Jumat, 18 Oktober 2019

PENJALA IKAN MENJADI PENJALA MANUSIA

Teks: Lukas 5:1-11 (TB) 1 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. 2 Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. 3 Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. 4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." 5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."  6 Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.  7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. 8 Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." 9 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; 10 demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." 11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

===============
Dalam pasal ini diceritakan tentang:
I. Berkhotbahnya Kristus dari atas perahu Petrus sebab tidak ada lagi mimbar yang lebih baik yang bisa Ia gunakan (ay. 1-3).

II. Balasan yang Ia berikan kepada Petrus karena telah bersedia meminjamkan perahunya, yaitu penangkapan ikan dengan jumlah yang begitu ajaib. Hal ini menunjukkan rancangan-Nya untuk menjadikan Petrus dan kawan-kawannya sebagai rasul, penjala manusia (ay. 4-11).

III. Pentahiran yang Kristus lakukan terhadap seorang kusta (ay. 12-15).

IV. Cerita singkat mengenai saat teduh dan pelayanan-Nya bagi orang banyak (ay. 16-17).

V. Penyembuhan yang dilakukan oleh-Nya terhadap seorang lumpuh (ay. 18-26).

VI. Pemanggilan Lewi si pemungut cukai oleh Kristus, serta pergaulan-Nya dengan para pemungut cukai dalam kesempatan itu (ay. 27-32).

VII. Pembenaran Kristus atas tindakan para murid-Nya yang tidak berpuasa sesering murid-murid Yohanes atau orang-orang Farisi (ay. 33-39).

Petrus, Yakobus, dan Yohanes Dipanggil Mengikut Yesus (5:1-11)

Perikop ini memaparkan peristiwa yang terjadi sebelum kedua mujizat yang diceritakan dalam bagian akhir pasal sebelumnya terjadi, yaitu kisah sama yang disinggung secara singkat saja oleh Matius dan Markus, tentang bagaimana Kristus memanggil Petrus dan Andreas menjadi penjala manusia (Mat. 4:18; Mrk. 1:16). Penulis Injil Matius dan Injil Markus tidak menceritakan tentang penangkapan banyak ikan yang terjadi dengan begitu ajaib itu, karena yang mereka utamakan hanyalah pemanggilan murid-murid Kristus tersebut, tetapi di sini Lukas memaparkan kisah itu sebagai salah satu tanda yang Yesus berikan di hadapan para murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab-kitab sebelumnya (Yoh. 20:30-31).

I. Betapa banyaknya kumpulan orang yang hadir untuk mendengarkan khotbah Kristus: orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah (ay. 1), begitu banyaknya sampai-sampai tidak ada satu rumah pun yang cukup untuk menampung mereka semua, sehingga Ia terpaksa menggiring mereka ke tepi pantai supaya mereka diingatkan kembali akan janji yang diberikan kepada Abraham, yaitu bahwa keturunannya akan seperti pasir di tepi laut (Kej. 22:17), namun hanya sisanya yang akan diselamatkan (Rm. 9:27). Orang banyak berjubel di sekeliling-Nya (begitulah arti kata yang dipakai di sini); mereka menghormati khotbah-Nya, tetapi berlaku agak tidak sopan terhadap sang Pengkhotbah sendiri. Namun, tidak mengapalah, sebab mereka ramai mengerumuni Dia. Sebagian orang bisa saja menganggap hal ini sebagai suatu hal yang merendahkan Dia, sebab Ia hanya dielu-elukan oleh rakyat kecil, sementara tidak satu pun penguasa atau orang Farisi percaya pada-Nya. Akan tetapi, Ia sendiri menganggapnya sebagai sebuah kehormatan, sebab jiwa orang-orang itu sama berharganya dengan jiwa para pembesar, dan sasaran-Nya adalah bukan untuk membawa banyak orang yang terpandang, melainkan untuk membawa banyak orang ke hadapan Allah. Telah dinubuatkan mengenai Dia bahwa kepada-Nya akan takluk bangsa-bangsa. Kristus adalah seorang pengkhotbah yang terkenal, dan meskipun pada saat baru berusia dua belas tahun Ia telah memiliki hikmat untuk berdebat dengan para alim ulama, namun pada umur tiga puluh tahun Ia memilih untuk berkhotbah pada rakyat jelata. Lihatlah bagaimana orang rela menyusahkan diri untuk menyambut kabar baik: mereka berkerumun untuk mendengarkan firman Allah. Mereka meyakini khotbah-Nya sebagai firman Allah oleh karena ada bukti dan kuasa ilahi yang menyertainya, sehingga mereka pun ingin sekali mendengarnya.

II. Betapa sederhananya sarana yang dimiliki Kristus untuk berkhotbah: Ia berdiri di pantai danau Genesaret (ay.1), sejajar dengan kerumunan orang itu sehingga mereka pun tidak dapat melihat atau pun mendengar-Nya. Dia benar-benar berbaur di antara mereka, dan setiap orang berebut untuk berdekatan dengan-Nya sehingga Dia pun terdesak-desak, dan bisa saja terdorong ke dalam danau. Apa yang harus Ia perbuat? Kelihatannya, tidak satu pun dari para pendengar-Nya memiliki sarana untuk membantu-Nya, tetapi di sana ada dua perahu, atau kapal nelayan, yang tengah menepi, yang satu milik Simon dan Andreas, dan yang lainnya kepunyaan Zebedeus dan anak-anaknya (ay. 2). Pada mulanya, Kristus melihat Petrus dan Andreas tengah menjala ikan dari kejauhan (begitulah yang dikatakan dalam Matius 4:18), tetapi Ia menunggu sampai mereka tiba di darat, sampai nelayan-nelayannya, yaitu pembantu-pembantu mereka, telah turun dan selesai membasuh jalanya dan menebarnya pada saat itu. Lalu, Kristus menaiki perahu Simon dan memintanya supaya mau meminjamkan perahu itu sebagai mimbar khotbah-Nya. Sekalipun Kristus berkuasa untuk memerintah Simon, tetapi karena kasih-Nya, Ia lebih memilih memintanya untuk menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai, yang akan membuat suara-Nya sedikit lebih susah didengar namun sosok-Nya lebih mudah untuk dilihat. Hal tersebut melambangkan bagaimana Ia diangkat tinggi supaya Ia bisa menarik manusia datang kepada-Nya. Hikmat berseru-seru di tempat-tempat yang tinggi (Ams. 8:2). Hal ini menunjukkan bahwa Kristus memiliki suara yang nyaring (begitu nyaringnya sampai-sampai orang mati pun dapat mendengar-Nya), dan bahwa Ia tidak suka mementingkan diri sendiri. Di atas perahu itulah Ia duduk dan mengajar orang banyak mengenai pengetahuan akan Tuhan.

III. Betapa karibnya sikap Kristus terhadap para nelayan itu. Sebelumnya, mereka juga pernah berbincang-bincang dengan Dia, dimulai pada waktu pembaptisan Yohanes (Yoh. 1:40-41); mereka ada bersama-sama dengan-Nya di Kana yang di Galilea (Yoh. 2:2), dan juga di Yudea, namun sampai saat itu mereka belum dipanggil untuk menjadi pengikut tetap Kristus, sehingga di sini pun diceritakan bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan mereka sehari-hari, dan pada saat itulah mereka dipanggil ke dalam persekutuan yang erat dengan Kristus.
Saat Kristus telah selesai berkhotbah, Ia pun menyuruh Petrus untuk kembali bekerja sesuai dengan mata pencariannya: Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan (ay. 4). Waktu itu bukan hari Sabat, sehingga Ia pun segera menyuruh mereka bekerja lagi setelah khotbah-Nya selesai. Melakukan kegiatan ibadah pada hari-hari kerja hanya menyita sedikit saja dari waktu kita, tetapi mendatangkan kebaikan pada watak pikiran kita dalam melakukan tugas sehari-hari. Betapa besar sukacita yang dapat kita rasakan saat kita berkeliling melakukan pekerjaan kita setelah berada di gunung dengan Allah, dan kita pun akan mendapatkan berkat yang berlipat ganda dalam pekerjaan kita di dunia ini, dan dengan begitu, kita telah menguduskan pekerjaan kita itu melalui firman dan doa. Kita memiliki tugas dan kewajiban untuk bertindak bijaksana dalam mengatur supaya kegiatan ibadah kita sejalan dengan urusan pekerjaan kita. Kita harus mengatur urusan pekerjaan kita supaya jangan sampai menghalangi kegiatan ibadah kita.

Setelah Petrus menyimak khotbah Kristus, Kristus pun menyertai dia dalam kegiatannya menjala ikan. Petrus ada bersama-sama dengan Kristus di tepi pantai, dan kini Kristus pun hendak ikut bertolak ke tempat yang dalam bersamanya. Perhatikan, Kristus akan setia menyertai mereka yang mau menjadi pengikut setia-Nya.

Kristus menyuruh Petrus dan orang-orang di kapalnya untuk menebarkan jala di danau, yang segera mereka patuhi, meskipun mereka telah bekerja keras sepanjang malam dan tidak berhasil menangkap apa-apa (ay. 4-5).

(1) Betapa sulitnya usaha mereka saat itu: "Guru, kami telah bekerja keras sepanjang malam, padahal seharusnya kami bisa beristirahat, dan kami tidak menangkap apa-apa, padahal kami telah berusaha dengan susah payah." Pasti orang pun akan memaklumi jika mereka tidak mau ikut mendengarkan khotbah. Namun, mereka begitu gemar akan firman Allah sampai-sampai bagi mereka, firman itu lebih menyegarkan dan menguatkan daripada tidur sejenak setelah bekerja keras sepanjang malam. Tetapi mereka kini menyinggung-nyinggungnya lagi saat Kristus menyuruh mereka untuk kembali menangkap ikan.

[1] Beberapa panggilan pekerjaan memang lebih sukar dan berbahaya daripada yang lainnya, tetapi demi kebaikan bersama, pemeliharaan ilahi telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga tidak ada satu pun panggilan yang begitu menawarkan hati, tetapi selalu ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menjalankannya. Mereka yang memiliki usaha atau pekerjaan dan dengan mudah menjadi berkelimpahan karenanya haruslah mengasihani orang-orang lain yang harus bekerja dengan susah payah tetapi masih saja berkekurangan dalam hidup mereka. Saat kita telah beristirahat sepanjang malam, hendaklah kita tidak melupakan mereka yang harus bekerja keras sepanjang malam, seperti halnya Yakub sewaktu ia menjaga ternak Laban.

[2] Sekalipun panggilan itu amatlah berat, hendaknya setiap orang rela untuk bertekun di dalamnya dan memberikan yang terbaik yang mereka dapat lakukan. Para nelayan yang rajin ini pun dipilih Kristus menjadi kesayangan-Nya. Mereka yang telah terlatih dalam bersabar menghadapi penderitaan layak dipilih sebagai prajurit-prajurit Kristus Yesus yang baik.

[3] Bahkan sering kali orang yang begitu rajin dalam bekerja pun harus tetap mengalami kekecewaan, sebagaimana mereka yang telah bekerja keras sepanjang malam tetapi tidak berhasil menangkap apa-apa, sebab pergumulan tidaklah selalu memihak pada mereka yang tercepat. Allah ingin supaya kita rajin dalam melaksanakan tugas yang telah Ia berikan dan sekaligus bergantung dalam kebaikan-Nya, bukannya mengandalkan jaminan keberhasilan duniawi. Kita harus menunaikan tugas kita dan menyerahkan hasilnya ke tangan Allah.

[4] Saat kita merasa lelah dan kalah dalam usaha dan pekerjaan kita di dunia ini, kita selalu dapat menghampiri Kristus dan menumpahkan segala masalah kita di hadapan-Nya, dan Dia pasti akan membantu kita menyelesaikannya.

(2) Betapa taatnya mereka akan perintah Kristus: Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.

[1] Meskipun mereka telah bekerja keras sepanjang malam, tetapi mereka tetap bersedia mengulanginya lagi jika Kristus menghendaki demikian, sebab mereka tahu bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru, sebagaimana tangan mereka mendapat kekuatan lagi untuk melakukan pekerjaan mereka kembali, sebab anugerah yang mencukupi selalu menyertai setiap pelayanan yang baru.

[2] Meskipun mereka belum menangkap apa-apa, tetapi jika Kristus menyuruh mereka menebarkan jala lagi, mereka pun dapat berharap untuk berhasil menangkap sesuatu. Perhatikan, kita tidak boleh begitu saja meninggalkan sebuah pekerjaan yang telah menjadi panggilan kita hanya karena kita belum berhasil mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Para pelayan Injil harus terus menebarkan jala itu, meskipun mereka telah bekerja keras cukup lama tetapi belum mendapatkan apa-apa. Terus bertekun dalam tugas kita tanpa putus asa meskipun kita belum melihat hasilnya merupakan sebuah tindakan yang terpuji.

[3] Dalam hal ini, mata mereka tertuju pada perkataan Kristus dan mereka pun mengandalkan firman itu, "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga, karena Engkau yang memerintahkan-Nya dan mendorong kami untuk melakukannya." Jadi, bila kita patuh mengikuti arahan firman Kristus, maka kita pun akan berhasil.
Jumlah ikan yang mereka tangkap pada waktu itu benar-benar di luar pikiran manusia, sehingga hal itu pun dianggap sebagai sebuah mujizat (ay. 6): Mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak, tetapi anehnya, mereka tidak kehilangan tangkapan mereka itu. Tangkapan mereka itu begitu banyaknya sampai-sampai mereka tidak mampu menghelanya dengan tangan mereka dan harus memberi isyarat kepada teman-teman mereka, yang sedang berada jauh dari mereka, supaya datang dan membantu mereka (ay. 7).

Tetapi, bukti yang paling kuat mengenai jumlah ikan yang luar biasa itu adalah bahwa mereka memenuhi kedua perahu tersebut dengan ikan sampai-sampai bebannya terlalu banyak sehingga mereka hampir tenggelam, sampai-sampai ikan tersebut hampir hilang lagi karena berat mereka yang berlebihan. Demikianlah, banyak harta yang terlalu berlebihan, yang didapat dengan mudah, bisa kembali lagi ke tempat asalnya. Sekiranya masing-masing perahu itu beratnya hanya lima atau enam ton, bayangkan betapa banyaknya ikan yang ditangkap itu, sampai-sampai dapat memenuhi, bahkan menjubeli kedua perahu tersebut!

(1) Kristus bermaksud menunjukkan kuasa-Nya atas lautan sebagaimana kuasa-Nya atas daratan, atas kekayaan di dalamnya dan juga gelombangnya. Dengan begitu, Ia hendak menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Manusia, dan segala sesuatu telah diletakkan di bawah kaki-Nya, terutama dalam hal ini ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan (Mzm. 8:9).

(2) Dengan cara demikian, Ia bermaksud meneguhkan pengajaran yang baru saja Ia khotbahkan dari atas perahu Petrus. Setelah mendengarkan khotbah-Nya, kita bisa menduga bahwa orang-orang yang ada di tepi pantai itu kini sedang memperhatikan dengan saksama gerak-gerik Sang Pengkhotbah yang mereka yakini sebagai seorang nabi yang diutus Allah, dan sengaja berlama-lama tinggal di sana untuk melihat apa yang akan dikerjakan-Nya selanjutnya, dan mujizat itu akan menjadi peneguhan atas iman mereka, setidaknya iman yang meyakini bahwa Ia sungguh-sungguh seorang guru yang diutus Allah.

(3) Ia juga bermaksud untuk membalas budi Petrus yang telah rela meminjamkan perahunya, sebab Injil Kristus kini bagaikan tabut Allah yang tinggal di rumah Obed-Edom, yang pasti akan mendatangkan berkat yang melimpah oleh karena kebaikan yang dilakukan terhadap-Nya. Tidak ada seorang pun yang akan menutup pintu atau menyalakan api di dalam rumah Allah dengan percuma (Mal. 1:10). Balasan Kristus atas pelayanan yang dilakukan untuk nama-Nya begitu berlipat ganda dan melimpah ruah.

(4) Ia bermaksud memberikan sedikit contoh mengenai keberhasilan yang akan diraih oleh orang-orang yang akan menjadi utusan-Nya di dunia ini, bahwa meskipun pada suatu saat, di suatu tempat, mereka harus bekerja keras tanpa berhasil menangkap apa-apa, namun mereka pasti akan menjadi alat-Nya dalam membawa banyak orang kepada Kristus dan mengurung mereka dalam jala Injil.

Kesan yang ditimbulkan akibat penangkapan ikan yang sangat ajaib tadi terhadap diri Petrus amatlah luar biasa.

(1) Semua yang terlibat di dalam peristiwa itu menjadi takjub, dan menjadi lebih takjub lagi karena mereka terlibat secara langsung di dalamnya. Semua orang yang ada di perahu itu menjadi takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap (ay. 9); mereka semua terkejut, dan semakin mereka memikirkannya dan melihat keadaan saat itu, semakin tercenganglah mereka, bahkan bisa saya katakan kalau mereka begitu kaget seperti tersambar geledek sewaktu memikirkan hal tersebut. Demikian juga Yakobus dan Yohanes, yang menjadi teman Simon (ay. 10), dan yang kelihatannya belum terlalu mengenal Kristus sebelumnya, tidak seperti Petrus dan Andreas.

[1] Sebab mereka memahami kejadian itu dengan lebih baik dibanding orang-orang lainnya. Mereka sudah begitu mengenal danau itu dan mungkin telah bertahun-tahun mencari ikan di sana, dan tidak pernah sekalipun menyaksikan tangkapan ikan sebanyak itu, tidak pernah ada yang seperti itu atau yang hampir sama seperti itu. Karena itulah, mereka tidak bisa menyepelekan mujizat tadi seperti orang-orang yang mungkin saja berpendapat bahwa hal yang terjadi saat itu hanya kebetulan belaka, dan bisa terjadi kapan saja. Bukti kuat yang semakin meneguhkan mujizat-mujizat-Nya merupakan kenyataan bahwa orang-orang yang paling mengagumi mujizat-mujizat Kristus adalah orang-orang yang paling memahaminya.

[2] Sebab mujizat itu menyangkut kepentingan mereka, dan mereka diberkati karenanya. Petrus dan rekan-rekannya mendapatkan keuntungan besar melalui penangkapan ikan tersebut. Tangkapan itu sangat berharga bagi mereka sehingga mereka pun bersukacita karenanya, dan sukacita itu menyokong iman mereka. Perhatikan, saat pekerjaan Kristus yang ajaib melawat kita, terutama pekerjaan anugerah-Nya, maka hal itu pasti meneguhkan iman kita terhadap pengajaran-Nya.

(2) Petrus, lebih dari semua kawannya yang lain, begitu terpana sampai-sampai ia pun tersungkur di depan Yesus yang sedang duduk di geladak perahunya. Lalu ia berkata seperti orang mengalami gejolak emosi yang dahsyat dan meluap-luap, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa" (ay. 8). Dia berkata begitu bukan karena takut beban ikan-ikan tersebut akan menenggelamkannya oleh karena ia seorang berdosa, tetapi karena ia menganggap dirinya tidak layak menerima kehadiran Kristus di dalam perahunya, dan menganggap dirinya pantas dihukum, bukannya dihiburkan. Perkataan Petrus tadi berasal dari prinsip yang sama yang diterapkan oleh mereka yang masih berada di bawah Perjanjian Lama, yang sering kali berkata bahwa mereka sangat ketakutan dan sangat gemetar menyaksikan penampakan hebat dari keagungan dan kemuliaan ilahi. Pernyataan itu menunjukkan kerendahan hati dan penyangkalan diri Petrus, dan sama sekali tidak seperti perkataan yang dilontarkan setan, "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah?"

[1] Pengakuan diri Petrus itu benar adanya, dan haruslah juga menjadi pengakuan kita semua: Tuhan, aku ini seorang berdosa. Perhatikan, bahkan orang-orang yang terhebat pun berdosa, dan harus selalu siap untuk mengakui hal itu di setiap waktu, terutama di hadapan Yesus Kristus, sebab kepada siapa lagi orang-orang berdosa harus memalingkan diri mereka, selain kepada Dia yang telah datang ke dunia ini untuk menyelamatkan orang-orang berdosa?

[2] Kesimpulan yang ia tarik dari kejadian itu kelihatannya memang benar, tetapi sebetulnya tidak begitu. Jika aku memang seorang berdosa dan benar demikian adanya, seharusnya aku berkata, "Marilah datang kepadaku, Tuhan, atau biarlah aku datang kepada-Mu, sebab jika tidak begitu, celakalah aku, celakalah aku selamanya." Tetapi, dengan melihat alasan mengapa orang-orang berdosa harus gemetar di hadapan Tuhan Allah yang kudus dan gentar terhadap murka-Nya, perkataan Petrus itu dapat dimaklumi, jika ia langsung berteriak, "Pergilah dari padaku," karena sadar akan dosa dan kejahatannya sendiri. Perhatikan, Kristus memang pertama-tama selalu menyadarkan mereka yang telah Ia rancang untuk menjadi sahabat-sahabat karib-Nya bahwa mereka sebenarnya pantas dijauhkan dari pada-Nya. Kita harus mengaku bahwa kita ini orang-orang berdosa, dan karena itu layaklah bahwa Kristus pergi menjauhi kita. Tetapi, karena itu juga kita harus tersungkur di depan-Nya dan memohon supaya Ia tidak pergi, sebab celakalah kita jika Ia sampai meninggalkan kita, jika Sang Juruselamat pergi dari manusia berdosa.
Kesempatan yang dipergunakan Kristus untuk menunjukkan kepada Petrus (ay. 10) dan kemudian kepada Yakobus dan Yohanes (Mat. 4:21) tentang maksud-Nya untuk menjadikan mereka sebagai rasul-rasul-Nya, serta alat-Nya dalam menanamkan agama-Nya di dunia ini. Kata-Nya kepada Simon yang paling takjub karena penangkapan ikan yang ajaib itu, "Engkau akan melihat dan melakukan perkara yang lebih besar daripada ini. Jangan takut. Janganlah berpikir bahwa setelah melakukan hal ini untukmu, Aku tidak akan pernah lagi mengulanginya. Tidak begitu, malahan mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia, dengan menangkap mereka dalam jala Injil, dan itu akan menjadi contoh yang lebih besar lagi mengenai kuasa Sang Penebus dan kebaikan-Nya kepadamu dibandingkan dengan kejadian tadi. Itu akan menjadi mujizat yang lebih menakjubkan, dan tentu saja lebih berguna daripada yang tadi." Saat tiga ribu jiwa dimenangkan oleh gereja dalam satu hari karena khotbah Petrus, maka perlambangan penangkapan ikan tersebut tergenapi dengan melimpah pada saat itu.

Terakhir, para nelayan itu rela meninggalkan pekerjaan mereka supaya dapat terus mengikut Kristus (ay. 11): Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka bukannya pergi untuk mencari pasar di mana mereka bisa menjual ikan-ikan itu sehingga bisa mendapat keuntungan besar dari mujizat tadi, melainkan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus, sebab mereka lebih bersemangat untuk melayani kepentingan Kristus daripada mencari keuntungan duniawi bagi diri mereka sendiri. Bisa dilihat bahwa mereka meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Kristus, sebab saat itu pekerjaan mereka sedang mendapat untung besar dan keberhasilan saat itu tidak pernah mereka alami sebelumnya. Saat harta kita bertambah banyak, hati kita biasanya melekat padanya. Karena itu bila dalam saat-saat seperti itu kita meninggalkan segala kekayaan kita itu untuk melayani Kristus, ini merupakan perbuatan yang patut disyukuri. Aamin

==========TUHAN YESUS MEMBERKATI=======

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung