Jumat, 18 Februari 2022

HIDUP YANG MEMULIAKAN TUHAN BAGIAN III

Matius 18:6-11 (TB)

Hal ini menunjukkan kesetiaan malaikat-malaikat Allah untuk selalu melayani orang-orang kudus-Nya. Mereka ini selalu memandang wajah Allah untuk menantikan penugasan dari-Nya untuk menjaga orang-orang kudus-Nya. Seperti halnya mata seorang hamba yang selalu memandang kepada tangan tuannya, siap datang dan pergi melakukan perintah tuannya itu, demikian pula mata para malaikat selalu memandang kepada wajah Allah, menantikan perintah yang menjadi kehendak-Nya. Para pembawa pesan bersayap ini dengan cepat terbang menunaikan tugas mereka. Mereka terbang ke sana ke mari seperti kilat (Yeh. 1:14). Jika kita ingin memandang wajah Allah dalam kemuliaan-Nya di kehidupan yang akan datang seperti yang dilakukan para malaikat (Luk. 20:36), maka kita harus memandang wajah-Nya mulai dari sekarang, dengan selalu siap melaksanakan perintah-perintah-Nya, seperti halnya para malaikat (Kis. 9:6).

[2] Rencana Yesus yang penuh anugerah terhadap anak-anak-Nya yang kecil (ay. 11), Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.

Pertama, mengapa malaikat Allah ditugaskan untuk menjaga dan melindungi anak-anak-Nya yang kecil. Hal ini adalah bagian dari rencana Yesus untuk menyelamatkan mereka. Perhatikanlah, penugasan para malaikat dilakukan melalui perantaraan Yesus, karena hanya melalui Dialah malaikat-malaikat dipersatukan dengan kita. Ketika para malaikat merayakan kehendak baik Allah terhadap manusia, mereka juga mengambil bagian dalam sukacita di dalamnya.

Kedua, anak-anak-Nya yang kecil tidak boleh direndahkan karena Yesus datang untuk menyelamatkan mereka, menyelamatkan mereka yang sesat, yaitu anak-anak kecil yang tersesat di jalan mereka sendiri (Yes. 66:2), atau lebih tepat lagi, anak-anak manusia.

Kita pada dasarnya adalah jiwa-jiwa yang tersesat, seperti seorang pengelana yang kehilangan arahnya atau seorang penjahat yang dipenjarakan karena sesat. Allah kehilangan pelayanan dari orang-orang yang tersesat, serta penyembahan yang seharusnya Ia terima dari mereka.

Tugas Kristus datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan mereka yang tersesat, memulihkan ketaatan kita, mengembalikan kegairahan kita dalam melakukan pekerjaan Allah, memulihkan hak-hak istimewa kita, mengembalikan kita ke jalan yang benar menuju hidup kekal, serta menyelamatkan jiwa-jiwa supaya tidak tersesat secara rohani untuk selama-lamanya.

Ini adalah alasan mengapa orang-orang percaya yang paling kecil dan lemah tidak boleh direndahkan dan dianiaya. Jika Kristus sendiri sangat menghargai mereka, maka kita juga tidak boleh merendahkan mereka. Jika Kristus sendiri mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan anak-anak-Nya yang kecil, maka kita juga harus berusaha untuk memberikan penguatan dan penghiburan kepada mereka. Lihatlah bagaimana maksud ini kembali ditegaskan (Rm. 14:15; 1Kor. 8:11-12). Begitulah, jika Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang tersesat dan mencurahkan seluruh hati-Nya pada pekerjaan tersebut, maka Ia akan sangat murka kepada mereka yang mencoba menghalangi dan menggagalkan rencana besar-Nya dengan menghalang-halangi jalan orang-orang yang sedang mengarahkan pandangannya ke sorga.

[3] Perhatian lembut Bapa di sorga terhadap anak-anak-Nya yang kecil dan kepedulian-Nya terhadap keselamatan mereka. Hal ini digambarkan dalam suatu perbandingan (ay. 12-14). Amatilah bagaimana pernyataannya ditegaskan secara bertingkat: Malaikat Tuhan adalah pelayan mereka, Anak Allah adalah penyelamat mereka, dan untuk melengkapi kehormatan mereka, Allah sendiri adalah sahabat mereka. Tidak ada seorang pun yang boleh merebut mereka dari tangan Bapa-Ku (Yoh. 10:28).

Pertama, kita lihat perumpamaan yang digunakan di sini (ay. 12-13). Seorang gembala yang kehilangan satu dari seratus ekor dombanya tidak akan tinggal diam, sebaliknya, dengan gigih ia akan mencarinya, dan ia akan sangat bersukacita ketika menemukannya. Sesungguhnya, kasihnya kepada seekor yang tersesat itu lebih besar daripada kepada kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak tersesat. Rasa takut akan kehilangan domba yang satu itu dan kejutan ketika menemukannya kembali, membuat dia sangat bersuka hati.

Keadaan manusia yang telah terjatuh ke dalam dosa secara umum. Kita seperti seekor domba yang tersesat. Malaikat-malaikat yang tidak terjatuh dalam dosa adalah seperti sembilan puluh sembilan domba lain yang tidak pernah tersesat. Kristus akan mencari orang-orang yang tersesat sampai ke atas gunung-gunung dan tetap mendaki untuk mencarinya walaupun sangat lelah. Ketika sudah ditemukan, Kristus akan sangat bersukacita. Akan ada lebih banyak sukacita di sorga untuk pendosa yang bertobat daripada malaikat-malaikat yang tidak pernah tersesat.

Orang-orang yang percaya, yang akan jatuh oleh batu sandungan yang diletakkan di tengah-tengah jalan oleh kelicikan orang-orang yang menyesatkan mereka dari jalan yang benar. Meskipun hanya satu dari seratus domba yang tersesat (karena domba sering kali mudah tersesat), namun satu yang tersesat itu akan dicari dengan segala upaya, dan akan ada kesukaan besar ketika yang tersesat itu sudah ditemukan. Oleh karena itu, orang yang menyebabkan kesesatan itu pasti akan mendapat penghukuman yang hebat. Jika ada sukacita di sorga atas kembalinya salah satu dari hamba-hamba yang kecil ini, maka juga akan ada murka di sorga terhadap orang-orang fasik yang menyesatkan mereka. Perhatikanlah, kasih dan perhatian Allah tidak hanya akan diberikan kepada kawanan domba-Nya secara umum, namun juga kepada setiap domba dan anak domba yang terhitung dalam kawanan tersebut. Walaupun jumlahnya banyak, Ia sangat cepat merasa rindu dengan setiap dari mereka, karena Ia adalah Sang Gembala Agung, namun juga, tidaklah mudah bagi seekor dari mereka untuk hilang, karena Ia adalah Sang Gembala yang Baik. Ia sangat mengenal kawanan domba-Nya lebih dari siapa pun juga, karena Ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya (Yoh. 10:3). Lihatlah gambaran lengkap perumpamaan ini dalam Yehezkiel 34:2, 10, 16, 19.

Kedua, inti dari perumpamaan ini (ay. 14) adalah bahwa Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang. Lebih banyak yang tersirat daripada yang tersurat. Bukan keinginan Allah bahwa satu pun dari domba-domba-Nya akan binasa, namun:

 

Adalah kehendak-Nya bahwa anak-anak-Nya yang kecil ini akan selamat karena hal ini adalah bagian dari rencana dan sukacita-Nya. Allah telah merencanakan dan mencurahkan perhatian-Nya dan pasti akan melaksanakannya. Adalah kehendak perintah-Nya agar kita semua melakukan semampu kita untuk menunjang maksud-Nya ini dan tidak menghalang-halanginya.

Perhatian-Nya mencakup setiap anggota dalam kawaan tersebut, bahkan yang terhina sekali pun. Kita sering berpikir, bukanlah masalah yang besar jika hanya satu atau dua domba tersesat atau terperangkap. Itu tidak menjadi masalah. Namun, kasih dan perhatian Allah melampaui pikiran kita.

Di sini tersirat bahwa mereka yang menyesatkan anak-anak-Nya yang kecil ini ke dalam kebinasaan telah menentang kehendak Allah dan telah membangkitkan murka-Nya, sehingga walaupun mereka jatuh ke dalam kebinasaan, hukuman akan diperhitungkan kepada mereka yang menyebabkannya, karena Ia adalah Allah yang cemburu dan tidak rela jika kemuliaan-Nya diinjak-injak (Yes. 3:15). Mengapa kamu menyiksa umat-Ku dan menganiaya orang-orang yang tertindas? (Mzm. 76:9-10).

Perhatikanlah, Kristus memanggil Allah (ay. 19) sebagai Bapa-Ku yang di sorga dan Bapamu yang di sorga (ay. 14). Hal ini menyiratkan bahwa Ia tidak merasa malu untuk menyebut murid-murid-Nya yang miskin sebagai saudara-saudara-Nya, karena bukankah Ia dan mereka mempunyai satu Bapa? Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu (Yoh. 20:17). Oleh karena itu, apa yang menjadi milik kita adalah karena itu telah menjadi milik-Nya. Hal ini memberikan dasar jaminan keselamatan bagi anak-anak-Nya yang kecil, karena Bapa di sorga adalah juga Bapa mereka, dan oleh karena itu, Ia akan selalu ada untuk melindungi mereka. Seorang ayah akan menjaga semua anak-anaknya, tetapi terutama ia sangat lembut terhadap yang kecil (Kej. 33:13). Allah adalah Bapa yang berdiam di sorga bagi hamba-hamba-Nya yang kecil. Ia berdiam di tempat yang mahatinggi, sehingga Ia bisa melihat segala penderitaan yang menimpa mereka. Ia berdiam di tempat yang mahakuasa, sehingga Ia bisa mengadakan pembalasan atas nama mereka. Ini adalah sumber sukacita bagi anak-anak-Nya yang kecil, karena Allah adalah Saksi (Ayb. 16:19) dan Pelindung mereka di sorga (Mzm. 68:6). Amin

 

Statistik Pengunjung