Sabtu, 13 Maret 2021

Menurut Kamus Alkitab

SIAPA “PELAYAN” 

Istilah Ibrani mesyaret (LXX leitourgos) dan kata-kata seakar dengan itu biasanya menunjuk kepada pelayanan Di Bait Suci, atau di tempat lain kepada pelayanan malaikat-malaikat (Mzm 104:4). Tapi dalam arti yg lebih umum, Yosua disebut mesyaret atau 'abdi' Musa (Kel 24:13; Yos 1:1), dan pelayan-pelayan Salomo ialah pelayan-pelayannya di istananya. Dalam PB kata yg khas dipakai ialah diakonos, pertama dalam anti non-teknis, dan kemudian dalam Flp 1:1 (diakon) dan Surat-surat Penggembalaan sebagai gelar dari petugas bawahan di jemaat. Kata itu berkaitan dengan pelayanan pada umumnya -- baik sementara atau menetap, berdasarkan perjanjian maupun secara bebas; tapi mempunyai pengertian tambahan yg khas, yaitu melayani waktu makan di meja (kata kerja akarnya dipakai dlm pengertian ini. Luk 12:37; 17:8, dan yg menggusarkan Marta ialah diakonia, pelayanan, yg terlalu sibuk, Luk 10:40). Kristus tampil di tengah-tengah muridNya sebagai ho diakonon, 'yg melayani' (Luk 22:27), dan dia dapat dilihat sebagai diakonos dari orang-orang bersunat (Rm 15:8); menurut teladan pelayanan yg rendah ini, orang terbesar dari umat Kristen patut menjadi pelayan bagi umat yg lain (Mat 20:26; Mrk 10:43).

Justru para rasul dan pembantu-pembantu mereka disebut pelayan-pelayan Allah (2 Kor 6:4; 1 Tes 3:2), pelayan Kristus (2 Kor 11:23; Kol 1:7; 1 Tim 4:6), pelayan Injil (Ef 3:7; Kol 1:23), pelayan perjanjian baru (2 Kor 3:6), pelayan jemaat (Kol 1:25), atau dalam arti mutlak (1 Kor 3:5; Ef 6:21; Kol 4:7). Tapi perlu diperhatikan bahwa Iblis juga mempunyai pelayan-pelayannya (2 Kor 11:15) dan mungkin ada pelayan dosa (Gal 2:17); selanjutnya, penguasa dunia dapat dipandang sebagai 'hamba' Allah (Rm 13:4). Ketujuh orang dalam Kis 6:2 ditunjuk untuk melayani meja (diakonein trapezais); tak mungkin kata itu dipakai di sini untuk mengartikan jabatan teknis, karena segera sesudah itu (dlm ay 4) disebut lawannya, yaitu pelayanan Firman, yg dilakukan oleh para rasul, dan secara nyata Stefanus dan Filipus lebih melakukan pekerjaan penginjilan daripada pekerjaan diakon; tapi ketujuh orang itu dalam anti tertentu menjadi teladan bagi pembantu-pembantu administratif di kemudian hari, yg disebut dalam Flp 1:1 bersama penilik jemaat, dan dalam 1 Tim 3:8 dab disebut sebagai orang-orang yg bersungguh-sungguh, jujur, sederhana dan setia ( --> DIAKEN).

Kerendahan dari pelayanan Kristen lebih ditekankan lagi dengan memakai kata doulos atau hamba (budak); itulah bentuk perhambaan yg dipakai Kristus (Flp 2:7) dan, menuruti teladan-Nya, para rasul dan rekan sekerjanya ditentukan menjadi hamba Allah atau Kristus (Rm 1:1; Gal 1:10; Kol 4:12; Tit 1:1; Yak 1:1; 2 Ptr 1:1).

Kata lain ialah huperetes. Arti sebenarnya ialah pendayung terbawah di suatu perahu perang, dan kemudian dalam arti kedudukan bawahan. Kata ini dipakai untuk khazzan, semacam koster dalam sinagoge orang Yahudi, yg mengawasi Kitab-kitab Suci (Luk 4:20); kata itu juga dipakai untuk Yohanes Markus (Kis 13:5), tatkala dia bertindak sebagai pembantu bagi Paulus dan Barnabas. Tapi Paulus sendiri bangga menuntut kedudukan serupa itu dalam hubungannya dengan Kristus (Kis 26:16; 1 Kor 4:1 = hamba), dan Luk (1:2) menggunakannya sebagai nama jenis untuk pelayan Firman.

Akhirnya, istilah leitourgos diambil alih oleh PB dalam arti Kristen. Arti aslinya ialah pelayanan umum, seperti yg dapat diberikan oleh warga kaya kepada negara; kemudian kata itu mendapat arti keagamaan yg khusus, seperti dalam pemakaian LXX. Lalu Kristus tampil sebagai leitourgos (yg melayani ibadah) di tempat kudus yg di sorga (Ibr 8:2), dan malaikat-malaikat ialah 'roh-roh yg melayani' (Ibr 1:14). Kata kerja seakar digunakan tatkala nabi-nabi dan pengajar-pengajar 'beribadah kepada Tuhan' di Antiokhia (Kis 13:2); sama seperti itu, Paulus menyebut dirinya leitourgos (pelayan) Yesus Kristus, dalam pelayanan (hierourgon) pemberitaan Injil Allah (Rm 15:16). Tapi peristilahan PB tetap cukup liat sehingga kata yg sama dipakai bagi Epafroditus yg 'melayani' Paulus dalam keperluannya (Flp 2:25), bagi 'pelayanan' bangsa-bangsa lain terhadap orang Yahudi dalam harta duniawi mereka (Rm 15:27), dan bagi penguasa duniawi sebagai pelayan Allah (Rm 13:6). Dalam pengertian Kristen tentang pelayanan, baik resmi ataupun bentuk lain, si pelayan memberi pelayanan yg timbul dari hati yg rendah dan yg penuh kasih terhadap Allah dan manusia.

Untuk mengungkapkan ide profesi pelayan atau pelayanan imam, biasanya PL menggunakan kata kerja syarat dan turunannya (LXX leitourgein), dan kata 'avad (latreuein) lebih menunjuk kepada ibadah keagamaan seluruh umat atau perseorangan. Dalam PB istilah khas ialah diakonia, yg terdapat hanya dalam Est di PL, tapi di sana tidak dipakai dalam fungsi keimaman apa pun; dan perubahan dalam bahasa mengandung perubahan juga dalam ajaran, karena pelayanan dalam pengertian PB tidaklah hak khusus golongan imam. Leitourgia dikhususkan untuk menerangkan pekerjaan keimaman ibadah Yahudi (Luk 1:23; Ibr 9:21), dan digunakan juga untuk pelayanan Kristus yg jauh lebih agung (Ibr 8:6); lalu kata itu dapat juga dikenakan, dalam arti kiasan, kepada pelayanan rohani oleh nabi dan pemberita Injil (Kis 13:2; Rm 15:16). Tapi pada umumnya tetap benar, bahwa PB memakai istilah keimaman hanya sehubungan dengan kelompok orang percaya sebagai satu tubuh terpadu seutuhnya (Flp 2:17; 1 Ptr 2:9).

I. Kristus sebagai teladan

Teladan pelayanan Kristen disajikan dalam hidup Kristus, yg datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat 20:28; Mrk 10:45); kata kerja yg dipakai dalam ay-ay ini ialah diakonein, yg melukiskan pelayanan di meja makan, dan mengingatkan kembali peristiwa tatkala Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya (Yoh 13:4 dab). Sangat penting bahwa dalam peneguhan jabatan yg pertama sekali dicatat dalam gereja Kristen, ialah tujuan jabatan itu yakni 'melayani meja' (Kis 6:2); dan kata yg sama digunakan dalam ps yg sama (ay 4) untuk menerangkan pelayanan Firman yg didahulukan oleh ke-12 rasul daripada pelayanan di meja. Pelayan Kristus, mengikuti teladan Guru-nya, memberikan pelayanan yg timbul dari kerendahan hati tapi penuh kasih terhadap kebutuhan manusia pada umumnya, dalam roh yg sama seperti halnya malaikat-malaikat (Mat 4:11; Mrk 1:13) dan kaum perempuan (Mat 27:55; Luk 8:3) melayani Tuhan Yesus waktu di bumi. Pelayanan seperti itu dianggap dilakukan terhadap Kristus dalam diri orang-orang yg berkekurangan (Mat 25:44); pelayanan demikian paling sering diberikan kepada orang-orang kudus (Rm 15:25; 1 Kor 16:15; 2 Kor 8:4; 9:1; Ibr 6:10); tapi pekerjaan melayani adalah pelayanan timbal-balik dalam persekutuan tubuh Kristus (1 Ptr4:10); dan sebagai pelayanan Injil (1 Ptr 1:12), dan secara nyata merupakan pelayanan pendamaian (2 Kor 5:18) bagi dunia.

Kesanggupan melaksanakan pekerjaan seperti itu adalah pemberian Allah (Kis 20:24; Kol 4:17; 1 Tim 1:12; 1 Ptr 4:11); dalam Rm 12:7 kesanggupan itu sudah digolongkan dalam kelompok karunia-karunia rohani yg beraneka ragam; dan dalam 1 Tim 3:8 dab pelayanan diaken sudah menjadi jabatan yg diakui dalam jemaat. Tapi istilah itu masih dipakai dalam pengertian yg luas; Timotius harus menggenapi pelayanannya dengan melakukan penginjilan (2 Tim 4:5); dan tujuan utama pelayanan ini ialah membangun tubuh Kristus (Ef 4:12). Dengan kata-kata Hort, Kristus meninggikan 'tiap tahapan dan bentuk pelayanan menuju tingkat yg lebih tinggi... jadi pelayanan menjadi salah satu tujuan utama dari semua kegiatan Kristen'; dan istilah ini dikenakan kepada semua bentuk pelayanan di dalam gereja.

II. Pelayanan penggembalaan

Kristus tidak hanya teladan pelayanan diaken, tapi juga Gembala yg baik (Yoh 10:11), juga Pemelihara jiwa orang (1 Ptr 2:25). Dalam pengertian tertentu, kedua jabatan ini berasal dari teladan Kristus sendiri, dan jabatan tua-tua (penatua) adalah pantulan dari jabatan yg ditetapkan Yesus dalam kerasulan (bnd 1 Ptr 5:1). Jadi dapat dikatakan bahwa tua-tua memerintah berdasarkan perintah yg diberikan oleh Rajanya (Luk 22:29-30), sedang pekerjaan pendeta atau gembala dan pekerjaan samas (pelayan) dibentuk menurut jabatan nabi dan jabatan imam dari Kristus. Tapi akan menjadi salah, jika terlalu menekankan perbedaan-perbedaan itu karena istilah pendeta (pemelihara) dan tua-tua (penatua) jelas adalah sinonim, dan diaken meliputi banyak bentuk pelayanan. Tugas penggembalaan domba-domba adalah bagian terpenting dari tugas pelayan (Yoh 21:15-17; Kis 20:28; 1 Ptr 5:2), dan sangat erat hubungannya dengan pemberitaan Firman Tuhan (1 Kor 3:1-2) sebagai roti kehidupan (Yoh 6:35), atau air susu murni yg memberi pertumbuhan (1 Ptr 2:2). Perumpamaan dalam Luk 12:41-48 mengandung pengertian, bahwa pelayanan sejenis harus tetap ada dalam gereja sampai Kristus kembali.

III. Tugas-tugas pelayanan sakramen

PB tidak bicara banyak tentang tugas-tugas pelayanan sakramen; rasul Paulus menganggap pelayanan baptisan kudus adalah pekerjaan tambahan (1 Kor 1:17), yg biasanya dia serahkan kepada pembantu-pembantunya; dan walaupun itu lumrah bagi seorang rasul, jika ia hadir, untuk memimpin pemotongan roti (Kis 20:7), maka perayaan Perjamuan Kudus biasanya dianggap kegiatan meliputi seluruh jemaat. Tapi bagaimanapun, dari mulanya dirasakan perlu ada seorang pemimpin; dan jika rasul, nabi atau penginjil tak hadir, tugas ini dilimpahkan kepada salah seorang tua-tua setempat.

IV. Karunia-karunia rohani

Dalam bentuknya yg paling dini pelayanan Kristen itu bersifat karunia rohani. Artinya, merupakan pemberian Roh Kudus atau bersifat supra alami, dan pelayanan itu menyaksikan hadirnya Roh Kudus dalam jemaat. Maka terjadilah nubuat dan bahasa roh (glossolalia), tatkala rasul Paulus meletakkan tangannya kepada beberapa orang percaya yg baru dibaptis (Kis 19:6); dan kata-kata yg digunakan di sana menandakan bahwa kejadian itu, sampai batas tertentu, merupakan ulangan dari apa yg terjadi pada hari Pentakosta (Kis 2).

Dalam Surat-surat rasul Paulus terdapat tiga daftar dari berbagai bentuk pelayanan yg bersifat karunia, dan perlu kita perhatikan bahwa dalam tiap daftar, tugas-tugas administratif selalu menyertai tugas-tugas yg lebih bersifat rohani ( --> GEREJA, PERATURAN). Dalam Rm 12:6-8 terdapat bernubuat, melayani (diakonia), mengajar, menasihati, membagi-bagikan pemberian atau sedekah, kepemimpinan, dan 'menunjukkan kemurahan' (mengunjungi orang sakit dan orang miskin?). 1 Kor 12:28 menyebut rasul, nabi, guru atau pengajar, bersama dengan orang-orang yg mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, menyembuhkan penyakit, melayani, memimpin dan berkata-kata dalam bahasa roh.

Ef 4:11 mempunyai bentuk yg lebih resmi; rasul-rasul, nabi-nabi, penginjil-penginjil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar, semuanya berusaha memperlengkapi orang-orang kudus dalam pelayanan Kristen, sehingga seluruh gereja makin dewasa dalam hubungan yg organis dengan Kepalanya, yaitu Yesus Kristus. Di sini yg ditekankan ialah pelayanan Firman, tapi buah pelayanan seperti itu ialah saling melayani dalam kasih. Karunia yg bermacam-macam yg disebut dalam ps-ps ini lebih merupakan cara melayani ketimbang jabatan-jabatan yg teratur dan yg sudah tetap; seseorang mungkin melakukan bermacam-macam pekerjaan, tapi kesanggupannya untuk melaksanakan sesuatu tergantung pada dorongan Roh Kudus. Sebenarnya semua orang Kristen dipanggil untuk melayani dengan bermacam-macam cara (Rm 15:27; Flp 2:17; Flm 13; 1 Ptr 2:16), dan untuk pekerjaan pelayanan itu mereka diperlengkapi oleh pelayan-pelayan Firman (Ef 4:11-12).

Tidak hanya kelompok 12 yg termasuk rasul, tapi juga Paulus dan Barnabas (1 Kor 9:5-6), Yakobus adik Tuhan Yesus (Gal 1:19), Andronikus dan Yunias (Rm 16:7). Kualifikasi utama seorang 'rasul' ialah bahwa dia menyaksikan sendiri Yesus Kristus dan pelayanan-Nya waktu hidup di bumi, khususnya melihat kebangkitan-Nya (Kis 1:21-22), dan kekuasaan sang rasul tergantung dari kenyataan, bahwa dia dengan cara tertentu ditetapkan oleh Kristus, baik waktu Dia masih di bumi ini (Mat 10:5; 28:19) termasuk sesudah Dia bangkit dari antara orang mati (Kis 1:24; 9:15). Rasul-rasul dan tua-tua mungkin berkumpul dalam sidang dewan untuk menetapkan kebijaksanaan umum bagi gereja (Kis 15:6 dab), dan seorang rasul dapat diutus sebagai utusan dari jemaat asli untuk mengawasi perkembangan baru di tempat lain (Kis 8:24 dab). Tapi tentang wujud (eksistensi) dewan rasul yg permanen dan berkedudukan di Yerusalem sama sekali tidak pernah melembaga justru tidak dicatat dalam sejarah, dan tugas besar seorang rasul ialah bertindak sebagai misionaris untuk memberitakan Injil, dan dalam mengemban misi itu pekerjaannya akan diteguhkan oleh Allah dengan tanda-tanda yg menunjukkan persetujuan-Nya (2 Kor 12:12). Jadi jabatan rasul tidak terikat dalam batas-batas setempat, walau pembagian kerja mungkin terjadi, ump pembagian tugas Petrus dan Paulus (Gal 2:7-8).

Kegiatan 'penginjil' juga seperti itu, ruang geraknya tidak terbatas, dan pekerjaannya agaknya sama dengan pekerjaan rasul, kecuali bila dia tidak mempunyai kualifikasi khusus untuk tugas rasuli yg lebih tinggi; Filipus, seorang dari kelompok tujuh (Kis 6), menjadi penginjil (Kis 21:8), dan Timotius juga disebut penginjil (2 Tim 4:5), walaupun dia tidak dimasukkan (2 Kor 1:1) ke dalam kelompok rasul.

Sifat khas nubuat ialah karunia yg bisa terjadi, bisa tidak, tapi beberapa orang menerima karunia bernubuat begitu teratur, sehingga terbentuk khusus kelompok 'nabi-nabi'. Kelompok seperti itu ada di Yerusalem (Kis 11:27), Antiokhia (Kis 13:1) dan Korintus (1 Kor 14:29). Mereka yg disebut namanya termasuk Yudas dan Silas (Kis 15:32) dan Agabus (Kis 21:19), bersama Hana (Luk 2:35) dan Izebel, perempuan yg berlakon sebagai nabiah (Why 2:20).

Nubuat berfaedah bagi pembangunan, nasihat dan hiburan (1 Kor 14:3), justru bisa disebut pemberita berdasarkan ilham. Seorang nabi bisa menentukan arah tertentu (Kis 13:1-2), atau memberitakan lebih dulu apa yg akan terjadi (Kis 11:28). Dan karena diucapkan dalam bahasa yg dikenal umum, beritanya lebih berfaedah daripada hanya bahasa roh, glossolalia (1 Kor 14:23-25). Tapi karunia ini diancam oleh bahaya tertipu, dan walaupun nubuat itu harus dikendalikan hanya oleh orang yg menerimanya (1 Kor 14:22), isinya harus cocok dengan ajaran dasar Injil (1 Yoh 4:1-3). Jika tidak, nabi bersangkutan adalah nabi palsu dan harus ditolak. Tentang munculnya nabi palsu demikian, wanti-wanti sudah diberi tahu lebih dulu oleh Kristus (Mat 7:15).

'Gembala-gembala dan pengajar-pengajar' (Ef 4:11) harus dianggap sama dengan tua-tua setempat, yg ditetapkan oleh rasul-rasul (Kis 14:23) atau pembantunya (Tit 1:5) untuk memenuhi kebutuhan jemaat setempat, dan tanpa pembedaan menyebutnya sebagai tua-tua atau penilik. 'Wali-wali' (1 Ptr 2:14) agaknya adalah orang-orang yg mengurus soal-soal jemaat setempat, dan 'teman sekerja' (Rm 16:3, 9) terlibat dalam pekerjaan pengasihan, terutama dalam mengunjungi orang sakit dan orang miskin. Mujizat-mujizat penyembuhan dan berbahasa roh merupakan ciri-ciri khas zaman para rasul, tapi kelihatannya terhenti kemudian, walau pada berbagai masa hidup kembali sejak masa kebangunan rohani Montanus dan seterusnya.

 V. Permulaan jabatan di gereja

Telah sering terjadi perdebatan mengenai hubungan setepatnya antara misi asli dan yg tak terbatas dari para rasul dan penginjil, di satu pihak, dengan pelayanan permanen dan setempat dari gembala, pengajar, wali dan teman sekerja, di pihak lain. Golongan terakhir agaknya selalu ditetapkan oleh yg pertama; tapi jika Kis 6 diterima sebagai keterangan umum dari peneguhan, maka pemilihan umum memainkan peranan dalam menentukan calon. Rm 12 dan 1 Kor 12 bisa mengandung arti, bahwa gereja sebagai persekutuan yg dipenuhi oleh Roh Kudus, mencetak petugas-petugas pelayanannya sendiri; tapi Ef 4:11 berkata bahwa pelayanan itu diberikan oleh Kristus kepada gereja. Hal itu bisa diartikan bahwa karena Kristus adalah sumber dari semua kekuasaan dan teladan dari segala jenis pelayanan, maka gereja seutuhnya ialah penerima tugas ilahi dari Kristus. Bagaimanapun, PB tidak tertarik akan ihwal saluran peralihan jabatan; perhatiannya yg utama bertalian dengan ini, ialah membiarkan ujian berasaskan ajaran mengenai ortodoksi ajaran pejabat-pejabat gereja.

1) Orang yang melayani secara pribadi atau secara rohani, seperti yang dilakukan Markus kepada Paulus (Kis. 13:5) atau yang dilakukan para imam pada mezbah di Bait Allah (Yeh. 45:4). Sejauh suatu negara itu berfungsi sebagai abdi Allah, para pejabatnya dapat disebut pelayan Allah (Rm. 13:4). Paulus sendiri adalah seorang pelayan pada waktu dia mengumpulkan *kolekte (sumbangan) untuk orang Kristen miskin di Yerusalem (Rm. 15:25). Teladan bagi para pelayan PB adalah Yesus sendiri (Mrk. 10:45)2) Terjemahan 'pelayan' tidak mengutarakan keganasan yang terdapat dalam kata-kata Ibrani dan Yunani: hamba. Terjemahan-terjemahan modern lebih menyukai mengungkapkan kenyataannya saja. Sebagai hamba, seseorang tidak mempunyai hak resmi, kalaupun ia diizinkan menjadi anggota dari bangsa --> perjanjian (Kej. 17:12) dan taat pada hukum-hukum dasarnya (Ul. 12:18).Dalam PB Yesus berbicara tentang umat sebagai pelayan-pelayan Allah, artinya orang-orang yang sepenuhnya diserahkan pada pelayanan Tuhan. Yesus sendiri dapat menerima peran ini, yang adalah peran kerendahan mutlak (Mrk. 10:45). Matius (12:18-21) mengutip Nyanyian Hamba Tuhan yang pertama (Yes. 42) untuk menggambarkan Yesus, dan perkataan Paulus dalam Flp. 2:7 agaknya juga menggunakan perkataan Yesaya. Maka, orang Kristen juga adalah pelayan satu sama lain (Yoh. 13:14), karena mereka adalah pelayan Kristus (1Kor. 7:22).

PELAYANAN MENURUT KAMUS BROWNING

Dalam PL ada pelayanan para --> imam dan orang --> Lewi di Bait Allah, dan di zaman PB --> sinagoga mempunyai pelayanan-pelayanan resmi (Luk. 4:20; Kis. 18:8). Paulus menyebutkan sejumlah pelayanan dalam Gereja dan semuanya dijiwai oleh --> Roh. Ada pelayanan --> rasul, --> nabi, --> guru, *penginjil, dan pendeta jemaat (1Kor. 12:28; Ef. 4:11), tetapi di sini Paulus tidak menetapkan tugas-tugas --> penilik (uskup), --> penatua dan --> diaken -- lih. Kis. 20:17-28; 1Tim. 3:1, 8; Tit. 1:6-7. Tri Tugas pelayanan Gereja yang kemudian terdiri atas uskup, *presbyter dan diaken berakar di sini. Para pemimpin pertama dari Gereja, yaitu para rasul, tidak melanjutkan kedudukan pelayanannya, tetapi suatu 'pelayanan apostolik' dari kesaksian Kristus yang bangkit diteruskan oleh pemimpin-pemimpin lokal. Mula-mula mereka ( --> Timotius) bekerja di bawah pengawasan para rasul (Flp. 2:19-24), dan di Yerusalem ada kelompok penatua di bawah pimpinan --> Yakobus. Tata susunannya ini barangkali diambil alih dari organisasi sinagoga.Timotius dan --> Titus dalam --> Surat-surat Pastoral dilihat sebagai wakil Paulus dalam pelayanan dan dikukuhkan olehnya dengan penumpangan tangan (2Tim. 1:6). Pada gilirannya, Timotius dan Titus mengangkat para penatua (presbyteroi) di tiap kota (Tit. 1:5), atau para uskup (episkopoi, Tit. 1:7; 1Tim. 3:1-7), dan mereka harus menentukan lagi para penerusnya (2Tim. 2:2). Harus ada kelanjutan pengajaran rasul (apostolik) yang tidak terputus. Tugas-tugas para diaken dirinci dalam 1Tim. 3:8-13.Tidak jelas apakah 'uskup' dari 1Tim. 3:1 adalah salah seorang penatua dari 1Tim. 4:14 yang memerintah (1Tim. 5:17), atau uskup itu adalah seorang tersendiri yang mengetuai. Mungkin para penatua menjalankan suatu kepemimpinan bersama dalam *persekutuan rumah, pada waktu rasul atau wakilnya tidak ada di tempat. Tetapi, akhirnya kewibawaan setempat tunduk kepada kepemimpinan seorang yang mempunyai kemampuan khusus untuk mengajar. Orang ini menjadi ketua (episkopos) dan kepadanya berpindah tugas-tugas awal dari *keduabelas rasul dan Paulus (tetapi tentu tidak wibawa sebagai saksi Kristus yang bangkit).Di Asia Kecil ada suatu pelayanan oleh para presbyter (1Ptr. 5:1, 5) dan mereka itu menjadi pertahanan bersama melawan penghancuran Gereja oleh penganiayaan. Mereka adalah gembala pembantu di bawah gembala kepala, Kristus sendiri. Petrus yang rasul itu adalah 'sesama penatua' yang mempunyai wewenang menasihati para penatua Asia (bnd. 2 dan 3 Yohanes).Dengan demikian, maka pada abad pertama itu ada pelayanan lokal khusus dan pelayanan apostolik umum.

KEPUSTAKAAN.

J. B Lightfoot, 'Dissertation on the Christian Ministry' dalam Philippians, 1868; A von Harnack, The Constitution and Law of the Church in the First Two Centuries, ET, 1910; H. B Swete, Early History of the Church and Ministry, 1918; B. H Streeter, The Primitive Church, 1929; K. E Kirk (ed), The Apostolic Ministry, 1946; D. T Jenkins, The Gift of Ministry, 1947; T. W Manson, The Church's Ministry, 1948; K. M Carey (ed), The Historic Episcopate, 1954; J. K. S Reid, The Biblical Doctrine of the Ministry, 1955; T. F Torrance, Royal Priesthood, 1955, E Schweizer, Church Order in the NT, ET, 1961; L Morris, Ministers of God, 1964; M Green, Called to Serve, 1964; J. R. W Stott, One People, 1969. GSMw/MHS

 

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung