Kamis, 23 September 2021

Komentari

TEKS 1 KORINTUS 1:17-31 "KEBERHASILAN  PEMBERITAAN INJIL"
HIKMAT ALLAH DAN HIKMAT MANUSIA

Terjemahan Bebas 17  Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. 18  Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. 19  Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." 20  Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? 21  Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. 22  Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, 23  tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, 24  tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. 25  Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. 26  Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. 27  Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, 28  dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, 29  supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. 30  Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. 31  Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan."

 I.     CARA RASUL PAULUS MEMBERITAKAN INJIL

Bukan dengan hikmat perkataan (ay. 17), dan kata-kata hikmat yang meyakinkan (2:4), bukan dengan kefasihan berbicara yang berbunga-bunga atau dengan kecermatan bahasa filsafat, yang dengan itu orang-orang Yunani membanggakan diri mereka, dan yang tampaknya menjadi kebanggan khas dari beberapa pemimpin kelompok di dalam jemaat yang sangat memusuhi rasul ini. Ia tidak memberitakan Injil dengan cara ini, supaya salib Kristus jangan sampai menjadi sia-sia, supaya jangan sampai keberhasilan Injil dianggap berasal dari kehebatan seni bicara dan tidak datang dari kebenaran, tidak dari pengajaran yang jelas mengenai Yesus yang disalibkan, tetapi dari kefasihan berbicara yang hebat dari orang-orang yang menyebarkannya, sehingga dengan demikian kehormatan salib menjadi berkurang atau pudar. Paulus telah mendidik dirinya sendiri di bawah pimpinan Gamaliel dalam pengajaran bangsa Yahudi, namun di dalam pemberitaan salib Kristus ia mengesampingkan semua pengajarannya itu. Ia memberitakan Yesus yang disalibkan dengan bahasa yang jelas, memberitahukan kepada banyak orang bahwa Yesus yang disalibkan di Yerusalem adalah Anak Allah dan Juruselamat manusia, dan bahwa semua orang yang ingin diselamatkan harus bertobat dari dosa-dosa mereka, dan percaya kepada-Nya, serta tunduk kepada pemerintahan dan hukum-hukum-Nya. Kebenaran ini tidak membutuhkan hiasan buatan, ia terbit dengan keagungan terbesarnya dalam terangnya sendiri dan menang di dalam dunia ini oleh kekuasaan ilahinya dan pekerjaan Roh, tanpa bantuan manusia apa pun. Pemberitaan yang jelas mengenai Yesus yang disalibkan lebih kuat dari pada semua kefasihan berbicara dan filsafat dunia kafir ini.

 II.  PENGARUH PEMBERITAAN INJIL

 Bagi mereka yang akan binasa, pemberitaan tentang salib adalah suatu kebodohan, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah (ay. 18). Untuk orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah (ay. 23-24).

 1.    Kristus yang disalibkan menjadi suatu batu sandungan untuk orang-orang Yahudi.

Mereka tidak dapat menerima hal itu. Mereka memiliki kebanggaan bahwa Mesias mereka yang ditunggu-tunggu haruslah seorang raja seperti layaknya seorang raja di dunia ini. Itulah sebabnya mereka tidak akan pernah mengakui orang yang penampilannya begitu hina di dalam kehidupannya dan mengalami kematian yang begitu terkutuk sebagai Penyelamat dan Raja mereka. Mereka memandang rendah dan menganggap Dia benar-benar orang buruk, karena Ia digantung di atas kayu salib, dan juga karena Ia tidak memuaskan hati mereka dengan sebuah tanda yang sesuai dengan keinginan mereka, walaupun kuasa ilahi-Nya tampak di dalam berbagai mujizat yang tidak terhitung jumlahnya. Orang-orang Yahudi menghendaki tanda (ay. 22, dan Mat. 12:38).

 2.    Kristus yang disalibkan menjadi suatu kebodohan bagi orang-orang bukan Yahudi.

 Mereka menertawakan kisah Juruselamat yang disalibkan, dan memandang rendah cara rasul-rasul menceritakan hal itu. Mereka mencari hikmat. Mereka adalah orang-orang yang cerdas dan berpengetahuan. Orang-orang yang telah mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan, serta telah berabad-abad lamanya sangat mahir dalam ilmu pengetahuan dan pembelajaran. Tidak ada suatu apa pun di dalam pengajaran tentang salib yang begitu jelas itu yang cocok dengan selera mereka, atau menyenangkan rasa bangga mereka. Juga tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu dan sifat suka berbantah mereka. Itulah sebabnya mereka menyambut pengajaran itu dengan caci maki dan penghinaan. Apa gunanya berharap diselamatkan oleh orang yang tidak dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri! Dan mana mungkin kita harus percaya kepada orang yang dihukum dan disalibkan sebagai seorang penjahat, seorang yang dilahirkan dalam kehinaan dan memiliki kehidupan yang miskin, serta meninggal karena kematian yang begitu keji dan hina! Inilah yang tidak dapat diterima oleh keangkuhan nalar dan pengetahuan manusia. Bagi orang-orang Yunani, bodohlah untuk menerima ajaran seperti itu dan menghargai orang yang demikian. Karena itu, pantaslah untuk membiarkan saja orang-orang Yunani itu binasa di dalam kesombongan dan ketegaran mereka. Perhatikanlah, sangat adil bagi Allah untuk membiarkan mereka tetap ada di dalam kekerasan hati mereka, yang dengan angkuh telah menghina hikmat dan kasih karunia ilahi sedemikian rupa.

 3.    Kepada orang-orang yang dipanggil dan diselamatkan, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

 Orang-orang yang dipanggil dan dikuduskan, yaitu mereka yang mau menerima Injil dan diterangi oleh Roh Allah, lebih dapat melihat berbagai pengungkapan hikmat Allah dan kekuatan Allah yang mulia di dalam ajaran mengenai Kristus yang disalibkan dari pada di dalam semua pekerjaan-Nya yang lain. Perhatikanlah, orang-orang yang diselamatkan, diperdamaikan dengan ajaran tentang salib itu, dan dibawa mengalami sendiri segala rahasia tentang Kristus yang disalibkan.

 III. KEMENANGAN SALIB ATAS HIKMAT MANUSIA

 Yesaya. 29:14 Aku akan membinasakan hikmat orang-orang yang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Ku-lenyapkan. Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Bukanlah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? (ay. 19-20). Semua pengetahuan dunia yang dihargai tinggi itu dikacaukan, diguncang, dan dipudarkan oleh pewahyuan Kristen dan kemenangan gilang-gemilang dari salib. Para politikus dan ahli-ahli filsafat kafir, ahli-ahli Taurat dan rabi-rabi Yahudi, para pencari rahasia alam yang penuh rasa ingin tahu, semuanya bertanya-tanya dan tercengang-cengang. Pewahyuan ini sama sekali tak terjangkau oleh para negarawan dan ahli-ahli filsafat, dan segala ahli hebat yang berlagak menguasai pengetahuan, baik itu orang Yahudi maupun Yunani atau bangsa-bangsa lainnya.

 Ketika Allah hendak menyelamatkan dunia ini, Ia merancangnya dengan jalan-Nya sendiri. Dan ada alasan yang baik mengapa begitu, oleh karena dunia tidak mengenal Allah oleh hikmatnya (ay. 21). Segala ilmu pengetahuan yang dibangga-banggakan dunia kafir ini tidak mampu membawa dunia ini kepada Allah. Tak peduli dengan segala hikmat yang mereka miliki, ketidaktahuan tetap ada, ketidakadilan masih berlimpah-limpah. Manusia menjadi sombong oleh pengetahuan mereka yang semu, dan malah menjadi semakin terasingkan dari Allah. Dan itulah sebabnya Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. Oleh kebodohan pemberitaan Injil, maksudnya bukan benar-benar bodoh dalam arti yang sebenarnya, tetapi ini hanya ungkapan kasarnya saja.

 1. Hal yang diberitakan merupakan kebodohan menurut pandangan orang berhikmat dari dunia ini. Kita hidup melalui orang yang sudah mati, kita diberkati oleh orang yang dikutuk, kita dibenarkan oleh orang yang diri-Nya sendiri dihukum, semuanya merupakan kebodohan dan tidak sejalan dengan orang yang telah dibutakan oleh kesombongan diri dan terpaut dengan segala prasangkanya sendiri serta dengan segala temuan akal dan filsafat yang mereka bangga-banggakan.

 2. Cara pemberitaan Injil juga tampak bodoh bagi mereka. Pada masa Kristus, tidak ada orang yang terkenal karena berhikmat atau fasih berbicara ditugaskan untuk mendirikan jemaat atau memberitakan Injil. Yang dipanggil adalah beberapa nelayan sederhana, dan diutus untuk melaksanakan pekerjaan ini. Orang-orang ini diutus untuk menjadikan bangsa-bangsa sebagai murid Tuhan. Bejana-bejana ini dipilih untuk menyampaikan harta karun pengetahuan yang menyelamatkan dunia. Pada pandangan pertama, tidak ada dalam diri mereka yang tampak cukup agung atau mulia yang datang dari Allah. Alhasil, orang-orang yang mengaku-ngaku diri berpengetahuan dan berhikmat pun memandang rendah ajaran itu, semata-mata karena memandang orang-orang yang menyampaikannya. Akan tetapi, yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia (ay. 25). Cara-cara pimpinan ilahi yang cenderung dicela oleh orang-orang sombong sebagai tidak berhikmat dan lemah, justru sebenarnya memiliki lebih banyak hikmat yang benar, kukuh, dan berhasil di dalamnya, dibandingkan dengan semua pengetahuan dan hikmat yang ada di antara manusia: “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil, menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang (ay. 26 dan seterusnya). Kamu sudah melihat bagaimana keadaan Kekristenan, tidak banyak orang yang terpelajar, berkuasa, atau keturunan orang terhormat, yang dipanggil.” Ada banyak keburukan dan kelemahan yang tampak pada tampilan luar agama kita. Sebab:

 (1)     Hanya sedikit orang hebat yang dipanggil untuk melakukan pekerjaan pelayanan.

 Allah tidak memilih ahli filsafat, ahli pidato, negarawan, dan orang kaya, orang berkuasa, atau orang penting di dunia ini untuk memberitakan Injil kasih karunia dan damai sejahtera itu. Bukan orang yang bijak menurut ukuran manusia, walaupun orang cenderung menganggap bahwa kehebatan karena hikmat dan pengetahuan akan banyak berperan bagi keberhasilan Injil. Bukan orang yang berkuasa dan mulia, meskipun orang cenderung membayangkan bahwa kemegahan dan kekuasaan duniawi akan membuka jalan supaya Injil dapat diterima di dalam dunia ini. Tetapi Allah tidak melihat seperti manusia. Ia telah memilih hal-hal yang bodoh, hal-hal yang lemah, hal-hal yang hina dan tercela dari dunia ini, orang-orang yang asalnya hina, dari kalangan rendah, tidak memiliki pendidikan yang tinggi, untuk menjadi pemberita Injil dan pendiri jemaat. Sebab rancangan-Nya bukanlah rancangan kita, dan jalan-Nya bukanlah jalan kita. Ia adalah hakim yang lebih baik dari pada kita, untuk menilai alat-alat dan ukuran apa yang terbaik untuk melayani tujuan-tujuan kemuliaan-Nya.

 (2)     Hanya sedikit orang hebat dan terkenal yang dipanggil menjadi Kristen

 Sama seperti guru-gurunya yang miskin dan hina, begitulah juga pada umumnya dengan orang-orang yang bertobat dan percaya kepada Kristus. Hanya ada sedikit orang-orang berhikmat, berkuasa, dan terhormat yang memeluk ajaran salib. Orang-orang Kristen pertama, baik di kalangan Yahudi maupun Yunani, merupakan orang-orang yang lemah, bodoh, dan hina. Orang-orang sederhana dalam hal kemampuan akal budi, dan berkedudukan rendah dalam hal keadaan lahiriah. Namun, betapa mulianya pemahaman mereka tentang hikmat ilahi di dalam keseluruhan rancangan Injil, dan keberhasilannya dalam keadaan seperti ini!

 IV. SEGALA SESUATU DIBUAT BERGUNA.

 1.    Untuk menaklukkan kesombongan dan kesia-siaan manusia.

 Allah telah memilih apa yang bodoh bagi dunia, untuk memalukan orang-orang yang berhikmat. Orang-orang yang tidak terpelajar mengalahkan mereka yang paling terpelajar. Dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat. Orang-orang yang berasal dari kalangan dan keadaan yang hina mengalahkan dan menang atas semua kekuatan dan kekuasaan raja-raja dunia ini. Apa yang tidak terpandang dan apa yang hina bagi dunia, yaitu hal-hal yang sangat tidak dihargai orang atau yang ada di dalam kehinaan yang amat sangat, yang tidak dihargai dan dihormati orang dengan sangat. Bahkan apa yang tidak berarti untuk meniadakan apa yang berarti, yaitu pertobatan orang-orang bukan Yahudi (yang paling dipandang rendah dan jijik oleh orang Yahudi) membuka jalan untuk menghapuskan hukum dasar yang begitu mereka banggakan serta yang di atasnya mereka menyombongkan diri sedemikian rupa untuk memandang rendah seluruh isi dunia lainnya. Sudah menjadi hal yang lazim bagi orang-orang Yahudi untuk mengatai orang-orang bukan Yahudi sebagai sesuatu yang tidak berarti. Begitulah, di dalam kitab apokrifa Ester 14:11, dikatakan bahwa Ester memanjatkan doa supaya Allah tidak menyerahkan tongkat kerajaan-Nya kepada orang-orang yang tidak berarti. Begitu juga, Esdras, di dalam salah satu kitab apokrifa yang dinamai menurut namanya, yaitu 2 Esdras 6:56-57, berdoa kepada Allah mengenai para penyembah berhala yang dianggap sebagai orang-orang yang tidak berarti. Tampaknya Rasul Paulus menggunakan bahasa umum yang biasa digunakan oleh orang-orang Yahudi dalam pandangannya ketika ia menyebut Abraham sebagai bapa banyak bangsa, di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah ... dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada (Rm. 4:17). Injil itu cocok untuk menjatuhkan kesombongan orang Yahudi maupun orang Yunani, untuk memalukan ilmu dan pengetahuan orang Yunani yang dibangga-banggakan itu, serta merendahkan hukum dasar yang olehnya orang-orang Yahudi telah menyombongkan diri mereka sendiri dan memandang rendah semua orang lain di dunia ini, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah (ay. 29), supaya tidak ada alasan untuk menyombongkan diri. Hanya hikmat ilahi sendiri yang memiliki cara penebusan, dan hanya kasih karunia sendiri yang mengungkapkan serta memasyhurkannya. Dan keduanya tak terjangkau oleh manusia. Meskipun menghadapi banyak perlawanan yang datang dari dunia ilmu pengetahuan atau kekuasaan manusia, pengajaran dan pengungkapan ini tetap unggul. Betapa berhasilnya Allah menutup kemuliaan dan memalukan kesombongan manusia di dalam semua hal. Ketetapan Injil merupakan keberhasilan bagi orang yang rendah hati.

 2.    Secara mengagumkan Injil dipakai untuk memuliakan Allah

 Terdapat banyak kuasa dan kemuliaan di dalam hakikat dan kehidupan Kekristenan. Meskipun para pelayan Tuhan miskin dan tidak terpelajar, dan para petobat berasal dari kalangan yang paling rendah, namun tangan Tuhan menyertai para pemberita Injil, dan dengan kuat menggenggam hati orang-orang yang mendengarkan. Yesus Kristus telah menjadi begitu agung dan mulia bagi para pemberita Injil dan orang-orang Kristen. Semua yang kita miliki berasal dari Allah sebagai sumber, dan di dalam dan melalui Kristus sebagai saluran yang menyampaikannya kepada kita. Oleh Allah, Yesus Kristus telah menjadi hikmat, kebenaran, pengudusan, dan penebusan bagi kita (ay. 30), yaitu semua yang kita butuhkan atau dapat kita inginkan.

 Dengan semua pengetahuan yang kita agung-agungkan, kita adalah orang-orang yang bodoh, dungu, dan buta dalam perkara-perkara Allah, tetapi Kristus telah dijadikan hikmat bagi kita. Kita adalah orang-orang yang bersalah, jahat di hadapan keadilan, dan Ia dijadikan sebagai kebenaran, pendamaian dan korban persembahan. Kita telah menjadi bejat dan rusak, dan Ia dijadikan sebagai pengudusan bagi kita, menjadi mata air kehidupan rohaniah kita. Dari Dia yang adalah Kepala, semuanya itu diturunkan kepada kita, yaitu seluruh anggota tubuh rohaniah-Nya, oleh Roh KudusNya. Kita dipersatukan, dan Ia dijadikan penebusan bagi kita, menjadi Juruselamat dan Penebus kita. Ketika Kristus menjadi kebenaran bagi setiap jiwa, Ia juga menguduskan. Ia tidak pernah membebaskan orang dari kesalahan dosa tanpa melepaskannya dari kuasa dosa. Ia menjadi kebenaran dan pengudusan, supaya pada akhirnya Ia menjadi penebusan yang sempurna, supaya dapat membebaskan jiwa dari dosa yang merajalela serta membebaskan tubuh dari ikatan kubur. Apa yang dirancang di dalam semuanya itu adalah supaya segala yang hidup dapat bermegah di dalam Tuhan (ay. 31). Perhatikan baik-baik, sudah menjadi kehendak Allah bahwa semua ungkapan pengagungan kita haruslah di dalam Tuhan. Karena keselamatan kita hanya melalui Kristus, maka pengagungan kita itu pun memang harus pula di dalam Dia. Manusia direndahkan, dan Allah dimuliakan serta diagungkan, oleh seluruh rancangan Injil itu.

 Amin Solideo Gloria

Statistik Pengunjung