Kamis, 19 September 2019

YESUS MENYEMBUHKAN HAMBA PERWIRA



YESUS MENYEMBUHKAN HAMBA SEORANG PERWIRA

Matius 8:5-13 (TB):
ayat 5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6 "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya."8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel.11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga,12 sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."13 Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. Dalam perikop ini diceritakan tentang Kristus yang menyembuhkan hamba seorang perwira dari penyakit lumpuh. Penyembuhan ini dilakukan di Kapernaum, tempat tinggal Kristus saat peristiwa itu terjadi (4:13). Kristus pergi berkeliling ke berbagai tempat untuk melakukan perbuatan baik, dan Ia pulang untuk berbuat baik juga. Setiap tempat yang Ia kunjungi merupakan kesempatan yang lebih baik lagi bagi-Nya untuk melakukan perbuatan baik. 

Kali ini orang yang berurusan dengan Yesus adalah: Seorang perwira; ia adalah orang yang memohon kepada Yesus.Ia seorang bukan-Yahudi, seorang Romawi, seorang perwira, mungkin seorang pemimpin tertinggi dari suatu bagian ketentaraan Romawi yang bermarkas di Kapernaum dan mempunyai pasukan di sana. 

(1) Walaupun ia seorang perwira (dan biasanya untuk orang seperti itu, memiliki kesalehan sedikit saja sudah sangat luar biasa), ia orang yang saleh; bahkan ia sangat saleh. Perhatikanlah, sisa-sisa umat Allah tersebar di antara berbagai macam orang. Orang tidak bisa menggunakan panggilan atau pekerjaannya di dunia ini sebagai alasan untuk tidak percaya dan bersikap tidak saleh. Tidak ada yang akan bisa berkata pada hari penghakiman, "Saya bisa berlaku saleh sebelumnya seandainya saja saya bukan seorang prajurit," karena prajurit terhitung dalam umat tebusan Allah. Terkadang ketika anugerah Allah menaklukkan sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin. Anugerah-Nya itu lebih dari sekadar penakluk; perwira yang baik ini bukan hanya baik, tetapi malah sangat baik.

(2) Walaupun ia seorang perwira Romawi, dan keberadaannya di antara orang Yahudi menunjukkan tunduknya bangsa Yahudi kepada kuk Roma, tetapi Kristus, yang adalah Raja orang Yahudi, merasa senang kepadanya. Dalam hal ini Kristus mengajar kita untuk berbuat baik kepada musuh-musuh kita dan agar kita tidak perlu mencampuri urusan permusuhan antarnegara.
(3) Walaupun ia seorang bukan-Yahudi, Yesus menunjukkan perasaan bersahabat kepadanya. Benar bahwa Kristus tidak pergi ke satu kota pun dari kota-kota orang bukan-Yahudi (karena tanah Kanaanlah yang merupakan negeri Imanuel, Yes. 8:8), namun demikian Ia menerima permohonan dari orang-orang bukan-Yahudi. Pada saat ini perkataan Simeon tua yang baik itu mulai digenapi, bahwa Yesus akan menjadi terang yang menerangi bangsa-bangsa lain dan juga menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel. Dengan memadukan kisah penyembuhan ini dengan kisah penyembuhan orang sakit kusta, yang adalah orang Yahudi, Matius memperlihatkan penggenapan perkataan tersebut. Orang Yahudi yang menderita kusta dijamah dan disembuhkan Kristus karena Ia mengajar mereka secara pribadi, tetapi orang bukan-Yahudi yang menderita lumpuh Ia sembuhkan dari jauh, karena Ia tidak pergi secara pribadi kepada mereka, melainkan hanya dengan menyampaikan firman-Nya dan menyembuhkan mereka. Namun, sekalipun begitu, di antara mereka ini Ia lebih dipermuliakan.

Hamba seorang perwira; ia adalah orang yang menderita sakit lumpuh. Dalam hal ini juga tampak bahwa Allah tidak mengenal pangkat; karena di dalam Kristus Yesus, tidak ada orang bersunat atau orang tidak bersunat, dan tidak ada lagi hamba atau orang merdeka. Ia bersedia menyembuhkan hamba yang paling miskin, seperti Ia bersedia menyembuhkan tuan yang paling kaya; karena Ia sendiri mengambil rupa seorang hamba, untuk menunjukkan perhatian-Nya kepada orang yang paling hina.
Dalam kisah penyembuhan hamba ini, kita dapat mengamati percakapan atau pertukaran rasa saling menghargai yang sangat menakjubkan antara Kristus dan si perwira. Perhatikanlah di sini: 

I. Pemikiran si perwira terhadap Kristus. Dapatkah sesuatu yang baik datang dari seorang perwira Romawi? Sesuatu yang dapat diterima, apalagi yang terpuji? Coba amatilah, dan kita akan menemukan berlimpah-limpah hal-hal yang baik yang keluar dari si perwira yang penting dan patut dijadikan contoh ini. Perhatikanlah:

Permohonannya terhadap Yesus Kristus yang menyentuh hati, yang menunjukkan:
(1) Rasa hormatnya yang didasari kesalehan kepada Tuan  yang Agung. Perwira itu menganggap-Nya sebagai seorang yang mampu dan bersedia untuk menolong dan memberikan kelegaan kepada orang-orang malang yang datang memohon kepada-Nya. Dia datang kepada-Nya dan memohon, tidak seperti Naaman orang Aram (seorang perwira juga) yang datang kepada Elisa untuk menuntut kesembuhan, sambil menawarkan harta kekayaannya, dan berdiri sebagai orang yang terpandang. Tidak, si perwira yang satu ini justru melepaskan topi perwiranya dan memohon dengan rendah hati. Dengan demikian tampak bahwa perwira ini melihat sesuatu yang lebih dalam pada diri Yesus walaupun hanya pada pandangan pertama. Ia melihat dalam diri-Nya sesuatu yang menuntut penghormatan, walaupun bagi orang yang tidak melihat lebih dalam, wajah-Nya lebih buruk dari siapa pun juga. Para perwira, karena mereka bertugas mengawasi kota, pastilah sangat dihormati orang, namun perwira ini mengesampingkan kehormatan yang dimilikinya itu ketika ia berbicara dengan Kristus dan datang memohon kepada-Nya. Perhatikanlah, orang-orang yang terbesar sekalipun harus menjadi pengemis ketika mereka berurusan dengan Kristus. Perwira itu mengakui kedaulatan Kristus ketika ia memanggil-Nya Tuan, dan ia menyerahkan permasalahannya kepada-Nya dan kepada kehendak serta hikmat-Nya dengan memberikan sanggahan yang disampaikan dengan rendah hati, dan tidak memberikan permohonan resmi dan langsung. Dia tahu bahwa dia berurusan dengan Tabib yang bijak dan berbelas kasihan, yang bagi-Nya keluhan rasa sakit sudah cukup untuk menunjukkan adanya permintaan yang sungguh-sungguh untuk disembuhkan. Jika kita dengan rendah hati mau mengakui kebutuhan dan penyakit rohani kita, maka kita pasti mendapat jawaban damai sejahtera dari-Nya. Curahkanlah keluhanmu, maka belas kasihan akan dicurahkan juga kepadamu.

(2) Perhatian yang penuh kasih sayang dari perwira itu kepada hambanya yang malang. Kita sudah sering membaca mengenai banyak orang yang datang kepada Kristus untuk anak-anak mereka, tetapi ini satu-satunya kejadian mengenai seseorang yang datang kepada-Nya untuk seorang hamba: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh." Perhatikanlah, adalah kewajiban tuan-tuan untuk memperhatikan hamba-hambanya ketika mereka sedang menderita. Penyakit lumpuh itu membuat hambanya tidak bisa melakukan pekerjaannya, dan membuat orang lain susah dan lelah seperti umumnya orang yang sedang sakit. Namun demikian, ia tidak mengusir hambanya itu ketika ia sedang sakit (seperti yang dilakukan orang Amalek kepada hamba-hambanya, 1Sam. 30:13). Ia juga tidak menyuruhnya pergi ke rumah temannya, ia tidak membiarkannya terbaring tidak terurus, melainkan ia berusaha mencari kesembuhan terbaik yang bisa ia dapatkan untuknya. Hamba itu tidak akan pernah bisa melakukan sesuatu yang lebih baik lagi bagi tuannya seperti yang sedang dilakukan tuannya saat ini untuknya. Hamba-hamba perwira itu sangat patuh kepadanya (ay. 9), dan di sini kita melihat apa yang membuat mereka demikian patuh; dia sangat baik kepada mereka, dan itu membuat mereka mematuhinya dengan riang hati. Sama seperti kita tidak boleh mengabaikan hak hamba-hamba kita ketika mereka beperkara dengan kita (Ayb. 31:13, 15), demikian pula kita tidak boleh mengabaikan hak mereka ketika Allah beperkara dengan mereka; karena kita semua dibuat dari tanah yang sama, oleh tangan yang sama, dan berdiri sederajat di hadapan Allah. Jadi, kita tidak boleh menganggap mereka sama seperti kawanan anjing-anjing kita. Perwira itu tidak memohon kepada penyihir atau dukun untuk kesembuhan hambanya, melainkan ia memohon kepada Kristus. Kelumpuhan adalah penyakit yang biasanya tidak dapat ditangani oleh keahlian medis para dokter, karena itu dengan datang kepada-Nya untuk minta kesembuhan, ini merupakan bukti yang besar akan imannya kepada kuasa Kristus, yang melebihi kuasa alam. Perhatikanlah bagaimana perwira itu menggambarkan kondisi hambanya dengan begitu menyedihkan; ia menderita sakit lumpuh. Penyakit lumpuh biasanya membuat penderita tidak bisa merasakan sakit, tetapi hambanya ini merasa sangat tersiksa; karena ia masih muda, maka tubuhnya secara alami masih kuat berjuang melawan penyakit itu, dan ini membuatnya sangat kesakitan. (Penyakit yang dideritanya itu bukan penyakit lumpuh biasa melainkan penyakit lumpuh yang membuatnya merasa kesakitan luar biasa.) Dengan demikian kita harus peduli dengan jiwa anak-anak dan hamba-hamba kita, yang secara rohani sedang menderita penyakit lumpuh, yaitu lumpuh yang membuat mati rasa, yang tidak peka terhadap kejahatan-kejahatan rohani, tidak giat melakukan hal-hal yang baik secara rohani. Kita harus membawa mereka untuk menemukan jalan yang dapat menyembuhkan dan menyehatkan mereka.

Lihatlah betapa rendah hatinya si perwira itu. Setelah Kristus menyatakan kesediaan-Nya untuk datang dan menyembuhkan hambanya (ay. 7), perwira itu menanggapi-Nya dengan lebih rendah hati lagi. Perhatikanlah, orang yang rendah hati akan dibuat lebih rendah hati lagi oleh kerendahan hati Kristus dalam menyatakan diri-Nya kepada mereka. Amatilah bahasa yang dipakai perwira itu ketika mengungkapkan kerendahan hatinya, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku" (ay. 8). Ini menunjukkan bahwa ia memandang rendah dirinya sendiri dan memandang tinggi Yesus Tuhan kita. Ia tidak berkata, "tidak layak bagi Tuan untuk mendatangi kamar hamba saya, karena ia hanya tinggal di gubuk," melainkan "Aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku." Perwira itu seorang pembesar, namun ia mengakui ketidaklayakannya di hadapan Allah. Perhatikanlah, dengan mempunyai sifat rendah hati kita bisa menjadi orang yang terpuji. Kristus pada waktu itu hanyalah orang yang hina di mata dunia, namun perwira ini, dengan melihat-Nya sebagai seorang nabi, ya, bahkan lebih daripada nabi, memberi-Nya penghormatan ini. Perhatikanlah, kita harus menghargai orang dengan melihat apa yang sedang dikerjakan Allah pada orang itu, bahkan kepada mereka yang dari penampilan luarnya tampak lebih rendah dari pada kita. Perwira itu datang kepada Kristus dengan suatu permohonan, dan karena itu ia berbicara dengan begitu rendah hati. Perhatikanlah, ketika kita datang kepada Kristus, dan kepada Allah melalui Kristus, kita harus merendahkan diri dan bersimpuh di hadapan-Nya dengan mengakui diri kita tidak layak, sebagai makhluk yang hina dan pendosa yang keji, untuk melakukan apa pun bagi-Nya, untuk menerima apa saja yang baik dari-Nya, atau untuk berurusan dengan Dia dalam hal apa saja.

Perhatikanlah, iman perwira itu yang sangat besar. Semakin rendah hati orang semakin besarlah imannya; semakin lemah kita menganggap diri kita sendiri, semakin kuat keyakinan kita kepada Yesus Kristus. Ia mempunyai keyakinan iman bahwa bukan saja Kristus bisa menyembuhkan hambanya, tetapi juga:

(1) Bahwa Kristus bisa menyembuhkannya dari jarak jauh. Badannya tidak perlu disentuh, seperti yang umumnya dilakukan ketika dokter mengobati orang sakit, apa lagi pada bagian tubuhnya yang sakit. Penyembuhan itu diyakininya bisa dilakukan tanpa harus mempertemukan Sang Tabib dengan si sakit. Setelah kisah ini kita membaca mengenai mereka yang membawa seseorang yang sakit lumpuh kepada Kristus, yang setelah melalui banyak rintangan, akhirnya menaruhnya di hadapan-Nya, dan Kristus memuji iman mereka sebagai iman yang bekerja.Perwira ini tidak membawa hambanya yang sakit lumpuh, dan Kristus memuji imannya sebagai iman yang percaya. Iman yang benar pasti akan diterima Kristus walaupun ditunjukkan dengan berbagai cara. Cara-cara yang berbeda yang digunakan orang untuk menyatakan iman mereka akan dipakai Kristus untuk membawa sesuatu yang terbaik, dan Ia mengajar kita untuk melakukan yang demikian juga. Perwira ini percaya, dan itu pasti benar, bahwa kuasa Yesus Kristus tidak terbatas, sehingga dekat atau jauh tidak ada bedanya bagi Dia. Jarak suatu tempat tidak dapat menghalangi-Nya untuk mengetahui dan melakukan suatu pekerjaan karena Ia memenuhi segala ruang. Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? (Yer. 23:23).

(2) Bahwa Kristus bisa menyembuhkannya dengan mengucapkan sepatah kata, bukan dengan memberinya obat, apalagi jimat-jimat; katakan saja sepatah kata, dan aku tidak ragu hambaku itu akan sembuh. Dalam hal ini ia mengakui bahwa Kristus mempunyai kuasa ilahi, yaitu suatu wewenang untuk memerintah semua makhluk dan kekuatan alam, dan ini membuat-Nya mampu berbuat apa saja sesuai kehendak-Nya di kerajaan alam; seperti pada waktu pertama kali Ia mendirikan kerajaan alam itu dengan mengucapkan perkataan yang penuh kuasa, "Jadilah terang!" Bagi manusia, berbicara dan berbuat itu dua hal yang berbeda, tetapi tidak demikian bagi Kristus. Oleh sebab itulah Kristus disebut Tangan Allah, karena Ia adalah Firman yang kekal. Perkataan-Nya, "Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang" (Yak. 2:16), dan sembuhlah! benar-benar akan menghangatkan, mengenyangkan, dan menyembuhkan.

Perwira itu memperlihatkan imannya akan kuasa Kristus dengan cara membandingkan kuasa seorang perwira atas prajurit-prajuritnya atau kuasa seorang tuan atas hamba-hambanya, yang bisa memberikan perintah kepada yang seorang, "Pergi!, maka ia pergi," dst. Mereka semua menuruti perintahnya, sehingga melalui mereka dia bisa melakukan berbagai hal dari jauh; perkataan-Nya merupakan sebuah hukum bagi merekadictumfactum; prajurit yang sangat disiplin tahu bahwa perintah atasannya tidak boleh disanggah melainkan harus dipatuhi. Demikian pula, Kristus hanya berbicara saja, maka terjadilah apa yang dikatakan-Nya itu. Kuasa yang demikian Dia miliki atas segala macam penyakit tubuh. Perwira itu memberikan perintah semacam ini kepada prajurit-prajuritnya, walaupun ia sendiri seorang bawahan, bukan seorang panglima tertinggi, melainkan perwira yang berpangkat di bawah itu. Jadi, betapa lebih hebatnya lagi Kristus yang memiliki kuasa demikian, karena Dia adalah Tuhan yang memegang kuasa dan kedaulatan tertinggi atas segalanya. Hamba-hamba perwira itu sangat patuh, mereka akan datang dan pergi sesuai perintah tuan mereka yang paling kecil sekalipun. Sekarang perhatikanlah: 

[1] Kita harus menjadi hamba-hamba yang demikian pula terhadap Allah. Kita harus datang dan pergi menuruti perintah-Nya, sesuai dengan petunjuk-petunjuk firman-Nya dan apa yang sudah disediakan-Nya bagi kita untuk kita pergunakan. Kita pergi ke tempat Ia mengutus kita, kembali ke tempat Ia mengirim kita, dan melakukan apa yang Ia perintahkan. "Apakah yang akan dikatakan Tuanku kepada hambanya ini?" Apabila kehendak-Nya bertentangan dengan kehendak kita, maka kita harus mendahulukan kehendak-Nya dan mengesampingkan kehendak kita.

[2] Penyakit-penyakit tubuh juga berlaku seperti hamba-hamba yang demikian terhadap Kristus. Penyakit-penyakit itu menyerang kita apabila Dia mengirimnya, dan meninggalkan kita apabila Dia memanggilnya kembali. Mereka menggerogoti tubuh dan jiwa kita apabila Dia memerintahkannya. Tetapi, kita yang menjadi milik kepunyaan Kristus boleh merasa terhibur dan tenang, karena dalam kebaikan-Nya, Dia bisa melepaskan dan menjalankan kuasa-Nya itu dan setiap penyakit menuruti dan melaksanakan perintah-Nya. Setiap penyakit ini ada di bawah kendali-Nya dan dipakai untuk melayani maksud anugerah-Nya. Kita tidak perlu takut terhadap penyakit atau akibatnya terhadap diri kita, kalau kita percaya bahwa penyakit itu ada di dalam tangan Sahabat kita yang baik ini.

II. Berikut ini adalah kemurahan hati Kristus kepada perwira itu; karena kepada orang yang bermurah hati, Ia juga akan bermurah hati.

Kristus langsung memenuhi permohonannya. Perwira itu baru mengatakan masalah yang dialami hambanya dan hendak meneruskan dengan memohon kesembuhan, tetapi Kristus mencegahnya terlebih dulu dengan mengucapkan perkataan yang baik dan menenangkan ini, "Aku akan datang menyembuhkannya" (ay. 7). Kristus tidak berkata, "Aku akan datang melihatnya" untuk menunjukkan bahwa Ia adalah seorang Penyelamat yang baik, melainkan berkata, "Aku akan datang menyembuhkannya" -- yang menunjukkan bahwa Ia adalah seorang Penyelamat yang mahakuasa. Perkataan-Nya itu luar biasa, tetapi hanya Dia yang bisa mewujudkan sesuatu yang baik dari perkataan ini, karena kesembuhan ada pada sayap-Nya, dan kedatangan-Nya adalah kesembuhan. Orang yang mengadakan mujizat dengan suatu kuasa yang diperoleh dari sumber lain tidak akan berbicara sedemikian yakinnya seperti Kristus, karena Dia mengadakan mujizat dengan kuasa-Nya sendiri, seperti seseorang yang memang mempunyai kewenangan untuk melakukannya. Ketika seorang hamba Tuhan diutus untuk menengok temannya yang sedang sakit, ia hanya bisa berkata, "Aku akan datang dan berdoa untuknya." Tetapi Kristus berkata, "Aku akan datang menyembuhkannya." Sungguhlah baik bahwa Kristus bisa berbuat sesuatu bagi kita melebihi apa yang bisa diperbuat oleh pelayan-pelayan Tuhan. Perwira itu ingin Kristus menyembuhkan hambanya, dan Kristus berkata, "Aku akan datang menyembuhkannya." Jadi, Ia bersedia menolong melebihi apa yang diminta atau dipikirkan perwira itu. Perhatikanlah, Kristus sering kali melakukan sesuatu melebihi apa yang diharapkan oleh orang-orang malang yang memohon kepada-Nya. Lihatlah kerendahan hati Kristus di sini, bahwa Ia mau menjenguk prajurit yang sedang menderita. Ia tidak mau datang menengok anak pegawai istana yang sedang sakit, walaupun pegawai itu bersikeras supaya Ia datang (Yoh. 4:47-49). Tetapi di sini Ia menawarkan untuk datang melihat seorang hamba yang sedang sakit. Demikianlah Ia memperhatikan kerendahan umat-Nya, dan memberikan penghormatan khusus kepada mereka yang berkekurangan. Kerendahan hati Kristus dengan bersedia untuk datang itu memberikan suatu teladan bagi perwira itu dan membuatnya bersikap rendah hati juga dalam mengakui ketidaklayakannya untuk menerima-Nya di rumahnya. Perhatikanlah, kerendahan hati Kristus kepada kita harus membuat kita lebih rendah hati lagi di hadapan-Nya.

Kristus memuji imannya, dan mengambil kesempatan ini untuk berbicara dengan ramah mengenai orang-orang bukan-Yahudi yang malang (ay. 10-12). Lihatlah, hal-hal hebat apa yang bisa kita peroleh, bahkan untuk hal-hal yang bersifat umum sekalipun, dari Yesus Kristus kalau kita bisa memiliki iman yang kuat yang disertai penyangkalan diri.

(1) Mengenai perwira itu sendiri; Kristus tidak hanya membenarkan dan menerimanya (kehormatan itu menjadi milik semua orang percaya yang benar), tetapi juga memuji dan meneguhkannya: Kehormatan seperti itu hanya dimiliki oleh orang-orang besar, seperti Ayub; tiada seorang pun di bumi seperti dia.
[1] Kristus mengaguminya, bukan karena kehebatannya melainkan karena kebaikan hatinya. Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia; bukan karena seolah-olah itu merupakan hal yang baru dan membuat-Nya terkejut. Ia tahu iman perwira itu, karena perwira itu sudah membuktikannya. Tetapi yang membuat Kristus kagum adalah karena iman si perwira itu sungguhlah hebat, langka, dan tidak biasa. Dalam pandangan Kristus, iman yang demikian benar-benar indah. Oleh sebab itu Dia mengajarkan kita untuk mengagumi hal seperti ini, bukan kemegahan dan kemewahan duniawi, melainkan keindahan kekudusan dan berbagai perhiasan yang sangat berharga di mata Allah. Perhatikanlah, keajaiban anugerah harus menyentuh hati kita lebih dari keajaiban alam ataupun pemeliharaan ilahi. Demikian pula, keberhasilan rohani harus menyentuh kita lebih dari keberhasilan apa pun di dunia ini. Kepada mereka yang kaya dalam imanlah, dan bukan kepada mereka yang kaya dalam emas dan perak, kita harus berkata bahwa mereka telah membangun segala kekayaannya (Kej. 31:1). Tetapi apa pun yang mengagumkan dalam iman siapa saja, haruslah pada akhirnya memberikan kemuliaan kepada Kristus, yang segera akan dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya, sebagai seseorang yang telah melakukan keajaiban-keajaiban di dalam mereka dan untuk mereka.

[2] Kristus memuji perwira itu di dalam perkataan-Nya kepada mereka yang mengikuti-Nya. Semua orang percaya di dunia lain, tetapi hanya sebagian saja di dunia ini, yang akan diakui dan diumumkan oleh Kristus di hadapan manusia. Di depan orang banyak Dia akan menampakkan diri dengan agung bagi mereka dan bersama mereka. Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Nah, perkataan ini berbicara mengenai:

Pertama, penghormatan bagi si perwira; yang walaupun bukan anak Abraham secara daging, namun merupakan keturunannya secara iman, dan Kristus mendapatinya demikian. Perhatikanlah,apa yang dicari Kristus adalah iman, dan di mana pun iman itu berada, Dia akan menjemputnya, walaupun hanya sebesar biji sesawi. Dia tidak pernah menjumpai iman sebesar ini, yang menimbang segala sesuatu dan membandingkan semuanya sesuai ukuran masing-masing, seperti yang dikatakan mengenai si janda miskin bahwa ia memberi lebih banyak daripada semua orang itu (Luk. 21:3). Walaupun perwira ini seorang bukan-Yahudi, ia diberi pujian seperti itu. Perhatikanlah, kita tidak boleh segan-segan memberikan pujian kepada mereka yang patut mendapatkannya, sekalipun mereka tidak termasuk dalam persekutuan kita.

Kedua, perkataan itu berbicara mengenai sesuatu yang memalukan bagi Israel, karena justru merekalah yang seharusnya menerima pengangkatan sebagai anak, kemuliaan, perjanjian-perjanjian, dan semua bantuan serta dorongan supaya beriman. Perhatikanlah, ketika Anak manusia datang, Ia mendapati sedikit iman, dan karena itu, yang dilihat-Nya hanya ada begitu sedikit buah. Perhatikanlah, anugerah yang diperoleh orang yang hanya mendapat bimbingan rohani sedikit saja bagi jiwa mereka akan memperberat dosa dan kehancuran banyak orang lain yang mempunyai sarana anugerah berlimpah tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik. Kristus mengatakan ini kepada mereka yang mengikuti-Nya, dengan maksud supaya dengan segala cara Ia bisa menggugah hati mereka untuk meniru iman seperti ini dengan kudus, seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 11:14. Orang Yahudi adalah keturunan Abraham; oleh karena itu, supaya jangan mereka menjadi cemburu dengan kehormatan yang mereka miliki itu,janganlah sampai mereka membiarkan diri dikalahkan oleh orang-orang bukan-Yahudi, terutama dalam hal anugerah yang membuat Abraham unggul. 

(2) Mengenai orang lain; melalui peristiwa ini Kristus mengambil kesempatan untuk membandingkan orang Yahudi dan orang bukan-Yahudi, dan memberi tahu mereka dua hal, yang pasti sangat mengejutkan mereka yang selama ini diajar bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Kedua hal tersebut adalah:
[1] Bahwa banyak orang bukan-Yahudi akan diselamatkan (ay.11). Iman perwira itu baru merupakan suatu gambaran mengenai pertobatan bangsa-bangsa bukan-Yahudi dan suatu pendahuluan bagi pengangkatan mereka ke dalam jemaat Allah. Ini merupakan topik yang sering kali dibicarakan Yesus Tuhan kita. Ia mengatakannya dengan penuh kepastian, "Aku berkata kepadamu, Aku yang mengetahui semua umat manusia," dan tidak ada hal lain yang bisa Ia katakan untuk lebih menyenangkan hati-Nya atau untuk lebih menjengkelkan hati orang Yahudi. Pernyataan semacam ini membuat orang-orang Nazaret marah kepada-Nya (Luk. 4:27-28). Kristus di sini memberi kita suatu gagasan.

Pertama, mengenai orang-orang yang akan diselamatkan; banyak orang dari Timur dan Barat. Sebelumnya ia berkata (7:14), Hanya sedikit orang di sana yang mendapatkan jalan yang menuju kepada kehidupan, di sini justru banyak orang akan datang ke jalan itu. Sedikit dalam arti pada suatu waktu dan pada suatu tempat. Tetapi, walaupun begitu, ketika semuanya datang berkumpul, jumlahnya menjadi sangat banyak. Kita sekarang hanya melihat satu orang di sini dan satu orang di sana diselamatkan oleh anugerah Allah, tetapi sebentar lagi kita akan melihat Panglima keselamatan kita membawa banyak orang kepada kemuliaan (Ibr. 2:10). Ia akan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya (Yud. 14), dengan suatu kumpulan besar yang tidak dapat terhitung banyaknya (Why. 7:9), dengan bangsa-bangsa yang diselamatkan (Why. 21:24). Mereka akan datang dari Timur dan dari Barat, yakni dari tempat-tempat yang saling berjauhan satu sama lain, dan walaupun demikian, mereka semua akan bertemu di sebelah kanan Kristus, Pusat kesatuan mereka. Perhatikanlah, Allah memiliki sisa-sisa umat-Nya di segala tempat, dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari (Mal. 1:11). Umat pilihan Allah akan dikumpulkan dari keempat penjuru bumi (24:31). Mereka ditabur di bumi, sebagian berserakkan di sudut-sudut ladang. Dunia bangsa-bangsa bukan-Yahudi terbentang dari timur ke barat, dan merekalah yang secara khusus dimaksudkan di sini. Walaupun mereka ini tadinya tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan terhadap sekarang ini, dan sudah demikian sejak lama, siapa tahu Allah mempunyai sisa-sisa umat-Nya yang tersembunyi di antara mereka, seperti pada masa Elia di Israel (1Raj. 19:14), yang segera setelah masa Elia itu berduyun-duyun masuk ke dalam jemaat Allah dalam jumlah yang luar biasa banyaknya (Yes. 60:3-4). Perhatikanlah,ketika kita sampai di sorga, kita akan kehilangan banyak orang yang kita pikir sudah pergi mendahului kita di sana. Dan sebaliknya pula, kita akan bertemu banyak orang di sana yang tidak kita duga sebelumnya

Kedua, Kristus memberi kita suatu gagasan mengenai keselamatan itu sendiri. Mereka akan datang, datang berhimpun, dan berkumpul kepada Kristus (2Tes. 2:1). Mereka akan diperbolehkan masuk ke dalam kerajaan anugerah di bumi, ke dalam perjanjian anugerah yang dibuat dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Mereka akan diberkati bersama Abraham yang setia, yang berkatnya sampai kepada bangsa-bangsa lain (Gal. 3:14). Hal ini membuat Zakeus terhitung sebagai anak Abraham (Luk. 19:9).
Mereka akan diperbolehkan masuk ke dalam kerajaan mulia di sorga. Mereka akan datang dengan riang gembira, terbang seperti merpati ke pintu kandangnya. Mereka akan duduk beristirahat dari kerja keras mereka, seperti orang yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka sepanjang hari. Duduk menandakan suatu keadaan yang keberlanjutan: sewaktu kita berdiri, kita siap pergi, sedangkan sewaktu kita duduk, kita berniat menetap. Sorga adalah tempat peristirahatan abadi, kota yang terus-menerus ada. Mereka akan duduk seperti duduk di atas takhta (Why. 3:21). Mereka seperti duduk di meja, yang secara kiasan berarti mereka hendak dijamu dengan suatu pesta, yang menandakan komunikasi yang seutuh-utuhnya maupun persekutuan yang sebebas dan seakrab-akrabnya (Luk. 22:30). Mereka akan duduk dengan Abraham. Mereka yang di dunia ini begitu berjauhan satu sama lain dalam waktu, tempat, atau karena keadaan-keadaan luar lainnya, akan bertemu bersama di sorga; orang-orang dari zaman dulu dan zaman sekarang, orang Yahudi dan orang bukan-Yahudi, orang kaya dan orang miskin. Orang kaya di neraka melihat Abraham, tetapi Lazarus duduk bersamanya, ia duduk di pangkuannya. Perhatikanlah, persekutuan para kudus merupakan bagian dari kebahagiaan besar di sorga, dan mereka yang ada di ujung-ujung dunia sebagai orang yang paling tidak dikenal, akan berbagi kemuliaan dengan bapa-bapa orang Yahudi yang masyhur di sorga.

[2] Bahwa banyak orang Yahudi akan binasa (ay.12). Perhatikanlah:
Pertama, ada pernyataan mengherankan yang disampaikan: anak-anak kerajaan akan dicampakkan. Orang-orang Yahudi yang bersikeras untuk tidak percaya, walaupun secara lahiriah mereka adalah anak-anak kerajaan, akan dikeluarkan dari keanggotaan gereja yang kasat mata. Kerajaan Allah, yang mereka banggakan karena mereka adalah anak-anaknya, akan diambil dari mereka, dan mereka tidak akan menjadi umat yang memperoleh belas kasihan (Rm. 11:20; 9:31). Pada hari penghakiman, menjadi orang Yahudi atau orang Kristen tidaklah menjadi jaminan orang akan diterima sebagai anak-anak kerajaan, karena manusia akan dihakimi bukan menurut panggilan yang disebutkan kepada mereka, melainkan menurut siapa sebenarnya mereka ketika masih hidup di dunia. Jika mereka memang anak-anak kerajaan, maka mereka ahli waris. Namun, banyak juga orang yang mengaku-ngaku sebagai anak di dalam keluarga, tetapi mereka tidak menjadi bagian dari keluarga itu, dan karena itu tidak berhak mendapatkan warisan. Kalau kita dilahirkan dari orangtua yang mengakui kita sebagai anak-anak mereka, maka itu berarti kita adalah anak-anak kerajaan; tetapi jika kita hanya mengandalkan pengakuan itu dan tidak bisa menunjukkan hal-hal lain lagi kepada sorga, maka kita akan dicampakkan. 

Kedua, hukuman yang mencengangkan bagi orang-orang yang berbuat kejahatan digambarkan: Mereka akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Kegelapan yang sebetulnya diperuntukkan bagi mereka yang tidak mempunyai apa-apa, bagi orang-orang bukan-Yahudi yang bukan menjadi bagian dari jemaat Tuhan. Ke dalam kegelapan itulah orang-orang Yahudi akan dicampakkan, dan lebih buruk lagi, mereka akan dibutakan, dikeraskan, dan dipenuhi dengan ketakutan seperti yang digambarkan oleh Rasul Paulus (Rm. 11:8-10). Orang yang telah berada di luar gereja dan diserahkan untuk dihakimi sedemikian sebenarnya sudah berada di dalam kegelapan yang paling gelap. Akan tetapi kegelapan ini barulah suatu permulaan yang samar-samar saja dan akan berlanjut pada keadaan yang sebenarnya, yaitu di neraka yang menjadi tempat bagi orang-orang berdosa yang terkutuk. Mereka akan dibuang dari hadapan Allah, dan dari segala sesuatu yang sungguh dapat mendatangkan ketenteraman, dan dicampakkan ke dalam kegelapan. Di neraka ada api, tetapi tidak ada cahaya; neraka adalah kegelapan yang paling gelap, kegelapan yang sangat luar biasa gelap, kegelapan yang segelap-gelapnya, tanpa harapan akan ada setitik atau segaris pun cahaya, kilasan atau secercah pun tidak. Ini adalah kegelapan yang diakibatkan karena mereka dihalangi dari pandangan sorga, yang adalah tanah cahaya; mereka yang berada di luarnya ada di daerah kegelapan. Namun, ini belumlah yang terburuk, karena di sana akan terdapat ratap dan kertak gigi. 

[1] Di neraka akan ada dukacita yang sangat mendalam dan banjir air mata yang tertumpah dengan sia-sia. Mereka akan menderita ketakutan yang sangat luar biasa untuk selama-lamanya. Kesadaran akan murka Allah adalah siksaan orang-orang terkutuk.
[2] Di neraka juga akan ada kegeraman yang dahsyat: orang-orang berdosa yang terkutuk akan mengertakkan gigi mereka karena benci dan geram, mereka dipenuhi dengan murka Allah. Dengan iri mereka melihat kebahagiaan orang lain, dan dengan takut dan gemetar mereka membayangkan kesempatan yang dulu mereka sendiri miliki untuk memperoleh kebahagiaan kekal, tetapi yang sekarang sudah terlambat.
Kristus menyembuhkan hambanya. Ia tidak hanya memuji perwira itu karena sudah memohon kepada-Nya, tetapi juga mengabulkan apa yang dimohonkannya, yang benar-benar merupakan suatu jawaban sesungguhnya (ay. 13).

(1) Apa yang dikatakan Kristus kepadanya. Ia mengatakan sesu
atu yang membuat kesembuhan itu sangat berarti baik bagi si perwira itu maupun bagi hambanya, dan bahkan jauh lebih dari itu, "Jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Hambanya disembuhkan dari penyakitnya, tetapi tuannya memperoleh peneguhan dan pujian atas imannya. Perhatikanlah, Kristus sering kali memberikan jawaban yang meneguhkan iman kepada umat-Nya ketika mereka sedang mendoakan orang lain. Baiklah bagi kita jika kita turut berdoa untuk orang lain. Allah memulihkan keadaan Ayub setelah ia berdoa untuk sahabat-sahabatnya (Ayb. 42:10). Sungguh besarlah kehormatan yang diberikan Kristus kepada si Perwira ini ketika Kristus memberikan jawaban yang penuh kebebasan kepadanya, "Jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Apalagi yang kurang baginya ketika diberi jawaban seperti ini? Tetapi apa yang dikatakan kepadanya itu dikatakan juga kepada kita semua, "Percayalah, maka kamu akan menerima, hanya percaya saja." Lihatlah kuasa Kristus dan kuasa iman di sini. Seperti halnya Kristus bisa melakukan apa yang dikehendaki-Nya, begitu pula orang yang sungguh-sungguh percaya dengan tindakan iman bisa mendapatkan apa yang dikehendakinya dari Kristus. Minyak anugerah akan terus mengalir dengan melimpah, dan tidak akan berhenti sampai bejana-bejana iman tidak mampu lagi menampungnya.
(2) Dampak yang diakibatkan dari perkataan ini: doa yang diucapkan dengan iman adalah doa yang ampuh, selalu begitu dan akan selalu begitu. Dengan terjadinya kesembuhan itu secara tiba-tiba, tampak bahwa kesembuhan itu merupakan suatu mujizat, dan karena kesembuhan itu bertepatan dengan perkataan Kristus, maka itu adalah mujizat-Nya; Dia berfirman, maka semuanya jadi. Kejadian ini juga memberikan bukti bahwa Dia mahakuasa, bahwa Dia mempunyai lengan yang terulur panjang. Seorang dokter yang sangat berpengetahuan mendalam mengamati bahwa penyakit-penyakit yang disembuhkan Kristus kebanyakan penyakit yang paling susah disembuhkan dengan cara-cara biasa, terutama penyakit lumpuh ini. "Omnisparalysis, præsertimvetusta, autincurabilisest, autdifficiliscuratu, etiampueris: atquesoleo ego dicere, morbosomnesqui Christo curandifueruntpropositi, difficillimos sua maturacuratuesse”Segala jenis penyakit lumpuh, terutama yang sudah menahun, baik yang tidak bisa disembuhkan atau yang membutuhkan keahlian kedokteran yang sangat tinggi, bahkan termasuk keahlian yang masih baru. Karena itu, saya sering kali mengatakan bahwa segala jenis penyakit yang disebutkan sebagai disembuhkan oleh Kristus tampaknya merupakan penyakit-penyakit yang paling tidak mudah diatasi dan tidak bisa disembuhkan" (MercurialisDeMorbisPuerorum, lib. 2. ps. 5). Amen

========WALHEBAK WA========

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung