Matius 18:6-11 (TB)
Hal ini menunjukkan kesetiaan malaikat-malaikat Allah untuk selalu melayani orang-orang kudus-Nya. Mereka ini selalu memandang wajah Allah untuk menantikan penugasan dari-Nya untuk menjaga orang-orang kudus-Nya. Seperti halnya mata seorang hamba yang selalu memandang kepada tangan tuannya, siap datang dan pergi melakukan perintah tuannya itu, demikian pula mata para malaikat selalu memandang kepada wajah Allah, menantikan perintah yang menjadi kehendak-Nya. Para pembawa pesan bersayap ini dengan cepat terbang menunaikan tugas mereka. Mereka terbang ke sana ke mari seperti kilat (Yeh. 1:14). Jika kita ingin memandang wajah Allah dalam kemuliaan-Nya di kehidupan yang akan datang seperti yang dilakukan para malaikat (Luk. 20:36), maka kita harus memandang wajah-Nya mulai dari sekarang, dengan selalu siap melaksanakan perintah-perintah-Nya, seperti halnya para malaikat (Kis. 9:6).
[2]
Rencana Yesus yang penuh anugerah terhadap anak-anak-Nya yang kecil (ay. 11),
Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.
Pertama,
mengapa malaikat Allah ditugaskan untuk menjaga dan melindungi anak-anak-Nya
yang kecil. Hal ini adalah bagian dari rencana Yesus untuk menyelamatkan
mereka. Perhatikanlah, penugasan para malaikat dilakukan melalui perantaraan
Yesus, karena hanya melalui Dialah malaikat-malaikat dipersatukan dengan kita.
Ketika para malaikat merayakan kehendak baik Allah terhadap manusia, mereka
juga mengambil bagian dalam sukacita di dalamnya.
Kedua,
anak-anak-Nya yang kecil tidak boleh direndahkan karena Yesus datang untuk
menyelamatkan mereka, menyelamatkan mereka yang sesat, yaitu anak-anak kecil
yang tersesat di jalan mereka sendiri (Yes. 66:2), atau lebih tepat lagi,
anak-anak manusia.
Kita
pada dasarnya adalah jiwa-jiwa yang tersesat, seperti seorang pengelana yang
kehilangan arahnya atau seorang penjahat yang dipenjarakan karena sesat. Allah
kehilangan pelayanan dari orang-orang yang tersesat, serta penyembahan yang
seharusnya Ia terima dari mereka.
Tugas
Kristus datang ke dunia adalah untuk menyelamatkan mereka yang tersesat,
memulihkan ketaatan kita, mengembalikan kegairahan kita dalam melakukan
pekerjaan Allah, memulihkan hak-hak istimewa kita, mengembalikan kita ke jalan
yang benar menuju hidup kekal, serta menyelamatkan jiwa-jiwa supaya tidak
tersesat secara rohani untuk selama-lamanya.
Ini
adalah alasan mengapa orang-orang percaya yang paling kecil dan lemah tidak
boleh direndahkan dan dianiaya. Jika Kristus sendiri sangat menghargai mereka,
maka kita juga tidak boleh merendahkan mereka. Jika Kristus sendiri
mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan anak-anak-Nya yang kecil, maka kita juga
harus berusaha untuk memberikan penguatan dan penghiburan kepada mereka.
Lihatlah bagaimana maksud ini kembali ditegaskan (Rm. 14:15; 1Kor. 8:11-12).
Begitulah, jika Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang
tersesat dan mencurahkan seluruh hati-Nya pada pekerjaan tersebut, maka Ia akan
sangat murka kepada mereka yang mencoba menghalangi dan menggagalkan rencana
besar-Nya dengan menghalang-halangi jalan orang-orang yang sedang mengarahkan
pandangannya ke sorga.
[3]
Perhatian lembut Bapa di sorga terhadap anak-anak-Nya yang kecil dan
kepedulian-Nya terhadap keselamatan mereka. Hal ini digambarkan dalam suatu
perbandingan (ay. 12-14). Amatilah bagaimana pernyataannya ditegaskan secara
bertingkat: Malaikat Tuhan adalah pelayan mereka, Anak Allah adalah penyelamat
mereka, dan untuk melengkapi kehormatan mereka, Allah sendiri adalah sahabat
mereka. Tidak ada seorang pun yang boleh merebut mereka dari tangan Bapa-Ku
(Yoh. 10:28).
Pertama,
kita lihat perumpamaan yang digunakan di sini (ay. 12-13). Seorang gembala yang
kehilangan satu dari seratus ekor dombanya tidak akan tinggal diam, sebaliknya,
dengan gigih ia akan mencarinya, dan ia akan sangat bersukacita ketika
menemukannya. Sesungguhnya, kasihnya kepada seekor yang tersesat itu lebih
besar daripada kepada kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak tersesat. Rasa
takut akan kehilangan domba yang satu itu dan kejutan ketika menemukannya
kembali, membuat dia sangat bersuka hati.
Keadaan
manusia yang telah terjatuh ke dalam dosa secara umum. Kita seperti seekor
domba yang tersesat. Malaikat-malaikat yang tidak terjatuh dalam dosa adalah
seperti sembilan puluh sembilan domba lain yang tidak pernah tersesat. Kristus
akan mencari orang-orang yang tersesat sampai ke atas gunung-gunung dan tetap
mendaki untuk mencarinya walaupun sangat lelah. Ketika sudah ditemukan, Kristus
akan sangat bersukacita. Akan ada lebih banyak sukacita di sorga untuk pendosa
yang bertobat daripada malaikat-malaikat yang tidak pernah tersesat.
Orang-orang
yang percaya, yang akan jatuh oleh batu sandungan yang diletakkan di
tengah-tengah jalan oleh kelicikan orang-orang yang menyesatkan mereka dari
jalan yang benar. Meskipun hanya satu dari seratus domba yang tersesat (karena
domba sering kali mudah tersesat), namun satu yang tersesat itu akan dicari
dengan segala upaya, dan akan ada kesukaan besar ketika yang tersesat itu sudah
ditemukan. Oleh karena itu, orang yang menyebabkan kesesatan itu pasti akan
mendapat penghukuman yang hebat. Jika ada sukacita di sorga atas kembalinya
salah satu dari hamba-hamba yang kecil ini, maka juga akan ada murka di sorga
terhadap orang-orang fasik yang menyesatkan mereka. Perhatikanlah, kasih dan
perhatian Allah tidak hanya akan diberikan kepada kawanan domba-Nya secara
umum, namun juga kepada setiap domba dan anak domba yang terhitung dalam
kawanan tersebut. Walaupun jumlahnya banyak, Ia sangat cepat merasa rindu
dengan setiap dari mereka, karena Ia adalah Sang Gembala Agung, namun juga,
tidaklah mudah bagi seekor dari mereka untuk hilang, karena Ia adalah Sang
Gembala yang Baik. Ia sangat mengenal kawanan domba-Nya lebih dari siapa pun juga,
karena Ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya (Yoh. 10:3).
Lihatlah gambaran lengkap perumpamaan ini dalam Yehezkiel 34:2, 10, 16, 19.
Kedua,
inti dari perumpamaan ini (ay. 14) adalah bahwa Bapamu yang di sorga tidak
menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang. Lebih banyak yang
tersirat daripada yang tersurat. Bukan keinginan Allah bahwa satu pun dari
domba-domba-Nya akan binasa, namun:
Adalah
kehendak-Nya bahwa anak-anak-Nya yang kecil ini akan selamat karena hal ini
adalah bagian dari rencana dan sukacita-Nya. Allah telah merencanakan dan
mencurahkan perhatian-Nya dan pasti akan melaksanakannya. Adalah kehendak
perintah-Nya agar kita semua melakukan semampu kita untuk menunjang maksud-Nya
ini dan tidak menghalang-halanginya.
Perhatian-Nya
mencakup setiap anggota dalam kawaan tersebut, bahkan yang terhina sekali pun.
Kita sering berpikir, bukanlah masalah yang besar jika hanya satu atau dua
domba tersesat atau terperangkap. Itu tidak menjadi masalah. Namun, kasih dan perhatian
Allah melampaui pikiran kita.
Di
sini tersirat bahwa mereka yang menyesatkan anak-anak-Nya yang kecil ini ke
dalam kebinasaan telah menentang kehendak Allah dan telah membangkitkan
murka-Nya, sehingga walaupun mereka jatuh ke dalam kebinasaan, hukuman akan
diperhitungkan kepada mereka yang menyebabkannya, karena Ia adalah Allah yang
cemburu dan tidak rela jika kemuliaan-Nya diinjak-injak (Yes. 3:15). Mengapa
kamu menyiksa umat-Ku dan menganiaya orang-orang yang tertindas? (Mzm.
76:9-10).
Perhatikanlah,
Kristus memanggil Allah (ay. 19) sebagai Bapa-Ku yang di sorga dan Bapamu yang
di sorga (ay. 14). Hal ini menyiratkan bahwa Ia tidak merasa malu untuk
menyebut murid-murid-Nya yang miskin sebagai saudara-saudara-Nya, karena
bukankah Ia dan mereka mempunyai satu Bapa? Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan
Bapamu (Yoh. 20:17). Oleh karena itu, apa yang menjadi milik kita adalah karena
itu telah menjadi milik-Nya. Hal ini memberikan dasar jaminan keselamatan bagi
anak-anak-Nya yang kecil, karena Bapa di sorga adalah juga Bapa mereka, dan
oleh karena itu, Ia akan selalu ada untuk melindungi mereka. Seorang ayah akan
menjaga semua anak-anaknya, tetapi terutama ia sangat lembut terhadap yang
kecil (Kej. 33:13). Allah adalah Bapa yang berdiam di sorga bagi hamba-hamba-Nya
yang kecil. Ia berdiam di tempat yang mahatinggi, sehingga Ia bisa melihat
segala penderitaan yang menimpa mereka. Ia berdiam di tempat yang mahakuasa,
sehingga Ia bisa mengadakan pembalasan atas nama mereka. Ini adalah sumber
sukacita bagi anak-anak-Nya yang kecil, karena Allah adalah Saksi (Ayb. 16:19)
dan Pelindung mereka di sorga (Mzm. 68:6). Amin