Pengkhotbah 7:1-22
Pepatah "gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang" berarti orang meninggal selalu meninggalkan hal-hal yang baik maupun buruk yang selalu diingat orang. Sayangnya, orang-orang lebih banyak meninggalkan hal-hal yang buruk. Demi mendapatkan harta dan kekuasaan, mereka rela melakukan segala cara.
Pengkhotbah mengingatkan bahwa nama yang harum lebih baik daripada minyak yang mahal (1). Minyak merupakan komoditas yang sangat mahal pada zaman kuno, tetapi bagi Pengkhotbah, nama yang harum lebih baik lagi. Jika kita memiliki nama yang harum, maka pada hari kematian, apa yang kita tinggalkan adalah keharuman yang melebihi minyak mahal.
Berkaitan dengan hal ini, Pengkhotbah mengatakan bahwa pergi ke rumah duka lebih baik daripada pergi ke rumah pesta (2). Karena, di rumah duka kita dapat melihat kesudahan seseorang yang kita kasihi, yang telah menjalankan hidup dengan baik, dan pergi dengan meninggalkan kebaikan. Kedukaan mengingatkan kita akan kefanaan hidup dan mendatangkan hikmat yang benar. Bersenang-senang tanpa mau merenungkan kesedihan akan membuat kita menjadi bodoh dan menghalangi pencarian kita akan hikmat.
Pengkhotbah mengajar kita untuk hidup dengan memikirkan bagaimana kita dapat menyelesaikannya dengan baik. Pada akhirnya, setiap manusia akan mati. Pertanyaannya, warisan seperti apa yang kita tinggalkan? Jangan mencari hikmat di tengah dunia, karena semua orang sesungguhnya hidup dalam dosa dan kejahatan. Carilah hikmat dalam Kerajaan Allah! Berbahagialah jika kita hidup di dalam hikmat Allah karena hidup kita akan terpelihara, dan kita akan menjadi kaya dan kuat.
Manakah yang lebih penting: kenikmatan atau hikmat Allah? Apa yang kita nilai berharga akan mengarahkan cara kita hidup. Kita perlu berhikmat dalam menjalani hidup. Hiduplah dengan meninggalkan nama yang harum dan hikmat yang benar, sebab hal itu memuliakan Allah. Dengan memuliakan Allah dan mengasihi sesama, kita memberi teladan yang baik bagi generasi berikutnya. [INT]