Yesaya 22:1-14
Kita tentu pernah mengalami suatu peristiwa buruk. Dalam situasi demikian, kita biasanya akan mencari sahabat atau orang terdekat untuk bersandar. Sering kali Allah bukan menjadi pribadi pertama tempat kita bercerita dan meminta pertolongan. Kita lebih memilih manusia yang kita anggap kuat dan bijaksana sebagai tempat mengadu.
Ucapan Yesaya pada ayat ini ditujukan kepada "lembah penglihatan" (1), yaitu Yerusalem. Isinya adalah peringatan kepada Yerusalem untuk bertobat dan kembali kepada Allah agar mereka diselamatkan dari gempuran musuh. Celakanya, mereka tidak mau bertobat. Mereka malah bergantung pada kecerdikan diri sendiri, pada kekuatan senjata, dan pada barisan pasukan berkuda. Bahkan, mereka memilih untuk bergantung pada bangsa tetangga untuk menolong dari serangan musuh.
Para pemimpin bangsa, dengan kekuatannya, mencoba memperbaiki tembok kota. Mereka mulai menambah cadangan air dan mengumpulkan senjata untuk melawan musuh (9-10). Namun, apa yang mereka kerjakan sungguh sia-sia. Sebab, mereka tidak datang kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya. Akhirnya, Yerusalem pun hancur dan mereka mengalami penderitaan.
Kita pun sering bersikap seperti orang Israel ketika menghadapi masalah. Kita lebih memilih mengandalkan kepandaian, kekuatan, bahkan orang lain yang kita anggap hebat, kuat, dan dapat menolong. Kita merasa bahwa semua itu bisa membantu. Kita lupa, Allah jauh lebih berkuasa daripada siapa pun. Kita lupa, hikmat-Nya jauh lebih tinggi daripada hikmat siapa pun.
Kita memang perlu berpikir dan berusaha, tidak salah juga jika kita meminta pertolongan dari manusia. Namun, berbagai hal itu bisa menjadi masalah apabila kita menjadikannya sebagai yang utama dan satu-satunya sumber pertolongan. Kepada Allah sajalah kita harus memohon pimpinan dan penyertaan. Sebab tanpa itu semua, kita tidak mampu menghadapi persoalan dengan benar. Bersama Allah ada pertolongan, jalan keluar, dan pengharapan. [ABL]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar