Sabtu, 04 Juli 2020

Sekali Lagi tentang Hikmat

Pengkhotbah 9:13-18  ayat 13 Hal ini juga kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku; 14 ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya;15 di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.16 Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang."17 Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh.18 Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.

=================

Pengkhotbah tak henti-hentinya menegaskan betapa kuat dan berkuasanya hikmat. Ia berkata: "Hikmat memberi kepada yang memilikinya lebih banyak kekuatan daripada sepuluh penguasa dalam kota, " (7:19). Dalam bacaan hari ini, ia memberikan contoh bahwa hikmat telah menyelamatkan kota dari kehancuran.

Kota itu kecil dan penduduknya sedikit. Menurut strategi perang, kota itu seharusnya hancur kalau diserang dan dikepung oleh seorang raja yang besar. Namun, hal itu tidak terjadi. Pasalnya, ada hikmat seorang miskin yang menyelamatkan kota itu. Melihat hal itu, penulis Pengkhotbah menyimpulkan bahwa hikmat lebih baik daripada keperkasaan dan alat-alat perang, (16a, 18a). Dengan kata lain, hikmat jauh lebih berguna daripada apa pun di dalam dunia ini.

Sekalipun demikian, penulis Pengkhotbah mengingatkan dua hal. Pertama, kebanyakan orang menilai sesamanya bukan karena hikmatnya melainkan karena status sosialnya di masyarakat. Itulah yang terjadi pada si miskin yang berhikmat itu. Sekalipun telah menyelamatkan kota, ia segera dilupakan dan perkataannya tidak lagi didengar. Ia tidak diperhitungkan karena kemiskinannya (16b).

Kedua, hikmat bisa menghancurkan apabila tidak dipergunakan dengan hati-hati (18b). Satu orang yang keliru --dalam bahasa aslinya --adalah satu orang berdosa. Singkatnya, hikmat orang berdosa akan menghancurkan apa saja.

Kita bisa menyimpulkan bahwa di satu sisi hikmat bisa menyelamatkan, namun di sisi lain menghancurkan jika disalahgunakan. Sebab itu, kita harus mencari hikmat dari Allah, Sang Sumber Hikmat. Dan kita perlu menjaga hidup dengan benar di hadapan Tuhan.

Dengan begitu, kita menggunakan hikmat bagi keselamatan orang banyak, bukan untuk menghancurkannya. Perkataan Amsal, "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan" (Ams 9:10) adalah benar sepenuhnya. Dengan penuh kecintaan, mari kita berdoa kepada Allah supaya kita dipenuhi hikmat-Nya untuk mengusahakan kebaikan bagi banyak orang. [JPH]

Statistik Pengunjung