Minggu, 23 Agustus 2020

PESAN DAN JANJI ALLAH BAGIAN III

Mazmur 37:21-33

Pesan dan Janji (37:21-33) *
Ayat-ayat di atas memiliki tujuan yang hampir sama dengan ayat-ayat sebelumnya dalam mazmur ini, sebab pokok isinya sungguh bermakna untuk terus direnungkan.

I. Apa yang dituntut dari kita sebagai jalan menuju kebahagiaan kita sendiri, yang dapat kita pelajari dari perangai dan arahan yang dipaparkan di sini. Jika kita ingin diberkati Allah,

1. Kita harus selalu mawas diri untuk memberikan kepada orang lain apa yang menjadi hak mereka: sebab orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali(ay. 21). Inilah hal pertama yang dikehendaki oleh Tuhan Allah kita, yaitu supaya kita berlaku adil dan memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi hak mereka. Tidak mengembalikan apa yang telah kita pinjam bukan saja suatu perbuatan yang memalukan, melainkan juga suatu kejahatan yang kotor. Beberapa orang menganggapnya sebagai contoh yang lebih condong menggambarkan kesengsaraan dan kemiskinan yang menimpa orang-orang jahat karena keadilan Allah, dibandingkan dengan kejahatan mereka. Mereka harus mencari pinjaman untuk memenuhi kebutuhan mereka dan tidak mampu mengembalikan pinjaman itu sehingga harus bergantung kepada belas kasihan si pemberi pinjaman. Apa pun makna yang dipikirkan oleh manusia mengenainya, tetap saja merupakan dosa besar bila ada orang yang menghindari kewajiban mereka dalam melunasi pinjaman, sama besarnya dengan kesengsaraan orang-orang yang tidak bisa membayar kembali utang mereka.

2. Kita harus selalu siap berlaku murah hati dan penuh derma, sebab dengan berbuat demikian kita menunjukkan kebaikan Allah kepada orang benar yang memberikan kepadanya kuasa untuk bersikap baik hati dan berbuat baik (dan sebagian orang memahami ini demikian: bahwa berkat Allah meninggikan umat-Nya yang kecil setinggi-tingginya hingga mereka berkelimpahan dan memiliki kelebihan untuk menolong orang lain). Selain itu, dengan berlaku murah hati dan dermawan kita juga memperlihatkan kebaikan orang benar yang memiliki hati sebesar jumlah kekayaannya: Orang benar adalah pengasih dan pemurah(ay. 21). Tiap hari ia menaruh belas kasihan, setiap hari, atau sepanjang hari, selalu berbelas kasihan dan memberi pinjaman. Terkadang, meminjamkan itu juga sama baik hatinya seperti memberi. Dan memberi dan meminjamkan itu berkenan kepada Allah bila timbul dari hati yang tergerak oleh belas kasihan, dan jika sungguh diserta rasa tulus, akan terus kita lakukan tanpa jemu-jemunya. Orang yang benar-benar berbelas kasihan akan menaruh belas kasihan setiap waktu.

3. Kita harus meninggalkan dosa kita dan bertekun di dalam kesalehan (ay. 27): Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Berhentilah berbuat jahat dan bencilah kejahatan itu. Belajarlah untuk berbuat baik dan bertekun di dalamnya. Inilah agama yang sejati.

4. Kita harus berlimpah dengan percakapan yang baik, memuliakan Alah dan membangun orang-orang lain dengan lidah kita. Inilah bagian dari perangai orang benar (ay. 30), yaitu bahwa mulutnya mengucapkan hikmat. Dia bukan saja berkata dengan bijak, tetapi juga mengucapkan hikmat, sebagaimana Salomo, demi membimbing orang-orang di sekelilingnya. Lidahnya tidak mengatakanomong kosong atau cakap angin, melainkan mengatakan hukum, yaitu firman dan pemeliharaan Allah, serta jalan-jalan hikmat yang mengarahkan perilaku dengan benar. Dari hati yang limpah dengan kebaikan, mulut akan mengucapkan hal-hal yang baik dan membangun.

5. Kita harus bersedia menyerahkan segala kehendak kita ke dalam kehendak dan firman Allah (ay. 31): Taurat Allahnya ada di dalam hatinya. Sia-sia saja jika kita mengaku-ngaku bahwa Allah adalah Allah kita, jika kita tidak menerima Taurat-Nya di dalam hati kita dan tidak menyerahkan diri untuk dikuasai oleh Taurat-Nya itu. Hanya isapan jempol belaka bila kita mengucapkan hikmat dan mengatakan hukum (ay. 30) tanpa Taurat Allah ada di dalam hati kita, dan jika apa yang kita katakan tidak sama seperti apa yang ada dalam pikiran kita. Taurat Allah harus menjadi pegangan yang berkuasa dan memerintah di dalam hati. Taurat Allah harus menjadi terang dan mata air di sana, supaya dengan begitulah perilaku laku menjadi selaras dan sejalan: Langkah-langkahnya tidak goyah. Hukum Allah ampuh dalam mencegah kita tergelincir ke dalam dosa dan kerugian yang ditimbulkannya.

II. Apa yang dijanjikan sebagai jaminan bagi kita, sebagai contoh dari kebahagiaan dan penghiburan yang akan kita alami, bila kita melakukan apa yang dikehendaki Tuhan bagi kita di atas.

1. Bahwa kita akan memperoleh berkat dari Allah, dan berkat itu akan menjadi sumber, rasa manis dan keamanan bagi segala penghiburan dan kenikmatan sementara kita di dunia ini (ay. 22): Orang-orang yang diberkati Allah, sebagaimana semua orang benar, dengan berkat Bapa dan kebajikan di dalamnya, akan mewarisi negeri, atau tanah (sebagaimana yang diterjemahkan dalam pasal 29, tl), yaitu tanah Kanaan, kemuliaan dari segala negeri. Semua penghiburan sementara di dunia ini sungguh-sungguh dirasakan sebagai penghiburan bila kita melihatnya mengalir dari berkat Allah. Dengan demikian kita yakin tidak akan kekurangan apa pun yang baik bagi kita di dunia ini. Tanah itu menumbuhkan hasilnya, jika Allah, yaitu Allah kita, akan memberkati kita(67:6, tl). Dan sebagaimana orang-orang yang diberkati Allah benar-benar dipenuhi berkat (sebab mereka akan mewarisi negeri), begitu pula orang-orang yang dikutuk-Nya benar-benar celaka. Mereka akan dilenyapkan dan dibabat habis, dan kebinasaan mereka yang ditimpakan oleh kutukan ilahi itu akan menjadi peneguhan dan penghiburan bagi orang benar melalui berkat ilahi.

2. Bahwa Allah akan mengarahkan dan mengatur tindakan serta perkara kita sedemikian rupa sehingga menjadi kemuliaan yang terbesar bagi-Nya (ay. 23): TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Melalui anugerah dan Roh Kudus-Nya dia mengarahkan pikiran, perasaan, dan rancangan orang-orang benar. Dia tentu saja menguasai hati semua orang di tangan-Nya, tetapi hati orang-orang benar itu dimiliki-Nya atas persetujuan mereka. Melalui pemeliharaan-Nya, Dia menguasai segala kejadian yang berkaitan dengan mereka supaya Ia bisa meratakan jalan mereka, agar jelas bagi mereka apa yang harus mereka lakukan dan apa yang dapat mereka harapkan. Perhatikanlah, Allah menetapkan langkah-langkah orang benar, bukan hanya menetapkan jalannya secara umum melalui firman-Nya yang tertulis, tetapi juga menetapkan setiap langkahnya melalui bisikan hati nurani yang berkata, “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya .” Dia tidak selalu menunjukkan jalan-Nya kepada orang benar itu dari jauh, melainkan membimbingnya langkah demi langkah, layaknya menuntun seorang anak, supaya ia bisa terus bergantung kepada bimbingan-Nya. Dan ini semua,

(1) Karena Ia berkenan akan jalannya, dan disenangkan oleh jalan-jalan kebenaran yang dipijaknya. TUHAN mengenal jalan orang benar( 1:6), mengenalnya dan menyukainya, dan karena itulah Dia mengarahkan jalannya.

(2) Supaya Dia berkenan akan jalan orang benar itu. Karena Allah menetapkan jalannya sesuai dengan kehendak-Nya, Dia pun berkenan atasnya. Sebab, sebagaimana Ia mengasihi gambaran-Nya di dalam kita, begitu pula Dia senang dengan apa yang kita perbuat di bawah bimbingan-Nya.

3. Bahwa Allah akan mencegah kita hancur baik oleh karena dosa maupun oleh karena kesusahan (ay. 24): apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak.

(1) Orang benar mungkin saja terjerembab dalam sebuah kesalahan, tetapi anugerah Allah akan memulihkannya melalui pertobatan, sehingga dia tidak akan sampai tergeletak. Meskipun dia bisa saja kehilangan sukacita keselamatan dari Allah untuk sementara waktu, sukacita itu akan dikembalikan kepada-Nya, sebab Allah akan menopangnya dengan tangan-Nya, menopangnya dengan Roh-Nya yang bebas. Akar akan tetap hidup sekalipun daun layu, dan musim semi akan datang setelah musim dingin berlalu.

(2) Orang benar mungkin saja merasa tertekan, dipermalukan dalam perkaranya, dan jiwanya menjadi lesu, tetapi dia tidak akan sampai tergeletak. Allah akan menjadi kekuatan hatinya saat daging dan hatinya gagal, dan Dia akan menopangnya dengan penghiburan-Nya sehingga jiwa yang telah Ia ciptakan itu tidak akan gagal di hadapan-Nya.

4. Bahwa kita tidak akan kekurangan apa pun yang kita perlukan dalam hidup ini (ay. 25): “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, dan, dari segala perubahan yang telah kusaksikan dalam keadaan lahiriah manusia serta pengamatan yang telah kulakukan mengenai hal itu, tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan oleh Allah dan manusia, seperti kulihat orang jahat terkadang diabaikan oleh sorga dan bumi. Aku juga tidak pernah melihat anak cucu orang benar dibiarkan terpuruk sampai harus meminta-minta roti.” Daud sendiri pernah mengemis rotinya dari Abimelek sang imam, tetapi pada saat itu Saul sedang memburunya, dan Penyelamat kita telah mengajar kita untuk mengecualikan kasus penganiayaan yang terjadi oleh karena kebenaran, dari segala janji mengenai hal-hal yang sifatnya sementara (Mrk. 10:30), sebab perkara seperti itu disertai kehormatan dan penghiburan yang istimewa sehingga lebih terasa sebagai karunia (sebagaimana anggapan sang rasul mengenainya, Flp. 1:29) daripada sebagai kerugian atau kedukaan. Tetapi hanya ada sedikit saja contoh orang benar atau keluarga mereka yang menjadi amat miskin, bila dibandingkan dengan kemiskinan yang menimpa orang jahat karena kejahatan mereka. Daud tidak pernah melihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti. Tidak ditinggalkan (seperti yang ditafsirkan oleh beberapa orang) artinya, jika mereka benar-benar berkekurangan, Allah akan menggerakkan kawan-kawan mereka untuk mencukupi kebutuhan mereka sehingga mereka tidak perlu mendapat cela seperti yang biasa dilayangkan orang kepada para peminta-minta. Atau, jika mereka mendatangi rumah demi rumah untuk mendapatkan makanan, usaha mereka itu tidak akan dilakukan dengan rasa putus asa, tidak seperti orang jahat yang mengembara untuk mencari makan, entah ke mana (Ayb. 15:23). Orang benar juga tidak akan ditolak seperti anak yang hilang itu, yang ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya(Luk. 15:16). Dia juga tidak akan bersungut-sungut jika tidak merasa kenyang, tidak seperti musuh-musuh Daud saat mereka mengembara mencari makan ( 59:16). Beberapa orang berpendapat bahwa janji ini terutama ditujukan bagi orang-orang yang murah hati dan senang memberi kepada orang-orang miskin, dan mengartikan bahwa Daud tidak pernah melihat orang-orang seperti itu menjadi miskin karena perbuatan amal mereka. Justru ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan(Ams. 11:24).

5. Bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita, melainkan dengan murah hati akan melindungi kita di dalam segala kesukaran dan kesesakan kita (ay. 28): Sebab TUHAN mencintai hukum. Dia senang berlaku adil dan juga berkenan kepada orang-orang yang berlaku adil. Karena itulah, Dia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya di dalam kesesakan saat orang-orang lain memisahkan diri dan menjauhi mereka. Dia justru memastikan agar mereka terpelihara sampai selama-lamanya. Hal ini berarti bahwa orang kudus di segala zaman akan dilindungi-Nya dan kelangsungan hal itu akan terus terpelihara sampai akhir zaman, dan bahwa orang-orang kudus itu akan dijagai dari segala godaan dan dibawa melewati segala pencobaan di masa sekarang menuju ke kebahagiaan yang akan berlangsung selama-lamanya. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Itulah keselamatan yang berlangsung selama-lamanya (2 Tim. 4:18; Mzm. 12:8).

6. Bahwa kita akan memiliki tempat tinggal yang nyaman di dunia ini, dan bahkan di dunia yang lebih baik lagi saat kita meninggalkan dunia yang sekarang ini. Bahwa kita akan tetap tinggal untuk selama-lamanya(ay. 27), dan tidak akan dilenyapkansepertianak cucu orang-orang fasik (ay. 28). Orang-orang yang menjadikan Allah sebagai tempat kediaman mereka dan berlabuh kepada-Nya tidak akan terombang-ambing. Tetapi di bumi ini tidak ada tempat tinggal yang abadi, tidak ada kota yang akan terus berdiri. Hanya di sorga saja, di kota yang memiliki dasar teguh, orang-orang benar akan tinggal selamanya. Tempat itu akan menjadi rumah mereka untuk selama-lamanya.

7. Bahwa kita tidak akan menjadi mangsa musuh-musuh kita, yang mencoba membinasakan kita (ay. 32-33). Ada musuh yang hendak menggunakan segala kesempatan untuk berbuat jahat terhadap kita, yaitu si jahat yang mengamat-amati orang benar (seperti singa yang mengaum-aum yang sedang mengintai mangsanya) dan berikhtiar membunuhnya. Memang ada orang-orang jahat yang berlaku seperti itu (mereka mengamat-amati orang benar untuk mencari kesempatan berbuat jahat dan memperoleh dalih untuk membenarkan perbuatan mereka). Mereka begitu mendendam, dan oleh karena itulah mereka berikhtiar membunuhnya. Akan tetapi, pernyataan tersebut bisa juga diterapkan kepada si jahat Iblis, si ular tua yang penuh dengan siasat untuk menjerat orang benar, yang taktiknya tidak boleh kita abaikan – si naga merah padam yang besar itu, yang mencoba membunuh mereka, – singa yang mengaum-aum itu, yang terus berkeliling dengan resah dan murka, mencari siapa saja yang bisa dia telan. Akan tetapi, di sini ditegaskan bahwa mereka, si Iblis maupun antek-anteknya itu, tidak akan berhasil.
(1) Dia tidak akan berhasil sebagai musuh yang menghadang di padang: TUHAN tidak menyerahkan orang benar itu ke dalam tangannya. Tuhan tidak akan mengizinkan Iblis untuk melakukan apa yang dia mau. Dia juga tidak akan mengambil kembali kekuatan dan anugerah-Nya dari umat-Nya, melainkan akan memampukan mereka untuk bertahan dan mengalahkan Iblis, dan iman mereka tidak akan gugur (Luk. 22:31-32). Orang benar mungkin saja terjatuh ke tangan utusan Iblis dan terluka parah, tetapi Allah tidak akan menyerahkan dia ke dalam tangannya (1 Kor. 10:13).
(2) Dia tidak akan berhasil sebagai lawan yang menentang di pengadilan: Allah tidak membiarkan orang benar dinyatakan fasik pada waktu diadili, meskipun didesak oleh sang pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. Tuduhan-tuduhan palsunya itu akan dilemparkan keluar, sebagaimana tuduhan yang dilayangkan terhadap Yosua (Za. 3:1-2), TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! Jika Allah yang membenarkan, siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?

Sumber: Mathew Henry

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung