SYARAT MENJADI YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN ALLAH
Matius 18:1-5
- Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
- Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
- lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
- Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
- Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."
Kenapa anak kecil ? dan anak kecil usia berapa yang Yesus maksudkan ?
Yoel Giban, M.Pd.K
Harus kita akui bahwa anak kecil sekarang dan anak kecil dahulu itu berbeda. Perbedaan anak Zaman dahulu dan Zaman sekarang terdapat banyak perbedaan yaitu dalam konsep berfikir dan dalam konsep kerja.
Maka itu Anak kecil harus di klasifikasi berdasarkan usia. Sebagaimana para psikolog membuat klasifikasi anak berdasarkan usia yaitu 0-5 tahun (balita) 6-12 tahun (kanak-kanak) 13-17 tahun ( pra remaja) dan 18-22 tahun disebut (Remaja). Atas dasar pengelompokkan ini anak kecil yang Yesus maksudkan adalah anak kecil berusia 6-12 tahun sebagai anak yang polos dan mudah untuk diajar. Hal itu di perkuat dengan kesaksian injil Matius 18:2, Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Dalam terjemahan lama Matius 18:2 (TL) Maka dipanggil oleh Yesus seorang kanak-kanak, didirikan-Nya di tengah-tengah mereka itu,. Dalam terjemahan Alkitab berita baik Matius 18:2 (BM) Yesus memanggil seorang kanak-kanak dan menyuruhnya berdiri di hadapan mereka semua.
Kenapa Kanak-kanak ? Karena Anak usia 6-12 tahun dianggap bisa berjalan, Anak yang bisa berdiri sendiri, dan anak yang bisa diajak untuk berdialog. Anak kategori ini bisa makan segala makanan, bubur dan nasi serta susu ibu dan susu kaleng. Artinya dia tidak hanya minum susu tetapi dia bisa makan nasi yang keras. Bisa di pukul dan bisa di beritahukan kesalahannya jika melakukan kesalahan atau menerima nasehat orang tua.
Sifat anak usia 0-5 tahun pada umumnya berkantung full pada orangtua (secara khusus ibunya) dan makan makanan lembek yaitu susu dan bubur. Sementara anak usia 6-12 tahun adalah anak yang aktif, ingin mengetahui banyak hal. Suka bermain dengan banyak teman baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis. Sering berkelahi dan sering salah paham, namun kembali lagi bermain. Tahap ini dianggap tidak mempunya ego sehingga tidak mengakibatkan permusuhan antar sesama teman. Berbeda dengan anak usia 13-17 tahun yang cenderung mandiri dan difensif mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mempunyai ego dan mempunyai geng sehingga kelompok ini lebih dianggap sebagai pra remaja, dan perkelahian mengakibatkan dendam. Sementara usia 18 keatas dianggap sebagai remaja maka pada kelompok ini adalah mendewasakan diri sendiri oleh anak-anak.
Yesus memberikan gambaran pada tahap ke dua supaya menjadi "yang terbesar dalam kerajaan Allah" harus seperti anak kecil yang kelompok dua. Maka itu Dia berkata kepada kita bahwa kalau mau menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Allah maka kita harus menjalankan dua hal berikut yaitu, Bertobat menjadi seperti anak-anak dan Merendakan diri seperti anak kecil :
1. BERTOBAT MENJADI SEPERTI ANAK KECIL
Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata bertobat dari kata dasar "to·bat " mempunya pengertian; 1 sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yg salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan; 2 kembali kpd agama (jalan, hal) yg benar ; 3 merasa tidak sanggup lagi; 4 menyatakan rasa heran, kesal, atau sebal. Sementara kata 'ber·to·bat " artinya 1 menyesal dan berniat hendak memperbaiki (perbuatan yg salah dsb): 2 kembali kpd Tuhan atau agama (jalan) yg benar.
Berdasarkan definisi kamus diatas dapat dikatakan bahwa bertobat adalah sadar bahwa hidupnya jauh dari kehendak Tuhan sehingga harus kembali kepada kedaulatan Tuhan dan kekuasaannya."Roma 12:1-2 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna"
Dalam bahasa Ibrani kata "syuv" berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Dalam Yer 3:14 diterjemahkan 'kembalilah', dalam Mzm 78:34 'berbalik', dalam Yer 18:8 'bertobat'.
Dalam Perjanjian Lama beberapa kali bicara tentang suatu bangsa kembali kepada Allah, satu kali tentang bangsa kafir di Niniwe (Yun 3:7-10), dan selebihnya berkaitan dengan Israel. PL jarang sekali mencatat pertobatan perseorangan (Mzm 51:14, peristiwa Naaman, Yosia dan Manasye), tapi menubuatkan pertobatan 'segala ujung bumi' kepada Allah (Mzm 22:28). Bagi orang Israel, yaitu umat perjanjian Allah, pertobatan berarti kembali kepada Allah sesudah tersesat dan sesudah mendurhakai-Nya. Dengan perkataan lain, bukan berubah agama tapi meneguhkan kembali kepercayaan dan ketaatan pribadi kepada Allah.
Penekanan Perjanjian Lama (PL) mencakup pertobatan melebihi duka cita penyesalan dan perubahan tingkah laku lahiriah. Dalam keadaan apa pun pertobatan yang sungguh kepada Allah mencakup merendahkan diri batiniah, perubahan hati yang sungguh, dan benar-benar merindukan pengampunan Tuhan (Ul 4:29 dan; 30:2, 10; Yes 6:9 dan juga Yer 24:7), disertai pengenalan yang jelas dan baru akan diriNya dan jalan-Nya (Yer 24:7; demikian juga 2 Raj 5:15; 2 Taw 33:13).
Sementara Dalam Perjanjian baru di bagi menjadi bebrapa hal
A. Metanoia dan metanoeo muncul dalam PB kr 58 kali dan selalu diterjemahkan 'bertobat', kecuali Luk 17:3 ('menyesal') dan Ibr 12:17 ('memperbaiki kesalahan', yang lebih merupakan tafsiran daripada terjemahan).
Arti asasi kedua kata di atas ialah perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap, pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik dari dosa kepada Allah dan pengabdian kepada-Nya. Inilah yang terungkap dalam perangai atau perilaku seseorang sebagai dampak dari karya Roh Kudus yang melahirkan kembali orang itu.
Tapi adalah salah bila meremehkan duka cita penyesalan dan kebencian terhadap dosa, berpaling dari dosa itu dan menghadap Allah. Memang benar, ada dukacita yang abnormal yang bukan pertobatan (2 Kor 7:10); dukacita demikian jelas dalam peristiwa Yudas (Mat 27:3-5) dan Esau (Ibr 12:17). Tapi ada duka cita penyesalan yang sesuai dengan kehendak Allah, yang melahirkan pertobatan dan mendatangkan keselamatan (2 Kor 7:9-10) dan hal ini, mutlak sebagai unsur pertobatan (Ayb 42:5-6; Mzm 51:1-17; Luk 22: 61).
Pertobatan adalah syarat mutlak untuk beroleh keselamatan. Yesus memulai pelayanan-Nya di muka umum dengan seruan 'bertobatlah', dan salah satu ucapan-Nya sebelum Ia naik ke sorga ialah, 'pertobatan dan pengampunan dosa harus diberitakan kepada segala bangsa' (Luk 24:47, dan 13:3-5). Baik Petrus (Kis 2:38) maupun Paulus (Kis 17:30) memberitakan mutlak perlunya pertobatan, dan dalam Kis 20:21 Paulus meringkaskan injilnya dengan, 'Bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita Yesus Kristus'. Tuntutan supaya bertobat, dan kenyataan bahwa pertobatan adalah mutlak perlu untuk pengampunan dosa dan beroleh hidup yang kekal, menyatakan bahwa keselamatan mustahil tanpa pertobatan. 'Iman' tanpa pertobatan bukanlah iman yang membawa kepada keselamatan.
Adalah sia-sia mempertanyakan yang mana lebih dahulu: pertobatan atau iman? Keduanya terjadi serentak. Iman terarah kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan dari dosa, kekudusan, kehidupan dan mencakup perihal membenci dosa dan meninggalkannya yang disebut pertobatan, yakni berbalik dari dosa kepada Allah termasuk menerima anugerah Allah dalam Kristus dengan iman.
B. Kata "Epistrefo" muncul 30 kali. Dalam arti harfiah kata ini diterjemahkan 'kembali' atau 'berpaling' (Mat 10:13; 24:18; Kis 16:18; Why 1:12).
Satu kali diterjemahkan 'insaf berkaitan dengan pemulihan Petrus sesudah kejatuhannya ke dalam dosa (Luk 22:32). Jika kata itu mengandung makna keagamaan, maka biasanya diterjemahkan 'berbalik' (Mat 13:15 dan ayat-ayat yang sejajarnya, dialaskan pada kata Ibrani syuv), dan dua kali diterjemahkan 'bertobat' (Kis 3:19; 15:3). Kata kerja biasa strefo juga diterjemahkan 'bertobat' dalam Mat 18:3.
Jadi epistrefo menunjuk kepada tindakan 'putar balik' atau 'pertobatan' kepada Allah, unsur yang sangat menentukan dan dengan itu orang berdosa Yahudi atau non-Yahudi masuk ke dalam eskatologis Kerajaan Allah melalui iman dalam Yesus Kristus dan menerima pengampunan dosa. Tindakan ini menjamin perolehan keselamatan yang dibawa oleh Kristus, dan sifatnya adalah sekali untuk selamanya, tidak dapat diulangi seperti teracu dalam pemakaian biasa 'waktu aoristus' dari kata kerja Yunani bersangkutan.
Jadi, orang yang bertobat adalah orang yang beranjak dari kehidupan lama dan masuk dalam kehidupan yang di pimpin oleh Tuhan.
Orang yang di pimpin oleh Tuhan seumpama dengan seorang anak kecil yang polos dan berkantung hidupnya kepada orangtuanya. Itu sebabnya Yesus berpesan kalau mau menjadi yang terbesar dalam kerajaan Allah harus bertobat atau berbalik (epistrefo)dari hidup yang penuh dengan kedagingan kepada hidup yang penuh kasih dalam kekuasaan Tuhan.
2.MERENDAHKAN DIRI MENJADI SEPERTI SEORANG ANAK KECIL
Kata merendahkan diri artinya "mengurangkan, mengebawahkan, menjatuhkan, menurunkan, memperkecilkan" pertanyaan sederhananya adalah apanya yang mengurangi dan menurunkan ? Yang harus menurunkan atau mengurangi adalah "ego" sifat kedagingan harus di kalahkan dan menanamkan sifat ilahi yaitu Manusia baru.
Kolose 3:8-10 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
Sifat baik yang dalam PL ditunjukkan dengan perilaku lahiriah seperti menangis, *berpuasa, dan mengoyakkan jubah (1Raj. 21:29; 2Raj. 22:11-20; Ams. 3:34). Dalam PB kerendahan hati adalah merasa tak berdaya seperti *anak-anak (Mat. 18:4), tidak mempertahankan kedudukan (Flp. 2:8-9), atau tidak merendahkan martabat orang lain (Luk. 14:11; 18:4). Kerendahan hati seperti ini berkenan kepada Allah (Ef. 4:2). Namun, di kalangan orang Yunani kerendahan hati dianggap sebagai sesuatu yang buruk ketimbang sifat baik. Ayah Glaucus mengajar dia agar 'selalu menjadi yang terbaik, harus berada di atas orang lain'.
Mzm 113:5, 6 melukiskan betapa tinggi dan agungnya Allah dan tanpa bandingan, namun Ia merendahkan diri untuk mengawasi ciptaan-Nya. Perjanjian Lama (PL) memuji sifat itu (Ams 15:33; 18:12), berkat Tuhan sering dicurahkan atas orang yang rendah hati. Musa dibenarkan karena kerendahan hatinya (Bil 12:3). Belsyazar ditegur oleh Daniel (Dan 5:22) karena tidak belajar pada pengalaman Nebukadnezar, yg dapat mengajarkan sikap merendahkan diri.
Menurut 2 Taw kerendahan hati menjadi tolok ukur suksesnya pemerintahan raja. Kebaikan itu berhubungan erat dengan penderitaan yg seringkali disebabkan oleh manusia, tapi juga oleh Allah, namun selalu bermaksud menghasilkan kerendahan hati.
Demikian pula dalam PB (Mat 23:12 dan ayat-ayat sejajar) kata yang sama menyatakan hukuman atas kecongkakan (yaitu penghinaan karena hukuman Allah), dan syarat untuk mendapat kedudukan tinggi (yaitu kerendahan hati yg memberi kesempatan bagi Allah untuk memberkati).
Paulus dalam Flp 4:12 menggambarkan penderitaannya dan menjelaskan bahwa manfaatnya terletak dalam sikap menerima pengalaman sehingga keadaan mendesak menjadi kesempatan untuk mengembangkan sikap rendah hari. Dalam Flp 2:8 ia menyebut teladan Kristus yang sengaja mengesampingkan hak istimewa-Nya dan merendahkan diri langkah demi langkah. Pada waktunya Ia akan ditinggikan.
Sama seperti kebaikan lainnya, kerendahan hati dapat berupa perbuatan pura-pura. Bahaya ini dijelaskan dalam Kol. Kol 2:18 dan 2:23 memang sulit ditafsirkan, tapi jelas kerendahan hati di situ adalah kepura-puraan. Guru-guru palsu membanggakan diri sebagai orang penting dan mempertentangkan sistem spekulatifnya dengan penyataan Allah. Mereka menyangkal hal yg nampaknya dituntut oleh asketisme mereka. Paulus memperingatkan pembacanya akan bahaya kerendahan hari yg palsu; dalam 3:12 ia mendesak supaya memiliki kerendahan hati yg sejati.
Jadi artinya menurunkan ego sebagai lambang kehidupan lama dan beralih menjadi murid yang taat kepada perintah Tuhan. Seorang anak Tuhan harus mengalahkan dirinya sendiri sehingga bisa menjadi teladan bagi orang lain dalam kata-kata dan perbuatan sebagaimana pesan Rasul Paulus kepada anak didiknya.1 Timotius 4:12 Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu. Setiap anak Tuhan harus bisa memperlihatkan Kristus dalam kata-kata dan dalam perbuatan sehingga orang lain dapat mengalami Kristus dalam hidup mereka.
Dalam pemahaman sederhananya adalah "barang siapa yang bertobat dan memperlihatkan kerendahan hatinya dengan menerima orang lain, serta mencerminkan kehidupan Kristus dalam hidupnya maka sesungguhnya Kristus telah datang dalam rumahnya".
KESUMPULAN
Untuk menjadi yang terbesar dalam kerajaan Allah harus meninggalkan ego sendiri dan menuruti kehendak Tuhan yaitu seperti anak kecil yang mau taat walau aturan itu tidak tertulis tetapi melaksanakan secara taat. Demikianlah harusnya bagi kita sebagai pewaris kerajaan Allah. Amin
#taatpadakebenaranAllah
#epistrefoputarbalik
#tulisanyg.blogspot.com