Kamis, 02 Juli 2020

HAK ISTIMEWA ORANG KRISTEN

1 Petrus 1:3-5 (TB)  Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
================
Sekarang kita sampai pada isi surat rasuli ini, yang dimulai dengan,

I. Ucapan selamat atas martabat dan kebahagiaan yang dialami orang-orang percaya ini, yang dinyatakan dalam bentuk ucapan syukur kepada Allah. Surat-surat rasuli lain juga dimulai dengan cara serupa (2Kor. 1:3; Ef. 1:3). Di sini kita mendapati,

1. Kewajiban yang dijalankan, yaitu memuji Allah. Manusia memuji Allah dengan mengakui sebagaimana mestinya keunggulan dan keterpujian-Nya.

2. Pribadi yang mendapat pujian ini digambarkan melalui hubungan-Nya dengan Yesus Kristus: Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Di sini ada tiga nama untuk satu Pribadi, yang menunjukkan jabatan rangkap tiga yang dimiliki-Nya.

(1) Dia adalah Tuhan, Raja atau Penguasa berdaulat atas segala sesuatu.

(2) Yesus, Imam atau Juruselamat.

(3) Kristus, Nabi, yang diurapi dengan Roh dan diperlengkapi dengan segala karunia yang diperlukan untuk mengajar, membimbing, dan menyelamatkan jemaat-Nya. Allah ini, yang demikian terpuji, adalah Allah Kristus menurut kodrat manusiawi-Nya, dan Bapa-Nya menurut kodrat ilahi-Nya.

3. Alasan-alasan yang mengharuskan kita untuk menjalankan kewajiban memuji Allah. Semua alasan ini dirangkum dalam satu ungkapan, yaitu karena rahmat-Nya yang besar. Semua berkat yang kita terima adalah karena rahmat Allah, bukan karena jasa manusia, terutama berkat pembaharuan hidup atau kelahiran baru. Ia telah melahirkan kita kembali, dan sudah selayaknya kita mengucap syukur kepada Allah untuk ini, terutama bila kita menimbang buah yang dihasilkannya dalam diri kita, yaitu anugerah pengharapan yang luhur itu. Itu bukan harapan yang sia-sia, mati, dan binasa seperti harapan orang-orang duniawi dan munafik, melainkan harapan yang hidup, harapan yang kuat, menghidupkan, dan terus bertahan, dan harapan ini memang harus seperti itu, karena ia memiliki dasar yang kukuh seperti kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Amatilah,

(1) Seburuk apa pun keadaan orang Kristen yang baik, ia mempunyai alasan yang luhur untuk tetap memuji Allah. Seperti halnya orang berdosa selalu mempunyai alasan untuk meratap, kendati dengan kemakmurannya pada saat ini, demikian pula orang baik, di tengah-tengah kesulitan mereka yang bermacam-macam, mempunyai alasan untuk tetap bersukacita dan memuji Allah.

(2) Dalam doa-doa dan puji-pujian kita, kita harus menyapa Allah sebagai Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya melalui Kristuslah kita dan pelayanan-pelayanan kita diterima.

(3) Orang-orang yang terbaik berutang pada rahmat Allah yang besar atas berkat-berkat terbaik yang mereka terima. Segala kejahatan di dunia berasal dari dosa manusia, tetapi segala kebaikan di dalamnya berasal dari rahmat Allah. Pembaharuan hidup jelas-jelas harus diakui terjadi oleh karena rahmat Allah yang berlimpah, dan demikian pula dengan semua hal lain. Kita sepenuhnya hidup oleh karena topangan rahmat ilahi. Mengenai sifat pembaharuan hidup ini, lihat Yohanes 3:3.

(4) Pembaharuan hidup menghasilkan hidup yang penuh pengharapan akan hidup kekal. Setiap orang yang belum bertobat adalah makhluk yang tanpa harapan. Apa pun harapan yang mereka sangka mereka miliki hanyalah keyakinan diri dan rekaan tanpa dasar. Pengharapan Kristiani yang benar adalah kelahiran kembali manusia oleh Roh Allah. Itu tidak terjadi secara alami begitu saja, melainkan karena anugerah yang cuma-cuma. Orang yang dilahirkan kembali kepada sebuah hidup rohani yang baru, dilahirkan kembali kepada sebuah pengharapan yang baru dan rohani.

(5) Pengharapan orang Kristen memiliki keunggulan ini, bahwa pengharapannya adalah pengharapan yang hidup. Harapan akan hidup kekal dalam diri orang Kristen yang sungguh-sungguh adalah harapan yang membuatnya tetap hidup, yang menggerakkan dia, menopang dia, dan memimpin dia ke sorga. Harapan itu menyegarkan dan menggerakkan jiwa untuk bertindak, untuk bersabar, untuk tabah, dan bertahan sampai akhir. Harapan yang menyesatkan dari orang-orang yang tidak diperbaharui hidupnya adalah harapan yang sia-sia dan binasa. Orang durhaka dan harapannya akan berakhir dan mati bersama-sama (Ayb. 27:8).

(6) Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati adalah dasar atau fondasi dari pengharapan orang Kristen. Kebangkitan Kristus adalah tindakan Bapa sebagai Hakim, dan Anak sebagai Pemenang. Kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Bapa menerima kematian-Nya sepenuhnya untuk menebus kita, bahwa Ia menang atas maut, kubur, dan semua musuh rohani kita. Kebangkitan-Nya juga merupakan jaminan kebangkitan kita sendiri. Karena ada kesatuan yang tak terpisahkan antara Kristus dan kawanan domba-Nya, maka mereka bangkit lebih karena kebangkitan-Nya sebagai Kepala daripada karena kuasa-Nya sebagai Hakim. Kita dibangkitkan bersama dengan Kristus (Kol. 3:1). Berdasarkan semua hal ini secara bersama-sama, maka orang Kristen memiliki dua dasar yang teguh dan kuat untuk membangun harapan mereka akan hidup kekal.

II. Setelah mengucap selamat kepada orang-orang ini atas kelahiran baru mereka, dan harapan akan hidup kekal, Rasul Petrus melanjutkan dengan menggambarkan hidup kekal itu melalui gagasan tentang bagian atau warisan. Ini merupakan cara penyampaian yang paling tepat untuk orang-orang ini, sebab mereka miskin dan teraniaya, dan mungkin terampas dari warisan yang berhak mereka dapatkan karena status kelahiran mereka. Untuk meringankan penderitaan ini, ia memberi tahu mereka bahwa mereka telah lahir baru untuk mendapat warisan baru, yang tak terhingga lebih baik daripada apa yang hilang dari mereka. Selain itu, sebagian besar dari mereka adalah orang-orang Yahudi, dan dengan demikian merasa sangat sayang kepada tanah Kanaan, sebagai tanah warisan mereka, yang ditetapkan untuk mereka oleh Allah sendiri. Jadi, terusir sehingga tidak bisa tinggal di dalam tanah yang diwariskan TUHAN dipandang sebagai penghakiman yang pedih (1Sam. 26:19). Untuk menghibur mereka di bawah penghakiman ini, mereka diingatkan akan bagian mulia yang disediakan di sorga bagi mereka, bagian yang jika dibandingkan dengannya tanah Kanaan hanyalah sebagai bayangan belaka. Di sini perhatikanlah,

1. Sorga adalah warisan yang tak diragukan lagi akan diterima oleh semua anak Allah. Semua orang yang sudah lahir baru dilahirkan untuk mendapat sebuah warisan, seperti orangtua yang menjadikan anaknya sebagai ahli warisnya. Rasul Paulus menyatakan bahwa, jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris (Rm. 8:17). Allah memberikan pemberian-pemberian-Nya kepada semua orang, tetapi warisan hanya diberikan-Nya kepada anak-anak-Nya. Mereka yang menjadi putra dan putri-Nya melalui kelahiran kembali dan pengangkatan sebagai anak, menerima bagian kekal yang dijanjikan itu (Ibr. 9:15). Bagian ini tidak kita peroleh sendiri, melainkan pemberian Bapa kita. Bagian itu bukan upah yang pantas kita terima, melainkan buah dari anugerah, yang pertama-tama mengangkat kita sebagai anak, dan kemudian menetapkan warisan ini untuk kita melalui sebuah perjanjian yang teguh dan tak dapat berubah.

2. Keutamaan-keutamaan yang tiada banding dari warisan ini, yang semuanya ada empat:

(1) Warisan ini tidak fana, yang dalam hal ini menyerupai Penciptanya, yang disebut Allah yang tidak fana (Rm. 1:23). Kerusakan adalah perubahan dari yang lebih baik menjadi lebih buruk, tetapi sorga tidak ada perubahan dan tidak ada akhir. Rumah di sorga itu kekal, dan para pemiliknya pasti hidup selama-lamanya, karena yang dapat binasa harus mengenakan yang tidak dapat binasa (1Kor. 15:53).

(2) Warisan ini tanpa noda, seperti Imam Besar yang sekarang memegang kepemilikan atas warisan itu, yang saleh, tanpa salah, dan tanpa noda (Ibr. 7:26). Dosa dan kesengsaraan, dua noda besar yang menghancurkan dunia ini, dan merusak keindahannya, tidak mendapat tempat di sana.

(3) Warisan ini tidak lenyap, tetapi selalu mempertahankan kekuatan dan keindahannya, dan tidak dapat binasa, tetapi senantiasa menghibur dan menyukakan hati orang orang kudus yang memilikinya, tanpa sedikit pun mereka bosan atau merasa hambar.

(4) “Tersimpan di sorga bagi kamu,” ungkapan yang mengajar kita,

[1] Bahwa warisan itu adalah warisan yang mulia, sebab warisan itu ada di sorga, dan semua yang ada di sana mulia (Ef. 1:18).

[2] Warisan itu pasti, sesuatu yang tersimpan di dunia lain, yang dengan aman dijaga dan dipelihara sampai tiba saatnya kita memilikinya.

[3] Orang-orang yang bagi mereka warisan itu tersimpan digambarkan, melalui nama mereka, melainkan melalui sifat mereka: bagi kamu, atau kita, atau setiap orang yang dilahirkan kembali kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Warisan itu tersimpan bagi mereka, hanya bagi mereka. Sementara untuk semua yang lain, pintu untuk mendapat warisan itu akan tertutup untuk selama-lamanya.

III. Karena warisan ini digambarkan sebagai suatu hal untuk masa depan, dan masih jauh baik dalam waktu maupun tempat, maka Rasul Petrus menganggap ada suatu keraguan atau kegelisahan yang masih tinggal dalam pikiran orang-orang ini, apakah mereka akan gagal memperolehnya di tengah jalan. “Meskipun kebahagiaan tersimpan aman di sorga, namun kita masih berada di bumi, rentan terhadap berbagai macam godaan, kesengsaraan, dan kelemahan. Apakah keadaan kita sudah sedemikian aman sehingga kita pasti akan sampai di sana?” Terhadap pertanyaan ini ia menjawab bahwa mereka pasti akan dijaga dan dibimbing dengan aman ke sana. Mereka akan dijaga dan dipelihara dari segala godaan dan kecelakaan yang merusak, yang akan mencegah mereka tiba dengan selamat di kehidupan kekal. Ahli waris harta duniawi tidak memiliki jaminan bahwa ia akan hidup untuk menikmatinya, tetapi ahli waris sorga pasti akan dibimbing dengan aman untuk memilikinya. Berkat yang dijanjikan di sini adalah pemeliharaan: kamu dipelihara. Yang memelihara adalah Allah. Sarana dalam diri kita yang digunakan untuk tujuan itu adalah iman dan perhatian kita sendiri. Tujuan kita dipelihara adalah keselamatan. Dan waktu di mana kita akan melihat akhir dan hasil yang aman dari semuanya adalah zaman akhir. Perhatikanlah,

1. Demikianlah perhatian lembut Allah terhadap umat-Nya, bahwa Ia tidak hanya memberi mereka anugerah, tetapi juga memelihara mereka sampai pada kemuliaan. Dipeliharanya mereka menyiratkan adanya baik bahaya maupun pertolongan. Mereka bisa saja diserang, tetapi tidak akan ditaklukkan.

2. Dipeliharanya orang-orang yang lahir kembali sampai memperoleh hidup kekal adalah dampak dari kuasa Allah. Besarnya pekerjaan, banyaknya musuh, dan kelemahan-kelemahan kita sendiri adalah sedemikian rupa sehingga tidak ada kuasa selain yang mahakuasa yang dapat memelihara jiwa melewati semuanya itu untuk sampai pada keselamatan. Oleh sebab itulah Kitab Suci sering menggambarkan keselamatan manusia sebagai dampak dari kuasa ilahi (2Kor. 12:9; Rm. 14:4).

3. Pemeliharaan oleh kuasa Allah tidak menggantikan upaya dan perhatian manusia bagi keselamatannya sendiri. Di sini ada kuasa Allah dan iman manusia, yang menyiratkan adanya keinginan yang sungguh-sungguh akan keselamatan, kebergantungan pada Kristus sesuai dengan panggilan dan janji-janji-Nya, perhatian dan kewaspadaan untuk melakukan segala sesuatu yang berkenan pada Allah dan menghindari apa saja yang melanggar, kebencian terhadap godaan, perhatian pada upah, dan ketekunan senantiasa di dalam doa. Dengan iman yang sedemikian sabar, yang giat bekerja, dan menaklukkan, kita dipelihara di bawah pertolongan anugerah ilahi untuk memperoleh keselamatan. Pada iman ada kekuasaan untuk memelihara jiwa melalui keadaan penuh anugerah sampai ke dalam keadaan penuh kemuliaan.

4. Keselamatan ini telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Di sini ada tiga hal yang ditegaskan tentang keselamatan orang-orang kudus:

(1) Bahwa keselamatan itu sedang dipersiapkan, tersedia, dan tersimpan di sorga bagi mereka.

(2) Meskipun keselamatan itu dipersiapkan sekarang, namun sebagian besarnya tersembunyi dan tidak dinyatakan untuk saat ini, bukan hanya kepada dunia yang tidak tahu dan buta, yang tidak pernah mempertanyakannya, melain kan juga bahkan kepada para ahli waris keselamatan itu sendiri. Belum nyata apa keadaan kita kelak (1Yoh. 3:2).

(3) Bahwa keselamatan itu akan secara penuh dan utuh dinyatakan pada zaman akhir, atau pada hari penghakiman. Hidup yang tidak dapat binasa kini telah didatangkan oleh Injil, tetapi hidup ini akan dinyatakan secara lebih mulia pada saat kematian, ketika jiwa diterima di hadapan Kristus, dan memandang kemuliaan-Nya. Bahkan di samping itu akan ada penyingkapan yang lebih jauh dan terakhir tentang besar dan unggulnya kebahagiaan orang-orang kudus pada zaman akhir, ketika tubuh mereka dibangkitkan dan dipersatukan kembali dengan jiwa mereka, dan penghakiman akan dijatuhkan atas para malaikat dan manusia, dan Kristus akan menghormati dan memuji hamba-hamba- Nya di hadapan seluruh dunia.

=====SOLIDEO GLORIA=======

Statistik Pengunjung