Cari Blog Ini

Kamis, 03 Juli 2025

Renungan Pagi: Kerajaan Allah

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
(Matius 6:33)

Pagi ini, mari kita awali hari dengan merenungkan tentang Kerajaan Allah—suatu realitas rohani yang hadir di tengah dunia ini dan yang akan digenapi secara sempurna kelak.πŸ‘ˆYesus berbicara banyak tentang Kerajaan Allah dalam pengajaran-Nya. Kerajaan ini bukan soal wilayah geografis, melainkan tentang pemerintahan Allah atas hidup manusia. Saat kita mengakui Yesus sebagai Raja dalam hidup kita, maka kita menjadi bagian dari Kerajaan-Nya.✅

Yesus berkata, "Carilah dahulu Kerajaan Allah." Ini adalah panggilan untuk menjadikan kehendak Allah sebagai prioritas utama dalam hidup kita. Kita sering kali sibuk dengan kekhawatiran hidup—makanan, pakaian, masa depan—tetapi Yesus menantang kita untuk fokus kepada perkara kekal, bukan hanya kebutuhan duniawi✅ Ketika kita hidup dalam Kerajaan Allah, kita mengutamakan:
1. Hidup dalam kebenaran dan kekudusan
2. Menjadi terang dan garam di tengah dunia
3. Menjalani hidup dengan iman, kasih, dan pengharapan
4. Melayani Tuhan dan sesama dengan kerendahan hati. 
Kerajaan Allah hadir saat kita taat kepada Tuhan, memberitakan Injil, dan hidup sesuai kehendak-Nya.✅

Refleksi Pribadi: Apakah saya sudah mencari Kerajaan Allah lebih daripada kepentingan pribadi ? Apakah hidup saya mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah?✅

Doa: Tuhan Yesus, ajar aku untuk menjadikan Engkau sebagai Raja atas hidupku. Tolong aku agar tidak hanya sibuk mengejar hal duniawi, tetapi mencari Kerajaan-Mu dan hidup dalam kebenaran-Mu setiap hari. Penuhi aku dengan Roh-Mu agar aku dapat menjadi wakil Kerajaan-Mu di bumi ini. Dalam nama Yesus aku berdoa, Amin.✅

Selamat pagi!
Hiduplah hari ini sebagai warga Kerajaan Allah. ✨πŸ‘‘

APA ITU JIWA


Jiwa memiliki beberapa arti, yaitu: 

ΓΌ  Roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup 

ΓΌ  Seluruh kehidupan batin manusia, yang meliputi perasaan, pikiran, dan angan-angan 

ΓΌ  Inti spiritual dan kesadaran diri 

ΓΌ  Sesuatu atau orang yang utama dan menjadi sumber tenaga atau semangat 

ΓΌ  Isi (maksud) yang sebenarnya atau arti 

ΓΌ  Buah hati atau kekasih 

ΓΌ  Daya hidup orang atau makhluk hidup lain 

 

Menurut Ibnu Sina dan Aristoteles, jiwa adalah sesuatu yang ghaib, tidak bisa dilihat secara langsung, tetapi bisa dirasakan. Keberadaannya bisa diketahui melalui petunjuk dari Tuhan dan dipelajari dari Al-Quran dan Sunnah.  Menurut St. Maximos The, jiwa manusia terdiri dari pikiran, emosi, dan kehendak. Pikiran manusia dapat berpikir, emosi atau perasaan manusia dapat mengasihi, dan kehendak manusia dapat memilih. Jiwa dan raga merupakan dua aspek penting dalam kehidupan manusia. Jiwa mencerminkan inti spiritual dan kesadaran diri, sementara raga merupakan bagian fisik yang memungkinkan kita berinteraksi dengan dunia fisi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jiwa: Jiwa (berasal dari bahasa Sanskerta : jiva yang artinya "benih kehidupan") Dalam berbagai agama dan filsafatjiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri.[1] Di dalam teologi, jiwa dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. Di beberapa budaya, benda-benda mati dikatakan memiliki jiwa, kepercayaan ini disebut animisme.[2] Penggunaan istilah jiwa dan roh sering kali sama, meskipun kata yang pertama lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata yang kedua.[3] Jiwa dan psyche bisa juga digunakan secara sinonimous, meskipun psyche lebih berkonotasi fisik, sedangkan jiwa berhubungan dekat dengan metafisik dan agama.[4] Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yang ada di di tubuh dan menyebabkan seseorang hidup atau nyawa. Jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya).[5] Jiwa manusia berbeda dengan jiwa makhluk yang lain seperti binatang, pohon, dan sebagainya. Jiwa manusia bagaikan alam semesta, atau alam semesta itu sendiri, yang tersembunyi di dalam tubuh manusia dan terus bergerak dan berotasi.[butuh rujukan] jiwa hanya lah sebuah nyawa yang dikendalikan oleh roh.

Filsuf pertama yang mempelajari dan memberikan definisi mengenai jiwa adalah Plato. Dalam pemikirannya, Plato mengartikan jiwa sebagai sesuatu yang tidak tampak tetapi merupakan dunia nyata yang tidak berubah. Sifat dari jiwa ialah kekal dan tidak berubah. Tubuh dan jiwa dianggap berbeda. Masing-masing mempunyai fungsi bagi keberadaan manusia. Jiwa berperan sebagai pengatur tindakan rasional yang kemudian mengendalikan keinginan atau nafsu manusia. Plato adalah orang pertama yang menulis bahwa jiwa bukan saja esensi hidup tetapi juga esensi pikiran manusia.[6] Dalam naskah-naskah Plato kita menemukan bahwa jiwa memainkan banyak peran, di antaranya sebagai penggerak tubuh, pembawa sifat-sifat moral, dan sebagai akal (nous) yang berpikir.

 

Definisi Jiwa Menurut Ibnu Sina

Ibnu Sina adalah seorang filsuf dan dokter Muslim yang lahir pada tahun 980 M di Afshana, sebuah wilayah yang tidak jauh dari Buhkara. Dia merupakan salah satu tokoh utama dalam sejarah ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam filsafat Islam. Selain itu Ibnu Sina juga dianggap sebagai salah satu tokoh psikologi Islam. Ibnu Sina memiliki pendekatan yang sangat komprehensif dalam menjelaskan apa yang dimaksud dengan jiwa.

 Menurut pendekatan Ibnu Sina terhadap jiwa, jiwa dan ruh merupakan istilah yang sama dan memiliki arti yang sama. Menurut Ibnu Sina, jiwa adalah subtansi ruhani yang memancar kepada jasad dan menghidupkannya lalu menjadikannya alat untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu, sehingga dengan keduanya ia bisa menyempurnakan dirinya dan mengenal Tuhan (Yamin, 2016). Menurutnya jiwa atau ruh adalah aspek yang memberikan kemampuan pada seseorang untuk merasakan, berpikir, dan bertindak. Jiwa atau ruh juga merupakan bagian dari sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk mengendalikan fungsi tubuh, termasuk pertumbuhan, pergerakan, dan respon terhadap lingkungan.

 Ibnu Sina menjelaskan bahwa hubungan antara jiwa dan badan adalah sangat erat. Ia percaya bahwa jiwa memiliki peran yang penting dalam mengatur fungsi tubuh, termasuk proses penyembuhan. Ibnu Sina menjelaskan bahwa hubungan antara jiwa dan badan tidak terdapat dalam individu saja, tetapi jiwa yang cukup kuat bisa menyembuhkan badan yang sakit, tanpa badan itu harus berobat jika penyakitnya tidak parah, Ibnu Sina dapat meneliti hal seperti ini secara ilmiah dan menjelaskan betapa jiwa yang kuat bisa membuat fisik yang kuat juga (Kusuma, 2022). Namun, Ibnu Sina juga menekankan bahwa penyakit yang parah tidak bisa disembuhkan hanya dengan kekuatan jiwa saja. Namun, jiwa yang kuat bisa membantu proses penyembuhan dengan cara memperkuat sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk menangani penyakit.

https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1171-jiwa-sebagai-bagian-dari-psikologi-dalam-perspektif-ibnu-sina

 

JIWA MENURUT ORANG KRISTEN

"Jiwaku memuliakan Tuhan" (Luk. 1:46). Di sini kata jiwa bersinonim dengan roh; keduanya menunjuk kepada keadaan emosi, dan dalam pengertian tertentu sama dengan hati, yang merupakan tempat bagi semua pikiran, perasaan dan kehendak (Luk. 1:46, 47).

Apakah yang dimaksud dengan jiwa?

