Cari Blog Ini

Rabu, 15 Oktober 2025

Santapan Harian

Mendekat, Bukan Menjauh 
Lukas 22:39-46 

Dalam perkembangan perlindungan fisik, dahulu manusia menggunakan perisai, sekarang menggunakan baju antipeluru. Lalu, bagaimana dengan alat perlindungan rohani? Nah, ini tertulis dalam Lukas 22:39-46.

Yesus menuju ke Bukit Zaitun, dan murid-murid-Nya mengikuti Dia (39). Setibanya di sana Ia berkata kepada mereka, "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan" (40). Lalu, Yesus berlutut dan berdoa. Ia mendapat kekuatan dan makin sungguh berdoa. Selesai berdoa, Ia bangkit menghampiri murid-murid-Nya yang tidur karena dukacita (45). Yesus berkata, "Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan" (46).

Yesus merasakan sesuatu yang menakutkan dan menyakitkan, yang digambarkan dengan cawan. Yesus berdoa dan memohon supaya dijauhkan dari cawan itu. Dalam doa itulah Yesus mendapat kekuatan sehingga Ia pun tidak memikirkan perihal cawan lagi.

Berbeda dengan Yesus, murid-murid yang mengalami dukacita, tidur, dan tidak berdoa. Pelajaran bagi kita, berdoalah supaya kita tidak jatuh ke dalam pencobaan.

Pencobaan bukan saja berupa hal menakutkan atau menyakitkan. Bisa saja, ada seseorang atau sesuatu yang berusaha menarik, memikat, dan menguasai seseorang untuk berbuat dosa. Wujudnya berupa godaan untuk berbuat dosa. Sesudah kita mengikuti godaan itu, barulah kita menyadari telah berbuat dosa. Banyak orang Kristen menjauh dari Tuhan pada saat menghadapi pencobaan. Akibatnya, mereka menjadi tidak berdaya, terbuai ke dalam pencobaan sehingga jatuh ke dalam dosa. Ada yang merasa kuat, namun pada akhirnya jatuh ke dalam dosa juga.

Yesus mengajarkan supaya kita mendekat kepada Tuhan saat kita menghadapi pencobaan. Ada janji Tuhan, kita tidak akan jatuh ke dalam pencobaan jika mendekat kepada-Nya. Bagaimana kita bisa mendekat kepada Tuhan? Berdoa! Hal ini Yesus katakan di awal dan di akhir bacaan kita, dua kali; ini menandakan sesuatu yang sangat penting. Jadi, marilah kita berdoa senantiasa! [DLT]

Rabu, 08 Oktober 2025

Santapan Harian

Tetap Berjagalah! 
Lukas 21:34-38 

Saat kita memiliki barang berharga, kita memproteksinya dengan pengaman agar tidak rusak atau hilang. Rumah dijaga satpam dan dipasang alarm. Gawai baru diberi pelindung agar tidak tergores jika terjatuh. Kendaraan diasuransikan. Antisipasi kita lakukan sebelum ada masalah atau kerusakan.

Apabila barang berharga saja kita jaga sedemikian rupa, lalu bagaimana dengan hidup kita sendiri? Apa yang sudah kita persiapkan untuk menanti kedatangan Tuhan? Tentu persiapan kita lebih dari sekadar menjaga barang berharga yang kita miliki, bukan?

Hari Tuhan akan segera datang, dan banyak orang berspekulasi, memperkirakan kapan hal itu akan terjadi. Akan tetapi, tak seorang pun tahu kapan waktunya, selain Allah sendiri. Daripada mengira ngira, lebih baik kita fokus pada kehendak Tuhan.

Yesus memperingatkan pengikut-Nya untuk selalu berjaga-jaga. Artinya, kita hidup dengan kesadaran penuh bahwa setiap saat adalah kesempatan untuk menyenangkan hati Tuhan. Ada juga peringatan agar menjaga hati dari pesta pora dan kemabukan serta kepentingan duniawi yang bisa saja menjerat kita (34). Bukan asal berjaga jaga, tetapi berjaga sambil berdoa.

Doa bukan sekadar interaksi kita dengan Allah. Dengan berdoa kita dikuatkan melawan godaan dan tetap teguh dalam iman di tengah badai kehidupan. Berdoa juga membuat kita peka terhadap kehendak Tuhan dan menolong kita untuk tetap fokus pada perkara yang kekal.

Yesus sendiri memberi contoh mengajar di Bait Allah (37), dan banyak orang datang kepada-Nya. Teladan ini mengingatkan kita untuk memiliki disiplin rohani yang konsisten setiap hari.

Banyak orang menyibukkan diri dengan hal-hal duniawi, mengejar hal-hal yang fana, bahkan sampai meninggalkan imannya. Banyak juga orang yang lebih memilih harta dan tawaran kesenangan sesaat. Namun, bukan hal itu yang Tuhan Yesus kehendaki. Yesus mau kita menjadikan doa dan firman Tuhan sebagai prioritas dalam hidup kita. Mari kita berjaga secara aktif, bukan dengan menunggu secara pasif. [SLM]

Minggu, 28 September 2025

Santapan Harian

Manusia Bukanlah Benda 
Lukas 20:9-19 

Di dalam budaya kapitalisme industri, manusia sama seperti alam dianggap sebagai sumber daya. Karenanya ada istilah sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tidaklah heran di dalam budaya ini sesama diperlakukan seperti alat untuk keuntungan diri.

Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala digambarkan seperti pekerja kebun angur yang tidak tahu diuntung.

Mereka menganiaya hamba pemilik yang meminta bagian tuan yang empunya kebun (10). Kesabaran tuan pemilik kebun terlihat ketika sampai tiga kali mengutus hambanya (tiga: gambaran genap, sempurna;

12). Tak berhenti di sini, bahkan sang tuan mengutus anak yang sangat dikasihinya karena berpikir para petani ini bisa menjadi segan (13). Ironisnya, mereka membunuh anak itu tanpa perasaan (15).

Cerita tragis ini adalah peringatan Yesus kepada ahli-ahli Taurat dan Imam-imam kepala (19). Dengan peringatan ini, Yesus rindu mereka dapat berefleksi dan bertobat. Ini adalah teguran kasih, namun sangat keras atas mereka para pemimpin agama, yang melihat kepemilikan lebih penting daripada hidup dan nyawa sesama. Untuk kepemilikan ini, mereka rela menyakiti sesama manusia, bahkan membunuh orang yang tidak berdosa. Yesus tegas menyatakan akan ada penghakiman yang besar bagi orang-orang tersebut jika tidak bertobat. Sayangnya, apa yang diperbuat Yesus sama sekali tidak mengorek hati nurani mereka, justru hasrat meniadakan Yesus menjadi makin besar (19). Hukum Taurat yang menekankan kasih kepada sesama, tidak lagi bersuara di hati mereka.

Apakah Saudara dan saya memperlakukan sesama kita hanya sebagai alat atau benda yang bisa digunakan untuk keuntungan diri kita pribadi?

Sesama kita bukanlah sesuatu, tetapi seseorang yang Tuhan ciptakan untuk kita kasihi dan untuk mengasihi kita. Mari minta kepekaan untuk terus berhati-hati dan tidak terpengaruh ketika hidup di dalam zaman yang memperlakukan orang seperti alat atau benda demi kepentingan diri. Ingatlah bahwa manusia, sesama kita, jauh lebih berharga daripada sebuah benda! [JHN]

Sabtu, 27 September 2025

Renungan Harian

Brutalnya Tokoh Agama
Lukas 19:45-48

Kejahatan yang paling mengerikan adalah kejahatan yang dilakukan di ritus sakral agama. Terlebih lagi ketika hal tersebut dilakukan oleh para pemuka agama. Kenyataan inilah yang kita lihat dari bacaan kita hari ini.

Para imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang terkemuka di negeri itu berusaha mengakhiri hidup Yesus (48). Barangkali hal ini dipicu oleh kekesalan mereka akan sikap Yesus yang merusak bisnis mereka di Bait Suci (45). Juga, menyakitkannya kata-kata tajam Yesus yang secara tidak langsung menyatakan mereka "penyamun", padahal mereka adalah para pemuka agama, ahli kitab, dan orang-orang besar yang biasa mendapatkan hormat dari umat Israel.

Namun, oleh mereka, kesucian Bait Allah ternodai. Pelataran khusus di Bait Suci untuk orang asing berdoa, malah mereka jadikan tempat bisnis yang menguntungkan mereka sendiri dan merugikan orang banyak. Tidaklah heran, Yesus menegur dengan sangat keras (46). Mereka adalah para tokoh agama dan tidak seharusnya hal tersebut terjadi. Bait Suci tidak hanya seperti tempat bisnis, bahkan tempat yang merugikan orang banyak. Mereka seperti mengalami perampokan atas nama Tuhan dan ibadah.

Akan tetapi, teguran ini tidak membuat mereka bertobat, malahan mereka berusaha mencari celah untuk dapat membinasakan Yesus. Bayangkan, hal ini direncanakan para tokoh agama dan dilakukan di tempat paling sakral umat Israel. Lebih parah lagi, mereka merencanakan hal itu karena mereka takut kekuasaan mereka terdampak. Mereka takut kehilangan muka dan tidak mau kehilangan pengaruh di hadapan orang banyak.

Ketika kita menjadi orang-orang penting di gereja, hati-hatilah! Kita melihat hal yang mengerikan dan tidak manusiawi bisa terjadi di tempat yang sangat sakral dan dilakukan oleh tokoh-tokoh terkemuka secara agama. Kita juga tidak kebal dengan hal itu. Mari kita menyadari dan berhati-hati, serta saling mengingatkan. Mari kita datang kepada Tuhan dengan berserah penuh dan meminta Tuhan senantiasa membimbing kita. [JHN]

Baca dan Renungkan 

Lukas 19:45-48

Bait Allah di Yerusalem adalah pusat ibadah dan tempat yang sangat dihormati oleh orang Yahudi. Di pelataran Bait Allah, banyak pedagang dan penukar uang yang melakukan transaksi perdagangan. Mereka mengambil keuntungan dari para peziarah yang datang ke Yerusalem untuk beribadah.

Yesus masuk ke Bait Allah dan mulai mengusir orang-orang yang berjual beli di sana. Yesus menegaskan bahwa Bait Allah seharusnya menjadi tempat untuk berdoa dan beribadah, bukan tempat untuk berbisnis yang merugikan orang lain. Yesus mengajar setiap hari di Bait Allah, namun para imam kepala, ahli Taurat, dan pemuka-pemuka bangsa berusaha membinasakan-Nya. Akan tetapi, mereka tidak menemukan cara untuk melakukannya, karena seluruh rakyat terpukau oleh pengajaran-Nya.

Apa saja yang Anda baca?
1. Ke manakah Yesus dan apa yang Ia lakukan? (45)
2. Apa yang Yesus katakan? (46)
3. Apa yang Yesus lakukan di Bait Allah dan apa yang hendak dilakukan oleh Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat? (47-48)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah Anda melayani dan beribadah dengan motivasi yang murni atau ada kepentingan pribadi yang Anda kejar?
2. Bagaimana Anda bisa memastikan bahwa motivasi Anda dalam pelayanan adalah untuk memuliakan Tuhan?
3. Apakah Anda berani berbicara dan bertindak untuk kebenaran seperti Yesus?

Apa respons Anda?
1. Bagaimana ajaran Yesus memengaruhi cara Anda berinteraksi dengan orang lain dan menghadapi tantangan hidup?
2. Bagaimana Anda menghadapi konflik atau ketidaksepakatan dengan pemegang otoritas keagamaan atau pemimpin di sekitar Anda?

Pokok Doa:
Mari kita berdoa agar kita menjauhkan diri dari kepentingan pribadi yang dapat merusak pelayanan.

Jumat, 26 September 2025

Santapan Harian

Pahlawan Murung 
Lukas 19:28-44 

Kisah kepahlawanan pastilah menginspirasi. Apalagi ketika kita ada di dalam kondisi hidup yang sangat berat, kita rindu hadirnya "pahlawan" yang dapat mengatasi permasalahan itu. Kita merindukan ada pahlawan yang dapat menolong kita untuk menyelesaikan masalah besar dalam hidup kita.

Kisah kepahlawanan Yudas Makabeus, seorang pahlawan yang menjadi kebanggaan bangsa Yahudi tidak asing lagi. Kehebatan Yudas saat melawan tirani penjajah Yunani masih melekat dalam benak rakyat Yerusalem. Pada saat memasuki gerbang kota, rakyat menyambut Yesus dengan daun palem dan penuh sorak sorai. Rakyat berharap Yesus berani seperti Yudas Makabeus, melawan tirani Imperium Roma.

Karya mukjizat Yesus membuat pengharapan rakyat akan kemerdekaan kembali hidup. Mereka menyambut Yesus bak seorang pahlawan yang mereka harapkan akan memerdekakan mereka kembali dari tangan kekuasaan asing (37-38).

Ganjilnya, pahlawan yang mereka harapkan malah memilih keledai muda, bukan kuda gagah (36). Ini adalah sebuah tanda kesederhanaan, bukan kegagahan. Tak hanya itu, sembari orang-orang bersukacita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya, dituliskan pahlawan ini menangis melihat kota Yerusalem (41). Hal ini bukan karena Ia lemah, melainkan hati-Nya yang sangat lembut terluka karena melihat akhir kehancuran total kota yang dikasihi-Nya di tangan kekuasaan Romawi (42-44). Apalagi Ia tahu kisah kepahlawanan yang Dia jalani tidak seperti yang orang-orang Israel percayai dan dambakan.

Kadang kita rindu Tuhan berkarya secara dahsyat menyatakan pertolongan-Nya di dalam kisah perjalanan hidup kita yang berat. Kita percaya, berharap, berdoa, dan bahkan berpuasa untuk melihat kisah itu menjadi kenyataan. Akan tetapi, karya-Nya selalu tidak pernah dapat kita pahami dan terjadi tidak selalu seperti yang kita mau. Apakah kita mau belajar rela membuka hati kita untuk Yesus, Sang Pahlawan itu, dan merelakan Dia secara bebas berkarya atas kisah hidup kita sesuai kehendak-Nya? [JHN]

Kamis, 25 September 2025

Santapan Harian

Pahlawan Murung 
Lukas 19:28-44 

Kisah kepahlawanan pastilah menginspirasi. Apalagi ketika kita ada di dalam kondisi hidup yang sangat berat, kita rindu hadirnya "pahlawan" yang dapat mengatasi permasalahan itu. Kita merindukan ada pahlawan yang dapat menolong kita untuk menyelesaikan masalah besar dalam hidup kita.

Kisah kepahlawanan Yudas Makabeus, seorang pahlawan yang menjadi kebanggaan bangsa Yahudi tidak asing lagi. Kehebatan Yudas saat melawan tirani penjajah Yunani masih melekat dalam benak rakyat Yerusalem. Pada saat memasuki gerbang kota, rakyat menyambut Yesus dengan daun palem dan penuh sorak sorai. Rakyat berharap Yesus berani seperti Yudas Makabeus, melawan tirani Imperium Roma.

Karya mukjizat Yesus membuat pengharapan rakyat akan kemerdekaan kembali hidup. Mereka menyambut Yesus bak seorang pahlawan yang mereka harapkan akan memerdekakan mereka kembali dari tangan kekuasaan asing (37-38).

Ganjilnya, pahlawan yang mereka harapkan malah memilih keledai muda, bukan kuda gagah (36). Ini adalah sebuah tanda kesederhanaan, bukan kegagahan. Tak hanya itu, sembari orang-orang bersukacita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya, dituliskan pahlawan ini menangis melihat kota Yerusalem (41). Hal ini bukan karena Ia lemah, melainkan hati-Nya yang sangat lembut terluka karena melihat akhir kehancuran total kota yang dikasihi-Nya di tangan kekuasaan Romawi (42-44). Apalagi Ia tahu kisah kepahlawanan yang Dia jalani tidak seperti yang orang-orang Israel percayai dan dambakan.

Kadang kita rindu Tuhan berkarya secara dahsyat menyatakan pertolongan-Nya di dalam kisah perjalanan hidup kita yang berat. Kita percaya, berharap, berdoa, dan bahkan berpuasa untuk melihat kisah itu menjadi kenyataan. Akan tetapi, karya-Nya selalu tidak pernah dapat kita pahami dan terjadi tidak selalu seperti yang kita mau. Apakah kita mau belajar rela membuka hati kita untuk Yesus, Sang Pahlawan itu, dan merelakan Dia secara bebas berkarya atas kisah hidup kita sesuai kehendak-Nya? [JHN]

Selasa, 23 September 2025

RENUNGAN HARIAN

Yesus, Minta Dijamu?
Lukas 19:1-10

Sebagai orang Kristen, kepada kita selalu diajarkan agar kita berkorban bagi sesama demi menyatakan cinta Tuhan yang besar. Ya, pengorbanan Kristus adalah sesuatu yang besar, tetapi apakah hanya itu yang Dia teladankan bagi kita?

Ketika Yesus datang ke suatu daerah pastilah banyak orang berpengaruh dan terpandang yang ingin menjamu-Nya makan. Uniknya, perhatian Yesus justru tertuju kepada seorang pemungut cukai yang bertubuh pendek (3).

Masyarakat Yahudi pada masa itu mendeskripsikan seorang pemungut cukai sebagai orang berdosa yang najis dan harus dihindari. Namanya Zakheus. Ia sangat kaya, tetapi kesepian karena orang Yahudi dilarang duduk dan makan bersama serta berelasi dengan pendosa seperti dirinya. Ia hanya ingin melihat Yesus. Ia pun berpikir mustahil menjamu Yesus. Dia sadar akan dirinya yang berdosa dan ketidaklayakan dirinya. Apalagi Yesus adalah seorang Rabi, dan dia sudah melihat bagaimana tokoh agama di sekitarnya dan masyarakat Yahudi melihat dan memperlakukan dirinya.

Meskipun demikian, Yesus malah menghampiri Zakheus dan meminta dijamu olehnya (5). Sepertinya, ini pertama kali setelah sekian lama Zakheus tak pernah makan bersama seorang sahabat. Kali ini seorang Rabi, bahkan Juru Selamat mau bersahabat dengan dia, dan ini mendatangkan sukacita yang besar bagi dirinya yang penuh dosa. Hari itu menjadi hari yang tak akan pernah dilupakan oleh Zakheus.

Yesus tak hanya meneladankan kepada kita sebuah pengorbanan diri. Dia juga menunjukkan teladan untuk berkorban memberi diri dijamu dan dikasihi orang yang berdosa. Yesus mau duduk gembira dan tertawa bersama dengan mereka yang disisihkan oleh masyarakat. Ia tidak takut kehilangan reputasinya dan dianggap tidak rohani. Maukah kita sebagai gereja belajar mengasihi sesama kita dengan memberi diri untuk dikasihi? Mari kita belajar menjadi sahabat bagi sesama dengan duduk, makan, minum, tertawa, bercerita, dan berterima kasih untuk kebaikan sesama yang mengasihi kita. Mari kita saling menjamu dalam kasih! [JHN]


Minggu, 21 September 2025

Santapan Harian

Penderitaan Sudah di Depan Mata 
Lukas 18:31-34 

Ketiga kalinya Yesus mengungkapkan penderitaan yang akan Ia alami kepada murid-murid-Nya. Yesus mengajak murid-murid-Nya pergi ke Yerusalem, tempat di mana Dia akan disalibkan, seperti yang sudah dinubuatkan para nabi (31). Yesus akan ditangkap, diolok-olok, dihina, diludahi, dicambuk, dan dibunuh; namun, pada hari yang ketiga Ia akan bangkit (32, 33). Akan tetapi, para murid belum mengerti arti perkataan Yesus (34).

Tiga kali, pertanda berita ini sangat penting. Yesus menjelaskan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia akan mengalami penderitaan dan di Yerusalem peristiwa itu akan terjadi. Saat itu Yesus sedang berjalan menuju Yerusalem, pertanda penderitaan sudah di depan mata. Para murid tetap belum mengerti penjelasan Yesus bahwa saat penderitaan akan tiba. Bisa saja harapan para murid adalah Yesus akan menjadi raja yang akan menaklukkan kekuasaan Romawi yang saat itu berkuasa atas Yerusalem. Dia akan mengembalikan kejayaan Yerusalem seperti masa kerajaan Daud. Yerusalem akan kembali menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa sekitarnya. Jadi, sekalipun berkali-kali Yesus menjelaskan tentang penderitaan yang akan dialami-Nya, hal itu tidak menjadi bagian pemikiran para murid. Mereka berjalan bersama Yesus, namun pikirannya tidak searah dengan pikiran Yesus. Penderitaan yang Yesus maksudkan adalah penyaliban dan kematian-Nya yang masih tersembunyi bagi para murid.

Penderitaan sudah di depan mata, apakah tetap kita putuskan berjalan bersama Yesus? Dibenci, dihina, diolok-olok, dicambuk, dibunuh adalah bagian kita sebagai berkat kesungguhan mengikut Yesus. Ingat, penderitaan dan kematian bukan akhir segalanya. Yesus dibangkitkan pada hari ketiga. Hal itu menjadi jaminan bahwa setiap orang yang percaya dan sungguh-sungguh mengikut Yesus seumur hidupnya akan dimuliakan seperti Yesus. Peringatan bagi kita: jangan bertahan dengan pikiran kita sendiri, ikutilah alur pikiran Yesus. Penderitaan akan tetap ada, namun bila tetap berjalan bersama Yesus kita akan kuat menghadapinya. [NRG]

Sabtu, 20 September 2025

Santapan Harian

Kuputuskan Mengikut Yesus 
Lukas 18:28-30 

Setelah perjumpaan Yesus dengan seorang pemimpin yang kaya, Petrus angkat bicara: "Kami telah meninggalkan apa yang kami miliki dan mengikut Engkau" (28). Menurut Petrus dan teman-temannya, mereka sudah meninggalkan harta bendanya. Walaupun mereka tidak tergolong orang kaya, mereka sudah meninggalkan pekerjaan dan keluarganya untuk mengikut Yesus.

Petrus dan murid-murid yang lain tampaknya juga memiliki pergumulan tentang hidup kekal. Kemudian, Yesus menghibur Petrus dan teman-temannya dengan mengatakan: "Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumah, atau istri, atau saudara, atau orang tua, atau anak-anaknya, akan menerima kembali berlipat ganda pada masa ini, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal" (29, 30).

Alasan mengikut Yesus adalah karena Kerajaan Allah, bukan karena motivasi yang lain! Bukan karena alasan politik, atau alasan ekonomi. Bukan juga karena alasan keamanan dan sebagainya. Kalau benar mengikut Yesus itu dengan kesungguhan, penuh pengorbanan, dan komitmen, mereka akan beroleh hasil yang berlipat ganda. Maksudnya mereka bukan akan menjadi kaya raya, atau istri dan anak-anak mereka akan bertambah banyak, tetapi mereka akan beroleh keselamatan dan hidup yang kekal. Itu bukan nanti, tetapi kini dan akan datang. Keselamatan dan hidup kekal merupakan harta surga yang jauh lebih berarti daripada harta dunia yang sifatnya sementara dan bisa rusak.

Pelajaran bagi kita ketika memutuskan mengikut Yesus, bukan hanya apa yang kita miliki yang harus ditanggalkan, melainkan di dalam diri kita sendiri ada perubahan pola pikir, kebiasaan, karakter, cara kerja, dan motivasi. Yesus hidup sederhana, rendah hati, rela berkorban, dan selalu memikirkan orang banyak. Oleh sebab itu, penderitaan adalah bagian dari hidup-Nya. Mengikut Yesus berarti kita ikut dalam penderitaan-Nya memperjuangkan kebenaran. Namun, ada janji: mengikut Yesus tidak akan sia-sia! [NRG]

Rabu, 17 September 2025

Santapan Harian
Doa yang Dibenarkan 
Lukas 18:9-14 

Jika ada doa yang dibenarkan, apakah ada doa yang tidak dibenarkan? Dalam perumpamaan ini ada dua bentuk sikap orang berdoa, yaitu sikap doa orang Farisi dan sikap doa pemungut cukai.

Orang Farisi berdoa dengan memegahkan diri dan merendahkan orang di sekitarnya. Dia membanggakan dirinya karena tidak sama dengan orang lain, ia bukan perampok, ia bukan pezina, ia bukan juga seperti pemungut cukai (11). Ia berpuasa dua kali seminggu dan rutin memberi persepuluhan (12). Sementara pemungut cukai berdoa dengan merendahkan hati, mengakui kesalahannya dengan memukul-mukul dadanya. Ia meminta pengasihan Tuhan untuk mengampuninya (13). Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa yang dibenarkan Allah adalah doa yang mengakui kesalahan dan memohon belas kasihan Tuhan (14).

Sebaik-baiknya orang pasti pernah melakukan kesalahan. Sejahat-jahatnya orang pasti ada kebaikan yang pernah ia lakukan. Pastilah ada perbuatan baik pemungut cukai walaupun di mata manusia lebih banyak jahatnya. Dia tidak mengungkapkan kebaikan-kebaikannya karena amal yang diperbuatnya tidak mampu menyelamatkannya. Namun, dia memohon kepada Tuhan yang penuh belas kasihan dan berkuasa menyelamatkan.

Semua yang kita lakukan tidak pernah luput dari mata Tuhan. Biarlah perbuatan baik itu dirasakan semua orang dan perbuatan jahat itu kita jauhkan dari hadapan Tuhan dan sesama. Mengaku dosa adalah sikap orang yang rendah hati. Pada saat mengaku dosa ada proses dalam diri untuk menjadi lebih baik. Inilah yang Tuhan kehendaki, mengaku dosa dan tidak melakukannya lagi!

Semua orang berdosa di hadapan Tuhan dan kebaikan-kebaikan yang kita perbuat itu tidak bisa menghapus dosa. Hanya Tuhan yang mampu mengampuni dosa. Tuhan adalah Bapa yang pengasih. Dia akan selalu mengampuni mereka yang datang mengakui kesalahan dan dosa-dosanya. Sebagai respons kita, mari meneladan sikap pemungut cukai yang dengan rendah hati mau berdoa dan meminta pengasihan Tuhan. [NRG]

Selasa, 16 September 2025

Santapan Harian

Siang Malam Berseru 
Lukas 18:1-8 

Pernahkah permintaan kita seolah-olah ditolak Tuhan? Lantas apa yang kita lakukan? Apakah kita berhenti berseru?

Seorang janda selalu datang kepada hakim karena ada orang yang berbuat tidak adil kepadanya (3). Beberapa kali hakim ini menolak permintaan janda tersebut (4). Namun, perempuan ini terus saja datang, tidak berhenti, atau tidak menyerah. Meskipun ditolak, dia tidak berputus asa. Si hakim berpikir, "Ah daripada aku terus disusahkan, baiklah kukabulkan permintaan ibu ini." Meskipun hakim ini tidak mengenal Tuhan akhirnya dia membela hak janda itu (5). Bayangkan, orang yang tidak mengenal Tuhan saja bisa berbuat baik, membela hak seorang janda. Meskipun dia hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi dia sudah berbuat baik. Bagaimana dengan Allah, apakah Dia akan menolak seruan anak-anak-Nya?

Sekalipun Tuhan menolak pasti ada rencana-Nya yang lebih baik. Pertanyaannya, apakah kita berhenti berseru? Perempuan janda itu tidak berhenti berseru. Siang malam dia berseru sampai akhirnya permintaannya dikabulkan. Siang dan malam ia berseru, ini merupakan tindakan iman. Ia tidak dibatasi dengan jumlah berapa kali harus berseru, tidak dibatasi ruang dan waktu, siang ataupun malam.

Dalam seruan kita kepada Tuhan, banyak hal yang perlu diceritakan dan diungkapkan. Pelbagai hal yang kita lakukan dan alami setiap hari perlu diungkapkan. Meski tidak satu pun kita ceritakan, sebenarnya Tuhan tahu. Namun, Tuhan rindu agar anak-anak-Nya selalu bercerita kepada-Nya tentang segala sesuatu. Tentang pergumulan hidup, termasuk tentang perbuatan-perbuatan orang lain yang tidak adil kepada kita.

Tuhan senang ketika kita terus-menerus berseru kepada-Nya. Seperti seorang bapa yang senang melihat anak-anaknya yang selalu berterus terang kepadanya. Tuhan tidak akan mengulur-ulur waktu memberikan pertolongan kepada anak-anak-Nya yang dikasihi-Nya. Dia akan segera memberi keadilan kepada mereka yang berseru kepada-Nya tanpa henti, itulah janji Tuhan. Perintah bagi kita, tetaplah berseru! [NRG]

Senin, 15 September 2025

Santapan Harian

Kuasa Iman dan Ucapan Syukur 
Lukas 17 

Iman dan ucapan syukur ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Iman berkaitan dengan keyakinan kita kepada Allah yang menyelamatkan kita, sedangkan ucapan syukur adalah respons atas anugerah Allah. Seorang yang sadar akan anugerah Allah dalam hidupnya akan merespons dengan syukur, penundukan, dan penyerahan diri kepada Allah.

Dalam perjalanannya ke Yerusalem, Tuhan Yesus bertemu dengan sepuluh orang kusta di sebuah desa dan meminta belas kasihan dari-Nya (11-13). Singkat cerita, Tuhan Yesus menunjukkan belas kasihan kepada kesepuluh orang kusta tersebut. Sesuai dengan aturan yang berlaku, Tuhan Yesus menyuruh mereka memperlihatkan diri kepada imam supaya dinyatakan tahir (14, bdk. Im 14). Pada titik ini, kesepuluh orang kusta tersebut menunjukkan iman dan ketaatan mereka dan hal itu berbuahkan hasil, yaitu mereka sembuh di tengah perjalanan menuju kepada imam.

Hal yang menarik di sini adalah kesepuluh orang kusta ini memiliki pengalaman yang sama, yaitu disembuhkan oleh Tuhan Yesus dari penyakit kusta mereka. Namun, kita dapat melihat sebuah perbedaan yang sangat mendasar dari seorang kusta yang kembali kepada Yesus. Salah seorang dari antara kesepuluh orang kusta ini, tidak hanya menyadari bahwa ia telah sembuh, tetapi juga mengakui dengan imannya bahwa kesembuhan itu berasal dari Yesus Kristus. Hal itu terlihat dari respons yang ia berikan, yaitu memuliakan Allah, tersungkur menyembah Yesus, dan mengucap syukur (15-16). Ini adalah sikap iman yang benar, yaitu iman yang diikuti oleh penyembahan dan penyerahan diri kepada Allah atas anugerah-Nya. Hasilnya adalah ia mendapatkan predikat dari Tuhan Yesus yang tidak didapatkan oleh kesembilan lainnya, "... imanmu telah menyelamatkan engkau" (19).

Saat ini, apakah kita masih mengaku beriman kepada Tuhan? Apakah kita menyadari betapa besar anugerah yang Allah berikan dalam kehidupan kita? Terhadap anugerah Allah, apakah kita sudah merespons dengan hati penuh syukur, tunduk, dan menyerahkan diri kepada Allah? [ABL]

Rabu, 20 Agustus 2025

Santapan Harian Sumber Kebahagiaaan

Lukas 11:27-28 

Seorang lanjut usia merasa tak bahagia. Ia merasa sedih sehingga sering mengeluh karena dirasanya anak dan cucunya kurang memedulikannya. Ia merasa tidak bahagia karena keluarga, yang menurutnya adalah harta yang paling berharga, ternyata kurang memperhatikannya. Dan suatu hari ia sakit dan dirawat di ICU sebuah rumah sakit. Di sana ia menemukan sumber kebahagiaan; sumber itu bukan anak, cucu, harta, atau apa pun di dunia ini. Seorang perawat Kristen di ICU yang penuh kasih menyadarkannya bahwa sumber kebahagiaan itu adalah firman Tuhan. Perawat itu tidak hanya melayani secara medis, ia juga memperdengarkan renungan firman Tuhan dari gawainya dan selalu bercakap-cakap dengan lansia tersebut.

Cara pandang lansia itu mengingatkan kita pada apa yang dipikirkan seorang ibu yang tiba-tiba berteriak kepada Tuhan Yesus dari kerumunan banyak orang pada saat itu (27). Menanggapi teriakan tersebut, Tuhan Yesus secara implisit hendak mengatakan bahwa memang benar orang akan berbahagia saat anggota keluarganya melakukan hal-hal yang membanggakan atau menyenangkan hati. Namun, yang lebih berbahagia ialah orang yang mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.

Mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya mengandung empat arti. Pertama, kita datang kepada Tuhan. Dengan datang kepada-Nya, kita menikmati hadirat dan kasih Tuhan yang penuh karunia. Damai sejahtera tumbuh dan menguatkan kita dalam menjalani hidup ini. Kedua, membuka telinga dan hati kita untuk diisi dan dikuasai firman Tuhan. Firman itu membantu kita menentukan pilihan dalam hidup kita. Ketiga, dengan pertolongan Roh Kudus, mari kita merenungkan firman Tuhan dan terus berusaha mewujudkan firman itu dalam hidup sehari-hari. Keempat, firman Tuhan itu bukan sekadar yang tertulis dalam Alkitab, melainkan juga adalah Sang Firman yang telah menjadi Manusia, yaitu Tuhan Yesus Kristus! Untuk itu mari kita dengar suara-Nya agar hidup kita bahagia sebab Dialah sumber kebahagiaan kita. [MTH]

Rabu, 30 Juli 2025

Ingin bertemu dengan Yesus

Santapan Harian
Ingin Bertemu dengan Yesus 
Lukas 9:7-9 

Ada beragam motivasi orang-orang yang ingin bertemu dengan Yesus. Motivasi para gembala adalah untuk melihat Sang Bayi Natal, dan mereka sungguh-sungguh melihat-Nya (lih. Luk 2:15-17). Sedangkan, motivasi Raja Herodes Agung adalah untuk membunuh Dia sehingga rencananya digagalkan oleh malaikat Tuhan (lih. Mat.

2:3-8, 13, 16). Lalu, bagaimana dengan Raja Herodes Antipas? Apakah ia berhasil bertemu dengan Yesus?

Berita tentang diwartakannya Kerajaan Allah oleh para murid dan disembuhkannya orang sakit di berbagai tempat tentu menjadi berita besar. Mendengar berita ini, Raja Herodes Antipas menjadi cemas. Mengapa? Bukankah sebagai seorang penguasa, ketika mendengar rakyatnya sejahtera, ia seharusnya senang? Jika dia memang cemas, mengapa ia ingin bertemu dengan Yesus? Apa motivasinya?

Kemungkinan besar, ia menyimpan motivasi yang jahat sama seperti ayahnya, yakni untuk membunuh Yesus. Ingat, Herodes Antipas ialah raja yang memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes (Mat 14:3-11). Ia cemas kalau-kalau korban kekejamannya telah bangkit dan akan membalasnya (7). Maka, keinginannya untuk bertemu dengan Yesus adalah tak lain dari motivasinya untuk mengetahui siapa gerangan Yesus, menyelidiki bagaimana Dia bisa melakukan hal-hal besar (9), dan memastikan apakah Dia menjadi ancaman yang harus dilenyapkan atau tidak (bdk. Luk 13:31).

Narasi berikutnya dalam Injil Lukas yang memperlihatkan pertemuan antara Herodes Antipas dan Yesus menjadi menarik. Pada awalnya ia senang karena ia bisa melihat Yesus, tetapi pada akhirnya ia menghina dan mengolok-olok-Nya. Itu karena motivasinya tak lebih dari untuk melihat tanda mukjizat, bukan untuk melihat Sang Juru Selamat dan percaya kepada-Nya (lih. Luk 23:8-11).

Hal ini makin menjelaskan pentingnya motivasi yang tepat di hadapan Tuhan. Berefleksilah, apa motivasi kita seiring kita memanjatkan doa dan merenungkan firman Tuhan? Jika motivasi kita murni untuk bertemu dengan Tuhan kita, niscaya kita akan melihat kemuliaan-Nya. [SET]

Senin, 14 Juli 2025

"Pelita di Tengah Gelap"

📖 Mazmur 119:105
"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."

🌅 Pendahuluan

Setiap pagi adalah kesempatan baru yang Tuhan berikan. Namun, hidup sering kali seperti perjalanan di jalan yang gelap — penuh ketidakpastian, tantangan, dan godaan. Dalam keadaan seperti itu, kita butuh penerang, sesuatu yang membimbing kita agar tidak tersesat. Firman Tuhan adalah terang itu.✅

💡Pemazmur menggambarkan Firman Tuhan sebagai "pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku". Ini menunjukkan bahwa👈🎄

Firman Tuhan memberikan arah: Seperti lentera yang menerangi langkah kaki kita, Firman membantu kita mengambil keputusan bijak. Firman Tuhan menyingkapkan bahaya: Dalam kegelapan hidup, dosa dan jebakan iblis bisa tampak samar. Firman menyingkapkannya.✅

Firman Tuhan memberi pengharapan: Terang dari Firman menghalau ketakutan dan menunjukkan bahwa Tuhan selalu menyertai.✅

🙏 Aplikasi dalam Hidup: Jadikan membaca dan merenungkan Firman sebagai kebiasaan harian, terutama di pagi hari✅

Biarkan setiap keputusan yang kita ambil hari ini dipandu oleh nilai-nilai Alkitab.✅ Saat menghadapi kebingungan, kembalilah pada Firman dan carilah petunjuk Tuhan🙏

🕊️ Doa Pagi:  "Tuhan, terangilah langkah hidupku dengan Firman-Mu. Jangan biarkan aku berjalan dalam kegelapan atau mengambil keputusan tanpa pimpinan-Mu. Penuhi hati dan pikiranku dengan kebenaran-Mu hari ini. Amin."✅

Selamat menjalani hari yang diberkati. Jadikan Firman Tuhan sebagai pelita dan terang dalam setiap langkahmu. 🌞📖✨

Sabtu, 12 Juli 2025

Renungan pagi berdasarkan Roma 12:1-2:

📖 Renungan Pagi: Hidup Sebagai Persembahan yang Hidup

Ayat: Roma 12:1-2 (TB)
"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."✅

🌅 Makna Renungan:

1. Persembahan Hidup, Bukan Hanya Kata-Kata
Paulus mengajak kita untuk mempersembahkan tubuh kita — artinya seluruh kehidupan kita — sebagai korban yang hidup. Hidup kita harus menjadi bukti nyata dari kasih dan ketaatan kepada Allah, bukan sekadar pengakuan di mulut.

2. Ibadah Sejati Itu Hidup Benar
Ibadah bukan hanya soal ritual atau aktivitas di gereja, tetapi gaya hidup sehari-hari yang mencerminkan kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan.

3. Hidup yang Tidak Serupa Dunia
Dunia menawarkan nilai-nilai yang bertentangan dengan kehendak Allah: egoisme, keserakahan, kesenangan sesaat. Paulus menasihati agar kita tidak larut dalam pola pikir dunia, melainkan hidup dalam terang Firman.

4. Pembaruan Budi yang Terus-Menerus
Pembaruan budi berarti cara berpikir kita harus diubah dan disesuaikan dengan Firman Tuhan. Ini adalah proses terus-menerus agar kita dapat mengenal kehendak Tuhan yang sejati.

5. Mengenal dan Melakukan Kehendak Tuhan
Dengan pembaruan budi, kita dapat membedakan mana kehendak Allah dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya — yang baik, berkenan, dan sempurna.✅

🙏 Refleksi Pribadi: Apakah hidupku hari ini mencerminkan ibadah yang sejati? Di bagian mana aku masih mengikuti pola dunia ini? Sudahkah aku memperbarui pikiranku lewat Firman setiap hari?👈✅

🌤️ Doa Pagi: Tuhan, aku serahkan hidupku sebagai persembahan yang hidup bagi-Mu. Perbaruilah pikiranku setiap hari agar aku semakin mengerti dan melakukan kehendak-Mu. Jauhkan aku dari cara hidup dunia yang menyesatkan. Dalam nama Yesus aku berdoa✅. Amin.[YG]

Selasa, 08 Juli 2025

Renungan Pagi. Mazmur 1

Mazmur 1 "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk di tempat orang hina, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." Mazmur 1:1-2✅

Mazmur 1 membuka dengan gambaran tentang orang yang diberkati dan bahagia. Orang yang benar-benar bahagia adalah mereka yang menjauh dari pengaruh buruk dan memilih untuk merenungkan Firman Tuhan secara terus-menerus. Mereka tidak mengikuti nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk di tempat orang hina. Sebaliknya, mereka mencari dan menyukai Firman Tuhan, menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari.✅

Apa yang dapat kita pelajari hari ini?

Jauhi pengaruh buruk👈Hindarilah nasihat dan pergaulan yang dapat menjauhkan kita dari jalan Tuhan. Pilih lingkungan dan orang-orang yang mendukung iman dan karakter kita.
✅Rajin merenungkan Firman Tuhan💐 Bacalah Alkitab setiap hari, pikirkan dan renungkan maknanya dalam hidup kita. Firman Tuhan adalah sumber kekuatan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Tanamkan kebiasaan baik🎄Seperti pohon yang tumbuh subur di tepi sungai, orang yang berakar pada Firman Tuhan akan tetap teguh dan berbuah lebat, apapun keadaan sekitar.

Doa hari ini💐

Tuhan, tuntun aku agar jauh dari pengaruh yang tidak baik. Beri aku kerinduan untuk selalu merenungkan Firman-Mu siang dan malam. Ajarku menjadi pribadi yang berbuah lebat dan hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.[YG]

Semoga renungan ini memberkati hari Anda dan memperkuat iman serta komitmen Anda kepada Tuhan. Jika Anda ingin, saya bisa membuatkan renungan lain atau penjelasan lebih dalam tentang Mazmur 1✅

Senin, 07 Juli 2025

Bagaimana Mengatasi Perasaan Sedih

Mengatasi perasaan sedih membutuhkan waktu, kesabaran, dan dukungan yang tepat. Berikut beberapa cara yang dapat membantu:

1. *Mengakui dan Menerima Perasaan*
Terima perasaan sedih Anda dan jangan mencoba menyangkalnya. Mengakui perasaan sedih dapat membantu Anda memproses dan mengatasi emosi tersebut.

2. *Berbicara dengan Seseorang*
Berbagi perasaan sedih dengan teman, keluarga, atau profesional dapat membantu Anda merasa didukung dan tidak sendirian.

3. *Melakukan Aktivitas Fisik*
Olahraga atau aktivitas fisik lainnya dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan mood.

4. *Mencari Kegiatan yang Menyenangkan*
Lakukan hal-hal yang Anda sukai, seperti membaca, mendengarkan musik, atau melukis.

5. *Bermeditasi atau Berdoa*
Meditasi atau berdoa dapat membantu Anda merasa lebih tenang dan damai.

6. *Mencari Bantuan Profesional*
Jika perasaan sedih Anda berlangsung lama atau mengganggu kehidupan sehari-hari, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari psikolog atau psikiater.

7. *Makan Seimbang dan Tidur Cukup*
Makanan seimbang dan tidur yang cukup dapat membantu meningkatkan mood dan mengurangi stres.

8. *Mengambil Waktu untuk Bersantai*
Luangkan waktu untuk bersantai dan melakukan hal-hal yang membuat Anda merasa nyaman.

9. *Mencari Dukungan dari Komunitas*
Bergabung dengan komunitas atau grup dukungan dapat membantu Anda merasa tidak sendirian dan mendapatkan dukungan dari orang-orang yang mengalami hal serupa.

10. *Membuat Perubahan Positif dalam Hidup*
Membuat perubahan positif dalam hidup, seperti mengubah rutinitas atau mencari hobi baru, dapat membantu meningkatkan mood dan mengurangi stres.

Ingat, mengatasi perasaan sedih membutuhkan waktu dan kesabaran. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika Anda membutuhkannya.

Mengapa Hidup Itu berharga

Hidup itu berharga karena setiap orang memiliki kesempatan yang unik untuk mengalami, belajar, dan berkembang. Berikut beberapa alasan mengapa hidup itu berharga:

1. Kesempatan untuk mencintai dan dicintai: Hidup memungkinkan kita untuk mengalami cinta, persahabatan, dan hubungan yang mendalam dengan orang lain.

2. Pengalaman dan pembelajaran: Hidup penuh dengan pengalaman yang dapat membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik dan bijak.

3. Kreativitas dan inovasi: Hidup memberi kita kesempatan untuk mengekspresikan diri, menciptakan sesuatu yang baru, dan berkontribusi pada masyarakat.

4. Pertumbuhan dan perkembangan: Hidup memungkinkan kita untuk tumbuh, berkembang, dan mencapai potensi kita.

5. Kehadiran Tuhan: Bagi banyak orang, hidup itu berharga karena percaya bahwa Tuhan hadir dalam hidup mereka dan memberi mereka tujuan dan makna.

6. Kesadaran dan apresiasi: Hidup memungkinkan kita untuk sadar akan keindahan, keajaiban, dan keunikan dunia di sekitar kita.

7. Warisan dan dampak: Hidup memberi kita kesempatan untuk meninggalkan warisan dan berdampak positif pada orang lain dan masyarakat.

Setiap orang memiliki alasan yang unik mengapa hidup itu berharga bagi mereka. Apa alasan Anda? [YG]

Kamis, 03 Juli 2025

Renungan Pagi: Kerajaan Allah

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
(Matius 6:33)

Pagi ini, mari kita awali hari dengan merenungkan tentang Kerajaan Allah—suatu realitas rohani yang hadir di tengah dunia ini dan yang akan digenapi secara sempurna kelak.👈Yesus berbicara banyak tentang Kerajaan Allah dalam pengajaran-Nya. Kerajaan ini bukan soal wilayah geografis, melainkan tentang pemerintahan Allah atas hidup manusia. Saat kita mengakui Yesus sebagai Raja dalam hidup kita, maka kita menjadi bagian dari Kerajaan-Nya.✅

Yesus berkata, "Carilah dahulu Kerajaan Allah." Ini adalah panggilan untuk menjadikan kehendak Allah sebagai prioritas utama dalam hidup kita. Kita sering kali sibuk dengan kekhawatiran hidup—makanan, pakaian, masa depan—tetapi Yesus menantang kita untuk fokus kepada perkara kekal, bukan hanya kebutuhan duniawi✅ Ketika kita hidup dalam Kerajaan Allah, kita mengutamakan:
1. Hidup dalam kebenaran dan kekudusan
2. Menjadi terang dan garam di tengah dunia
3. Menjalani hidup dengan iman, kasih, dan pengharapan
4. Melayani Tuhan dan sesama dengan kerendahan hati. 
Kerajaan Allah hadir saat kita taat kepada Tuhan, memberitakan Injil, dan hidup sesuai kehendak-Nya.✅

Refleksi Pribadi: Apakah saya sudah mencari Kerajaan Allah lebih daripada kepentingan pribadi ? Apakah hidup saya mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah?✅

Doa: Tuhan Yesus, ajar aku untuk menjadikan Engkau sebagai Raja atas hidupku. Tolong aku agar tidak hanya sibuk mengejar hal duniawi, tetapi mencari Kerajaan-Mu dan hidup dalam kebenaran-Mu setiap hari. Penuhi aku dengan Roh-Mu agar aku dapat menjadi wakil Kerajaan-Mu di bumi ini. Dalam nama Yesus aku berdoa, Amin.✅

Selamat pagi!
Hiduplah hari ini sebagai warga Kerajaan Allah. ✨👑

APA ITU JIWA


Jiwa memiliki beberapa arti, yaitu: 

ü  Roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup 

ü  Seluruh kehidupan batin manusia, yang meliputi perasaan, pikiran, dan angan-angan 

ü  Inti spiritual dan kesadaran diri 

ü  Sesuatu atau orang yang utama dan menjadi sumber tenaga atau semangat 

ü  Isi (maksud) yang sebenarnya atau arti 

ü  Buah hati atau kekasih 

ü  Daya hidup orang atau makhluk hidup lain 

 

Menurut Ibnu Sina dan Aristoteles, jiwa adalah sesuatu yang ghaib, tidak bisa dilihat secara langsung, tetapi bisa dirasakan. Keberadaannya bisa diketahui melalui petunjuk dari Tuhan dan dipelajari dari Al-Quran dan Sunnah.  Menurut St. Maximos The, jiwa manusia terdiri dari pikiran, emosi, dan kehendak. Pikiran manusia dapat berpikir, emosi atau perasaan manusia dapat mengasihi, dan kehendak manusia dapat memilih. Jiwa dan raga merupakan dua aspek penting dalam kehidupan manusia. Jiwa mencerminkan inti spiritual dan kesadaran diri, sementara raga merupakan bagian fisik yang memungkinkan kita berinteraksi dengan dunia fisi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jiwa: Jiwa (berasal dari bahasa Sanskerta : jiva yang artinya "benih kehidupan") Dalam berbagai agama dan filsafatjiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri.[1] Di dalam teologi, jiwa dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. Di beberapa budaya, benda-benda mati dikatakan memiliki jiwa, kepercayaan ini disebut animisme.[2] Penggunaan istilah jiwa dan roh sering kali sama, meskipun kata yang pertama lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata yang kedua.[3] Jiwa dan psyche bisa juga digunakan secara sinonimous, meskipun psyche lebih berkonotasi fisik, sedangkan jiwa berhubungan dekat dengan metafisik dan agama.[4] Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yang ada di di tubuh dan menyebabkan seseorang hidup atau nyawa. Jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya).[5] Jiwa manusia berbeda dengan jiwa makhluk yang lain seperti binatang, pohon, dan sebagainya. Jiwa manusia bagaikan alam semesta, atau alam semesta itu sendiri, yang tersembunyi di dalam tubuh manusia dan terus bergerak dan berotasi.[butuh rujukan] jiwa hanya lah sebuah nyawa yang dikendalikan oleh roh.

Filsuf pertama yang mempelajari dan memberikan definisi mengenai jiwa adalah Plato. Dalam pemikirannya, Plato mengartikan jiwa sebagai sesuatu yang tidak tampak tetapi merupakan dunia nyata yang tidak berubah. Sifat dari jiwa ialah kekal dan tidak berubah. Tubuh dan jiwa dianggap berbeda. Masing-masing mempunyai fungsi bagi keberadaan manusia. Jiwa berperan sebagai pengatur tindakan rasional yang kemudian mengendalikan keinginan atau nafsu manusia. Plato adalah orang pertama yang menulis bahwa jiwa bukan saja esensi hidup tetapi juga esensi pikiran manusia.[6] Dalam naskah-naskah Plato kita menemukan bahwa jiwa memainkan banyak peran, di antaranya sebagai penggerak tubuh, pembawa sifat-sifat moral, dan sebagai akal (nous) yang berpikir.

 

Definisi Jiwa Menurut Ibnu Sina

Ibnu Sina adalah seorang filsuf dan dokter Muslim yang lahir pada tahun 980 M di Afshana, sebuah wilayah yang tidak jauh dari Buhkara. Dia merupakan salah satu tokoh utama dalam sejarah ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam filsafat Islam. Selain itu Ibnu Sina juga dianggap sebagai salah satu tokoh psikologi Islam. Ibnu Sina memiliki pendekatan yang sangat komprehensif dalam menjelaskan apa yang dimaksud dengan jiwa.

 Menurut pendekatan Ibnu Sina terhadap jiwa, jiwa dan ruh merupakan istilah yang sama dan memiliki arti yang sama. Menurut Ibnu Sina, jiwa adalah subtansi ruhani yang memancar kepada jasad dan menghidupkannya lalu menjadikannya alat untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu, sehingga dengan keduanya ia bisa menyempurnakan dirinya dan mengenal Tuhan (Yamin, 2016). Menurutnya jiwa atau ruh adalah aspek yang memberikan kemampuan pada seseorang untuk merasakan, berpikir, dan bertindak. Jiwa atau ruh juga merupakan bagian dari sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk mengendalikan fungsi tubuh, termasuk pertumbuhan, pergerakan, dan respon terhadap lingkungan.

 Ibnu Sina menjelaskan bahwa hubungan antara jiwa dan badan adalah sangat erat. Ia percaya bahwa jiwa memiliki peran yang penting dalam mengatur fungsi tubuh, termasuk proses penyembuhan. Ibnu Sina menjelaskan bahwa hubungan antara jiwa dan badan tidak terdapat dalam individu saja, tetapi jiwa yang cukup kuat bisa menyembuhkan badan yang sakit, tanpa badan itu harus berobat jika penyakitnya tidak parah, Ibnu Sina dapat meneliti hal seperti ini secara ilmiah dan menjelaskan betapa jiwa yang kuat bisa membuat fisik yang kuat juga (Kusuma, 2022). Namun, Ibnu Sina juga menekankan bahwa penyakit yang parah tidak bisa disembuhkan hanya dengan kekuatan jiwa saja. Namun, jiwa yang kuat bisa membantu proses penyembuhan dengan cara memperkuat sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk menangani penyakit.

https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1171-jiwa-sebagai-bagian-dari-psikologi-dalam-perspektif-ibnu-sina

 

JIWA MENURUT ORANG KRISTEN

"Jiwaku memuliakan Tuhan" (Luk. 1:46). Di sini kata jiwa bersinonim dengan roh; keduanya menunjuk kepada keadaan emosi, dan dalam pengertian tertentu sama dengan hati, yang merupakan tempat bagi semua pikiran, perasaan dan kehendak (Luk. 1:46, 47).

Apakah yang dimaksud dengan jiwa?

Istilah ini telah dipakai dalam beraneka ragam pengertian oleh para penulis Alkitab. Kata nephesh dalam Perjanjian Lama secara harfiah diterjemahkan "yang bernafas," sama dengan kata psyche dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan jiwa atau hidup. (1) Itu berarti kehidupan fisik menurut keadaan yang alamiah. "Mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati" (Mat. 2:20); "Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan?" (Mat. 6:25). (2) Itu berarti bahwa kehidupan emosi dan keinginan, termasuk nafsu makan atau rasa haus, dan perasaan kebaikan hati maupun perasaan kebencian. "Jiwaku memuliakan Tuhan" (Luk. 1:46). Di sini kata jiwa bersinonim dengan roh; keduanya menunjuk kepada keadaan emosi, dan dalam pengertian tertentu sama dengan hati, yang merupakan tempat bagi semua pikiran, perasaan dan kehendak (Luk. 1:46, 47). Pengertian jelek dari kata itu dipakai dalam Yakobus 3:16, di mana iri hati ditunjukkan sebagai suatu sifat yang berhubungan dengan hawa nafsu, yang fisik/kejiwaan. (3) Kata itu berarti diri sendiri, yang membedakan satu individu dari lainnya. "Aku akan berkata kepada jiwaku," yaitu kepada diriku (Luk. 12:19). "Tiap-tiap orang [jiwa] harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya" (Rm. 13:1). (4) Kata itu juga dipakai dalam pengertian agama: Paulus dan Barnabas menguatkan hati murid-murid (Kis. 14:22). Pengharapan adalah sauh bagi jiwa (Ibr. 6:19). Pada dua contoh ini jiwa dipakai sebagai sinonim dengan roh; tetapi dalam kebanyakan kasus jelas ditarik perbedaan antara jiwa yang bersifat alamiah dengan roh yang berhubungan dengan Allah. Perbedaan ini pertama kali ditekankan oleh Yesus, yang membantu manusia untuk menyadari kehidupan ilahi di dalam diri mereka dan mengajak mereka memperdalam kemampuan rohani dengan menanggapi himbauan penuh kasih dari Roh Kudus. Tetapi, Pauluslah yang dalam suratnya menekankan supremasi roh.

Jiwa adalah eksistensi kesadaran yang terdiri atas berbagai hasrat, dorongan, emosi dan kemauan. Jiwa mengacu pada manusia dalam keadaannya yang alamiah, belum tersentuh oleh penyataan anugerah Allah. Yang membedakan satu individu dari individu lain ialah kepribadian di dalam dirinya. Manusia yang bermoral menghidupi keluarganya, menyelesaikan urusan atau bisnisnya, membayar hutangnya dan menjadi anggota masyarakat yang terhormat. Tetapi, dia belum mempertimbangkan Allah yang menyatakan diri melalui Yesus Kristus, dan dia tetap di luar persekutuan ilahi. Hidupnya akan terus tidak sempurna, sampai dia (rohnya) dilahirkan kembali dan dia mengizinkan Roh Yang Kekal, yaitu Roh Kristus, memiliki dirinya. Ketika ini terjadi orang itu seutuhnya mengalami satu transformasi (perubahan). Dia merasa bahwa penghuni spiritual yang mendiami kemanusiaannya benar-benar tamu yang kekal, tercermin melalui pikiran, hasrat, tindakan dan watak, dan sifat Allah. Jadi, kita mengetahui bahwa jiwa yang hidup dalam diri orang, walaupun tidak dapat dijelaskan kata-kata manusia, ikut memiliki sifat ilahi dan tidak dapat binasa. Semoga menamba Wawasan [YG
]

 


Rabu, 02 Juli 2025

Tuhan adalah Gembalaku

🌙 Renungan Malam: "Tuhan Gembalaku" (Mazmur 23)

Ayat Kunci: Mazmur 23:1
"Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."✅

Di akhir hari yang melelahkan, kita diingatkan bahwa Tuhan adalah Gembala yang setia. Ia tidak pernah meninggalkan kita sendirian dalam perjalanan hidup ini. Seperti domba yang bergantung sepenuhnya pada gembalanya, kita pun bisa berserah kepada Tuhan dengan penuh percaya dan tenang.

Saat kita tidur malam ini, kita dapat mengingat bahwa:

Ia membaringkan kita di padang yang berumput hijau — tempat istirahat dan pemulihan.

Ia menuntun kita ke air yang tenang — ketenangan batin yang hanya datang dari-Nya.👈

Ia menyertai kita di lembah kekelaman — tidak peduli seberapa gelap hari ini terasa, kasih dan tongkat-Nya menopang kita.✅
Mazmur 23 adalah pelukan kasih Tuhan di malam hari. Saat dunia terdiam, suara-Nya lembut berkata: "Aku bersamamu. Aku cukup bagimu. Tidurlah dengan tenang, sebab Aku menjagamu."

Doa Malam
Tuhan yang baik, terima kasih karena Engkau adalah Gembala yang setia. Di malam ini, aku menyerahkan seluruh kekhawatiranku ke dalam tangan-Mu. Pulihkanlah tubuh, jiwa, dan pikiranku. Biarlah malam ini aku tidur dalam damai karena Engkau menjagaku. Amin✅

Selasa, 01 Juli 2025

Bekerja untuk Tuhan

🌅 Renungan 👉 "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Kolose 3:23✅

Pagi ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa setiap pekerjaan, sekecil apapun, memiliki nilai kekal jika dilakukan dengan hati yang tulus kepada Tuhan. Entah itu membersihkan rumah, mengajar, melayani orang lain, atau bekerja di kantor, Tuhan memperhatikan bukan hanya hasilnya, tetapi sikap hati kita dalam melakukannya✅

Ketika kita bekerja dengan sikap “untuk Tuhan,” kita tidak mudah kecewa ketika tidak dihargai oleh manusia. Kita tidak mencari pujian atau pengakuan, karena kita tahu siapa yang sesungguhnya menjadi Tuan kita: Tuhan sendiri. Hal ini memberi kita kekuatan dan semangat baru untuk menjalani hari, karena kita tahu bahwa pekerjaan kita tidak sia-sia👈

✅Aplikasi Hari Ini: Lakukan setiap tugas hari ini dengan sukacita dan integritas. Jangan mengeluh meskipun tugas terasa berat atau tidak diperhatikan orang lain. Ingat bahwa Tuhan melihat dan menghargai setiap jerih lelah kita.

Doa Pagi: Tuhan, terima kasih untuk hari yang baru. Ajarku untuk bekerja hari ini dengan segenap hatiku seperti untuk Engkau. Biarlah setiap tindakanku menjadi persembahan yang berkenan bagi-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.🌞🙏 [YG]

Senin, 30 Juni 2025

PERTOLONGAN TUHAN DISAAT SULIT

Mazmur 46:1 "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."✅

Dalam hidup ini, kita tidak luput dari masalah. Ada masa-masa sulit yang membuat kita lemah, takut, dan kehilangan harapan. Namun, iman Kristen mengajarkan bahwa dalam setiap badai kehidupan, ada satu Pribadi yang tidak pernah meninggalkan kita yaitu Tuhan. 

🔍 Isi Renungan

1. Pertolongan Tuhan Tidak Pernah Terlambat

Meskipun pertolongan Tuhan kadang tidak datang secepat yang kita harapkan, tetapi Dia selalu datang tepat pada waktu-Nya.👈

⏳ Lazarus sudah mati 4 hari, namun Yesus datang dan membangkitkannya (Yohanes 11) — menunjukkan bahwa bahkan dalam keterlambatan menurut manusia, Tuhan tetap bekerja.✅

2. Pertolongan Tuhan Itu Nyata

Mazmur 121:1-2 berkata: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” ✅Bukan dari manusia, bukan dari kekuatan sendiri, tapi dari Tuhan, Sang Pencipta alam semesta.

3. Tuhan Memberi Kekuatan di Tengah Masalah

Kadang, pertolongan Tuhan bukan berarti mengangkat kita keluar dari masalah, tapi menguatkan kita untuk melewatinya.✅Seperti Daniel di gua singa, Tuhan tidak menghindarkan dia dari gua, tapi melindungi dia di dalam gua (Daniel 6).

🙏 Aplikasi Hidup

Saat menghadapi tantangan, jangan fokus pada besarnya masalah, tetapi lihatlah siapa Tuhan kita.✅Bangun keintiman dengan Tuhan melalui doa, pujian, dan membaca Firman-Nya. Percayalah, Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya berjalan sendiri.

✨ Kesimpulan

Tuhan adalah penolong yang setia. Di masa sulit sekalipun, Dia hadir. Pegang janji-Nya, percaya pada kuasa-Nya, dan jangan menyerah. Karena di balik kesulitan, Tuhan sedang mengerjakan sesuatu yang besar dalam hidup. [YG]✅

Minggu, 22 Juni 2025

"Iman yang Melampaui Akal Sehat"

📖 "Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7)✅

Sering kali kita ingin memahami segala sesuatu dengan logika dan akal sehat. Kita ingin melihat bukti, hasil, dan kepastian sebelum melangkah. Namun, iman Kristen justru menantang kita untuk percaya sebelum melihat—untuk taat walau belum ada jaminan secara manusia.👈✅

Renungan: Ketika Abraham diperintahkan Tuhan untuk meninggalkan negerinya menuju tanah yang tidak ia ketahui, itu tidak masuk akal. Tapi dia taat (Kejadian 12:1-4). Ketika Yesus berjalan di atas air dan memanggil Petrus, logika berkata "itu mustahil." Tapi Petrus bisa berjalan di atas air—sampai ia mulai ragu dan tenggelam (Matius 14:29-31).✅

Iman tidak menolak akal, tetapi melampauinya. Akal sehat memberi kita pemahaman, tapi iman membawa kita ke dalam kehendak Allah, bahkan ketika semua tampak tidak masuk akal.💐✅

Aplikasi dalam Hidup: Saat menghadapi situasi sulit—masalah keuangan, keluarga, atau kesehatan kita sering merasa putus asa karena "fakta" tidak berpihak pada kita. Tapi iman berkata: "Tuhan sanggup membuka jalan bahkan di padang gurun."💐✅

Saat doa belum dijawab, akal mungkin menyerah. Tapi iman tetap percaya: "Tuhan bekerja di balik layar."👈✅

Penutup: Percayalah, bahwa Tuhan tidak terbatas oleh logika kita. Ketika kita memilih untuk hidup oleh iman, kita membuka pintu bagi Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya yang ajaib✅

Doa: Tuhan, ajarku untuk percaya melampaui apa yang aku lihat dan pahami. Beriku keberanian untuk melangkah dalam iman, walau kadang tanpa penjelasan. Sebab aku tahu, Engkau setia dan rancangan-Mu selalu lebih tinggi dari pikiranku. Amin.🙏

Rabu, 18 Juni 2025

Tanggal 18 Juni 2025

Santapan Harian
Hadirkan Kasih-Nya 
Ibrani 8 

Perjanjian Baru yang dibawa oleh Yesus Kristus lebih baik dan lebih sempurna daripada Perjanjian Lama. Sebab, Yesus Kristus adalah Imam Besar yang lebih mulia, yang melayani di kemah sejati yang dibuat oleh Allah (1-2). Yesus membawa persembahan yang lebih baik daripada imam-imam besar di bumi (3-5). Allah membuat Perjanjian Baru dengan umat-Nya, di mana hukum-hukum-Nya akan tertulis dalam pikiran dan hati mereka, maka Dia akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Nya (6-10).

Oleh karena itu, iman dalam Yesus Kristus sangatlah penting sebab Dia satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia. Melalui pengorbanan Kristus, hubungan manusia dengan Allah diperdamaikan kembali sehingga manusia dapat memiliki hubungan yang lebih intim dengan Allah dan menerima pengampunan dosa.

Firman Allah mengajarkan kepada kita bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah karena Kristus mengorbankan hidup-Nya untuk kita. Jika kita mengaku demikian, apakah dalam hidup ini kita sudah memberikan hidup kita kepada Kristus untuk Dia pakai? Firman Allah mengajak kita untuk mempersembahkan tubuh kita menjadi persembahan yang hidup. Karena kita telah bebas dari dosa, kita diajar untuk hidup melakukan kehendak Kristus dan hidup sebagai anak-anak Allah. Karena itu, untuk menyatakan identitas anak-anak Allah, kita harus meneladan kasih Kristus melalui kasih dan pengorbanan-Nya.

Di mana pun kita berada, marilah kita terus menghadirkan kasih Kristus melalui hidup yang saling membantu, bersedia mengorbankan segala tenaga, pikiran, dan semua yang ada dalam diri kita demi membantu sesama kita yang lemah. Dengan sikap dan tindakan kita yang seperti itu, kiranya kita boleh menjadi berkat dan inspirasi bagi orang lain dalam kehidupan bersama. Dengan demikian, orang lain pun dapat mengalami kasih Allah yang melimpah di dalam hidup mereka. Jadi, persembahkan tubuh kita kepada-Nya. Biarlah Allah memakai kehidupan kita untuk menyatakan kemuliaan-Nya di tengah-tengah dunia ini. [MEP]

Senin, 16 Juni 2025

Kasih Allah Bagi Umat-Nya

“Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”Roma 5:8

Dalam kehidupan yang penuh tantangan ini, kita sering merasa sendiri, ditinggalkan, bahkan tidak dikasihi. Namun, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa kasih Allah bagi umat-Nya tidak pernah berubah. Bahkan di saat kita jauh dari-Nya, kasih-Nya tetap nyata dan aktif bekerja.

Kasih Allah tidak bersyarat. Kita tidak perlu membuktikan apa-apa agar Allah mengasihi kita. Ia sudah lebih dulu mengasihi kita bahkan ketika kita belum mengenal-Nya. Bukti terbesar kasih itu adalah salib — Yesus Kristus menyerahkan diri-Nya demi menebus dosa manusia.

Kasih Allah bukan hanya dalam bentuk pengorbanan, tetapi juga dalam pemeliharaan dan kesetiaan-Nya setiap hari. Dia mendengar doa kita, menyertai dalam lembah kekelaman, dan menyediakan kekuatan saat kita lemah.

Tiga Ciri Kasih Allah Bagi Umat-Nya:
1. Kasih yang Tak Berkesudahan. 
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya.” (Ratapan 3:22)
Apa pun keadaan kita, kasih-Nya tidak pernah habis.

2. Kasih yang Memulihkan
Saat kita jatuh dalam dosa atau kehilangan arah, kasih Allah bukan menghakimi terlebih dahulu, tetapi memulihkan.

3. Kasih yang Memanggil dan Mengutus
Allah mengasihi kita bukan hanya untuk memberkati, tetapi juga memanggil kita untuk menjadi saluran kasih bagi sesama.

Kesimpulan
Tidak ada kasih di dunia ini yang sebanding dengan kasih Allah. Kasih-Nya mengangkat kita dari lembah, memulihkan hati yang remuk, dan memberi kita pengharapan kekal. Apakah hari ini engkau sedang merasa jauh dari kasih itu? Datanglah kembali kepada-Nya. Kasih Allah tidak pernah berubah.

Doa Penutup
“Tuhan, terima kasih atas kasih-Mu yang tak berkesudahan. Ajarku untuk hidup dalam kasih itu dan membagikannya kepada orang lain. Meskipun aku tidak layak, Engkau tetap mengasihiku. Terima kasih, Yesus. Amin.”

Jumat, 13 Juni 2025

‎Keadilan Tuhan Tak Pernah Salah

‎ “Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!”
‎(Yesaya 30:18)

‎Dunia ini sering membuat kita bertanya: Mengapa orang jahat tampaknya makmur, sementara yang hidup benar justru menderita? Di tengah ketidakadilan yang nyata, kita mungkin merasa Tuhan diam. Tapi Alkitab mengingatkan kita: Tuhan tidak pernah lalai, dan keadilan-Nya tidak pernah salah waktu.

‎Tuhan adalah Allah yang adil, tetapi keadilan-Nya tidak selalu seperti yang kita bayangkan. Keadilan Tuhan bukan sekadar membalas perbuatan buruk atau memberi ganjaran atas kebaikan. Keadilan Tuhan juga menyatu dengan kasih dan kesabaran-Nya. Ia memberi waktu untuk pertobatan, dan kesempatan bagi manusia untuk berbalik dari dosa.

‎Puncak dari keadilan dan kasih Tuhan terlihat jelas di salib Kristus. Yesus yang tidak berdosa, menanggung hukuman dosa dunia. Di situlah keadilan dan kasih Allah bertemu: dosa tidak diabaikan, tetapi dibayar lunas oleh darah Anak-Nya. Itu keadilan yang tidak menghukum kita seperti seharusnya, tetapi memberi kita anugerah yang tidak layak kita terima.

‎🙏 Doa Renungan

‎Tuhan, Engkau adalah Allah yang adil dan penuh kasih. Dalam dunia yang sering tidak adil, tolong aku untuk tetap percaya bahwa Engkau memegang kendali. Ketika aku diperlakukan tidak adil, ajar aku menyerahkan penghakiman ke dalam tangan-Mu. Ketika aku tergoda untuk menghakimi orang lain, ingatkan aku bahwa Engkau lebih tahu segalanya. Aku bersyukur karena melalui salib, Engkau menunjukkan keadilan dan kasih yang tak terukur. Amin.

Rabu, 11 Juni 2025

‎Keadilan Tuhan yang Sempurna

Roma 2:6
‎"Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya."

‎Dalam kehidupan ini, keadilan sering terasa sulit ditemukan. Banyak orang yang berbuat jahat tampaknya hidup nyaman, sementara yang benar dan jujur justru mengalami penderitaan. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan dalam hati: Di mana keadilan Tuhan? Namun, dalam iman Kristen, kita percaya bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil dan sempurna. Keadilan-Nya tidak pernah salah, meskipun cara dan waktunya berbeda dari pemahaman manusia.

‎Keadilan Tuhan tidak hanya terlihat dalam penghukuman atas dosa, tetapi juga dalam kasih karunia-Nya. Di kayu salib, kita melihat pertemuan antara keadilan dan kasih: Yesus Kristus menanggung hukuman yang seharusnya jatuh kepada kita. Salib adalah bukti bahwa Tuhan tidak mengabaikan dosa, tetapi juga tidak menyerahkan kita pada hukuman yang seharusnya kita tanggung—karena kasih-Nya begitu besar.

‎Tuhan membalas setiap orang menurut perbuatannya, tetapi Dia juga menyediakan jalan keselamatan bagi semua yang percaya kepada-Nya. Di sinilah letak kedalaman keadilan Tuhan: keadilan yang tidak kompromi terhadap kebenaran, tetapi juga penuh belas kasihan dan pengampunan.

‎Doa.
‎Tuhan, Engkaulah Allah yang adil dan benar. Ampunilah aku ketika aku meragukan keadilan-Mu dalam hidupku. Ajarlah aku untuk percaya bahwa Engkau selalu bertindak benar, meskipun aku tidak selalu mengerti cara-Mu. Terima kasih untuk keadilan-Mu yang diwujudkan melalui pengorbanan Yesus. Tolong aku untuk hidup mencerminkan keadilan dan kasih-Mu setiap hari. Amin.

Mengakhiri dengan Baik

Santapan Harian
Mengakhiri dengan Baik 
Ibrani 4:1-13 

Tempat istirahat (rest area), menjadi tempat yang dicari oleh para pengendara. Di situ tersedia bahan bakar, makanan, minuman, kebutuhan lain, dan tentunya toilet. Namun, sesungguhnya mereka lebih merindukan rumah karena rumah adalah tempat perhentian paling nyaman.

Ada dua hal penting yang dibahas teks ini. Pertama, hari perhentian. Hal ini didasarkan pada hari ketujuh saat Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya (4). Selain hari ketujuh ditetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini" (7) sebagai hari perhentian umat Allah. Kedua, tempat perhentian, mengacu kepada Tanah Kanaan sebagai Tanah Perjanjian. Tanah Kanaan menjadi tempat perhentian Israel dari segala pengembaraan dan diberikan kepada yang beriman dan bukan bagi yang tidak taat serta menentang Allah (2-8).

Atas kedua hal itu, penulis Surat Ibrani mengingatkan agar umat hidup waspada dalam iman. Berusaha hidup taat berdasarkan keagungan firman Allah karena hidup kita terbuka di hadapan Allah dan harus dipertanggungjawabkan (12-13). Hari perhentian akan tiba dan setiap orang pasti tiba di tempat perhentian itu. Namun, apakah setiap orang dapat tiba di hari perhentian dalam keadaan "mengakhiri dengan baik?" sehingga memasuki tempat perhentian yang disediakan Allah bagi hamba-Nya.

Rumah Bapa sebagai tempat perhentian adalah harapan dan kerinduan kita. Namun, untuk tiba di sana dalam keadaan baik dan berkenan, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan usaha dan perjuangan sungguh-sungguh, yaitu berjuang melawan dosa, bertahan untuk tidak jatuh ke dalam pencobaan, dan setia menghidupi firman Allah.

Memang, kita diselamatkan bukan karena hasil usaha kita. Namun, kita harus terus berupaya dan berjuang untuk tetap setia kepada Allah. Sebab, Allah telah mengerjakan bagian-Nya untuk menyelamatkan kita. Saat ini, kita memiliki tanggung jawab untuk terus setia kepada Allah, Sang Penyelamat kita.

Maka, berjalanlah dengan setia menuju ke hari dan tempat perhentian ilahi. Setialah sampai akhir hingga kita mengakhiri perjalanan hidup dengan baik di mata Allah. [MKD]

Minggu, 08 Juni 2025

Sungguh-Sungguh Mendengar

Sungguh-sungguh Mendengar
Ibrani 2:1-4

Ada banyak hal di dunia ini menarik perhatian kita untuk didengar, dilihat, dan akhirnya dihidupi sebagai gaya hidup. Pernahkah kita duduk termenung dan menyelidiki bagaimana kita hidup hari ini? Apa yang kita yakini, bagaimana kita memperlakukan sesama kita, dan apa yang menjadi tujuan hidup kita?

Kita harus lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar (1). Teliti mendengar artinya sungguh-sungguh mendengar, memberikan atensi penuh terhadap apa yang telah didengar, menyimpan dalam hati apa yang telah didengar, dan menghidupi apa yang telah didengar. Dengan demikian, apa yang telah didengar menjadi pegangan hidup yang tidak akan tergoyahkan oleh apa pun.

Lalu, apa yang harus kita dengar lebih sungguh? Hanya satu, firman kehidupan yang menyatakan keselamatan besar! Ini adalah berita besar yang telah disampaikan oleh Allah sendiri dan para utusan yang Ia percaya (3). Keselamatan ini sangat besar karena mengubah kehidupan seseorang. Perubahan ini hanya bisa diberikan oleh Allah sendiri.

Kematian kekal diganti menjadi kehidupan kekal. Kehidupan fana menjadi kehidupan berarti di dalam Allah. Dari status hamba dosa menjadi anak Allah. Tujuan hidup pun berubah menjadi hidup untuk kemuliaan Allah.

Keselamatan yang besar itu perlu direspons dengan tepat. Jangan sia-siakan hal ini! Sebaliknya, kita diminta bersaksi tentang keselamatan yang besar ini. Jadikan hidup kita sebagai sebuah kesaksian yang teguh. Kesaksian iman yang menceritakan anugerah Allah yang besar, melampaui kelam dan pekat belenggu dosa.

Tidak hidup dalam kesaksian iman adalah menyia-nyiakan keselamatan. Marilah kita hidup dengan menyadari bahwa yang perlu kita dengar selalu adalah firman Allah yang kekal. Ketika seseorang senantiasa memperhatikan pendengarannya kepada firman, ia akan mengalami perubahan hidup. Ia dimampukan hidup penuh kesaksian tentang kasih Allah yang besar, kekal, dan tak berubah selamanya. Bukan lagi hidup penuh keegoisan, kemarahan, apalagi kesombongan. [SLM]

JALAN KERENDAHAN HATI

Jalan Kerendahan Hati 
Ibrani 2:5-18 . Salah seorang Bapa Gereja yang bernama Agustinus pernah ditanya tentang kualitas iman Kristen. Ia menjawab, pertama adalah kerendahan hati. Lalu apa yang kedua? Ia menjawab, kerendahan hati. Yang ketiga? Ia pun menjawab, kerendahan hati.

Memang benar ketika berbicara tentang spiritualitas Kristiani, pada akhirnya haruslah dijumpai sebuah kerendahan hati yang memesona. Kristus adalah teladan sempurna kerendahan hati yang agung. Dalam sesaat ia dibuat lebih rendah dari malaikat-malaikat (5-9). Ia menjadi seorang bayi yang lemah, manusia terbatas, mengalami penderitaan, bahkan mati di kayu salib. Hal ini Ia lakukan untuk membawa semua orang kepada kemuliaan Allah dengan diri-Nya yang memimpin kepada keselamatan (10).

Allah tidak pernah memberikan definisi abstrak dan absurd tentang kerendahan hati. Ia menunjukkannya melalui Pribadi dan ajaran-Nya. Sebuah jalan kerendahan hati yang dilakukan oleh Yesus telah menghadirkan belas kasihan, bukan kepada malaikat-malaikat, tetapi kepada keturunan Abraham yang dikasihi-Nya (16). Jalan kerendahan hati ini Ia pilih untuk menyelamatkan umat manusia, sekaligus menjadi sebuah jalan untuk dihidupi setiap orang percaya.

Ketika berbicara tentang rendah hati, kita akan mudah mendapati lawan katanya, yaitu tinggi hati atau sombong. Orang yang rendah hati tidak sombong. Kesombongan itu menganggap diri paling penting, paling benar, paling berharga, layak dapat kehormatan, dan mengambil tempat untuk diri yang sebenarnya adalah tempatnya Allah. Inti dan esensi kesombongan adalah idolatry of self, memberhalakan diri sendiri. Orang yang sombong berani memosisikan dirinya setara atau sama dengan Allah atau sebagai Allah.

Orang yang rendah hati menyadari keterbatasan dirinya dan mengakui kedaulatan Allah. Dari Allah sajalah semua kebijaksanaan, kebaikan, dan kebenaran. Orang yang rendah hati bergantung sepenuhnya pada Allah dalam segala hal, baik itu hikmat, kekuatan, keamanan, maupun kemampuan untuk taat. Jalan kerendahan hati akan selalu mendamaikan. [SLM]

Statistik Pengunjung

Wikipedia

Hasil penelusuran