Keberatan-keberatan yang
diajukan orang lain kepada Kristus dan murid-murid-Nya memberikan kesempatan
bagi Kristus untuk membuat pernyataan-pernyataan yang paling bermanfaat.
Begitulah, kepentingan kebenaran sering kali dibantu bahkan oleh perlawanan yang
ditemuinya dari orang-orang yang menyangkalnya, dan dengan demikian hikmat
Kristus membawa kebaikan dari kejahatan, dan ini merupakan contoh ketiga yang
kita temui dalam pasal ini. Pernyataan-Nya tentang kuasa-Nya untuk mengampuni
dosa dan kesediaan-Nya untuk menerima orang berdosa tercetus karena celaan
ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Jadi di sini, dari celaan terhadap perilaku
murid-murid-Nya, timbullah pernyataan yang menggambarkan kelemahlembutan-Nya
kepada mereka. Perhatikanlah:
I. Keberatan yang diajukan
murid-murid Yohanes kepada murid-murid Kristus karena tidak berpuasa sesering
mereka. Mereka dituduh lagi karena mempraktikkan cara hidup yang bebas, selain
makan dengan para pemungut cukai dan orang berdosa. Keberatan ini menyarankan
agar mereka mengubah cara hidup mereka dengan cara hidup yang lebih ketat.
Tampak dari penulis-penulis Injil lain (Mrk. 2:18 dan Luk. 5:33) bahwa
murid-murid orang Farisi juga ikut bersama mereka. Karena itu, kita mempunyai
alasan untuk curiga bahwa mereka inilah yang memanas-manasi dan memanfaatkan
murid-murid Yohanes sebagai juru bicara mereka. Karena murid-murid Yohanes
lebih disukai Kristus dan murid-murid-Nya, maka pasti lebih baik jika mereka
saja yang menyampaikan keberatan itu. Perhatikanlah, bukan sesuatu yang baru
lagi bahwa orang jahat suka mengadu domba orang-orang benar. Jika umat Allah
berbeda sikap atau pikiran, maka orang-orang licik akan mengambil kesempatan
ini untuk menabur perselisihan, memanas-manasi mereka, dan memisahkan mereka
satu sama lain, dan dengan demikian menjadikan mereka sebagai mangsa empuk.
Jika murid-murid Yohanes dan murid-murid Yesus berselisih, kita mempunyai
alasan untuk curiga bahwa orang-orang Farisi bekerja di balik semuanya ini,
dengan cara memanas-manasi mereka. Nah, keluhan mereka adalah, "Mengapa
kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Sungguh
menyedihkan bahwa kewajiban-kewajiban beragama yang seharusnya mengukuhkan
kasih yang suci malah dijadikan alasan untuk bertengkar dan berselisih; tetapi
inilah yang sering terjadi, seperti yang kita temui di sini, di mana kita bisa
melihat:
Bagaimana mereka
membangga-banggakan puasa mereka sendiri. "Kami dan orang Farisi sering
berpuasa." Dalam sejarah gereja di segala zaman, berpuasa dijalankan pada
saat-saat tertentu sebagai suatu ibadah. Orang-orang Farisi sangat rajin
berpuasa, banyak di antara mereka berpuasa dua hari seminggu, namun sebagian
besar dari mereka adalah orang munafik dan jahat. Perhatikanlah, orang-orang
yang suka mengaku-ngaku sebagai orang percaya biasanya memang lebih unggul
dalam menaati peraturan-peraturan beribadah dan bahkan dalam hal pengendalian
hawa nafsu, namun semuanya ini hanya di luarnya saja. Murid-murid Yohanes
sering berpuasa, sebagian karena mengikuti apa yang dijalankan guru mereka,
karena ia datang tidak makan dan tidak minum (11:18). Memang orang sering suka
meniru pemimpin mereka, walaupun tidak selalu dengan alasan yang sama. Sebagian
yang lain lagi berpuasa karena mau menuruti ajaran guru mereka tentang
pertobatan. Perhatikanlah, ibadah yang lebih berat sering kali sangat
diperhatikan oleh orang-orang yang masih berada di bawah pendisiplinan Roh,
yaitu Roh perbudakan. Walaupun ibadah seperti ini baik sesuai tujuannya, kita
harus melampauinya hingga mencapai kehidupan yang penuh sukacita di dalam Tuhan
dan kebergantungan pada-Nya. Inilah yang seharusnya menjadi tujuan ibadah kita.
Begitulah, mereka datang kepada Kristus untuk memberi tahu Dia bahwa mereka
sering berpuasa, setidaknya sering menurut mereka. Perhatikanlah, banyak orang
menyebut diri baik hati (Ams. 20:6). Orang-orang yang mengaku beragama memiliki
kecenderungan membangga-banggakan ketaatan mereka dalam beribadah, terutama
jika dengan demikian mereka dipandang luar biasa. Dan bukan itu saja, mereka
bahkan tidak hanya menyombongkan diri di depan manusia, melainkan juga
menyerukannya di hadapan Allah, dan merasa yakin bahwa mereka telah berlaku
benar.
Bagaimana mereka
mempersalahkan murid-murid Kristus karena tidak berpuasa sesering mereka.
Murid-murid-Mu tidak berpuasa. Mereka tidak tahu bahwa Kristus sudah
memerintahkan para murid-Nya untuk berpuasa secara diam-diam dan berusaha agar
mereka tidak tampak sedang berpuasa. Oleh sebab itu, sangatlah kejam kalau
mereka menyimpulkan bahwa murid-murid Kristus tidak berpuasa hanya karena
murid-murid ini tidak mengumum-umumkan puasa mereka. Perhatikanlah, kita tidak
boleh menghakimi kesalehan orang lain dengan apa yang terlihat oleh mata dan
apa yang bisa diamati oleh dunia. Akan tetapi, andaikata memang benar bahwa
murid-murid Kristus tidak berpuasa sesering atau sebegitu lama dibandingkan
mereka, mengapa mereka berpikir bahwa karena ini mereka lebih beribadah
daripada murid-murid Kristus? Perhatikanlah, orang-orang percaya yang sombong
biasanya suka membuat suatu patokan dalam beribadah, dan dengan patokan ini
mereka berusaha mengukur orang lain dan segala sesuatu, seolah-olah semua orang
yang berbeda dari mereka sudah sangat menyimpang di jalan yang salah;
seolah-olah semua orang yang tidak berbuat sebanyak mereka berbuat terlalu
sedikit, dan semua orang yang berbuat lebih banyak dari mereka sudah bertindak
berlebih-lebihan. Semuanya ini dengan jelas membuktikan bahwa orang-orang
sombong ini sama sekali tidak memiliki kerendahan dan kebaikan hati bagi
sesamanya.
Bagaimana mereka mengadukan
keluhan ini kepada Kristus. Perhatikanlah, jika murid-murid Kristus, entah
karena kekeliruan atau karena perintah, melakukan suatu pelanggaran, pastilah
Kristus sendiri akan diberitahukan dan akan dipersalahkan karenanya. O, Yesus,
apakah ini orang-orang Kristen-Mu? Oleh sebab itu, karena kita menawarkan
kehormatan Kristus kepada dunia, kita harus berperilaku baik. Perhatikanlah,
perselisihan dengan Kristus dibawa kepada murid-murid-Nya (ay. 11), dan
perselisihan dengan murid-murid-Nya dibawa kepada Kristus (ay. 14), ini
merupakan suatu cara untuk menabur benih perselisihan dan membunuh kasih, untuk
membuat umat melawan hamba Tuhan, hamba Tuhan melawan umat, dan teman melawan
teman.
II. Pembelaan Kristus bagi
murid-murid-Nya dalam masalah ini.
Kristus bisa saja menegur
murid-murid Yohanes dengan pertanyaan mereka sendiri, "Mengapa kalian
sering berpuasa? Apakah kalian benar-benar tahu mengapa kalian berpuasa? Oh
tidak, sesungguhnya banyak orang yang menjalankan kewajiban ibadah di luarnya
saja dan mereka sendiri tidak tahu mengapa dan untuk apa mereka
melakukannya." Kristus tidak mau menjawab mereka demikian, Ia hanya
membenarkan apa yang dilakukan murid-murid-Nya. Ketika murid-murid-Nya tidak
tahu apa yang harus mereka katakan, Ia sudah menyiapkan sesuatu untuk dikatakan
bagi mereka. Perhatikanlah, seperti halnya hikmat mendapat kehormatan apabila
dibuktikan kebenarannya oleh anak-anaknya, demikian pula anak-anaknya akan
berbahagia apabila mereka semua dibenarkan oleh hikmat itu sendiri. Apa yang
kita lakukan sesuai dengan perintah dan petunjuk Kristus pasti akan didukung
dan dikuatkan-Nya, dan kita dengan yakin bisa berserah kepada-Nya untuk menjaga
nama baik kita.
Ada dua hal yang ditekankan
Kristus dalam membela murid-murid-Nya untuk tidak berpuasa.
Bahwa saat itu bukanlah
saat yang tepat bagi mereka untuk menjalankan kewajiban berpuasa (ay. 15).
"Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai
itu bersama mereka?" Perhatikanlah, jawaban Kristus disusun dengan begitu
baik sehingga bisa membenarkan apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya sendiri,
tanpa harus mengecam apa yang sudah ditetapkan Yohanes atau yang diperbuat
murid-murid Yohanes sendiri. Ketika orang-orang Farisi memanas-manasi
perselisihan ini, mereka berharap Kristus akan mempersalahkan entah
murid-murid-Nya sendiri atau murid-murid Yohanes, tetapi Ia tidak
mempersalahkan keduanya. Perhatikanlah, kalau suatu saat kita dipersalahkan
dengan tidak adil, maka yang harus kita pedulikan adalah membersihkan nama baik
kita sendiri, dan janganlah menuduh balik orang lain atau mengotori nama baik
orang lain. Ada banyak jalan yang tersedia yang bisa kita manfaatkan untuk
membenarkan apa yang kita lakukan tanpa harus mengecam orang yang kelakuannya
berbeda dengan kita.
Nah, untuk menguatkan
pembelaan-Nya, Kristus menggunakan ungkapan sukacita dan kegembiraan yang
biasanya dialami selama berlangsungnya acara pernikahan. Saat itu segala
perasaan sedih dan dukacita tidaklah pantas dan tidak pada tempatnya, seperti
yang terjadi pada pernikahan Samson (Hak. 14:17). Sekarang kita lihat,
(1) Murid-murid Kristus
adalah sahabat-sahabat mempelai laki-laki yang diundang ke pesta pernikahan dan
disambut baik di sana, sedangkan murid-murid orang Farisi tidaklah demikian. Mereka
adalah anak-anak hamba perempuan (Gal. 4:25), yang terus hidup dalam kegelapan
dan ketakutan. Perhatikanlah, pengikut-pengikut Kristus yang setia, yang
memiliki Roh yang menjadikan mereka anak-anak Allah, akan menghadiri pesta yang
tidak ada henti-hentinya, sedangkan orang-orang yang memiliki roh perbudakan
dan ketakutan tidak dapat bersukacita seperti orang lain (Hos. 9:1).
(2) Murid-murid Kristus
memiliki mempelai laki-laki bersama mereka, namun tidak demikian halnya dengan
murid-murid Yohanes. Guru mereka pada waktu itu sedang berada di penjara dan
mendekam di sana dalam bahaya yang terus mengancam hidupnya, dan karenanya saat
itu merupakan saat yang tepat bagi mereka untuk sering berpuasa. Saat seperti
itu akan datang kepada murid-murid Kristus ketika mempelai laki-laki harus
diambil dari mereka dan ketika tubuh-Nya tidak bisa hadir bersama-sama mereka,
dan ketika itulah mereka harus berpuasa. Pikiran bahwa sebentar lagi Dia akan
pergi dan berpisah dari mereka membuat mereka sangat sedih (Yoh. 16:6).
Pencobaan dan penderitaan menimpa mereka ketika Dia sudah pergi, dan ini
memberi mereka kesempatan untuk berduka dan berdoa, yakni untuk berpuasa.
Perhatikanlah:
[1] Yesus Kristus adalah
Mempelai laki-laki bagi Jemaat-Nya dan murid-murid-Nya adalah sahabat-sahabat
mempelai laki-laki itu. Kristus berbicara tentang diri-Nya kepada murid-murid
Yohanes dengan menggunakan perumpamaan ini karena Yohanes sendiri
menggunakannya ketika Ia menyebut dirinya sahabat mempelai laki-laki (Yoh.
3:29). Jika dengan petunjuk ini mereka mengingat apa yang dikatakan guru mereka
sebelumnya, maka mereka sendiri akan tahu jawaban bagi pertanyaan mereka
sendiri.
[2] Sahabat-sahabat mempelai
laki-laki cenderung mengalami banyak perubahan dan pergantian di dunia ini;
mereka menyerukan belas kasihan dan penghakiman.
[3] Sahabat-sahabat mempelai
laki-laki merasa bersedih atau bergembira tergantung pada banyak sedikitnya
mereka merasakan kehadiran mempelai laki-laki bersama mereka. Ketika Ia ada
bersama mereka, cahaya Allah bersinar atas mereka, dan semuanya menjadi baik,
tetapi ketika Ia pergi, walaupun hanya sebentar saja, mereka menjadi gelisah
dan melangkah dengan berat. Kehadiran dan kedekatan matahari dengan bumi
membuat datangnya siang dan musim panas, sedangkan ketidakhadiran dan jauhnya
mendatangkan malam dan musim dingin. Kristus adalah segala-galanya bagi
sukacita jemaat-Nya.
[4] Setiap kewajiban harus
dilakukan sesuai pada musimnya (Pkh. 7:14; Yak. 5:13). Ada saat untuk berduka
dan ada saat untuk tertawa, dan untuk setiap saat ini kita harus menyesuaikan
diri dan menghasilkan buah pada musimnya. Dalam hal puasa, kita harus
memperhatikan cara-cara yang sesuai dengan anugerah Allah kepada kita; ketika
Dia berduka untuk kita, kita harus meratap; dan juga, kita harus memperhatikan
masa-masa pemeliharaan-Nya terhadap kita; ada waktu ketika Tuhan, TUHAN semesta
alam menyuruh orang untuk menangis dan meratap; demikian pula, kita harus
memerhatikan tugas-tugas tertentu yang ada di hadapan kita (17:21; Kis. 13:2).
Bahwa mereka tidak cukup
kuat untuk melakukan kewajiban itu. Hal ini dikemukakan dalam dua perumpamaan:
yang pertama menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, yang
hanya akan memperbesar koyak baju yang tua itu (ay. 16), yang kedua mengisikan
anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, yang hanya akan menghancurkan
kantong kulit itu (ay. 17). Murid-murid Kristus tidak mampu menjalankan
kegiatan-kegiatan yang berat ini sebaik yang dilakukan murid-murid Yohanes dan
orang-orang Farisi. Alasannya, seperti yang dikemukakan cendekiawan Dr. Whitby:
di antara orang-orang Yahudi, tidak hanya ada sekte Farisi dan Esen yang
menjalankan kehidupan yang keras, tetapi juga ada sekolah-sekolah bagi para
nabi, di mana murid-muridnya sering kali hidup di pegunungan dan padang
belantara, dan banyak dari antara mereka berasal dari Nazaret. Mereka juga
mempunyai sekolah-sekolah pribadi untuk melatih orang menjalankan disiplin yang
ketat. Dari sekolah-sekolah inilah mungkin banyak dari murid-murid Yohanes dan
orang-orang Farisi berasal; sementara murid-murid Kristus, karena mereka
langsung dipanggil dari pekerjaan-pekerjaan duniawi, belum terbiasa dengan
praktik-praktik agama yang keras semacam itu, dan ini tidak cocok bagi mereka.
Selain itu praktik-praktik semacam ini juga tidak cocok untuk pekerjaan mereka
yang lain. Perhatikanlah:
(1) Beberapa kewajiban
beragama lebih keras dan lebih sulit dibandingkan kewajiban-kewajiban beragama
yang lain, seperti kain yang belum susut dan anggur baru, yang membutuhkan
tekad yang sangat teguh dan sangat tidak enak bagi tubuh jasmani; seperti
itulah ibadah puasa dan kewajiban-kewajiban yang menyertainya.
(2) Yang terbaik dari antara
murid-murid Kristus pun harus melewati masa kanak-kanak terlebih dahulu; tidak
semua pohon di kebun Kristus bertumbuh sama, demikianlah, tidak semua murid-Nya
ada dalam pertumbuhan yang sama. Di dalam Kristus ada murid yang baru menjadi
bayi dan ada juga yang sudah bertumbuh.
(3) Dalam mengarahkan orang
untuk menjalankan kewajiban-kewajiban agama, kelemahan dan kekurangan orang
Kristen yang masih belum dewasa haruslah dipertimbangkan. Seperti halnya
makanan harus diberikan sesuai dengan usia masing-masing orang (1Kor. 3:2; Ibr.
5:12), begitu pula pekerjaan mereka harus disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Kristus tidak akan mengatakan suatu hal yang tidak mampu ditanggung oleh
murid-murid-Nya (Yoh. 16:12). Orang-orang percaya yang baru menerima Yesus
tidak boleh diberikan kewajiban-kewajiban yang sangat keras pada awalnya; kalau
tidak, mereka akan merasa kecil hati. Seperti inilah pemeliharaan Allah
terhadap umat Israel-Nya ketika Ia membawa mereka keluar dari Mesir. Ia tidak
menuntun mereka melewati orang-orang Filistin (Kel. 13:17-18). Demikian halnya
dengan pemeliharaan Yakub akan anak-anak dan hewan ternaknya, di mana ia tidak
mau membebani mereka dengan pekerjaan yang terlalu berat (Kej. 33:13). Dan
seperti ini jugalah Kristus memelihara anak-anak yang masih kecil dalam
keluarga kerajaan-Nya dan dalam kawanan domba-Nya; dengan lemah lembut Ia
membimbing mereka. Ketiadaan pemeliharaan seperti ini sering kali membuat
kantong kulit menjadi hancur dan anggur menjadi tumpah; pengakuan banyak orang
menjadi gagal dan tidak menghasilkan apa-apa karena kurang berhati-hati pada
awal-awalnya. Perhatikanlah, dalam berbuat baik kita bisa saja berbuat terlalu
berlebihan dan melampaui kebenaran; dan perbuatan yang keterlaluan yang
demikian bisa jadi disebabkan oleh tipu muslihat Iblis.
=====TUHAN YESUS MEMBERKATI======