Istilah ini telah dipakai dalam beraneka ragam pengertian oleh para penulis Alkitab. Kata nephesh dalam Perjanjian Lama secara harfiah diterjemahkan "yang bernafas," sama dengan kata psyche dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan jiwa atau hidup. (1) Itu berarti kehidupan fisik menurut keadaan yang alamiah. "Mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati" (Mat. 2:20); "Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan?" (Mat. 6:25). (2) Itu berarti bahwa kehidupan emosi dan keinginan, termasuk nafsu makan atau rasa haus, dan perasaan kebaikan hati maupun perasaan kebencian. "Jiwaku memuliakan Tuhan" (Luk. 1:46). Di sini kata jiwa bersinonim dengan roh; keduanya menunjuk kepada keadaan emosi, dan dalam pengertian tertentu sama dengan hati, yang merupakan tempat bagi semua pikiran, perasaan dan kehendak (Luk. 1:46, 47). Pengertian jelek dari kata itu dipakai dalam Yakobus 3:16, di mana iri hati ditunjukkan sebagai suatu sifat yang berhubungan dengan hawa nafsu, yang fisik/kejiwaan. (3) Kata itu berarti diri sendiri, yang membedakan satu individu dari lainnya. "Aku akan berkata kepada jiwaku," yaitu kepada diriku (Luk. 12:19). "Tiap-tiap orang [jiwa] harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya" (Rm. 13:1). (4) Kata itu juga dipakai dalam pengertian agama: Paulus dan Barnabas menguatkan hati murid-murid (Kis. 14:22). Pengharapan adalah sauh bagi jiwa (Ibr. 6:19). Pada dua contoh ini jiwa dipakai sebagai sinonim dengan roh; tetapi dalam kebanyakan kasus jelas ditarik perbedaan antara jiwa yang bersifat alamiah dengan roh yang berhubungan dengan Allah. Perbedaan ini pertama kali ditekankan oleh Yesus, yang membantu manusia untuk menyadari kehidupan ilahi di dalam diri mereka dan mengajak mereka memperdalam kemampuan rohani dengan menanggapi himbauan penuh kasih dari Roh Kudus. Tetapi, Pauluslah yang dalam suratnya menekankan supremasi roh.

Jiwa adalah eksistensi kesadaran yang terdiri atas berbagai hasrat, dorongan, emosi dan kemauan. Jiwa mengacu pada manusia dalam keadaannya yang alamiah, belum tersentuh oleh penyataan anugerah Allah. Yang membedakan satu individu dari individu lain ialah kepribadian di dalam dirinya. Manusia yang bermoral menghidupi keluarganya, menyelesaikan urusan atau bisnisnya, membayar hutangnya dan menjadi anggota masyarakat yang terhormat. Tetapi, dia belum mempertimbangkan Allah yang menyatakan diri melalui Yesus Kristus, dan dia tetap di luar persekutuan ilahi. Hidupnya akan terus tidak sempurna, sampai dia (rohnya) dilahirkan kembali dan dia mengizinkan Roh Yang Kekal, yaitu Roh Kristus, memiliki dirinya. Ketika ini terjadi orang itu seutuhnya mengalami satu transformasi (perubahan). Dia merasa bahwa penghuni spiritual yang mendiami kemanusiaannya benar-benar tamu yang kekal, tercermin melalui pikiran, hasrat, tindakan dan watak, dan sifat Allah. Jadi, kita mengetahui bahwa jiwa yang hidup dalam diri orang, walaupun tidak dapat dijelaskan kata-kata manusia, ikut memiliki sifat ilahi dan tidak dapat binasa. Semoga menamba Wawasan [YG
]

 


Rabu, 02 Juli 2025

Tuhan adalah Gembalaku

πŸŒ™ Renungan Malam: "Tuhan Gembalaku" (Mazmur 23)

Ayat Kunci: Mazmur 23:1
"Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."✅

Di akhir hari yang melelahkan, kita diingatkan bahwa Tuhan adalah Gembala yang setia. Ia tidak pernah meninggalkan kita sendirian dalam perjalanan hidup ini. Seperti domba yang bergantung sepenuhnya pada gembalanya, kita pun bisa berserah kepada Tuhan dengan penuh percaya dan tenang.

Saat kita tidur malam ini, kita dapat mengingat bahwa:

Ia membaringkan kita di padang yang berumput hijau — tempat istirahat dan pemulihan.

Ia menuntun kita ke air yang tenang — ketenangan batin yang hanya datang dari-Nya.πŸ‘ˆ

Ia menyertai kita di lembah kekelaman — tidak peduli seberapa gelap hari ini terasa, kasih dan tongkat-Nya menopang kita.✅
Mazmur 23 adalah pelukan kasih Tuhan di malam hari. Saat dunia terdiam, suara-Nya lembut berkata: "Aku bersamamu. Aku cukup bagimu. Tidurlah dengan tenang, sebab Aku menjagamu."

Doa Malam
Tuhan yang baik, terima kasih karena Engkau adalah Gembala yang setia. Di malam ini, aku menyerahkan seluruh kekhawatiranku ke dalam tangan-Mu. Pulihkanlah tubuh, jiwa, dan pikiranku. Biarlah malam ini aku tidur dalam damai karena Engkau menjagaku. Amin✅

Selasa, 01 Juli 2025

Bekerja untuk Tuhan

πŸŒ… Renungan πŸ‘‰ "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Kolose 3:23✅

Pagi ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa setiap pekerjaan, sekecil apapun, memiliki nilai kekal jika dilakukan dengan hati yang tulus kepada Tuhan. Entah itu membersihkan rumah, mengajar, melayani orang lain, atau bekerja di kantor, Tuhan memperhatikan bukan hanya hasilnya, tetapi sikap hati kita dalam melakukannya✅

Ketika kita bekerja dengan sikap “untuk Tuhan,” kita tidak mudah kecewa ketika tidak dihargai oleh manusia. Kita tidak mencari pujian atau pengakuan, karena kita tahu siapa yang sesungguhnya menjadi Tuan kita: Tuhan sendiri. Hal ini memberi kita kekuatan dan semangat baru untuk menjalani hari, karena kita tahu bahwa pekerjaan kita tidak sia-siaπŸ‘ˆ

✅Aplikasi Hari Ini: Lakukan setiap tugas hari ini dengan sukacita dan integritas. Jangan mengeluh meskipun tugas terasa berat atau tidak diperhatikan orang lain. Ingat bahwa Tuhan melihat dan menghargai setiap jerih lelah kita.

Doa Pagi: Tuhan, terima kasih untuk hari yang baru. Ajarku untuk bekerja hari ini dengan segenap hatiku seperti untuk Engkau. Biarlah setiap tindakanku menjadi persembahan yang berkenan bagi-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.πŸŒžπŸ™ [YG]

Senin, 30 Juni 2025

PERTOLONGAN TUHAN DISAAT SULIT

Mazmur 46:1 "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."✅

Dalam hidup ini, kita tidak luput dari masalah. Ada masa-masa sulit yang membuat kita lemah, takut, dan kehilangan harapan. Namun, iman Kristen mengajarkan bahwa dalam setiap badai kehidupan, ada satu Pribadi yang tidak pernah meninggalkan kita yaitu Tuhan. 

πŸ” Isi Renungan

1. Pertolongan Tuhan Tidak Pernah Terlambat

Meskipun pertolongan Tuhan kadang tidak datang secepat yang kita harapkan, tetapi Dia selalu datang tepat pada waktu-Nya.πŸ‘ˆ

⏳ Lazarus sudah mati 4 hari, namun Yesus datang dan membangkitkannya (Yohanes 11) — menunjukkan bahwa bahkan dalam keterlambatan menurut manusia, Tuhan tetap bekerja.✅

2. Pertolongan Tuhan Itu Nyata

Mazmur 121:1-2 berkata: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” ✅Bukan dari manusia, bukan dari kekuatan sendiri, tapi dari Tuhan, Sang Pencipta alam semesta.

3. Tuhan Memberi Kekuatan di Tengah Masalah

Kadang, pertolongan Tuhan bukan berarti mengangkat kita keluar dari masalah, tapi menguatkan kita untuk melewatinya.✅Seperti Daniel di gua singa, Tuhan tidak menghindarkan dia dari gua, tapi melindungi dia di dalam gua (Daniel 6).

πŸ™ Aplikasi Hidup

Saat menghadapi tantangan, jangan fokus pada besarnya masalah, tetapi lihatlah siapa Tuhan kita.✅Bangun keintiman dengan Tuhan melalui doa, pujian, dan membaca Firman-Nya. Percayalah, Tuhan tidak akan membiarkan anak-anak-Nya berjalan sendiri.

✨ Kesimpulan

Tuhan adalah penolong yang setia. Di masa sulit sekalipun, Dia hadir. Pegang janji-Nya, percaya pada kuasa-Nya, dan jangan menyerah. Karena di balik kesulitan, Tuhan sedang mengerjakan sesuatu yang besar dalam hidup. [YG]✅

Minggu, 22 Juni 2025

"Iman yang Melampaui Akal Sehat"

πŸ“– "Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7)✅

Sering kali kita ingin memahami segala sesuatu dengan logika dan akal sehat. Kita ingin melihat bukti, hasil, dan kepastian sebelum melangkah. Namun, iman Kristen justru menantang kita untuk percaya sebelum melihat—untuk taat walau belum ada jaminan secara manusia.πŸ‘ˆ✅

