Kefas adalah seorang murid Yesus dan Rasul. Sebetulnya ia bernama Simon. Ia putera seorang yang bernama Yona (Mat 16:17) atau Yohanes (Yoh 1:42; 21:15), saudara kandung Andreas (Mat 10:2 nelayan seperti dia (Mark 1:16). Dilahirkan di Betsaida (Yoh 1:44). Waktu bertemu Yesus ia tinggal di Kapernaum (Mark 1:29; Luk 4:38). Bersama Yohanes dan Yakobus ia termasuk murid-murid Yesus yang terdekat (Mark 5:37; 9:2; 14:33). Ia menyangkal Yesus (Mark 14:66-72), tetapi juga menjadi salah seorang dari para saksi pertama atas kebangkitanNya (Mark 16:7; 1Kor 15:5). Keaselian janji yang diberikan kepada Petrus (Mat 16:13-20) lama ditentang oleh para eksegit protestan, yang melihat pelukisan jemaat purba di dalam kata-kata itu. Sekarang ini semakin diakui bahwa naskah itu asli. Setelah kematian Yesus, Petrus mengambil-alih pimpinan jemaat muda di Yerusalem (Kis 1:15-5:32) dan mengunjungi para kristen di Samaria, Lod, Yafo, dan Kaisarea (Kis 8:14-11:18). Setelah Yakobus tua dibunuh (44), Petrus juga dijebloskan ke dalam penjara, tetapi (Kis 15:1-41) ia berada kembali di Yerusalem. Oleh sikapnya yang tidak jelas dalam persoalan sunat, Paulus melawannya secara terbuka (Gal 2:11). Soal kelanjutan karya Petrus tidak ada yang tahu. Hidupnya di Roma dan kematiannya selaku martir pada zaman kekuasaan Nero (antara 64-67) boleh dianggap sebagai pasti, meskipun penggalian-penggalian di bawah Gereja St. Petrus di Roma (1940-1949) tidak dapat memberikan bukti-bukti yang meyakinkan atas makam Petrus di situ. Dengan nama Petrus ada dua pucuk surat (Surat-surat Petrus) dan berbagai tulisan apokrif (Akta P. Wahyu ~P, Injil ~P dan Kotbah ~P).
Menurut [Ensiklopedia]
I. Latar belakang
Agaknya nama asli Petrus ialah nama Ibrani 'Simeon' (seyogianya demikian dlm Kis 15:14; 2 Ptr 1:1, tapi dlm TBI semuanya menjadi 'Simon'); barangkali, seperti banyak orang Yahudi dipakainya juga nama 'Simon', hal yg biasa dalam PB sebagai nama Yunani yg bunyinya sama. Nama bapaknya ialah Yunus (Mat 16:17); Petrus berkeluarga (Mrk 1:30), dan dalam perjalanan misinya ia disertai istrinya (1 Kor 9:5). Menurut Injil Yoh, Petrus berasal dari Betsaida, suatu kota di daerah Golan (atau Gaulanitis), yg penduduknya kebanyakan orang Yunani (Yoh 1:44). Tapi ada juga rumah Petrus di Kapernaum di Galilea (Mrk 1:21 dab). Kedua kota itu terletak di tepi pantai Danau Galilea, tempat Petrus mencari nafkah sebagai nelayan. Di kedua kota itu terbuka banyak sekali hubungan dengan bangsa-bangsa non-Yahudi. (Nama adiknya nama Yunani.) Bahasa sehari-hari Petrus adalah bh Aram dengan logat khas utara (Mrk 14:70). Ia menerapkan kesalehan dan memegang teguh pengharapan umatnya (bnd Kis 10:14) kendati tidak belajar hukum Taurat (Kis 4:13; maksudnya bukan melek huruf). Agaknya dia sudah dipengaruhi gerakan Yohanes Pembaptis (bnd Kis 1:22): adiknya, Andreas, adalah murid Yohanes Pembaptis (Yoh 1:39 dab).
II. Panggilan
Injil Yoh memberitakan kegiatan Kristus pada prapelayanan-Nya di Galilea, termasuk pertama kalinya Petrus diperkenalkan oleh Andreas kepada Yesus (Yoh 1:41). Perkenalan ini membuat lebih dimengerti tanggapan Petrus atas panggilan berikutnya di pantai Galilea (Mrk 1:16 dab). Lalu menyusul penetapan 12 murid (Mrk 3:16).
Dalam keadaan sebagai murid Simon memperoleh gelarnya yg baru, Kepha, dari kata Aram (TBI Kefas), 'batu karang' atau 'batu besar' (1 Kor 1:12; 15:5; Gal 2:9). Nama itu muncul di PB biasanya dalam bentuk Yunani Petros. Menurut Yoh 1:42 gelar ini diberikan Yesus (yg sebelumnya tidak diketahui orang sebagai nama diri) pada perjumpaan pertama. Sebutan yg biasa dipakai Yohanes ialah 'Simon Petrus'. Markus menyebutnya 'Simon' sampai 3:16, dan sesudah itu hampir tidak pernah berubah dari 'Petrus'. Memang tidak ada sesuatu yg mengisyaratkan, bahwa kata-kata khidmat dalam Mat 16:18 diberikan pertama sekali pada saat itu dengan mengacu pada nama itu.
III. Petrus dalam pelayanan Yesus
Petrus adalah murid Yesus yg pertama dipanggil; ia selalu disebut yg pertama dalam urutan murid-murid; ia juga seorang dari ketiga murid yg merupakan kelompok akrabdengan Guru mereka (Mrk 5:37; 9:2; 14:33; bnd 13:3). Tindak pelayanannya yg didorong gelora hatinya, sering dilukiskan dalam Alkitab (bnd Mat 14:28; Mrk 14:29; Luk 5:8; Yoh 21:7), dan dia bertindak sebagai jurubicara dari ke-12 murid itu (Mat 15:15; 18:21; Mrk 1:36dab; 8:29; 9: 5; 10:28; 11:21; 14:29 dab; Luk 5:5; 12:41). Dalam saat penentuan dekat Kaisarea Filipi dialah jurubicara dari kelompok ke-12 murid: sebab pertanyaan itu ditujukan kepada mereka semua (Mrk 8:27, 29), dan semua mereka tergenggam satu dalam pandangan mata Yesus, yg menyertai tempelakan-Nya yg menyusul kemudian (8:33).
Pemuliaan Yesus di atas gunung (Mrk 9:1) sangat erat hubungannya dengan pengakuan rasul-rasul yg mendahuluinya. Pengalaman itu berkesan sekali dalam diri Petrus: 1 Ptr 5:1; 2 Ptr 1:16 dab ditafsirkan berdasarkan pemuliaan Yesus itu, dan -- sekalipun tidak berasal dari Petrus -- juga Apocalypse dan Acts of Peter ( --> APOKRIFA PB) menunjukkan, bahwa para penulis kedua kitab ini menghubungkan pemberitaan tentang peristiwa pemuliaan itu dengan rasul Petrus.
Dapat dikatakan 'omong gede' Petrus dalam Mrk 14:29dab adalah mewakili ke-12 murid; hanya karena suara Petrus paling lantang mengungkapkan kesetiaannya, dan karena penyangkalan Petrus yg paling kentara (Mrk 14:66dab) maka kelemahannya paling menonjol. Tapi dalam berita kebangkitan, ia secara khusus ditampilkan ke depan (Mrk 16:7), dan secara pribadi ia dikunjungi Tuhan Yesus yg sudah bangkit itu (Luk 24:34; 1 Kor 15:5).
IV. Tugas panggilan Petrus
Mat 16:18 dab adalah bagian PB yg paling banyak diperbincangkan. Ada yg menolak ucapan ini sungguh pernah diucapkan Yesus, tapi itu hanyalah keputusan yg sewenang-wenang, dan umumnya didasarkan pada pra-dalil dogma saja (kadang-kadang dgn pra-dalil bahwa Yesus tidak pernah bermaksud mendirikan gereja). Sebaliknya, pendapat lain mengemukakan bahwa ucapan ini benar-benar diucapkan, tapi tempatnya bukan di situ. Stauffer melihatnya sebagai kebijakan sesudah kebangkitan, seperti Yoh 21:15. Cullmann cenderung menempatkannya dalam kait naskah masa penderitaan, seperti Luk 22:31 dab. Tapi penataan ulang seperti itu tidak memberi tempat wajar kepada keistimewaan Mat 16:18 dab. Ucapan ini adalah suatu berkat disertai janji: ay-ay sebelumnya adalah perintah. Dalam laporan Markus yg jelas terang mengenai peristiwa Kaisarea Filipi, ia memusatkan perhatian kepada kegagalan murid-murid memahami watak mesianis yg baru saja mereka akui: tapi ini bukan alasan menyangkal bahwa ungkapan 'batu karang' termasuk kepada peristiwa pengakuan di Kaisarea itu.
Belum ada kesepakatan tafsir atas bagian Alkitab ini. Saran yg mengatakan bahwa 'batu karang' adalah melulu salah pengertian atas bentuk seruan (vokatif) 'Petrus' dalam bh Aram yg menjadi dasarnya (SB, 1, hlm 732) terlalu cetek, karena: jelas ucapan ini berkaitan dengan makna nama Petrus, yg ditunjukkan oleh beberapa ay dalam Injil sebagai dikaruniakan oleh Yesus dengan khidmat. Sejak dahulu ada dua tafsiran utama, disertai banyak ragamnya.
1. Pada dasarnya 'batu karang' adalah ihwal paling inti yg diungkapkan Petrus: apakah itu iman Petrus atau pengakuan akan mesianis Yesus. Inilah tafsiran tertua (bnd Origenes ttg ay ini, 'Anti Batu Karang ialah setiap murid Kristus'). Tafsiran ini memperhatikan kait naskah Injil Mat dan menekankan makna agung pengakuan iman di Kaisarea Filipi seperti Mrk 8 menekankannya dengan cara yg berbeda. Dalam perspektif sejarah 'batu karang' itu bukanlah melulu iman kepada Kristus, tapi pengakuan para rasul akan Kristus, yg di lain tempat diungkapkan sebagai dasar gereja (bnd Ef 2:20). Ungkapan 'batu karang' menyinggung sari pati jabatan rasul ( --> RASUL), dan nama Petrus -- rasul utama -- mengungkapkan pengertian sari pati itu. Bahwa iman dan pengertian Petrus sendiri masih sangat kurang pada saat itu, tidaklah setuju dengan ihwal: gereja harus didirikan di atas dasar pengakuan rasul-rasul.
2. Batu karang adalah Petrus sendiri. Tafsiran ini hampir sama tuanya dengan yg pertama. Baik Tertulian maupun Uskup (uskup Roma atau Kartago) yg dikritiknya dalam bukunya De. Pudicitia, menerima tafsiran ini, kendati dengan kesimpulan-kesimpulan yg berbeda. Kekuatan tafsiran ini terletak pada fakta bahwa Mat 16:19 adalah dalam bentuk tunggal, dan ucapan itu pasti ditujukan langsung kepada Petrus, kendati dapat dikatakan, seperti Origenes, bahwa untuk mempunyai kepercayaan dan kebajikan-kebajikan Petrus berarti mempunyai kunci-kunci Petrus. Bisa juga dibuat perbandingan dengan Midrasy tentang Yes 51:1. Waktu Allah melihat Abraham, yg akan tampil mendekat, Allah berkata, 'Lihat, telah Ku-dapati sebuah gunung batu, yg di atasnya dapat Ku-dasarkan dan Ku-bangun dunia ini. Karena itu disebut-Nya Abraham gunung batu' (SB, 1, hlm 733).
Banyak penafsir Protestan, termasuk Cullmann, memegang pandangan kedua ini. Tapi pandangan Cullmann bahwa ucapan ini harus dipisahkan dari pola Matius, kita tolak. Lebih baik membacanya di tempat yg ditentukan Matius, daripada menalarnya sebagai ucapan Kristus yg berdiri sendiri tanpa terkait dengan perikop lainnya.
Dapat ditekankan di sini, bahwa tafsiran batu karang itu sebagai Petrus sendiri, tidak mengukuhkan atau mendukung tuntutan kedudukan utama dari suatu gereja mana pun atau pimpinannya, yg muncul melalui perkembangan dan keadaan sejarah. Bahkan seandainya dapat ditunjukkan, bahwa pimpinan suatu gereja merupakan pengganti Petrus (hal yg tak mungkin dilakukan), namun ini tidak mengizinkan kedudukan utama Petrus (jika ada) dialihkan kepada pengganti yg mana pun. Ucapan ini menunjuk kepada pendirian (pembentukan) gereja, yg tak dapat diulangi.
Kata-kata yg menyusul tentang kunci Kerajaan Sorga harus diperhadapkan dengan Mat 23:13. Orang-orang Farisi, sekalipun mempropagandakan keagamaan mereka, menutup pintu Kerajaan sorga. Tapi Petrus, yg mengenal Yesus sebagai yg menguasai seluruh isi rumah Bapak dan memegang kuncinya (bnd Why 1:18; 3:7; 21:25), menerima kunci sebab diserahkan kepadanya (bnd Yes 22:22) untuk membuka pintu Kerajaan Sorga. Kata-kata 'mengikat dan melepaskan', yg sejajar dengan ungkapan-ungkapan rabi, di sini ditujukan kepada Petrus, tapi di tempat lain ditujukan kepada semua rasul (bnd Mat 18:18). 'Dalam Kerajaan Allah yg akan datang, rasul akan serupa dengan seorang ahli Taurat atau Rabi Agung, yg akan memberi keputusan bukan berdasarkan hukum Yahudi, melainkan berdasarkan ajaran Yesus, yg menggenapi hukum itu' (A. H McNeile).
Tapi bahwa di sana sini diberikan kedudukan utama kepada Petrus di antara para rasul, tak dapat disangsikan. Luk 22:31 dab menunjukkan kedudukan Petrus yg begitu penting seperti dilihat oleh Tuhan Yesus maupun Iblis, dan pengetahuan yg jelas tentang pengkhianatan yg sudah dekat, menunjukkan tugas penggembalaannya di hari mendatang. Tuhan yg bangkit itu memperkokoh lagi tugas panggilan ini (Yoh 21:15 dab), dan bahkan Injil keempat (yg menyatakan hubungan khusus rasul Yohanes dgn Kristus) yg mencatat hal ini.
V. Petrus dalam gereja zaman rasuli
Sebelum Pentakosta Petrus memegang pimpinan dalam persekutuan rasuli (Kis 1:15 dab); sesudah Pentakosta dialah pengkhotbah utama (2:14 dan; 3:12), jurubicara di hadapan penguasa Yahudi (4:8), dan pimpinan dalam pelaksanaan tata tertib (5:3). Walaupun gereja memberi kesan mendalam kepada masyarakat, tapi khusus mengenai kuasa-kuasa adikodrati, yg dianggap menerimanya adalah Petrus (5:15). Di Samaria, daerah pertama yg diinjili, citra kepemimpinan Petrus juga seperti Itu (8:14 ).
Di antara para rasul, Petrus adalah rasul yg pertama dihubungkan dengan penginjilan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Hal itu terjadi tentu dengan kehendak Allah (10:1 dab; bnd 15:7 dab), tapi langsung mengundang kecaman terhadap dirinya sendiri (11:2 dab); dan itu bukan yg terakhir kali. Dalam Gal 2:11 dab diceritakan Petrus di Antiokhia, yakni gereja pertama yg anggotanya sebagian besar non-Yahudi. Ia turut bersekutu pada meja perjamuan bersama non-Yahudi yg sudah bertobat, tapi karena menghadapi tantangan dari golongan Kristen Yahudi maka Petrus mengundurkan diri. Aib ini dicela keras oleh Paulus; tapi sedikitpun tak ada perselisihan teologis pada mereka. Sorotan Paulus hanyalah mengenai praktik hidup Petrus yg tidak selaras dengan ajarannya. Teori lama (yg dihidupkan kembali oleh S. G. F Brandon dlm The Fall of Jerusalem and the Christian Church, 1951), yg mengatakan ada pertentangan yg terus-menerus antara Paulus dan Petrus, tidak mempunyai dasar dalam Alkitab.
Kendati peristiwa kejatuhan ini, tidak ada sahabat yg lebih setia kecuali Petrus dalam upaya menginjili non-Yahudi. Berita Paulus sama dengan berita Petrus, sekalipun ada beda pengungkapan: amanat-amanat Petrus dalam Kis, Mrk dan 1 Ptr berasaskan teologi salib, sama dengan teologi Paulus yg berakar pada konsepsi Kristus sebagai Hamba yg menderita. Petrus selalu siap bekerja sama dengan Paulus, sambil menyadari misi penginjilannya kepada Yahudi, dan misi penginjilan Paulus kepada non-Yahudi, sebagai bagian dari pelayanan tugas yg sama (Gal 2:7 dab); dan pada Sidang di Yerusalem Petrus tercatat sebagai yg pertama mendesak yg lain untuk menerima non-Yahudi melulu berdasarkan iman (Kis 15:7 dab).
Jalan hidup Petrus sesudah kematian Stefanus sukar dilacak. Ay-ay yg memberitakan Petrus di Yope, Kaisarea, dan di tempat lain mengisyaratkan bahwa dia menginjili di Palestina (pada saat itu pastilah Yakobus memegang pimpinan di Yerusalem). Petrus dipenjarakan di Yerusalem, dan sesudah terlepas secara ajaib ia berangkat 'ke tempat lain' (Kis 12:17). Semua usaha untuk menentukan tempat lain itu sia-sia. Kita tahu dia pergi ke Antiokhia (Gal 2:11 dab); mungkin ia pergi ke Korintus, walau barangkali tidak begitu lama (1 Kor 1:12). Namanya dihubungkan erat sekali dengan orang Kristen di Asia Kecil (1 Ptr 1:1), dan larangan terhadap Paulus untuk pergi ke Bitinia (Kis 16:7) mungkin karena Petrus sudah bekerja di sana.
Tentang Petrus tinggal di Roma telah diperdebatkan, tapi dasar perdebatan itu lemah. Surat 1 Ptr hampir pasti ditulis dari Roma (1 Ptr 5:13, dan PETRUS, SURAT PERTAMA). Dalam surat itu ada tanda-tanda bahwa waktu penulisannya adalah tidak lama sebelum atau pada masa penganiayaan zaman Nero. Dan 1 Clement 5 berpendapat bahwa Petrus, seperti Paulus, meninggal dalam penganiayaan ini. Keraguan terhadap tafsiran 1 Clement (bnd M Smith, NTS 9, 1960, hlm 86 dst) mempunyai dasar yg lemah. Di pihak lain, saran Cullmann perlu dipertimbangkan dengan sungguh, berdasarkan kait naskah 1 Clement dan singgungan-singgungan Paulus dalam Surat-surat kepada Filipi tentang ketegangan-ketegangan di gereja Roma, bahwa Petrus, barangkali karena permintaan Paulus, khusus datang di Roma untuk mencegah perpecahan, dan bahwa perselisihan antara orang Kristen mengakibatkan kematian kedua rasul itu. Cerita dalam Kitab Apokrifa Acts of Peter tentang martirnya, yaitu penyaliban (bnd Yoh 21:18 dab) dengan kepalanya ke bawah, tak dapat diterima sebagai mutlak benar, tapi kitab ini (APOKRIFA PB) mungkin mengandung beberapa tradisi sah. Memang pasti kitab ini, seperti kesaksian-kesaksian lain dari abad 2, menekankan kerja sama para rasul di Roma.
Penggalian-penggalian di Roma mengungkapkan suatu ibadah Petrus kuno di bawah gereja Santo Petrus (bnd Eusebius, EH 2. 25): namun masih kurang pasti jika dituntut lebih dari ibadah itu kepada mereka.
KEPUSTAKAAN.
F. J Foakes Jackson, Peter, Prince of Apostles, 1927; E Stauffer, Zeitschrift fur Kirchengeschicte, 62, 1944, hlm 1 dst (bnd New Testament Theology, 1955, hlm 30 dst); 0 Cullmann, Peter: Disciple -- Apostle-Martyr2, 1962; JEH 7, 1956, hlm 238 dst (ttg penggalian-penggalian); J Toynbee dan J Ward Perkins, The Shrine of St. Peter and the Vatican Excavations, 1956; H Chadwick, JTS (ns) 8, 1957, hlm 31 dst; 0 Karrer, Peter and the Church, 1963; R. E Brown, K. P Donfried, J Reumann (red.), Peter in the New Testament, 1973. AFW/MHS/HAO