Kamis, 01 April 2021

MENGAPAH HARUS MELAKUKAN PERAYAAN PASKAH

Pertanyaan yang menarik untuk dibahas, mengapa harus melaksanakan perayaan paskah ? Sebagai orang percaya harus memahami latarbelakang dari perayaan paskah. Paskah bukan semata-mata sebagai suatu oblikasi keKristenan melainkan sebagai bukti bahwa Allah benar-benar terlibat dalam keselamatan manusia dari dosa. Dosa telah menjadi penghalang besar manusia untuk datang kepada Allah, oleh sebab itulah Allah mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama seperti manusia untuk membebaskan manudia dari perbudakan dosa. Karena itulah paskah dirayakan sebagai hari pembebasan manusia dari dosa. Sebagai orang percaya harus juga memahami latabelakang dari munculnya istilah perayaan paskah dalam sejahar bangsa Israel yang berdampak juga kepada umat Kristen.


Secara etimologis kata PASKAH diambil dari bahasa Ibrani dari kata "pesakh" sementara dalam bahasa  Yunani adalah "Paskha"  arti dasarnya adalah meloncat atau menari, dalam arti kiasan Kel 12:13,23,27Yes 31:5; atau dapat juga dikatakan sebagai melewati/menyayangkan. Dari devinisi itu dapat dikatakan bahwa paskah adalah suatu pertanda yang menghindarkan manuisa dari murka Tuhan, sehingga terlewatkan atau melewati atau dilewatkan karena ada pertanda berupa darah anak domba yang tak ternoda. Ada beberapa penjelasan menurut kamus Alkitab bahwa:

1.    Didalam Perjanjian Lama Naskah Alkitab yang tertua membangkitkan kesan, bahwa ritus Paskah sudah dilakukan sejak zaman  Musa oleh  bangsa Israel. (Kel 3:18; 8:21-24; 10:7-11,24,26 . Penyelidikan ilmiah menemukan bahwa awal Paskah sebagai pesta musim semi dari para pengembara. Di dalam pesta itu mereka kurbankan dari kawanan ternak mereka (kini masih dipertentangkan, apakah disitu dipersembahkan kurban hasil pertama). Darah binatang kurban dioleskan pada tiang pintu. Dagingnya dijadikan kurban selamatan bersama keluarga dan dimakan bersama roti yang tidak diberi ragi. Dari binatang kurban tidak ada tulang yang boleh dipatahkan (suatu pengertian apotropeis). Bangsa Israel melangsungkan ritus itu, apabila mereka hubungkan pesta para pengembara dengan saat keluaran dari Mesir dengan menjadikannya peringatan karya keselamatan oleh Tuhan melalui Kematian dan kabangkitan-Nya.

 

2.    Perubahan pengertian pada arti sejarah keselamatan jelas-jelas dapat dinyatakan legitim (Kel 12:14,23,27,31). Meskipun undang-undang Kel 12:1-14 termasuk golongan tahap tradisi termuda dari Paskah (tradisi Imamat), tetapi di situ jelas tetap tersimpan ritus ibadat dalam bentuknya yang tertua. Bulan pertama dalam musim semi menurut kebiasaan para pengembara dianggap sebagai awal tahun (tanggalan). Pesta itu dirayakan sebagai pesta keluarga. Di situ tidak dibicarakan tentang jabatan Imam. Setelah bangsa Israel  menetap hidupnya, mereka gabungkan minggu pesta roti tanpa ragi (Mazzot) pada malam Paskah. Tambahan ini berlawanan dengan Paskah para pengembara, sebab menyangkut sebuah pesta musim dari para petani (perkembangan pesta itu dapat dibandingkan dalam Kel 12:21-23 dengan Ul 16:1-8 dan Yeh 45:21). Pada pemberian undang-undang menurut tradisi deuteronomis hilanglah sifat-sifat keluarga dan pengembara itu, sebab perayaan itu harus dilakukan di kenisah. Di samping ternak kecil yang sampai detik itu merupakan satu-satunya binatang kurban yang diijinkan, kini diijinkan pula ternak besar. Perubahan itu nampaknya tidak berlangsung selamanya (Kel 12:1-14Im 23:5-8; kebiasaan di Elefantin). Pada zaman setelah pembuangan orang merayakan Paskah dalam bentuk, di mana digabungkanlah undang-undang imamat dengan undang- undang Ulangan: Penyembelihan binatang kurban dilakukan di kenisah, diikuti selamatan kudus di kalangan keluarga atau di tengah kelompok hariannya, seperti yang dilakukan Yesus bersama para muridNya. Sejak hancurnya kenisah (70 sesudah Mas.), ritus para pengembara hanya dilakukan oleh orang-orang Samaria pada gunung Gerizim. Perjamuan selamatan pada bangsa Yahudi berubah bentuk dan mempunyai corak sebuah pesta makan Yunani atau Romawi: Pada saat makan daging domba, orang minum anggur (4 piala) dan orang makan rempah-rempah, buah rebus dan roti tanpa ragi. Di tengah-tengah perjamuan makan dibacakan cerita Keluaran dan orang menyanyikan  Hallel. Pada setiap perayaan itu setiap orang "dalam setiap zaman diwajibkan menangkap dirinya sedemikian rupa, seolah-olah ia sendiri pergi keluar dari Mesir" (Pes 10:5), artinya: Karya keselamatan Tuhan di waktu lampau dihadirkan kembali di dalam Paskah dengan dihubungkan pada suatu harapan eskatologis. Dengan demikian perayaan paskah mempunyai sifat sakramentil.

 

3.    DI KUMRAN. Dari tanggalan pesta mereka, sudah jelas bahwa jemaat Kumran merayakan paskah. Adapun tanggalan tersebut tidak cocok dengan tanggalan yang berlaku di kenisah Yerusalem dan jemaat Kumran menghindari setiap kontrak dengan kenisah, sehingga perayaan paskah pasti tidak dimulai dengan penyembelihan domba paskah menurut ritus resmi, melainkan digantikan dengan perjamuan selamatan kudus lainnya.

 

4.    DI DALAM PB. Bagi tradisi sinoptik, Ekaristi adalah paskah dalam PB, sebab perjamuan perpisahan Yesus dengan para murid-Nya (Mark 14:12-16) ditangkap sebagai perjamuan PASKAH. Sebaliknya bagi Paulus dan Yohanes PASKAH dalam PL dipenuhi di dalam wafatnya Yesus di salib (1Kor 5:7Yoh 19:14,30-31 (Yesus wafat pada saat di Kenisah domba-domba paskah disembelih 36). Tradisi kedua ini berlangsung terus di dalam Gereja: Nama paskah adalah untuk perayaan paskah juga sebagai peringatan wafat Yesus dan kebangkitanNya. Tetapi, karena peringatan ini dilakukan secara sakramentil di dalam ekaristi, maka dengan syah ekaristi dapat dikatakan menjadi perjamuan paskah dalam PB. Amin 

Selamat merayakan Paskah
02 Maret 2021
Tuhan Yesus memberkati


 

Statistik Pengunjung