Minggu, 15 Januari 2023

KASIH KARUNIA (ANUGERAH)

YUNANI: 5485 χαρις charis; Kasih Karunia.=Strongs #5485 χαρις charis χαρις cariv: kasih karunia, anugerah (Kamus Yoppi) ιτος [feminin] kerahiman, belas kasihan, rahmat, kasih kurnia, muhibah ( εξω χ. προς mendapat penilaian baik dari Kis 2.47); penyataan istimewa dari kehadiran Tuhan, kegiatan, kuasa atau kemuliaan Allah; kemuliaan hati, hadiah, berkat ( κατα χ. sebagai hadiah Rm 4.4, 16; ινα δευτεραν χ. σχητε supaya kamu dua kali mendapat berkat 2Kor 1.15) syukur, rasa terima kasih; sangat ramah, penih kasih ( ο λογος υμων παντοτε εν χ. percakapan hendaknya sangat ramah/penuh kasih Kol 4.6) (Kamus Barclay)

 I. Dalam PL

Kasih karunia dipakai sebagai terjemahan bh Ibrani khen. Kata ini berarti perbuatan atasan (dapat juga Allah) yg menunjukkan kepada bawahannya kasih karunia, padahal sebenarnya bawahan itu tidak layak menerimanya: mis Kej 6:7; Kel 33:17; Bil 6:25. Memang, tiada manusia yg dapat menunjukkan khen kepada Allah. PL menjelaskan, Allah memilih Bapak-bapak leluhur Israel dan Israel juga, hanya atas dasar kasih karunia-Nya. Sama sekali tidak ada jasa atau kebenaran dalam mereka, yg dapat dianggap alasan bagi pemilihan itu, Ul 7:7-8, bnd Ul 8:18. Dalam membuat perjanjian Sinai, seperti dulu dalam membuat perjanjian Abraham, prakarsa dari Allah datangnya. Nabi-nabi juga, yg menekankan perlunya pertobatan, mengakui bahwa hati yg baru harus diperoleh sebagai karunia dari Tuhan (Yeh 36:26; Yer 31:31-34), artinya, berdasarkan kasih karunia-Nya.

II. Dalam PB

Kata Yunani kharis adalah kata yg biasa dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani khen. Kata kerja kharizesthai dipakai untuk menunjukkan arti pengampunan, dari manusia dan juga dari Allah (Kol 2:13; 3:13; Ef 4:32).

a. Injil-injil Sinoptis

Terlepas dari perkataan kharis, yg tidak pernah dikenakan pada ucapan Yesus, gagasan tentang kasih karunia sangat jelas. Yesus berkata bahwa Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yg hilang. Banyak dari perumpamaan-Nya mengajarkan kasih karunia. Perumpamaan para pekerja kebun anggur (Mat 20:1-16) mengajarkan bahwa Allah tidak dapat didakwa oleh siapa pun atas pemberian anugerahNya. Perumpamaan tentang perjamuan besar (Luk 14:16-24) menunjukkan bahwa hak istimewa rohaniah tidak menjamin kebahagiaan akhir, dan bahwa undangan Injil ditujukan kepada semua orang. Anak yg hilang diterima kembali oleh bapaknya dengan cara yg sebenarnya sang anak tidak layak menerimanya (Luk 15:20-24). Pertobatan ditekankan sebagai syarat untuk menerima keselamatan (Mrk 1:15; 6:12; Luk 24:47). Iman juga mempunyai tempatnya (mis Mrk 1:15; Luk 7:50), kendati tidak ada pernyataan teologis pada tema-tema Paulus.

b. Tulisan-tulisan Lukas

Baik Injil maupun Kis perlu diperhatikan secara khusus. Lukas memperlihatkan keluwesan dalam hubungan dengan pokok ini. Bahkan pengertian yg tidak religius dari kata kharis, yaitu usaha baik yg dibuat oleh seseorang kepada orang lain, muncul dalam Kis 24:27; 25:3, 9. Pengertian PL tentang 'kemurahan hati' terlihat dalam Luk 1:30; 2:52; Kis 2:47; 7:10,46. Pengertian dinamis tentang kasih karunia yg menimbulkan keberanian yg sungguh dan kesaksian yg efektif muncul dalam Kis 4:33; 11:23; 13:43 dan digunakan bila membicarakan seruan universal dari Injil. Lukas juga mempertemukan istilah 'injil' ('perkataan') dan 'kasih karunia' (Luk 4:22; Kis 14:3; 20:24) dengan cara yg bahkan Paulus pun tidak melakukannya.

c. Surat-surat Paulus

Perkataan 'kharis' mempunyai tempat utama dalam salam pembukaan dan ucapan syukur penutup dalam Surat-surat Paulus, dan ditambahkan pada ucapan salam 'damai' yg biasa. Dasar dari ajaran Paulus terdapat dalam Rm 1:16-3:20. Manusia dinyatakan berdosa, tapi oleh kasih karunia dibenarkan (Rm 3:21-4:25), yaitu Allah dalam kasih karunia-Nya memperlakukan dia, walaupun bersalah, seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa.

Rom 6 memakai gambaran baptisan untuk mengajarkan penaklukan dosa oleh kasih karunia. Lih juga 1 Kor 6:11; 12:13; Ef 5:26; Kol 2:12; Tit 3:5. H Wheeler Robinson (The Christian Doctrine of Man, 1926, hlm 124-125) berpendapat bahwa baptisan orang percaya bukanlah semata-mata merupakan lambang yg ilustratif, tapi adalah aspek obyektif dari apa yg secara subyektif adalah iman. Orang mungkin memperdebatkan bahwa baptisan anak-anak adalah suatu cara anugerah, karena anak adalah lambang ketidaksanggupan dan ketidakberdayaan manusia. Pandangan-pandangan ini rupanya bertentangan dengan penekanan Paulus yg tidak berubah tentang iman.

d. Tulisan-tulisan PB yg lain

(i) 1 Ptr. Rasul Petrus menekankan kasih karunia dalam ps 1 dan 2 pada hubungan yg lazim dengan pemilihan dan warisan dalam perjanjian: pada 3:7 terdapat ungkapan yg luar biasa 'kasih karunia kehidupan'. Kasih karunia juga dipakai dalam 1 Ptr 5:10 berkaitan dengan kemuliaan yg akan datang bagi orang percaya.

(ii) Surat Ibr. Penulis menggunakan banyak perkataan yg artinya adalah kasih karunia. Dalam 2:9 kasih karunia Allah dihubungkan dengan penderitaan Kristus. Perkataan kharis digunakan di Ibr 12:28 dalam hubungan dengan ucapan syukur manusia kepada Allah. Kasih karunia dipandang panggilan pengabdian diri dalam Ibr 12:14, 15. Ungkapan yg mencolok 'takhta kasih karunia' dalam Ibr 4:16 mempersatukan keagungan Allah dan kasih karunia-Nya. Ungkapan segar yg lain dalam Ibr 10:29, adalah 'Roh kasih karunia'.

 (iii) Surat-surat Yohanes. Hanya sedikit menyinggung secara langsung tentang kasih karunia, tapi kasih Allah ditekankan di seluruh bagiannya. Gagasan kasih karunia harus dihubungkan dengan 'kehidupan kekal'. Iman adalah utama, dan Yohanes menggunakan suatu ungkapan Yunani pisteuein eis (percaya kepada) mengenai iman yg sungguh kepada pribadi Kristus ( -IMAM). 'Kasih karunia dan kebenaran' yg mencirikan kemuliaan Firman yg telah menjadi manusia dalam Yoh 1:14 (bnd ay 17) menggemakan 'kasih dan setia' dari Kel 34:6.

Kita menarik kesimpulan bersama Moffatt bahwa kepercayaan dalam Alkitab adalah 'kepercayaan tentang kasih karunia atau tidak ada apa-apa ... kalau tidak ada kasih karunia, tidak ada injil' (Grace in the New Testament, hlm 15).

 

KEPUSTAKAAN.

1)    H Wheeler Robinson, The Christian Doctrine of Man, 1926;

2)    N. H Snaith, The Distinctive Ideas of the Old Testament, 1944;

3)    J Moffatt, Grace in the New Testament, 1931;

4)    N. P Williams, The Grace of God, 1930;

5)    C Ryder Smith, The Bible Doctrine of Grace, 1956;

6)    H. H Esser, NIDNTT 2, hlm 115-124;

7)    H Conzelmann, W Zimmerli, TDNT 9, hlm 372-402;

8)    H. D MacDonald. ZPEB 2, hlm 799-804. JHSr/JMP

 

 

Statistik Pengunjung