Minggu, 06 Oktober 2019

Tanggapan Kristus terhadap Murid-murid Yohanes (9:14-17)



Keberatan-keberatan yang diajukan orang lain kepada Kristus dan murid-murid-Nya memberikan kesempatan bagi Kristus untuk membuat pernyataan-pernyataan yang paling bermanfaat. Begitulah, kepentingan kebenaran sering kali dibantu bahkan oleh perlawanan yang ditemuinya dari orang-orang yang menyangkalnya, dan dengan demikian hikmat Kristus membawa kebaikan dari kejahatan, dan ini merupakan contoh ketiga yang kita temui dalam pasal ini. Pernyataan-Nya tentang kuasa-Nya untuk mengampuni dosa dan kesediaan-Nya untuk menerima orang berdosa tercetus karena celaan ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Jadi di sini, dari celaan terhadap perilaku murid-murid-Nya, timbullah pernyataan yang menggambarkan kelemahlembutan-Nya kepada mereka. Perhatikanlah: 

I. Keberatan yang diajukan murid-murid Yohanes kepada murid-murid Kristus karena tidak berpuasa sesering mereka. Mereka dituduh lagi karena mempraktikkan cara hidup yang bebas, selain makan dengan para pemungut cukai dan orang berdosa. Keberatan ini menyarankan agar mereka mengubah cara hidup mereka dengan cara hidup yang lebih ketat. Tampak dari penulis-penulis Injil lain (Mrk. 2:18 dan Luk. 5:33) bahwa murid-murid orang Farisi juga ikut bersama mereka. Karena itu, kita mempunyai alasan untuk curiga bahwa mereka inilah yang memanas-manasi dan memanfaatkan murid-murid Yohanes sebagai juru bicara mereka. Karena murid-murid Yohanes lebih disukai Kristus dan murid-murid-Nya, maka pasti lebih baik jika mereka saja yang menyampaikan keberatan itu. Perhatikanlah, bukan sesuatu yang baru lagi bahwa orang jahat suka mengadu domba orang-orang benar. Jika umat Allah berbeda sikap atau pikiran, maka orang-orang licik akan mengambil kesempatan ini untuk menabur perselisihan, memanas-manasi mereka, dan memisahkan mereka satu sama lain, dan dengan demikian menjadikan mereka sebagai mangsa empuk. Jika murid-murid Yohanes dan murid-murid Yesus berselisih, kita mempunyai alasan untuk curiga bahwa orang-orang Farisi bekerja di balik semuanya ini, dengan cara memanas-manasi mereka. Nah, keluhan mereka adalah, "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Sungguh menyedihkan bahwa kewajiban-kewajiban beragama yang seharusnya mengukuhkan kasih yang suci malah dijadikan alasan untuk bertengkar dan berselisih; tetapi inilah yang sering terjadi, seperti yang kita temui di sini, di mana kita bisa melihat:

Bagaimana mereka membangga-banggakan puasa mereka sendiri. "Kami dan orang Farisi sering berpuasa." Dalam sejarah gereja di segala zaman, berpuasa dijalankan pada saat-saat tertentu sebagai suatu ibadah. Orang-orang Farisi sangat rajin berpuasa, banyak di antara mereka berpuasa dua hari seminggu, namun sebagian besar dari mereka adalah orang munafik dan jahat. Perhatikanlah, orang-orang yang suka mengaku-ngaku sebagai orang percaya biasanya memang lebih unggul dalam menaati peraturan-peraturan beribadah dan bahkan dalam hal pengendalian hawa nafsu, namun semuanya ini hanya di luarnya saja. Murid-murid Yohanes sering berpuasa, sebagian karena mengikuti apa yang dijalankan guru mereka, karena ia datang tidak makan dan tidak minum (11:18). Memang orang sering suka meniru pemimpin mereka, walaupun tidak selalu dengan alasan yang sama. Sebagian yang lain lagi berpuasa karena mau menuruti ajaran guru mereka tentang pertobatan. Perhatikanlah, ibadah yang lebih berat sering kali sangat diperhatikan oleh orang-orang yang masih berada di bawah pendisiplinan Roh, yaitu Roh perbudakan. Walaupun ibadah seperti ini baik sesuai tujuannya, kita harus melampauinya hingga mencapai kehidupan yang penuh sukacita di dalam Tuhan dan kebergantungan pada-Nya. Inilah yang seharusnya menjadi tujuan ibadah kita. Begitulah, mereka datang kepada Kristus untuk memberi tahu Dia bahwa mereka sering berpuasa, setidaknya sering menurut mereka. Perhatikanlah, banyak orang menyebut diri baik hati (Ams. 20:6). Orang-orang yang mengaku beragama memiliki kecenderungan membangga-banggakan ketaatan mereka dalam beribadah, terutama jika dengan demikian mereka dipandang luar biasa. Dan bukan itu saja, mereka bahkan tidak hanya menyombongkan diri di depan manusia, melainkan juga menyerukannya di hadapan Allah, dan merasa yakin bahwa mereka telah berlaku benar.

Bagaimana mereka mempersalahkan murid-murid Kristus karena tidak berpuasa sesering mereka. Murid-murid-Mu tidak berpuasa. Mereka tidak tahu bahwa Kristus sudah memerintahkan para murid-Nya untuk berpuasa secara diam-diam dan berusaha agar mereka tidak tampak sedang berpuasa. Oleh sebab itu, sangatlah kejam kalau mereka menyimpulkan bahwa murid-murid Kristus tidak berpuasa hanya karena murid-murid ini tidak mengumum-umumkan puasa mereka. Perhatikanlah, kita tidak boleh menghakimi kesalehan orang lain dengan apa yang terlihat oleh mata dan apa yang bisa diamati oleh dunia. Akan tetapi, andaikata memang benar bahwa murid-murid Kristus tidak berpuasa sesering atau sebegitu lama dibandingkan mereka, mengapa mereka berpikir bahwa karena ini mereka lebih beribadah daripada murid-murid Kristus? Perhatikanlah, orang-orang percaya yang sombong biasanya suka membuat suatu patokan dalam beribadah, dan dengan patokan ini mereka berusaha mengukur orang lain dan segala sesuatu, seolah-olah semua orang yang berbeda dari mereka sudah sangat menyimpang di jalan yang salah; seolah-olah semua orang yang tidak berbuat sebanyak mereka berbuat terlalu sedikit, dan semua orang yang berbuat lebih banyak dari mereka sudah bertindak berlebih-lebihan. Semuanya ini dengan jelas membuktikan bahwa orang-orang sombong ini sama sekali tidak memiliki kerendahan dan kebaikan hati bagi sesamanya.

Bagaimana mereka mengadukan keluhan ini kepada Kristus. Perhatikanlah, jika murid-murid Kristus, entah karena kekeliruan atau karena perintah, melakukan suatu pelanggaran, pastilah Kristus sendiri akan diberitahukan dan akan dipersalahkan karenanya. O, Yesus, apakah ini orang-orang Kristen-Mu? Oleh sebab itu, karena kita menawarkan kehormatan Kristus kepada dunia, kita harus berperilaku baik. Perhatikanlah, perselisihan dengan Kristus dibawa kepada murid-murid-Nya (ay. 11), dan perselisihan dengan murid-murid-Nya dibawa kepada Kristus (ay. 14), ini merupakan suatu cara untuk menabur benih perselisihan dan membunuh kasih, untuk membuat umat melawan hamba Tuhan, hamba Tuhan melawan umat, dan teman melawan teman.

II. Pembelaan Kristus bagi murid-murid-Nya dalam masalah ini.

Kristus bisa saja menegur murid-murid Yohanes dengan pertanyaan mereka sendiri, "Mengapa kalian sering berpuasa? Apakah kalian benar-benar tahu mengapa kalian berpuasa? Oh tidak, sesungguhnya banyak orang yang menjalankan kewajiban ibadah di luarnya saja dan mereka sendiri tidak tahu mengapa dan untuk apa mereka melakukannya." Kristus tidak mau menjawab mereka demikian, Ia hanya membenarkan apa yang dilakukan murid-murid-Nya. Ketika murid-murid-Nya tidak tahu apa yang harus mereka katakan, Ia sudah menyiapkan sesuatu untuk dikatakan bagi mereka. Perhatikanlah, seperti halnya hikmat mendapat kehormatan apabila dibuktikan kebenarannya oleh anak-anaknya, demikian pula anak-anaknya akan berbahagia apabila mereka semua dibenarkan oleh hikmat itu sendiri. Apa yang kita lakukan sesuai dengan perintah dan petunjuk Kristus pasti akan didukung dan dikuatkan-Nya, dan kita dengan yakin bisa berserah kepada-Nya untuk menjaga nama baik kita.

Ada dua hal yang ditekankan Kristus dalam membela murid-murid-Nya untuk tidak berpuasa.

Bahwa saat itu bukanlah saat yang tepat bagi mereka untuk menjalankan kewajiban berpuasa (ay. 15). "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?" Perhatikanlah, jawaban Kristus disusun dengan begitu baik sehingga bisa membenarkan apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya sendiri, tanpa harus mengecam apa yang sudah ditetapkan Yohanes atau yang diperbuat murid-murid Yohanes sendiri. Ketika orang-orang Farisi memanas-manasi perselisihan ini, mereka berharap Kristus akan mempersalahkan entah murid-murid-Nya sendiri atau murid-murid Yohanes, tetapi Ia tidak mempersalahkan keduanya. Perhatikanlah, kalau suatu saat kita dipersalahkan dengan tidak adil, maka yang harus kita pedulikan adalah membersihkan nama baik kita sendiri, dan janganlah menuduh balik orang lain atau mengotori nama baik orang lain. Ada banyak jalan yang tersedia yang bisa kita manfaatkan untuk membenarkan apa yang kita lakukan tanpa harus mengecam orang yang kelakuannya berbeda dengan kita.

