Kamis, 03 Oktober 2019

Perumpamaan tentang perjamuan kawin

Teks: Matius 22:1-14 (TB)  Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka:  "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."

================

Pasal ini merupakan lanjutan dari pembicaraan yang disampaikan Kristus di dalam Bait Allah, dua atau tiga hari sebelum kematian-Nya. Pembicaraan ini kemudian dicatat dengan panjang lebar, mengingat bobot dan pentingnya. Dalam pasal ini, kita membaca:

I. Perintah yang diberikan, melalui perumpamaan tentang perjamuan kawin, yang berkaitan dengan penolakan terhadap bangsa Yahudi dan panggilan kepada bangsa-bangsa bukan-Yahudi (ay. 1-10), dan melalui perumpamaan tentang tamu undangan yang tidak berpakaian pesta, sebuah gambaran mengenai berbahayanya kemunafikan di dalam iman Kristen (ay. 11-14).

II. Perbantahan dengan orang-orang Farisi, Saduki, dan ahli Taurat yang menentang Kristus:

Tentang membayar pajak kepada Kaisar (ay. 15-22).

Tentang kebangkitan orang mati dan keadaan di masa yang akan datang (ay. 23-33).

Tentang hukum yang terutama di dalam hukum Taurat (ay. 34-40).

Tentang hubungan antara Sang Mesias dan Daud (ay. 41-46).

Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin (22:1-14)

Di sini diceritakan tentang perumpamaan mengenai tamu-tamu yang diundang untuk menghadiri pesta perkawinan. Dikatakan bahwa Yesus berbicara pula (ay. 1), bukan untuk menjawab apa yang dikatakan oleh lawan-lawannya (karena Ia sudah membungkamkan mereka), tetapi untuk menanggapi apa yang sedang dipikirkan orang-orang itu, ketika mereka berharap mendapat kesempatan untuk menangkap Dia (21:46). Perhatikan baik-baik, Kristus mengetahui cara menjawab pikiran manusia, karena Ia adalah Pembaca hati manusia. Ia berbicara pula, dapat juga berarti Ia melanjutkan pembicaraan-Nya dengan pokok bahasan yang sama, karena perumpamaan yang hendak Ia sampaikan ini masih berbicara mengenai tawaran Injil serta sukacita yang diberikannya, sama seperti perumpamaan sebelumnya, tetapi dengan kiasan yang berbeda. Dalam perumpamaan sebelumnya, yaitu mengenai penggarap-penggarap kebun anggur, digambarkan mengenai dosa para penguasa yang menganiaya para nabi. Perumpamaan ini juga menunjuk dosa orang banyak yang suka mengabaikan pesan Injil, sementara para pembesar mereka menganiaya para pembawa pesan tersebut.

I. Persiapan-persiapan untuk menyambut Injil diumpamakan di sini dengan sebuah perjamuan yang diselenggarakan seorang raja untuk perkawinan anaknya. Seperti itulah Kerajaan Sorga, seperti itulah segala persiapan perbekalan dibuat bagi jiwa-jiwa yang sangat berharga, di dalam dan melalui Perjanjian Baru. Raja itu adalah Allah, seorang Raja yang Agung, Raja di atas segala Raja. Sekarang, perhatikan baik-baik:

Perjamuan kawin ini diadakan untuk anaknya, dengan Kristus sebagai Mempelai Laki-laki, dan jemaat sebagai pengantin perempuan. Zaman Injil adalah hari pernikahan-Nya (Kid. 3:11). Pandanglah dengan iman, hai jemaat anak-anak sulung, jemaat yang namanya terdaftar di sorga, dan yang diberikan kepada Kristus oleh Dia yang memiliki mereka. Di dalam jemaat inilah kita melihat sang pengantin perempuan, mempelai Anak Domba (Why. 21:9). Kovenan atau perjanjian Injil adalah sebuah akad nikah antara Kristus dan orang-orang percaya, sebuah pernikahan yang diadakan oleh Allah. Perumpamaan ini hanya diungkapkan saja, dan tidak dijelaskan.

Ada hidangan yang disediakan untuk perjamuan kawin ini (ay. 4), yaitu yang mencakup semua hak istimewa sebagai anggota jemaat, dan semua berkat yang ada dalam kovenan baru itu. Hak istimewa dan berkat tersebut adalah: pengampunan dosa, kemurahan Allah, hati yang damai, janji-janji Injil, dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya, jalan masuk ke takhta anugerah, penghiburan Roh, dan pengharapan yang berdasar akan kehidupan kekal. Semua ini merupakan persiapan untuk menghadiri pesta ini, sorga di muka bumi sekarang ini, dan nantinya sorga di dalam sorga. Allah telah mempersiapkan semuanya ini dalam kebijaksanaan-Nya, dalam kovenan-Nya, di samping perjamuan malam penuh kemuliaan.

(1) Ini adalah sebuah perjamuan. Persiapan Injil dinubuatkan sebagai sebuah perjamuan (Yes. 25:6), suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, dan yang dilambangkan dengan banyak perayaan upacara hukum gereja. Marilah kita berpesta (1Kor. 5:8). Sebuah perjamuan merupakan hari gembira (Est. 8:17). Begitu pula halnya Injil itu, merupakan pesta yang berlangsung terus-menerus. Lembu-lembu jantan dan ternak piaraan telah disembelih untuk perjamuan ini; bukan dalam jumlah ala kadarnya, tetapi makanan yang berlimpah, dalam jumlah yang amat cukup dan terbaik mutunya. Hari perjamuan adalah hari penyembelihan atau pengorbanan (Yak. 5:5). Seluruh persiapan Injil didasarkan pada kematian Kristus, yaitu pengorbanan diri-Nya sendiri. Perjamuan itu diselenggarakan karena kasih dan merupakan sebuah pesta pemulihan, bukti keinginan baik Allah terhadap manusia. Perjamuan itu diadakan untuk tertawa (Pkh. 10:19), sebuah perjamuan sukacita. Diadakan untuk memuaskan jiwa. Injil dirancang untuk mengenyangkan orang yang lapar dengan segala yang baik. Diadakan untuk menjalin persekutuan, untuk menjaga hubungan antara sorga dan bumi. Kita diundang untuk menghadiri perjamuan anggur, supaya kita bisa menyampaikan permintaan dan keinginan kita.

(2) Ini adalah sebuah perjamuan kawin. Perjamuan kawin biasanya mewah, cuma-cuma, dan penuh sukacita. Mujizat pertama yang dilakukan Kristus adalah menyediakan anggur yang berlimpah untuk sebuah perjamuan kawin (Yoh. 2:7), dan dapat dipastikan bahwa Ia tidak akan kekurangan persediaan anggur untuk perjamuan kawin-Nya sendiri, yaitu ketika hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia, sebuah perjamuan yang besar dan penuh kemenangan (Why. 19:7, 17-18).

(3) Ini adalah perjamuan kawin kerajaan, perjamuan seorang raja (1Sam. 25:36). Yang dinikahkan dalam perkawinan itu bukanlah seorang hamba, tetapi seorang anak. Sama seperti Ahasyweros, ia akan memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya (Est. 1:4). Persiapan yang dibuat bagi orang-orang percaya dalam kovenan anugerah ini bukanlah persiapan seperti yang diperuntukkan bagi cacing-cacing yang tidak berharga, seperti yang mungkin kita harapkan. Tidak, seperti diri-Nya sendiri, Ia menyediakan hal-hal mulia seperti yang pantas diberikan oleh seorang Raja Kemuliaan. Ia memberikan diri-Nya sendiri. Ia memberikan diri-Nya sendiri kepada mereka sebagai El shaddai -- Allah yang mencukupi. Ini benar-benar sebuah perjamuan untuk jiwa.

II. Panggilan dan penawaran Injil diumpamakan sebagai sebuah undangan ke pesta perjamuan. Mereka yang mengadakan perjamuan mengundang tamu untuk meramaikan perjamuan itu. Tamu-tamu Allah adalah anak-anak manusia. Tuhan, siapakah manusia itu, sehingga ia sedemikian dimuliakan! Para tamu yang pertama diundang adalah orang-orang Yahudi. Di mana pun Injil diberitakan, undangan ini disampaikan. Para pelayan Tuhan diumpamakan sebagai hamba-hamba yang disuruh mengundang (Ams. 9:4-5). Sekarang:

Tamu-tamu itu dipanggil, diundang ke perjamuan kawin itu.

Undangan ini disampaikan kepada semua orang yang bisa mendengar berita sukacita Injil itu. Para hamba yang membawa undangan tersebut tidak mencantumkan nama-nama yang diundang di atas secarik kertas, karena tidak ada persyaratan untuk itu, siapa saja tanpa kecuali diundang, yang tidak diundang adalah mereka yang tidak mau menerima undangan itu sendiri. Mereka yang diundang ke perjamuan juga diundang ke perkawinan, sebab semua yang mengambil bagian dalam hak-hak istimewa Injil harus menyampaikan rasa hormat yang layak bagi kehadiran Tuhan Yesus, layaknya sahabat-sahabat setia dan hamba-hamba yang rendah hati dari Sang Mempelai Laki-laki. Mereka diundang ke perkawinan, agar mereka segera pergi menyongsong mempelai laki-laki, karena menjadi kehendak Bapa agar semua orang menghormati Anak itu.

Tamu-tamu itu diminta dengan sangat. Pemberitaan Injil bukan hanya disampaikan dengan ramah, tetapi juga dengan bujukan yang ramah dan meyakinkan. Kami berusaha meyakinkan orang, kami meminta mereka dalam nama Kristus (2Kor. 5:11, 20). Lihatlah betapa hati Kristus tertuju kepada kebahagiaan jiwa-jiwa yang malang! Ia bukan hanya menyediakan karena mereka kekurangan, tetapi juga menghubungi mereka karena mereka penuh kelemahan dan pelupa. Ketika tamu-tamu undangan itu tidak mau datang, raja itu menyuruh pula hamba-hamba lain (ay. 4). Setelah para nabi Perjanjian Lama, begitu juga Yohanes Pembaptis, maupun Kristus sendiri yang mengatakan bahwa masa sukacita itu sudah dekat (Kerajaan Allah sudah dekat), tidak dapat meyakinkan mereka, maka diutuslah para rasul dan pelayan-pelayan Injil, setelah kebangkitan Kristus, untuk memberi tahu mereka bahwa saatnya telah tiba, semuanya telah siap, dan meyakinkan mereka untuk menerima tawaran itu. Tentunya ada yang berpikir seharusnya orang cukup memberi tahu bahwa mereka bersedia datang dan akan disambut; dan bahwa selama acara perkawinan berlangsung dengan khidmat, sang raja tetap menerima tamu dengan bebas. Tetapi karena manusia duniawi tidak dapat memahaminya, maka mereka tidak menginginkan apa pun yang berasal dari Roh Allah. Kita didesak untuk menerima panggilan itu dengan bujukan yang sangat kuat, ditarik dengan tali kesetiaan dan ikatan kasih. Bila panggilan ulangan itu menggerakkan kita, maka lihatlah, Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!." Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang (Why. 22:17). Bila alasan panggilan itu menggugah hati kita, sesungguhnya hidangan telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia. Bapa telah siap menerima kita, Anak telah siap menjadi Pengantara bagi kita, Roh Kudus siap menyucikan kita, pengampunan tersedia, kedamaian tersedia, penghiburan sudah tersedia, janji-janji telah siap seperti sumur-sumur air hidup yang siap memberi. Demikian pula, segala ketetapan telah disiapkan, seperti pipa emas untuk menyalurkan. Malaikat-malaikat siap menyertai kita, semua ciptaan siap bersahabat dengan kita, kebijaksanaan ilahi siap bekerja untuk kebaikan kita, dan akhirnya, sorga juga siap menerima kita. Itulah Kerajaan yang telah disediakan untuk dinyatakan pada zaman akhir. Semua sudah siap seperti ini, akankah kita tetap tidak siap? Semua persiapan ini dibuat untuk kita, jadi bila kita datang dengan sikap yang tepat, masakan kita tidak akan disambut? Sebab itu datanglah, oh, datanglah ke perjamuan kawin ini, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat sia-sia kasih karunia Allah (2Kor. 6:1).

III. Sikap dingin yang sering dijumpai Injil Kristus di antara anak-anak manusia ditunjukkan oleh sikap dingin terhadap berita yang disampaikan dan sikap garang terhadap si pembawa berita itu sendiri. Dalam hal ini, baik raja maupun mempelai laki-laki kerajaan sama-sama terhina. Hal ini terutama menggambarkan orang-orang Yahudi yang menolak nasihat Allah bagi diri mereka sendiri, dan lebih jauh lagi melukiskan penghinaan dan perlawanan banyak orang di segala zaman terhadap Injil Kristus.

Berita itu diabaikan begitu saja (ay. 3). Orang-orang itu tidak mau datang. Perhatikan, alasan mengapa orang-orang berdosa tidak datang kepada Kristus dan tidak diselamatkan oleh-Nya, bukanlah karena mereka tidak bisa datang, tetapi sebab mereka memang tidak mau datang (Yoh. 5:40). Kamu tidak mau datang kepada-Ku. Hal ini akan semakin memperparah kesengsaraan orang-orang berdosa. Seharusnya mereka akan mendapat kebahagiaan dengan datang kepada-Nya, tetapi mereka sendirilah yang menolaknya. Aku mau, tetapi kamu tidak mau. Ini masih belum semuanya (ay. 5), orang-orang itu tidak mengindahkannya. Mereka pikir tidak ada gunanya untuk datang. Sangka mereka, para pembawa berita itu terlalu membesar-besarkan alasannya. Biarkan saja mereka membesar-besarkan segala persiapan pesta itu, kita juga bisa berpesta sendiri di rumah. Perhatikanlah, tidak mengindahkan Kristus dan keselamatan besar yang diadakan-Nya merupakan dosa besar dari dunia ini. Amelesantes -- Mereka tak acuh. Perhatikanlah, banyak orang binasa dalam kekekalan hanya karena mereka tidak peduli, tidak mau berpaling, hanya mau bersikap masa bodoh dan tak acuh terhadap masalah-masalah jiwa mereka.

Alasan mengapa mereka tidak mengindahkan perjamuan kawin tersebut adalah karena mereka memiliki sesuatu yang dianggap lebih penting sehingga mereka lebih memperhatikan hal itu. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya. Perhatikanlah, usaha dan keuntungan pekerjaan duniawi terbukti telah menjadi hambatan besar bagi banyak orang untuk mendekati Kristus. Tak seorang pun mengindahkan perjamuan itu, masing-masing mencari alasannya sedapat mungkin (Luk. 14:18). Orang-orang desa harus memelihara ladang-ladang mereka, dan ada saja yang harus dikerjakan di sana. Orang-orang kota harus menjaga kedai-kedai mereka dan berdagang, mereka harus berdagang serta mendapat untung. Sungguh benar bahwa baik petani maupun pedagang harus rajin dalam menjalankan usaha mereka, tetapi hal-hal itu tidak boleh menghalangi mereka untuk menjadikan urusan kerohanian menjadi hal yang terutama dalam kehidupan mereka. Licitis perimus omnes -- Hal-hal yang boleh dilakukan ini akan merugikan kita, bila dikelola dengan cara yang tidak benar. Ketika kita begitu terpaku untuk khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, kita bisa mengabaikan satu hal yang benar-benar diperlukan. Perhatikan baik-baik, kota dan desa memiliki godaan masing-masing, usaha jual beli di satu sisi dan ladang-ladang di sisi lain. Sebab itu, apa pun yang kita miliki di dunia ini harus tetap berada di luar hati kita, jangan sampai menjadi penghalang di antara kita dan Kristus.

Para pembawa berita itu diperlakukan dengan kejam dan tidak semena-mena. Orang-orang yang lain, atau orang-orang selebihnya, yaitu mereka yang tidak pergi berladang atau berdagang, juga bukan petani atau pedagang, melainkan para alim ulama, yaitu para ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan imam-imam kepala itulah yang menjadi penyiksa para pembawa berita itu. Merekalah yang menangkap hamba-hamba itu, menyiksa dan membunuh mereka. Dalam perumpamaan ini memang tidak diceritakan bagaimana kejam dan biadabnya perlakuan mereka itu terhadap hamba-hamba raja yang datang untuk mengundang mereka ke perjamuan. Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa orang-orang yang berjalan begitu indah karena membawa berita damai sejahtera untuk merayakan hari raya (Nah. 1:15), diperlakukan sama dengan kotoran segala sesuatu (1Kor. 4:13). Para nabi dan Yohanes Pembaptis telah dianiaya demikian. Juga para rasul dan pelayan Kristus mengalami hal yang sama. Orang-orang Yahudi, secara langsung atau tidak, adalah pelaku sebagian besar penganiayaan terhadap para pemberita Injil mula-mula. Lihat saja sejarah Kisah Para Rasul, yang berisi berbagai penderitaan yang menimpa para rasul tersebut.

IV. Penghancuran habis-habisan yang dialami umat dan bangsa Yahudi digambarkan di sini sebagai pembalasan sang raja yang menjadi murka dan menyerang para pembangkang yang keterlaluan ini (ay. 7). Maka murkalah raja itu. Karena menolak Injil, orang-orang Yahudi, yang dahulunya adalah umat yang dikasihi dan diberkati Allah, menjadi generasi yang harus berhadapan dengan murka dan kutuk Allah. Murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:16).

Sekarang perhatikan baik-baik di sini:

Apakah dosa terberat yang membawa kehancuran itu? Dosa menjadi pembunuh. Raja itu tidak mengatakan bahwa ia membinasakan orang-orang yang tidak mengindahkan panggilannya, tetapi ia membinasakan para pembunuh hamba-hambanya. Seolah-olah Allah lebih mengindahkan kehidupan para hamba-hamba-Nya daripada kehormatan Injil-Nya. Siapa yang menjamah mereka, menjamah biji mata-Nya. Perhatikanlah, penyiksaan pelayan-pelayan Kristus yang setia merupakan kesalahan yang lebih besar dibandingkan kesalahan lainnya. Membuat Yerusalem penuh dengan darah orang-orang yang tidak bersalah merupakan dosa Manasye dan Tuhan tidak mau mengampuninya (2Raj. 24:4).

Kehancuran itu sendiri seperti apa. Ia menyuruh pasukannya. Pasukan Romawi adalah pasukan-Nya, yang dibangkitkan dan diutus-Nya melawan umat yang dimurkai-Nya. Ia memberi mereka tugas untuk melakukan perampasan dan penjarahan (Yes. 10:6). Allah adalah Tuhan atas umat manusia, dan Ia berhak memanfaatkan mereka seturut kemauan-Nya untuk melayani maksud-maksud-Nya, sekalipun mereka sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya (Yes. 10:7; Mi. 4:11-12). Pasukannya membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar habis kota mereka. Perumpamaan ini menunjukkan dengan jelas penghancuran terhadap orang-orang Yahudi dan pembakaran Yerusalem oleh orang-orang Romawi empat puluh tahun setelah ini. Belum pernah ada penghancuran sedahsyat ini, juga akibat pedang dan api yang begitu mengerikan. Meskipun Yerusalem pernah menjadi kota suci, kota yang dipilih Allah untuk membuat nama-Nya tinggal di sana, kota yang indah permai, yang menjadi kegirangan bagi seluruh bumi, namun kini kota ini sudah menjadi sundal, dan tidak ada lagi kebenaran di dalamnya, selain penuh dengan para pembunuh, bahkan pembunuh yang paling sadis. (Begitulah yang dikatakan oleh Nabi Yesaya [Yes. 1:21].) Penghukuman datang ke atas kota ini, dihancurkan tanpa dipulihkan, dan menjadi contoh bagi semua pihak yang menentang Kristus dan Injil-Nya. Itulah yang dilakukan Tuhan untuk membalas perbuatan kebencian terhadap perjanjian-Nya.

V. Pemulihan kembali jemaat, dengan membawa masuk bangsa-bangsa bukan-Yahudi, yang digambarkan di sini dengan cara memenuhi perjamuan ini dengan tamu-tamu yang dikumpulkan dari jalan-jalan (ay. 8-10).

Di sini kita membaca tentang:

Keluhan tuan pemilik perjamuan terhadap orang-orang yang pertama kali diundang (ay. 8). Perjamuan kawin telah siap, perjanjian anugerah siap untuk disahkan, sebuah jemaat siap didirikan. Tetapi orang-orang yang pertama-tama diundang, yaitu orang-orang Yahudi, yang bagi merekalah perjanjian dan janji-janji itu ditujukan, yang terlebih dahulu diundang ke perjamuan dengan hidangan yang berlimpah, ternyata tidak layak untuk itu. Mereka sama sekali sungguh tidak layak. Dengan menghina Kristus, mereka telah membatalkan semua hak istimewa yang dimaksudkan untuk mereka dengan undangan itu. Perhatikanlah, bukan karena Allah, orang-orang berdosa binasa, tetapi itu akibat ulah mereka sendiri. Jadi, ketika tanah Kanaan sudah dalam jangkauan mata bangsa Israel, sebenarnya tanah perjanjian itu telah siap, susu dan madu juga telah siap, tetapi ketidakpercayaan dan gerutu mereka, serta kutukan mereka terhadap tanah yang menyenangkan itu menghalangi mereka sehingga mayat-mayat mereka dibiarkan binasa di padang belantara. Dan semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh (1Kor. 10:11; Ibr. 3:16-4:1).

Tugas yang ia berikan kepada hamba-hambanya untuk mengundang tamu-tamu lain. Penduduk kota itu telah menolak (ay. 7). Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan, ke jalan bangsa lain yang sebelumnya tidak masuk hitungan (10:5). Jadi, dengan jatuhnya bangsa Yahudi, keselamatan datang kepada bangsa-bangsa lain (Rm. 11:11-12; Ef. 3:8). Perhatikanlah, Kristus tetap akan mendirikan Kerajaan-Nya di dunia ini, meskipun banyak yang menolak anugerah dan melawan kekuasaan Kerajaan itu. Meskipun Israel tidak berhasil dikumpulkan, Ia akan dipermuliakan. Penawaran Kristus dan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain ternyata:

(1) Tidak terduga dan tidak diharapkan; ia mendatangkan kejutan bagi para musafir di jalanan yang tiba-tiba mendapat undangan untuk ikut perjamuan kawin. Berabad-abad lamanya orang-orang Yahudi telah memperhatikan Injil, mereka menanti-nantikan Sang Mesias dan Kerajaan-Nya, tetapi semuanya itu merupakan hal baru bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi, sesuatu yang tidak pernah mereka dengar sebelumnya (Kis. 17:19-20), sehingga mereka tidak merasa memilikinya (Yes. 65:1-2).

(2) Undangan itu ditujukan bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Pergi dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai. Jalan-jalan merupakan tempat umum, dan di sanalah Hikmat berseru-seru (Ams. 1:20). "Bertanyalah kepada orang-orang yang lewat di jalan, bertanyalah kepada siapa saja (Ayb. 21:29), dari kalangan tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak dan orang merdeka, muda dan tua, bangsa Yahudi dan bangsa bukan-Yahudi, katakan kepada mereka semua bahwa mereka bisa menerima hak-hak istimewa Injil sesuai persyaratan Injil. Siapa saja yang bersedia, biarlah ia datang, tanpa kecuali."

Keberhasilan undangan kedua ini. Bila ada yang tidak mau datang, yang lain bersedia (ay. 10), mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya. Para hamba itu mematuhi perintah yang mereka terima. Yunus diutus ke jalan-jalan, tetapi ia begitu mencintai kehormatan negerinya sehingga ia menghindar dari tugas itu. Sementara para rasul Kristus, meskipun mereka adalah orang-orang Yahudi, lebih mendahulukan pelayanan Kristus daripada rasa hormat kepada bangsa mereka sendiri. Begitu pula Rasul Paulus, meskipun ia menangisi bangsa Yahudi, ia menjunjung tinggi tugasnya sebagai rasul bagi bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Mereka mengumpulkan semua orang.

Rancangan Injil adalah:

(1) Untuk mengumpulkan dan menghimpunkan jiwa-jiwa, bukan hanya bangsa Yahudi saja, tetapi semua anak-anak Allah yang tercerai-berai (Yoh. 11:52), domba-domba lain yang bukan dari kandang ini (Yoh. 10:16). Mereka dikumpulkan dalam satu tubuh, satu keluarga, satu perhimpunan.

(2) Mengumpulkan mereka bersama-sama untuk perjamuan kawin, untuk mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kristus, dan untuk mengambil bagian dalam hak-hak istimewa yang ada dalam kovenan atau perjanjian baru. Di mana ada sedekah, di sanalah orang-orang miskin berkumpul.

Sekarang, tamu-tamu yang dikumpulkan adalah:

[1] Orang banyak, semua orang, sebanyak yang bisa dijumpai hamba-hamba itu. Begitu banyaknya sampai penuhlah ruang perjamuan itu. Orang-orang Yahudi yang dimeteraikan dapat dihitung jumlahnya, tetapi yang berasal dari bangsa-bangsa lain tidak terhitung banyaknya, yakni suatu kumpulan yang luar biasa besarnya (Why. 7:9; Yes. 60:4, 8).

[2] Kumpulan orang banyak yang bercampur baur, baik orang-orang jahat maupun orang-orang baik. Sebelum mengaku percaya, beberapa orang adalah orang-orang bijaksana dan terpelajar, seperti orang-orang Yunani yang takut kepada Allah (Kis. 17:4) dan Kornelius. Sedangkan yang lain adalah orang-orang yang dahulu hidup tidak senonoh, seperti orang-orang Korintus (1Kor. 6:11). Beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Ada juga yang setelah mengaku percaya ternyata tetap berlaku buruk, tidak berbalik kepada Tuhan dengan segenap hatinya, hanya berpura-pura belaka. Selebihnya adalah orang-orang jujur dan tulus yang berasal dari kelompok orang benar. Para pelayan Tuhan yang menebarkan jala Injil akan menangkap ikan yang baik maupun ikan yang tidak baik, tetapi Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya.

VI. Tentang kaum munafik yang berada di dalam jemaat, tetapi tidak berasal dari jemaat itu. Orang-orang demikian disebut hidup, tetapi sebenarnya tidak hidup. Dalam perumpamaan ini mereka dilukiskan seperti tamu yang tidak berpakaian pesta, salah seorang jahat yang ikut dikumpulkan. Orang yang tidak mendapat bagian dalam keselamatan Kristus adalah mereka yang bukan hanya menolak untuk memberi pengakuan iman, tetapi juga yang hatinya tidak bersungguh-sungguh dalam pengakuannya.

Perhatikan baik-baik soal orang munafik ini:

Bagaimana ia ditemukan sebagai orang munafik (ay. 11).

(1) Raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, untuk menyambut mereka yang datang dengan persiapan, dan mengusir mereka yang datang tanpa persiapan. Perhatikanlah, Allah sorgawi menaruh perhatian khusus terhadap mereka yang mengaku percaya dan mempunyai tempat dan nama di dalam jemaat yang tampak di bumi ini. Tuhan kita Yesus berjalan di antara kaki dian emas dan karena itu mengetahui segala pekerjaan mereka (Why. 2:1-2; Kid. 7:12). Biarlah hal ini menjadi peringatan bagi kita dalam hal kemunafikan, karena yang tersamar akan segera terungkap, dan setiap orang akan tampil dengan sifatnya yang sebenarnya. Juga, supaya hal ini menjadi dorongan bagi kita untuk selalu bersikap tulus, karena Allah-lah yang menjadi saksi atas sikap kita.

Perhatikan, orang munafik ini tidak pernah diketahui tidak mengenakan pakaian pesta sampai raja itu sendiri masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu. Perhatikanlah, hanya Allah saja yang memiliki hak khusus untuk mengetahui siapa yang hatinya bersungguh-sungguh dalam pengakuan mereka, dan siapa yang tidak. Dengan berbagai cara kita bisa saja tertipu dalam menilai orang, tetapi Ia tidak akan keliru. Hari penghakiman akan menjadi hari pengungkapan besar, ketika semua tamu diperhadapkan dengan Sang Raja. Ia akan memisahkan antara yang baik dan yang tidak baik (25:33), segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, dan kita bisa membedakan dengan sempurna antara orang benar dan orang jahat, yang sekarang tidak mudah kita lakukan. Jadi semua tamu harus mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi pemeriksaan yang saksama ini, dan berpikir-pikir apakah mereka bisa lulus dari mata Allah yang tajam dalam pemeriksaan hati ini.

(2) Begitu masuk, sang raja langsung menemukan orang munafik itu. Ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. meskipun hanya seorang, matanya segera dapat mengenalinya. Tidak ada harapan untuk lolos dari penangkapan keadilan ilahi dengan cara bersembunyi di dalam kerumunan orang banyak. Ia tidak berpakaian pesta, ia tidak berpakaian seperti layaknya orang yang mengikuti upacara perkawinan khidmat, ia tidak mengenakan pakaiannya yang terbaik. Perhatikanlah, banyak yang datang dengan tidak berpakaian pesta. Bila Injil menjadi perjamuan perkawinan, maka pakaian pesta pernikahan itu menjadi kerangka hati dan sikap hidup yang sepadan dengan Injil dan pengakuan percaya kita akan Injil itu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu (Ef. 4:1), hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus (Flp. 1:27). Perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus, kesucian dan penyucian mereka, serta pribadi Kristus membuat mereka layak, dan itu adalah kain lenan halus (Why. 19:8). Orang ini tidak dalam keadaan telanjang, atau berpakaian kotor. Ia mengenakan pakaian, hanya saja, bukan pakaian pesta. Mereka, dan hanya mereka yang mengenakan Tuhan Yesus, yang memiliki pola pikir Kristiani, yang dihiasi dengan anugerah Kristiani, yang hidup dengan iman di dalam Kristus, dan yang menjadikan Dia di atas segala-galanya, mereka inilah yang memiliki pakaian pesta perkawinan.

Pemeriksaan atas orang ini (ay. 12). Di sini kita bisa mengamati dengan cermat:

(1) Bagaimana orang ini dipersalahkan (ay. 12), Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Sebuah pertanyaan mengejutkan bagi orang yang membanggakan dirinya sendiri di tempat yang dianggapnya aman dalam perjamuan itu. Saudara! Sepatah kata yang tajam, tampaknya seperti sahabat, pura-pura bersahabat, seorang sahabat dalam pengakuan, dalam ikatan dan kewajiban menjadi seorang sahabat. Perhatikanlah, banyak orang di dalam jemaat menjadi sahabat palsu bagi Yesus Kristus. Mereka ini berkata bahwa mereka mengasihi Dia tetapi hatinya tidak bersama Dia. Bagaimana engkau masuk ke mari? Raja ini tidak menyalahkan hamba-hambanya yang membiarkan orang ini masuk ke dalam perjamuan (pakaian pesta perkawinan itu adalah soal di dalam hati, sedangkan para pelayan hanya bertindak sesuai dengan apa yang mereka ketahui dari luarnya saja). Raja ini memeriksa alasannya menyelinap masuk. Ketika ia mengetahui hati orang ini tidak jujur, ia berkata, "Berani-beraninya engkau menuntut bagian berkat Injil, sementara engkau tidak menghormati aturan-aturan Injil? Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku?" (Mzm. 50:16-17). Perbuatan-perbuatan semacam itu mencemari perjamuan, tidak menghormati mempelai laki-laki, menghina tamu-tamu lain, dan mendatangkan aib bagi mereka sendiri. Sebab itu, bagaimana engkau masuk ke mari? Perhatikanlah, akan tiba saatnya orang-orang munafik diminta mempertanggungjawabkan semua gangguan yang mereka lakukan dengan pongahnya terhadap ketetapan-ketetapan Injil dan perampasan hak-hak istimewa Injil. Siapakah yang menuntut itu dari padamu? (Yes. 1:12). Memandang rendah hari-hari Sabat dan menyalahgunakan sakramen harus dimintai pertanggungjawaban, dan hukuman harus dijatuhkan ke atas tindakan penyia-nyiaan yang dilakukan oleh mereka yang membuat menjadi sia-sia anugerah Allah yang telah mereka terima. "Bagaimana engkau datang ke meja Tuhan pada saat seperti ini, dengan tidak merendahkan diri dan menyucikan diri? Apa yang mendorongmu duduk di hadapan nabi-nabi Allah, seperti yang dilakukan umat-Nya, sementara hatimu mengikuti keserakahanmu? Bagaimana engkau masuk ke mari? Bukan melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, seperti seorang pencuri atau perampok. Ini namanya masuk dengan cara jahat, memiliki tanpa punya hak." Perhatikanlah, sangat baik bagi mereka yang menjadi anggota jemaat untuk sering memeriksa diri sendiri, "Bagaimana aku masuk ke mari? Apakah aku mengenakan pakaian pesta perkawinan?" Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.

(2) Bagaimana orang itu dinyatakan bersalah, orang itu diam saja: ephimōthe -- ia diberangus (itulah kata yang digunakan dalam 1Kor. 9:9). Orang itu terdiam karena dakwaan terhadap dirinya, dinyatakan bersalah dan dihukum oleh hati nuraninya sendiri. Mereka yang tinggal di dalam jemaat, dan mati tanpa Kristus, tidak akan mampu mengucapkan sepatah kata pun bagi diri mereka sendiri pada saat hari penghakiman yang besar. Tidak akan ada ampun bagi mereka, sekalipun mereka memohon, "Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu" (Luk. 13:26), yang sama saja dengan mengakui diri sendiri bersalah. Kejahatan yang membuat mereka dihukum adalah menyerobot masuk ke hadirat Kristus, dan menuju meja-Nya sebelum mereka dipanggil. Mereka yang belum pernah mendengar berita tentang perjamuan kawin ini akan lebih punya banyak alasan. Dosa mereka lebih dapat dimaafkan, dan hukuman terhadap mereka pun lebih dapat dipertimbangkan. Namun, tidak demikianlah halnya dengan mereka yang datang tanpa berpakaian pesta, karena mereka telah berdosa terhadap terang yang sudah sedemikian menerangi mereka dan kasih yang sudah sedemikian mengasihi mereka.

. Hukuman sang raja (ay. 13), Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

(1) Ia diperintahkan untuk diikat layaknya penjahat yang terhukum, dibelenggu dan dirantai. Mereka yang tidak bekerja dan berjalan sebagaimana seharusnya akan diikat tangan dan kaki mereka. Terdapat jenis ikatan di dunia ini yang dilakukan oleh hamba-hamba dan pelayan-pelayan Tuhan terhadap saudara seiman yang tidak berjalan dalam kebenaran dan hanya mempermalukan iman Kristen. Ikatan semacam ini dinamakan mengikat mereka (18:18). "Ikatlah mereka agar tidak mengambil bagian dalam ketetapan-ketetapan khusus dan hak-hak istimewa sebagai anggota jemaat, ingatkan mereka akan penghukuman Allah yang adil." Pada hari penghakiman, orang-orang munafik akan diikat; para malaikat akan mengumpulkan dan mengikat lalang dan dibakar dalam api (13:41). Orang-orang berdosa diikat tangan dan kaki mereka oleh hukuman yang tidak dapat diubah lagi. Ini seperti bentangan jurang yang tak terseberangi; mereka tidak bisa menolak dan juga tidak bisa mengubah hukuman mereka.

(2) Ia diperintahkan untuk dibawa pergi dari perjamuan kawin itu, bawalah ia pergi. Ketika kejahatan orang-orang munafik menjadi tampak, mereka akan dikeluarkan dari persekutuan orang-orang setia, dipotong seperti ranting yang tidak berbuah. Hal ini berbicara mengenai hukuman kebinasaan di dunia lain; mereka akan dibawa pergi dari hadapan raja itu, dari kerajaan itu, dari perjamuan kawin itu. Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk. Hal itu akan memperburuk kesengsaraan mereka, seperti perwira, ajudan raja, yang tidak percaya itu (2Raj. 7:2), mereka akan melihatnya dengan mata mereka sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya. Perhatikanlah, mereka yang tidak menjalankan kehidupan Kekristenan dengan layak, akan kehilangan semua kebahagiaan yang selalu mereka tuntut. Mereka hanya akan menghibur diri sendiri dengan harapan yang tanpa dasar.

(3) Ia diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam sel bawah tanah yang penuh dengan dukacita, campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sini Juruselamat kita tanpa segan-segan membentangkan maksud perumpamaan ini, yakni kutukan bagi orang-orang munafik di dunia lain. Neraka adalah kegelapan yang paling gelap, kegelapan di luar sorga yang adalah tempat terang. Atau, kegelapan yang kelam, kegelapan yang teramat pekat, tanpa sedikit pun berkas sinar atau harapan di dalamnya. Sama seperti yang pernah terjadi di Mesir, kegelapan yang bisa diraba, kekelaman kegelapan, tempat yang kelam pekat (Ayb. 10:22). Perhatikanlah, dengan tuntunan terang Injil itu sendiri orang-orang munafik itu akan menuju kegelapan yang paling gelap, dan neraka yang benar-benar neraka akan tersedia bagi orang-orang yang demikian, sebuah hukuman yang tak tertanggungkan, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Hal ini sering digunakan Juruselamat kita untuk menggambarkan bagaimana rupanya siksaan neraka, yang ditimbulkan terutama bukan karena kesengsaraan itu sendiri, melainkan oleh rasa bersalah yang terus-menerus menekan orang-orang berdosa di sana. Akan ada ratap sebagai ungkapan kesengsaraan dan penderitaan yang dalam. Ini bukanlah derai air mata yang membawa kelegaan, tetapi ratap yang tidak berkesudahan karena siksaan yang terus berlangsung. Akan ada kertak gigi sebagai ungkapan amukan dan amarah yang hebat. Mereka akan seperti lembu hutan kena jaring, mereka diliputi kehangatan murka Tuhan (Yes. 51:20; 8:21-22). Karena itu biarlah kita mendengar dan menjadi takut.

Akhirnya, perumpamaan ini ditutup dengan kata-kata terkenal seperti yang pernah kita baca sebelumnya (20:16), banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih (ay. 14). Dari sekian banyak orang yang dipanggil ke perjamuan kawin, bila Anda memisahkan semua yang tidak terpilih karena tidak mengindahkan undangan itu dan dengan terus terang menyatakan lebih menyukai hal-hal lain yang sudah ada sebelumnya, jika Anda memisahkan mereka yang mengaku percaya, tetapi watak pola pikir serta kecenderungan umum perilaku mereka bertolak belakang dengan pengakuan percaya mereka, jika Anda memisahkan semua orang yang hidup tidak senonoh serta semua orang munafik, maka Anda akan melihat betapa sedikit, sungguh teramat sedikit jumlah mereka yang terpilih. Banyak yang dipanggil ke perjamuan kawin, tetapi hanya sedikit yang terpilih, yaitu mereka yang mengenakan pakaian pesta, mereka yang diselamatkan dalam Roh yang menguduskan mereka. Inilah pintu yang sesak dan jalan yang sempit, hanya sedikit orang yang menemukannya.

=====TUHAN YESUS MEMBERKATI====


Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung