Hakim-hakim 21:1-25
Setiap orang pasti akan mengambil keputusan dalam hidupnya. Keputusan yang tepat akan membuat keadaan menjadi lebih baik. Sebaliknya, keputusan yang gegabah berdasarkan emosi sesaat dapat berdampak buruk.
Suku-suku Israel menyesali keputusan mereka yang telah bersumpah untuk tidak menikahkan anak perempuannya kepada orang suku Benyamin. Sumpah yang diambil secara gegabah ini bukan hanya disesali, tetapi juga ditangisi (1-2). Akibat dari keputusan ini, orang Israel melahirkan kejahatan-kejahatan yang merambat. Suku-suku Israel menyarankan suku Benyamin untuk mengambil paksa perempuan dari Yabesh-Gilead untuk dijadikan istri. Bahkan, mereka mengusulkan untuk membunuh orang-orang Yabesh-Gilead, yakni para laki-laki dan perempuan yang sudah pernah tidur dengan laki-laki. Sementara, perempuan yang belum pernah tidur dengan laki-laki bisa dibawa untuk dijadikan istri dari orang-orang suku Benyamin (10-12). Tidak cukup sampai di situ, ketika perempuan-perempuan dari Yabesh-Gilead tidak mencukupi, mereka mengusulkan sebuah ide jahat, yakni melarikan anak-anak perempuan Silo dan membawanya pergi ke tanah Benyamin (21).
Keputusan gegabah itu muncul karena mereka tidak lagi bertanya kepada Tuhan. Akhirnya, mereka berbuat kejahatan dan merambat pada kejahatan lainnya. Orang-orang Israel bersumpah dan mengambil keputusan hanya karena emosi sesaat tanpa pertimbangan matang. Hingga akhirnya, satu dosa akan melahirkan dosa-dosa lainnya. Melalui nas ini, kita belajar bahwa sebuah keputusan bisa merambat serta memengaruhi banyak aspek.
Keputusan yang gegabah mungkin saja akan membuat kita menyesalinya seumur hidup. Oleh karena itu, sebelum memutuskan sesuatu, kita harus menenangkan hati dan bertanya dahulu kepada Allah. Hanya dengan mencari kehendak Allah, kita dapat mengetahui apa yang benar dan yang mendatangkan kebaikan. Mari kita memohon ampun kepada Tuhan jika sering bertindak gegabah dalam mengambil keputusan. [YLM]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar