Jumat, 03 Juli 2020

Menikmati Hidup


Pengkhotbah 9:1-12

1 Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apa pun yang dihadapinya. 

2 Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.

3 Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusia pun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati. 

4 Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.

5 Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.

6 Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.

7 Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.

8 Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu. 

9 Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.

10 Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.

11 Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua

12 Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba. 

===============================

Pengkhotbah hari ini berpesan, "Nikmatilah hidup sebelum mati." Alasannya sederhana. Pertama, nasib semua orang adalah sama. Orang benar, orang fasik, orang baik, orang jahat, orang tahir, orang najis, penyembah yang taat maupun tidak, semuanya akan mati (2-3). Kedua, hidup jauh lebih berharga daripada kematian. "Anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati, " kata Pengkhotbah. Hal itu menunjukkan bahwa sehebat apa pun manusia, ia tidak akan ada artinya apabila sudah mati (4). Ketiga, hanya dalam dunia orang hidup, yaitu di bawah matahari, ada harapan. Jangankan berharap, dalam dunia orang mati tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan hikmat (4-6, 10). Keempat, manusia tidak bisa memprediksi kematian (12).

Jika kenyataan memang seperti itu, lalu bagaimana cara kita menikmati hidup? Pertama, menikmati hidup harus dengan berpusat pada Allah. Ia adalah penguasa atas hidup manusia dan segala sesuatu yang dimiliki manusia itu. Hikmat dan cara Allah tidak sama seperti hikmat dan cara manusia. Allah memberikan hikmat kepada yang dikehendaki-Nya dengan cara-cara yang tidak masuk akal bagi manusia.

Kedua, menikmati hidup harus dengan sukaria. Secara eksplisit Pengkhotbah mengatakan, "Mari makan roti dengan sukaria dan minum anggur dengan hati yang senang, ... Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu, " (7, 8). Pakaian putih adalah simbol sukacita. Minyak mengacu kepada tanda berkat dan ekspresi sukacita.

Ketiga, menikmati hidup harus dengan hal-hal yang sudah disediakan Allah. Roti yang dimakan, anggur yang diminum, minyak yang dicurahkan, istri yang dikasihi, dan tenaga untuk mengerjakan segala sesuatu adalah berasal dari Allah. Oleh karena itu, janganlah kita menikmati apa yang tidak diberikan oleh Allah.

Mari kita ucapkan terima kasih untuk segala yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Mintalah hikmat-Nya supaya kita menikmati hidup ini seperti yang Tuhan inginkan. Dan kita pun perlu bersukaria memuji nama-Nya di dalam segala hal. Ami Gbu all.

Statistik Pengunjung