Renungan: Ketika Abraham diperintahkan Tuhan untuk meninggalkan negerinya menuju tanah yang tidak ia ketahui, itu tidak masuk akal. Tapi dia taat (Kejadian 12:1-4). Ketika Yesus berjalan di atas air dan memanggil Petrus, logika berkata "itu mustahil." Tapi Petrus bisa berjalan di atas air—sampai ia mulai ragu dan tenggelam (Matius 14:29-31).✅

Iman tidak menolak akal, tetapi melampauinya. Akal sehat memberi kita pemahaman, tapi iman membawa kita ke dalam kehendak Allah, bahkan ketika semua tampak tidak masuk akal.πŸ’✅

Aplikasi dalam Hidup: Saat menghadapi situasi sulit—masalah keuangan, keluarga, atau kesehatan kita sering merasa putus asa karena "fakta" tidak berpihak pada kita. Tapi iman berkata: "Tuhan sanggup membuka jalan bahkan di padang gurun."πŸ’✅

Saat doa belum dijawab, akal mungkin menyerah. Tapi iman tetap percaya: "Tuhan bekerja di balik layar."πŸ‘ˆ✅

Penutup: Percayalah, bahwa Tuhan tidak terbatas oleh logika kita. Ketika kita memilih untuk hidup oleh iman, kita membuka pintu bagi Tuhan untuk menyatakan kuasa-Nya yang ajaib✅

Doa: Tuhan, ajarku untuk percaya melampaui apa yang aku lihat dan pahami. Beriku keberanian untuk melangkah dalam iman, walau kadang tanpa penjelasan. Sebab aku tahu, Engkau setia dan rancangan-Mu selalu lebih tinggi dari pikiranku. Amin.πŸ™

Rabu, 18 Juni 2025

Tanggal 18 Juni 2025

Santapan Harian
Hadirkan Kasih-Nya 
Ibrani 8 

Perjanjian Baru yang dibawa oleh Yesus Kristus lebih baik dan lebih sempurna daripada Perjanjian Lama. Sebab, Yesus Kristus adalah Imam Besar yang lebih mulia, yang melayani di kemah sejati yang dibuat oleh Allah (1-2). Yesus membawa persembahan yang lebih baik daripada imam-imam besar di bumi (3-5). Allah membuat Perjanjian Baru dengan umat-Nya, di mana hukum-hukum-Nya akan tertulis dalam pikiran dan hati mereka, maka Dia akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Nya (6-10).

Oleh karena itu, iman dalam Yesus Kristus sangatlah penting sebab Dia satu-satunya jalan untuk menyelamatkan manusia. Melalui pengorbanan Kristus, hubungan manusia dengan Allah diperdamaikan kembali sehingga manusia dapat memiliki hubungan yang lebih intim dengan Allah dan menerima pengampunan dosa.

Firman Allah mengajarkan kepada kita bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah karena Kristus mengorbankan hidup-Nya untuk kita. Jika kita mengaku demikian, apakah dalam hidup ini kita sudah memberikan hidup kita kepada Kristus untuk Dia pakai? Firman Allah mengajak kita untuk mempersembahkan tubuh kita menjadi persembahan yang hidup. Karena kita telah bebas dari dosa, kita diajar untuk hidup melakukan kehendak Kristus dan hidup sebagai anak-anak Allah. Karena itu, untuk menyatakan identitas anak-anak Allah, kita harus meneladan kasih Kristus melalui kasih dan pengorbanan-Nya.

Di mana pun kita berada, marilah kita terus menghadirkan kasih Kristus melalui hidup yang saling membantu, bersedia mengorbankan segala tenaga, pikiran, dan semua yang ada dalam diri kita demi membantu sesama kita yang lemah. Dengan sikap dan tindakan kita yang seperti itu, kiranya kita boleh menjadi berkat dan inspirasi bagi orang lain dalam kehidupan bersama. Dengan demikian, orang lain pun dapat mengalami kasih Allah yang melimpah di dalam hidup mereka. Jadi, persembahkan tubuh kita kepada-Nya. Biarlah Allah memakai kehidupan kita untuk menyatakan kemuliaan-Nya di tengah-tengah dunia ini. [MEP]

Senin, 16 Juni 2025

Kasih Allah Bagi Umat-Nya

“Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”Roma 5:8

Dalam kehidupan yang penuh tantangan ini, kita sering merasa sendiri, ditinggalkan, bahkan tidak dikasihi. Namun, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa kasih Allah bagi umat-Nya tidak pernah berubah. Bahkan di saat kita jauh dari-Nya, kasih-Nya tetap nyata dan aktif bekerja.

Kasih Allah tidak bersyarat. Kita tidak perlu membuktikan apa-apa agar Allah mengasihi kita. Ia sudah lebih dulu mengasihi kita bahkan ketika kita belum mengenal-Nya. Bukti terbesar kasih itu adalah salib — Yesus Kristus menyerahkan diri-Nya demi menebus dosa manusia.

Kasih Allah bukan hanya dalam bentuk pengorbanan, tetapi juga dalam pemeliharaan dan kesetiaan-Nya setiap hari. Dia mendengar doa kita, menyertai dalam lembah kekelaman, dan menyediakan kekuatan saat kita lemah.

Tiga Ciri Kasih Allah Bagi Umat-Nya:
1. Kasih yang Tak Berkesudahan. 
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya.” (Ratapan 3:22)
Apa pun keadaan kita, kasih-Nya tidak pernah habis.

2. Kasih yang Memulihkan
Saat kita jatuh dalam dosa atau kehilangan arah, kasih Allah bukan menghakimi terlebih dahulu, tetapi memulihkan.

3. Kasih yang Memanggil dan Mengutus
Allah mengasihi kita bukan hanya untuk memberkati, tetapi juga memanggil kita untuk menjadi saluran kasih bagi sesama.

Kesimpulan
Tidak ada kasih di dunia ini yang sebanding dengan kasih Allah. Kasih-Nya mengangkat kita dari lembah, memulihkan hati yang remuk, dan memberi kita pengharapan kekal. Apakah hari ini engkau sedang merasa jauh dari kasih itu? Datanglah kembali kepada-Nya. Kasih Allah tidak pernah berubah.

Doa Penutup
“Tuhan, terima kasih atas kasih-Mu yang tak berkesudahan. Ajarku untuk hidup dalam kasih itu dan membagikannya kepada orang lain. Meskipun aku tidak layak, Engkau tetap mengasihiku. Terima kasih, Yesus. Amin.”

Jumat, 13 Juni 2025

‎Keadilan Tuhan Tak Pernah Salah

‎ “Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!”
‎(Yesaya 30:18)

‎Dunia ini sering membuat kita bertanya: Mengapa orang jahat tampaknya makmur, sementara yang hidup benar justru menderita? Di tengah ketidakadilan yang nyata, kita mungkin merasa Tuhan diam. Tapi Alkitab mengingatkan kita: Tuhan tidak pernah lalai, dan keadilan-Nya tidak pernah salah waktu.

‎Tuhan adalah Allah yang adil, tetapi keadilan-Nya tidak selalu seperti yang kita bayangkan. Keadilan Tuhan bukan sekadar membalas perbuatan buruk atau memberi ganjaran atas kebaikan. Keadilan Tuhan juga menyatu dengan kasih dan kesabaran-Nya. Ia memberi waktu untuk pertobatan, dan kesempatan bagi manusia untuk berbalik dari dosa.

‎Puncak dari keadilan dan kasih Tuhan terlihat jelas di salib Kristus. Yesus yang tidak berdosa, menanggung hukuman dosa dunia. Di situlah keadilan dan kasih Allah bertemu: dosa tidak diabaikan, tetapi dibayar lunas oleh darah Anak-Nya. Itu keadilan yang tidak menghukum kita seperti seharusnya, tetapi memberi kita anugerah yang tidak layak kita terima.

‎πŸ™ Doa Renungan

‎Tuhan, Engkau adalah Allah yang adil dan penuh kasih. Dalam dunia yang sering tidak adil, tolong aku untuk tetap percaya bahwa Engkau memegang kendali. Ketika aku diperlakukan tidak adil, ajar aku menyerahkan penghakiman ke dalam tangan-Mu. Ketika aku tergoda untuk menghakimi orang lain, ingatkan aku bahwa Engkau lebih tahu segalanya. Aku bersyukur karena melalui salib, Engkau menunjukkan keadilan dan kasih yang tak terukur. Amin.

Rabu, 11 Juni 2025

‎Keadilan Tuhan yang Sempurna

Roma 2:6
‎"Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya."

‎Dalam kehidupan ini, keadilan sering terasa sulit ditemukan. Banyak orang yang berbuat jahat tampaknya hidup nyaman, sementara yang benar dan jujur justru mengalami penderitaan. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan dalam hati: Di mana keadilan Tuhan? Namun, dalam iman Kristen, kita percaya bahwa Tuhan adalah Hakim yang adil dan sempurna. Keadilan-Nya tidak pernah salah, meskipun cara dan waktunya berbeda dari pemahaman manusia.

‎Keadilan Tuhan tidak hanya terlihat dalam penghukuman atas dosa, tetapi juga dalam kasih karunia-Nya. Di kayu salib, kita melihat pertemuan antara keadilan dan kasih: Yesus Kristus menanggung hukuman yang seharusnya jatuh kepada kita. Salib adalah bukti bahwa Tuhan tidak mengabaikan dosa, tetapi juga tidak menyerahkan kita pada hukuman yang seharusnya kita tanggung—karena kasih-Nya begitu besar.

‎Tuhan membalas setiap orang menurut perbuatannya, tetapi Dia juga menyediakan jalan keselamatan bagi semua yang percaya kepada-Nya. Di sinilah letak kedalaman keadilan Tuhan: keadilan yang tidak kompromi terhadap kebenaran, tetapi juga penuh belas kasihan dan pengampunan.

‎Doa.
‎Tuhan, Engkaulah Allah yang adil dan benar. Ampunilah aku ketika aku meragukan keadilan-Mu dalam hidupku. Ajarlah aku untuk percaya bahwa Engkau selalu bertindak benar, meskipun aku tidak selalu mengerti cara-Mu. Terima kasih untuk keadilan-Mu yang diwujudkan melalui pengorbanan Yesus. Tolong aku untuk hidup mencerminkan keadilan dan kasih-Mu setiap hari. Amin.

Mengakhiri dengan Baik

Santapan Harian
Mengakhiri dengan Baik 
Ibrani 4:1-13 

Tempat istirahat (rest area), menjadi tempat yang dicari oleh para pengendara. Di situ tersedia bahan bakar, makanan, minuman, kebutuhan lain, dan tentunya toilet. Namun, sesungguhnya mereka lebih merindukan rumah karena rumah adalah tempat perhentian paling nyaman.

Ada dua hal penting yang dibahas teks ini. Pertama, hari perhentian. Hal ini didasarkan pada hari ketujuh saat Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya (4). Selain hari ketujuh ditetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini" (7) sebagai hari perhentian umat Allah. Kedua, tempat perhentian, mengacu kepada Tanah Kanaan sebagai Tanah Perjanjian. Tanah Kanaan menjadi tempat perhentian Israel dari segala pengembaraan dan diberikan kepada yang beriman dan bukan bagi yang tidak taat serta menentang Allah (2-8).

Atas kedua hal itu, penulis Surat Ibrani mengingatkan agar umat hidup waspada dalam iman. Berusaha hidup taat berdasarkan keagungan firman Allah karena hidup kita terbuka di hadapan Allah dan harus dipertanggungjawabkan (12-13). Hari perhentian akan tiba dan setiap orang pasti tiba di tempat perhentian itu. Namun, apakah setiap orang dapat tiba di hari perhentian dalam keadaan "mengakhiri dengan baik?" sehingga memasuki tempat perhentian yang disediakan Allah bagi hamba-Nya.

Rumah Bapa sebagai tempat perhentian adalah harapan dan kerinduan kita. Namun, untuk tiba di sana dalam keadaan baik dan berkenan, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan usaha dan perjuangan sungguh-sungguh, yaitu berjuang melawan dosa, bertahan untuk tidak jatuh ke dalam pencobaan, dan setia menghidupi firman Allah.

Memang, kita diselamatkan bukan karena hasil usaha kita. Namun, kita harus terus berupaya dan berjuang untuk tetap setia kepada Allah. Sebab, Allah telah mengerjakan bagian-Nya untuk menyelamatkan kita. Saat ini, kita memiliki tanggung jawab untuk terus setia kepada Allah, Sang Penyelamat kita.

Maka, berjalanlah dengan setia menuju ke hari dan tempat perhentian ilahi. Setialah sampai akhir hingga kita mengakhiri perjalanan hidup dengan baik di mata Allah. [MKD]

Minggu, 08 Juni 2025

Sungguh-Sungguh Mendengar

Sungguh-sungguh Mendengar
Ibrani 2:1-4

Ada banyak hal di dunia ini menarik perhatian kita untuk didengar, dilihat, dan akhirnya dihidupi sebagai gaya hidup. Pernahkah kita duduk termenung dan menyelidiki bagaimana kita hidup hari ini? Apa yang kita yakini, bagaimana kita memperlakukan sesama kita, dan apa yang menjadi tujuan hidup kita?

Kita harus lebih teliti memperhatikan apa yang telah kita dengar (1). Teliti mendengar artinya sungguh-sungguh mendengar, memberikan atensi penuh terhadap apa yang telah didengar, menyimpan dalam hati apa yang telah didengar, dan menghidupi apa yang telah didengar. Dengan demikian, apa yang telah didengar menjadi pegangan hidup yang tidak akan tergoyahkan oleh apa pun.

Lalu, apa yang harus kita dengar lebih sungguh? Hanya satu, firman kehidupan yang menyatakan keselamatan besar! Ini adalah berita besar yang telah disampaikan oleh Allah sendiri dan para utusan yang Ia percaya (3). Keselamatan ini sangat besar karena mengubah kehidupan seseorang. Perubahan ini hanya bisa diberikan oleh Allah sendiri.

Kematian kekal diganti menjadi kehidupan kekal. Kehidupan fana menjadi kehidupan berarti di dalam Allah. Dari status hamba dosa menjadi anak Allah. Tujuan hidup pun berubah menjadi hidup untuk kemuliaan Allah.

Keselamatan yang besar itu perlu direspons dengan tepat. Jangan sia-siakan hal ini! Sebaliknya, kita diminta bersaksi tentang keselamatan yang besar ini. Jadikan hidup kita sebagai sebuah kesaksian yang teguh. Kesaksian iman yang menceritakan anugerah Allah yang besar, melampaui kelam dan pekat belenggu dosa.

Tidak hidup dalam kesaksian iman adalah menyia-nyiakan keselamatan. Marilah kita hidup dengan menyadari bahwa yang perlu kita dengar selalu adalah firman Allah yang kekal. Ketika seseorang senantiasa memperhatikan pendengarannya kepada firman, ia akan mengalami perubahan hidup. Ia dimampukan hidup penuh kesaksian tentang kasih Allah yang besar, kekal, dan tak berubah selamanya. Bukan lagi hidup penuh keegoisan, kemarahan, apalagi kesombongan. [SLM]

JALAN KERENDAHAN HATI

Jalan Kerendahan Hati 
Ibrani 2:5-18 . Salah seorang Bapa Gereja yang bernama Agustinus pernah ditanya tentang kualitas iman Kristen. Ia menjawab, pertama adalah kerendahan hati. Lalu apa yang kedua? Ia menjawab, kerendahan hati. Yang ketiga? Ia pun menjawab, kerendahan hati.

Memang benar ketika berbicara tentang spiritualitas Kristiani, pada akhirnya haruslah dijumpai sebuah kerendahan hati yang memesona. Kristus adalah teladan sempurna kerendahan hati yang agung. Dalam sesaat ia dibuat lebih rendah dari malaikat-malaikat (5-9). Ia menjadi seorang bayi yang lemah, manusia terbatas, mengalami penderitaan, bahkan mati di kayu salib. Hal ini Ia lakukan untuk membawa semua orang kepada kemuliaan Allah dengan diri-Nya yang memimpin kepada keselamatan (10).

Allah tidak pernah memberikan definisi abstrak dan absurd tentang kerendahan hati. Ia menunjukkannya melalui Pribadi dan ajaran-Nya. Sebuah jalan kerendahan hati yang dilakukan oleh Yesus telah menghadirkan belas kasihan, bukan kepada malaikat-malaikat, tetapi kepada keturunan Abraham yang dikasihi-Nya (16). Jalan kerendahan hati ini Ia pilih untuk menyelamatkan umat manusia, sekaligus menjadi sebuah jalan untuk dihidupi setiap orang percaya.

Ketika berbicara tentang rendah hati, kita akan mudah mendapati lawan katanya, yaitu tinggi hati atau sombong. Orang yang rendah hati tidak sombong. Kesombongan itu menganggap diri paling penting, paling benar, paling berharga, layak dapat kehormatan, dan mengambil tempat untuk diri yang sebenarnya adalah tempatnya Allah. Inti dan esensi kesombongan adalah idolatry of self, memberhalakan diri sendiri. Orang yang sombong berani memosisikan dirinya setara atau sama dengan Allah atau sebagai Allah.

Orang yang rendah hati menyadari keterbatasan dirinya dan mengakui kedaulatan Allah. Dari Allah sajalah semua kebijaksanaan, kebaikan, dan kebenaran. Orang yang rendah hati bergantung sepenuhnya pada Allah dalam segala hal, baik itu hikmat, kekuatan, keamanan, maupun kemampuan untuk taat. Jalan kerendahan hati akan selalu mendamaikan. [SLM]

Statistik Pengunjung

Wikipedia

Hasil penelusuran