Hal Membayar Pajak
Lukas 20:20-26
Seorang mata-mata bertanya kepada Yesus: "Apakah kita diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (21). Yesus tahu bahwa jawabannya bukanlah boleh atau tidak. Dia juga tahu-terlepas dari jeratan pertanyaan itu-ada hal prinsipiel di balik pertanyaan tersebut.
Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala percaya bahwa Allah adalah raja mereka. Tanah air yang mereka diami adalah karunia Allah dan milik-Nya. Kalaupun harus membayar, Allah yang berhak menerima, bukan penjajah. Itulah yang mereka lakukan melalui persembahan persepuluhan. Persoalannya, mereka berada dalam penjajahan Romawi yang menarik pajak dari warga setempat.
Pertanyaan itu juga merupakan pertanyaan umat Kristen mula-mula. Bolehkah membayar pajak kepada penguasa kafir, padahal Allah itu Esa? Bukankah dengan membayar pajak, secara tidak langsung, berarti mendukung agama kafir?
Kisah ini tak hanya bicara soal pajak. Yesus berhasil menguraikan persoalan itu dengan cerdik. Dia meminta mereka menunjukkan mata uang yang digunakan untuk membayar pajak. Setelah itu, Yesus bertanya, "Gambar dan tulisan siapakah ada padanya?" (24).
Pertanyaan itu bermaksud menjernihkan persoalan. Mata uang sebagai alat pembayar pajak memperlihatkan pengakuan wewenang kaisar secara tidak langsung. Mereka terpaksa mengakui kewibawaan kaisar dalam hidup sehari-hari. Pada titik itulah, Yesus berkata, "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Namun, kalimat Yesus juga gamblang memperlihatkan bahwa keberadaan kaisar sejatinya lebih rendah daripada Allah. Bukankah Allah yang menciptakan kaisar, dan bukan sebaliknya? Artinya, jika pemerintah menyimpang, umat Allah wajib mengkritiknya! Orang Kristen harus lebih takut kepada Allah.
Selain itu, kita harus menjadi warga negara yang baik dengan menjalankan kewajiban kita kepada negara.[YGM]
Fb group.RH Lilin Kecil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar