Jumat, 18 Oktober 2019

Nasehat-nasihat singkat Paulus

Nasihat-nasihat Singkat (5:16-22)

Teks: 1 Tesalonika 5:16-22 (TB)  Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.  Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. 

===================

Di sini kita mendapati nasihat-nasihat singkat, yang tidak akan membebani daya ingat kita, tetapi akan sangat bermanfaat untuk mengarahkan gerak-gerik hati dan hidup kita. Sebab kewajiban-kewajiban yang disebutkan itu sangat penting, dan kita dapat mengamati bagaimana semuanya berhubungan dan bergantung satu sama lain.

1. Bersukacitalah senantiasa (ay. 16). Ini harus dimengerti sebagai sukacita rohani. Sebab terhadap segala kenyamanan jasmani, kita harus merasa senang seolah-olah kita tidak senang, dan tidak boleh berharap untuk hidup selama bertahun-tahun, dan terus menikmatinya. Sebaliknya, jika kita sungguh-sungguh bersukacita di dalam Allah, maka kita dapat bersukacita senantiasa. Di dalam Dia sukacita kita akan menjadi penuh. Dan salah kita sendiri jika kita tidak bersukacita senantiasa. Sekalipun kita sedih karena masalah duniawi, kita tetap bisa selalu bersukacita (2Kor. 6:10). Perhatikanlah, hidup beragama adalah hidup yang menyenangkan, hidup yang senantiasa penuh sukacita.

2. Tetaplah berdoa (ay. 17). Perhatikanlah, cara untuk bersukacita senantiasa adalah dengan tetap berdoa. Kita akan lebih bersukacita jika kita lebih banyak berdoa. Kita harus tetap berdoa dalam waktu-waktu yang ditentukan, dan harus terus-menerus berdoa. Kita harus selalu berdoa, tanpa jemu. Berdoa tanpa lelah, dan terus berdoa, sampai kita sampai di alam di mana doa akan tertelan dalam puji-pujian. Bukan berarti bahwa orang tidak boleh berbuat apa-apa kecuali berdoa, tetapi bahwa jangan sampai hal-hal lain yang kita lakukan menghambat doa saat waktunya tiba. Doa akan membantu memajukan, dan bukan menghambat, semua pekerjaan lain yang halal, dan setiap pekerjaan baik.

3. Mengucap syukurlah dalam segala hal (ay. 18). Jika kita berdoa tanpa henti, maka kita tidak akan kekurangan alasan untuk bersyukur dalam segala hal. Sama seperti dalam segala hal kita harus menyatakan permintaan-permintaan kita kepada Allah dengan permohonan, demikian pula kita tidak boleh melewatkan ucapan syukur (Flp. 4:6). Kita harus mengucap syukur dalam segala keadaan, bahkan dalam kesusahan atau dalam kemakmuran. Keadaan kita mungkin tidak pernah begitu buruk, tetapi bisa jadi lebih buruk. Kita diberi banyak kesempatan untuk menyampaikan keluhan kita dengan rendah hati kepada Allah, jadi kita tidak akan pernah bisa mempunyai alasan apa saja untuk mengeluhkan Allah, dan selalu mempunyai banyak alasan untuk memuji Dia dan mengucap syukur kepada-Nya. Rasul Paulus berkata, inilah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu, supaya kita mengucap syukur, sebab Allah sudah berdamai dengan kita di dalam Kristus Yesus. Di dalam Dia, oleh Dia, dan demi Dia, Allah mengizinkan kita bersukacita senantiasa, dan meminta kita untuk mengucap syukur dalam segala hal. Mengucap syukur adalah hal yang berkenan kepada Allah.

4. Janganlah padamkan Roh (ay. 19), sebab Roh anugerah dan permohonan inilah yang menopang kita dalam segala kelemahan kita, yang mendampingi kita dalam segala doa dan ucapan syukur kita. Orang Kristen dikatakan dibaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Ia bekerja seperti api, dengan menerangi, menghidupkan, dan memurnikan jiwa-jiwa manusia. Kita harus berhati-hati agar tidak memadamkan api kudus ini. Seperti api yang akan padam kalau kehabisan bahan bakar, demikian pula kita akan memadamkan Roh jika kita tidak menggugah roh kita, dan segenap batin kita, untuk mengikuti pimpian-pimpinan Roh yang baik itu. Dan sama seperti api akan padam jika disiram air, atau ditimbun dengan banyak kotoran, demikian pula kita harus berhati-hati agar tidak memadamkan Roh Kudus dengan memanjakan diri dengan hawa nafsu kedagingan, atau hanya memikirkan perkara-perkara duniawi.

5. Janganlah anggap rendah nubuat-nubuat (ay. 20). Sebab, jika kita mengabaikan sarana anugerah, maka kita akan kehilangan Roh anugerah. Yang dimaksudkan dengan nubuat di sini adalah mengajarkan firman, dan menafsirkan serta menerapkan Kitab Suci. Ini tidak boleh kita anggap rendah, tetapi harus kita hargai dan nilai tinggi, karena itu merupakan ketetapan Allah, yang ditetapkan oleh-Nya untuk memajukan dan mengembangkan diri kita dalam pengetahuan dan anugerah, kekudusan dan penghiburan. Kita tidak boleh menganggap rendah pengajaran, walaupun itu sederhana, dan tidak disampaikan dengan kata-kata indah hikmat manusia, dan walaupun kita tidak diberi tahu lebih daripada apa yang sudah kita ketahui sebelumnya. Sungguh bermanfaat, dan sering kali perlu, bila pikiran kita digugah, perasaan dan tekad hati kita dibangkitkan, kepada hal-hal yang sudah kita ketahui merupakan kepentingan dan kewajiban kita.

6. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (ay. 21). Peringatan ini penting, untuk menguji segala sesuatu. Sebab, walaupun harus menghargai pengajaran, kita tidak boleh mempercayai begitu saja apa yang disampaikan oleh para pemberita, tetapi harus mengujinya dengan Kitab Suci dan kesaksian hidup. Kita harus menyelidiki Kitab Suci, untuk mencari tahu apakah yang mereka katakan itu benar atau tidak. Kita tidak boleh mempercayai setiap roh, tetapi harus menguji semua roh. Tetapi kita tidak boleh selalu menguji, tanpa menetapkan hati. Tidak, pada akhirnya kita harus menetapkan hati, dan memegang teguh apa yang baik. Apabila kita yakin bahwa suatu hal itu benar, betul, dan baik, kita harus teguh memegangnya, dan tidak melepaskannya, apa pun perlawanan atau penganiayaan yang kita hadapi demi itu. Perhatikanlah, ajaran-ajaran yang menyatakan bahwa ada manusia yang tidak bisa keliru, iman tanpa syarat, dan kepatuhan buta, bukanlah ajaran-ajaran Alkitab. Setiap orang Kristen mempunyai, dan harus mempunyai, penilaian yang bijaksana, dan harus melatih panca indra untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat, kebenaran dan kepalsuan (Ibr. 5:13-14). Dan membuktikan segala sesuatu haruslah dengan tujuan supaya dapat memegang teguh apa yang baik. Kita tidak boleh selalu mencari-cari, atau membiarkan pikiran terus berubah-ubah, seperti anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.

7. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan (ay. 22). Ini merupakan sarana yang baik supaya kita tidak tertipu oleh rupa-rupa ajaran palsu, atau tidak menetap di dalam iman. Sebab Juruselamat kita sudah memberi tahu kita (Yoh. 7:17), barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu apakah suatu ajaran berasal dari Allah. Perasaan-perasaan bobrok yang dimanjakan di dalam hati, dan segala perbuatan jahat yang dibiarkan begitu saja di dalam hidup, akan cenderung menumbuhkan kesalahan-kesalahan yang mematikan di dalam pikiran. Sementara hati yang murni, dan hidup yang lurus, akan mencondongkan kita untuk menerima dan mencintai kebenaran. Oleh sebab itu, kita harus menjauhkan diri dari kejahatan, dan segala kemungkinan yang jahat, dari dosa, dan apa yang tampak sebagai dosa, yang mengantar pada dosa, dan yang bisa dikatakan sebagai dosa. Siapa yang tidak menjauh dari kemungkinan yang bisa menimbulkan dosa, yang tidak membenci peluang-peluang terjadinya dosa, dan yang tidak menghindari godaan-godaan yang mengarah pada dosa, maka tidak lama lagi akan benar-benar berbuat dosa.

=====TUHAN YESUS MEMBERKATI=====

1 komentar:

Yoel Giban mengatakan...

Tuhan Yesus memberkati yang membaca

Statistik Pengunjung