karena itu, marilah kita memilih fajar pagi, yaitu kesempatan bertobat di hadapan Allah. Marilah kita mencari Allah dan bergantung penuh kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Tangan Allah yang penuh kasih pasti terbuka menerima kita. [ABL]

Senin, 02 November 2020

Taat walau tidak Mengerti

 
Yesaya 20:1-6

Ketaatan merupakan hal yang tidak mudah dalam relasi dengan Allah. Ada kalanya sebuah ajaran sudah jelas kita mengerti, namun tetap saja sulit untuk menaatinya. Akan tetapi, terkadang kita diperhadapkan pada suatu perintah atau ajaran yang sulit dimengerti dan sulit ditaati.

Di dalam Kitab Yesaya pasal 20, ada satu perintah Allah yang terasa janggal bagi Yesaya. Allah menyuruhnya untuk berjalan telanjang dan tidak berkasut selama tiga tahun. Allah pun tidak menjelaskan mengapa Yesaya harus melakukan hal tersebut (2). Lalu di dalam kebingungannya, Yesaya bisa saja menolak atau mengajukan keberatan kepada Allah. Akan tetapi, Yesaya memilih untuk taat ketika perintah yang datang kepadanya.

Tindakan Yesaya itu adalah bentuk ketaatan total kepada Allah, yaitu taat walau tidak mengerti. Bagi kita, mungkin tindakan Yesaya tersebut terlihat sangat aneh dan memalukan. Namun bagi Yesaya, ketaatan kepada Allah justru ia letakkan di atas segalanya.

Oleh karena totalitas ketaatan Yesaya, pesan Allah tersampaikan dengan baik kepada bangsa Mesir, Etiopia, dan orang Yehuda. Tindakan memalukan Yesaya yang berjalan telanjang adalah nubuat untuk bangsa Mesir dan Etiopia, kedua bangsa itu akan dipermalukan. Allah akan membuat mereka tidak berdaya di hadapan bangsa Asyur. Melalui peristiwa itu, Allah juga berpesan kepada Yehuda supaya tidak berharap kepada bangsa asing. Sebab, satu-satunya sumber pengharapan mereka hanya ada pada Allah Israel, yaitu Yahweh.

Sebagai anak-anak Allah, kita juga dituntut untuk menunjukkan ketaatan kepada-Nya. Ada kalanya Allah meminta kita untuk melakukan sesuatu yang sulit dimengerti bahkan sulit untuk dilakukan. Perintah itu mungkin saja bertentangan dengan arus zaman, seperti hidup jujur di tengah orang-orang yang tidak jujur dan korup. Dalam kondisi seperti ini, kita harus menaati Allah dengan penuh iman kepada-Nya. Sebab, sekalipun sukar dimengerti dan dilakukan, Allah tidak akan pernah menyuruh kita untuk melakukan hal yang salah. [ABL]

Statistik Pengunjung