Pertanyaan yang menarik untuk dibahas,
mengapa harus melaksanakan perayaan paskah ? Sebagai orang percaya harus
memahami latarbelakang dari perayaan paskah. Paskah bukan semata-mata sebagai
suatu oblikasi keKristenan melainkan sebagai bukti bahwa Allah benar-benar
terlibat dalam keselamatan manusia dari dosa. Dosa telah menjadi penghalang
besar manusia untuk datang kepada Allah, oleh sebab itulah Allah mengosongkan
diri-Nya dan menjadi sama seperti manusia untuk membebaskan manudia dari
perbudakan dosa. Karena itulah paskah dirayakan sebagai hari pembebasan manusia
dari dosa. Sebagai orang percaya harus juga memahami latabelakang dari munculnya
istilah perayaan paskah dalam sejahar bangsa Israel yang berdampak juga kepada
umat Kristen.
Secara etimologis kata PASKAH diambil
dari bahasa Ibrani dari kata "pesakh" sementara dalam
bahasa Yunani adalah "Paskha" arti dasarnya adalah
meloncat atau menari, dalam arti kiasan Kel
12:13,23,27; Yes 31:5; atau dapat juga
dikatakan sebagai melewati/menyayangkan. Dari devinisi itu dapat dikatakan
bahwa paskah adalah suatu pertanda yang menghindarkan manuisa dari murka Tuhan,
sehingga terlewatkan atau melewati atau dilewatkan karena ada pertanda berupa
darah anak domba yang tak ternoda. Ada beberapa penjelasan menurut kamus
Alkitab bahwa:
1.
Didalam Perjanjian Lama Naskah Alkitab yang tertua membangkitkan kesan,
bahwa ritus Paskah sudah dilakukan sejak zaman Musa oleh
bangsa Israel. (Kel 3:18;
8:21-24; 10:7-11,24,26 . Penyelidikan ilmiah menemukan bahwa awal Paskah
sebagai pesta musim semi dari para pengembara. Di dalam pesta itu mereka
kurbankan dari kawanan ternak mereka (kini masih dipertentangkan, apakah disitu
dipersembahkan kurban hasil pertama). Darah binatang kurban dioleskan pada tiang pintu.
Dagingnya dijadikan kurban selamatan bersama keluarga dan dimakan bersama roti
yang tidak diberi ragi. Dari binatang kurban tidak ada tulang yang boleh
dipatahkan (suatu pengertian apotropeis). Bangsa Israel melangsungkan ritus
itu, apabila mereka hubungkan pesta para pengembara dengan saat keluaran dari Mesir dengan menjadikannya
peringatan karya keselamatan oleh Tuhan melalui Kematian dan kabangkitan-Nya.
2.
Perubahan
pengertian pada arti sejarah keselamatan jelas-jelas dapat dinyatakan legitim (Kel 12:14,23,27,31). Meskipun
undang-undang Kel 12:1-14 termasuk
golongan tahap tradisi termuda dari Paskah (tradisi Imamat), tetapi di situ
jelas tetap tersimpan ritus ibadat dalam bentuknya yang tertua. Bulan pertama
dalam musim semi menurut kebiasaan para pengembara dianggap sebagai awal tahun
(tanggalan). Pesta itu dirayakan sebagai pesta
keluarga. Di situ tidak dibicarakan tentang jabatan Imam. Setelah bangsa
Israel menetap hidupnya, mereka gabungkan minggu pesta roti tanpa ragi
(Mazzot) pada malam Paskah. Tambahan ini berlawanan dengan Paskah para
pengembara, sebab menyangkut sebuah pesta musim dari para petani (perkembangan
pesta itu dapat dibandingkan dalam Kel 12:21-23 dengan Ul 16:1-8 dan Yeh 45:21).
Pada pemberian undang-undang menurut tradisi deuteronomis hilanglah sifat-sifat
keluarga dan pengembara itu, sebab perayaan itu harus dilakukan di kenisah. Di
samping ternak kecil yang sampai detik itu merupakan satu-satunya binatang
kurban yang diijinkan, kini diijinkan pula ternak besar. Perubahan itu
nampaknya tidak berlangsung selamanya (Kel 12:1-14; Im 23:5-8; kebiasaan di Elefantin). Pada zaman setelah
pembuangan orang merayakan Paskah dalam bentuk, di mana digabungkanlah
undang-undang imamat dengan undang- undang Ulangan: Penyembelihan binatang
kurban dilakukan di kenisah, diikuti selamatan kudus di kalangan keluarga atau
di tengah kelompok hariannya, seperti yang dilakukan Yesus bersama para
muridNya. Sejak hancurnya kenisah (70 sesudah Mas.), ritus para pengembara
hanya dilakukan oleh orang-orang Samaria pada gunung Gerizim. Perjamuan
selamatan pada bangsa Yahudi berubah bentuk dan mempunyai corak sebuah pesta
makan Yunani atau Romawi: Pada saat makan daging domba, orang minum anggur (4
piala) dan orang makan rempah-rempah, buah rebus dan roti tanpa ragi. Di
tengah-tengah perjamuan makan dibacakan cerita Keluaran dan orang
menyanyikan Hallel. Pada setiap perayaan
itu setiap orang "dalam setiap zaman diwajibkan menangkap dirinya
sedemikian rupa, seolah-olah ia sendiri pergi keluar dari Mesir"
(Pes 10:5), artinya: Karya keselamatan Tuhan di
waktu lampau dihadirkan kembali di dalam Paskah dengan dihubungkan pada suatu
harapan eskatologis. Dengan demikian perayaan paskah mempunyai sifat
sakramentil.
3.
DI
KUMRAN. Dari tanggalan pesta mereka, sudah jelas bahwa jemaat Kumran merayakan
paskah. Adapun tanggalan tersebut tidak cocok dengan tanggalan yang berlaku di
kenisah Yerusalem dan jemaat Kumran menghindari setiap kontrak dengan kenisah,
sehingga perayaan paskah pasti tidak dimulai dengan penyembelihan domba paskah
menurut ritus resmi, melainkan digantikan dengan perjamuan selamatan kudus
lainnya.
4.
DI
DALAM PB. Bagi tradisi sinoptik, Ekaristi adalah paskah dalam PB, sebab
perjamuan perpisahan Yesus dengan para murid-Nya (Mark
14:12-16) ditangkap sebagai perjamuan PASKAH. Sebaliknya bagi Paulus
dan Yohanes PASKAH dalam PL dipenuhi di dalam wafatnya Yesus di salib (1Kor 5:7; Yoh
19:14,30-31 (Yesus wafat pada saat di Kenisah domba-domba paskah
disembelih 36). Tradisi kedua ini berlangsung terus di dalam Gereja: Nama
paskah adalah untuk perayaan paskah juga sebagai peringatan wafat Yesus dan
kebangkitanNya. Tetapi, karena peringatan ini dilakukan secara sakramentil di
dalam ekaristi, maka dengan syah ekaristi dapat dikatakan menjadi perjamuan
paskah dalam PB. Amin
Selamat merayakan Paskah
02 Maret 2021
Tuhan Yesus memberkati