KEMAHATAHUAN ALLAH
Mazmur 139:2-6 (TB) 2 Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. 3 Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. 4 Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. 5 Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. 6 Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.
==============
Beberapa cendekiawan Yahudi berpendapat bahwa mazmur ini merupakan yang terunggul dari keseluruhan mazmur Daud, selain juga merupakan perenungan yang sangat khidmat mengenai pengajaran tentang kemahatahuan Allah, yang oleh karenanya harus memenuhi hati kita ketika kita menyanyikan mazmur ini.
I. Pengajaran tersebut dikemukakan secara terperinci di sini (ay. 1-6).
II. Pengajaran tersebut diteguhkan dengan dua dasar pertimbangan:
1. Allah ada di mana-mana, oleh karena itulah Dia mengetahui segala sesuatu (ay. 7-12).
2. Dialah yang menciptakan kita, oleh karena itulah Dia mengenal kita (ay. 13-16).
III. Beberapa kesimpulan ditarik dari pengajaran ini.
1. Pengajaran ini dapat memenuhi kita dengan kekaguman terhadap Allah (ay. 17-18).
2. Dengan ketakutan dan kebencian yang kudus terhadap dosa dan para pendosa (ay. 19-22).
3. Dengan kepuasan kudus dalam kesetiaan hati kita, yang dapat kita jadikan dasar untuk meminta pembelaan Allah (ay. 23-24).
Kebenaran yang agung dan yang terbukti dengan sendirinya ini, yaitu bahwa Allah mengenal hati kita dan hati semua anak-anak manusia, akan berdampak besar terhadap kesucian dan penghiburan kita, jika saja kita menggabungkan kebenaran tersebut dengan iman, serta merenungkan dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh.
Kemahatahuan Allah (139:1-6)
Di sini Daud mengemukakan pengajaran yang agung, yaitu bahwa Allah yang dengan-Nya kita harus berurusan dengan-Nya dan memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai kita, dan bahwa semua gerakan dan tindakan kita, baik manusia batiniah maupun lahiriah kita telanjang dan terbuka seluruhnya di hadapan-Nya.
I. Dia mengemukakan pengajaran ini dengan cara menujukannya kepada Allah. Dia berkata-kata mengenai hal tersebut kepada Allah, mengakuinya kepada Allah, dan memberikan kemuliaan kepada-Nya atas pengajaran ini. Kebenaran ilahi tampak nyata ketika kebenaran itu didoakan, sama nyata seperti ketika diberitakan. Dan itu lebih baik daripada diperdebatkan. Ketika kita berbicara tentang Allah dengan mengatakannya langsung kepada-Nya, kita akan berusaha sebaik-baiknya untuk berbicara dengan ketulusan dan penghormatan yang tinggi, yang tentunya akan memberi kesan yang lebih mendalam.
II. Dia memaparkannya dengan cara menerapkannya kepada diri sendiri. Dia tidak berkata, “Engkau mengenal semua orang,” melainkan, “Engkau mengenal aku. Itulah yang paling kuyakini dan paling bermanfaat untuk kupertimbangkan.”
Kita dapat mengerti bahwa hal-hal ini baik bagi kita bila kita mengetahui sendiri kebaikannya bagi diri kita (Ayb. 5:27). Ketika kita mengakui, “Tuhan, semua jiwa adalah milik-Mu,” kita juga harus menambahkan, “Jiwaku ialah kepunyaan-Mu. Engkau yang membenci segala dosa juga membenci dosaku. Engkau yang baik kepada semua orang, baik kepada Israel, juga baik kepadaku.” Demikianlah di sini, “Engkau menyelami aku dan mengenal aku, mengenalku seutuhnya, seperti aku mengenal sesuatu yang aku selami dalam-dalam.” Daud seorang raja, dan hati raja-raja tidak terdugaoleh rakyatnya (Ams. 25:3), namun tidak demikian halnya bagi Sang Penguasa mereka.
III. Dia menguraikannya dengan lebih rinci lagi: “Engkau mengenalku di mana pun aku berada dan apa pun yang kulakukan, aku dan segala sesuatu yang kupunyai.”
1. “Engkau mengetahuiaku dan segala gerakanku, ketika aku duduk untuk beristirahat, atau berdiriuntuk bekerja, dengan sikap pikiran seperti apa aku menenangkan diri ketika aku duduk, atau ketika aku menggiatkan diriku untuk berdiri. Engkau mengetahui apa yang kuandalkan sebagai sandaran untuk menopang jiwaku, serta apa yang hendak dicapainya sebagai tujuan kebahagiaannya. Engkau mengetahui kapan aku pulang, bagaimana aku berjalan ke rumah. Engkau tahu bilamana aku bepergian, dan untuk apa aku pergi.”
2. “Engkau mengetahui segenap angan-anganku. Tidak ada yang lebih dekat dan lebih cepat daripada pikiran. Pikiran itu selalu tersembunyi dari orang lain dan sering kali luput dari pengamatan diri sendiri. Sekalipun begitu, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Sekalipun pemikiran-pemikiranku mungkin janggal dan tidak berkaitan satu dengan yang lainnya, Engkau mengerti jalinan pikiran-pikiran tersebut dan dapat menghubungkannya, padahal banyak di antara pikiran itu yang terluput dari perhatianku sehingga aku sendiri tidak mampu mengaitkannya satu dengan yang lainnya.” Atau, “Engkau mengerti pikiranku dari jauh, bahkan sebelum aku memikirkannya, dan jauh setelah aku selesai memikirkannya dan melupakannya.” Atau, “Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Dari sorga yang tinggi Engkau menilik sampai ke kedalaman hati” ( 33:14).
3. “Engkau mengenal aku dan semua rancangan serta maksudku. Engkau memeriksa setiap jalan yang istimewa. Engkau menyaring(atau menampi) jalanku”(begitulah penafsiran sebagian orang), “dengan begitu saksamanya sampai-sampai dapat memisahkan setiap perbuatan baik dan jahat yang kulakukan,” seperti kita memisahkan jagung dan sekam dengan cara menampinya. Segenap tindakan kita dimurnikan oleh penghakiman Allah ( 17:3). Allah memperhatikan setiap langkah yang kita ambil, baik setiap langkah yang benar maupun langkah yang menyimpang. Dia memaklumi segala jalankita, benar-benar memakluminya. Dia tahu bagaimana kita melaluinya, dan tujuan akhir apa yang hendak kita capai, juga dengan siapa kita berjalan ke sana.
4. “Engkaumengetahui aku ketika aku beristirahat. Engkau mengetahui ketika aku berbaring, ketika aku menarik diri dari pergaulan, dan ketika aku merenungkan apa yang telah kujalani di sepanjang hari dan beristirahat. Engkau mengetahui isi hatiku dan apa yang kupikirkan ketika aku pergi tidur.”
5. “Engkau mengenal aku dan segala yang aku katakan (ay. 4): Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, baik itu perkataan yang baik maupun yang sia-sia, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui. Engkau mengetahui maknanya, pikiran seperti apa yang memicunya, dan mengapa aku mengutarakannya. Tidak ada sepatah kata pun yang hampir keluar dari lidahku, yang hampir saja terucap, tetapi kemudian tertahan dan tidak keluar, yang tidak Engkau ketahui.” Saat tidak ada sepatah kata pun dalam mulutku, ya Tuhan! Engkau bahkan dapat mengetahui semuanya itu(begitulah yang ditafsirkan sebagian orang). Sebab, bagi Allah, pikiran itu sama nyatanya dengan kata-kata.
6. “Engkau mengenal setiap seluk-beluk diriku: Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, sehingga ke mana pun aku pergi, aku selalu ada dalam pengawasan-Mu dan tidak mungkin meluputkan diri. Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku, dan aku tidak bisa melarikan diri dari-Mu.” Di mana pun kita berada, kita selalu di bawah pengawasan dan tangan Allah. Mungkin hal itu menggambarkan kebiasaan tabib menjamah orang sakit untuk mengetahui denyut nadi mereka atau keadaan mereka. Allah mengenal kita dengan baik, bukan saja mengenal apa yang kita lihat, tetapi juga apa yang kita rasakan dan yang kita kerjakan. Semua orang-Nya yang kudus, di dalam tangan-Nyalah mereka.
IV. Dia membicarakan hal itu dengan kekaguman (ay. 6): Semua itu terlalu ajaib bagiku, terlalu tinggi.
1. “Engkau begitu mengenalku, lebih daripada aku mengenal diriku sendiri. Aku tidak dapat memperhatikan segala pikiranku, atau menilai diriku sebagaimana Engkau memperhatikan dan menilai diriku.”
2. “Pengetahuan seperti itu tidak dapat kupahami, apalagi kugambarkan. Aku yakin Engkau mengetahui segala sesuatu, tetapi aku tidak tahu bagaimana Engkau dapat melakukannya.” Kita tidak dapat mengetahui bagaimana Allah menyelidiki dan mengenali kita. Juga kita tidak dapat mengetahui bagaimana diri kita dapat diketahui. Amin
=====TUHAN YESUS MEMBERKATI====
Tidak ada komentar:
Posting Komentar