Nah, untuk menguatkan pembelaan-Nya, Kristus menggunakan ungkapan sukacita dan kegembiraan yang biasanya dialami selama berlangsungnya acara pernikahan. Saat itu segala perasaan sedih dan dukacita tidaklah pantas dan tidak pada tempatnya, seperti yang terjadi pada pernikahan Samson (Hak. 14:17). Sekarang kita lihat,

(1) Murid-murid Kristus adalah sahabat-sahabat mempelai laki-laki yang diundang ke pesta pernikahan dan disambut baik di sana, sedangkan murid-murid orang Farisi tidaklah demikian. Mereka adalah anak-anak hamba perempuan (Gal. 4:25), yang terus hidup dalam kegelapan dan ketakutan. Perhatikanlah, pengikut-pengikut Kristus yang setia, yang memiliki Roh yang menjadikan mereka anak-anak Allah, akan menghadiri pesta yang tidak ada henti-hentinya, sedangkan orang-orang yang memiliki roh perbudakan dan ketakutan tidak dapat bersukacita seperti orang lain (Hos. 9:1).

(2) Murid-murid Kristus memiliki mempelai laki-laki bersama mereka, namun tidak demikian halnya dengan murid-murid Yohanes. Guru mereka pada waktu itu sedang berada di penjara dan mendekam di sana dalam bahaya yang terus mengancam hidupnya, dan karenanya saat itu merupakan saat yang tepat bagi mereka untuk sering berpuasa. Saat seperti itu akan datang kepada murid-murid Kristus ketika mempelai laki-laki harus diambil dari mereka dan ketika tubuh-Nya tidak bisa hadir bersama-sama mereka, dan ketika itulah mereka harus berpuasa. Pikiran bahwa sebentar lagi Dia akan pergi dan berpisah dari mereka membuat mereka sangat sedih (Yoh. 16:6). Pencobaan dan penderitaan menimpa mereka ketika Dia sudah pergi, dan ini memberi mereka kesempatan untuk berduka dan berdoa, yakni untuk berpuasa. Perhatikanlah:

[1] Yesus Kristus adalah Mempelai laki-laki bagi Jemaat-Nya dan murid-murid-Nya adalah sahabat-sahabat mempelai laki-laki itu. Kristus berbicara tentang diri-Nya kepada murid-murid Yohanes dengan menggunakan perumpamaan ini karena Yohanes sendiri menggunakannya ketika Ia menyebut dirinya sahabat mempelai laki-laki (Yoh. 3:29). Jika dengan petunjuk ini mereka mengingat apa yang dikatakan guru mereka sebelumnya, maka mereka sendiri akan tahu jawaban bagi pertanyaan mereka sendiri.

[2] Sahabat-sahabat mempelai laki-laki cenderung mengalami banyak perubahan dan pergantian di dunia ini; mereka menyerukan belas kasihan dan penghakiman.

[3] Sahabat-sahabat mempelai laki-laki merasa bersedih atau bergembira tergantung pada banyak sedikitnya mereka merasakan kehadiran mempelai laki-laki bersama mereka. Ketika Ia ada bersama mereka, cahaya Allah bersinar atas mereka, dan semuanya menjadi baik, tetapi ketika Ia pergi, walaupun hanya sebentar saja, mereka menjadi gelisah dan melangkah dengan berat. Kehadiran dan kedekatan matahari dengan bumi membuat datangnya siang dan musim panas, sedangkan ketidakhadiran dan jauhnya mendatangkan malam dan musim dingin. Kristus adalah segala-galanya bagi sukacita jemaat-Nya.

[4] Setiap kewajiban harus dilakukan sesuai pada musimnya (Pkh. 7:14; Yak. 5:13). Ada saat untuk berduka dan ada saat untuk tertawa, dan untuk setiap saat ini kita harus menyesuaikan diri dan menghasilkan buah pada musimnya. Dalam hal puasa, kita harus memperhatikan cara-cara yang sesuai dengan anugerah Allah kepada kita; ketika Dia berduka untuk kita, kita harus meratap; dan juga, kita harus memperhatikan masa-masa pemeliharaan-Nya terhadap kita; ada waktu ketika Tuhan, TUHAN semesta alam menyuruh orang untuk menangis dan meratap; demikian pula, kita harus memerhatikan tugas-tugas tertentu yang ada di hadapan kita (17:21; Kis. 13:2).

Bahwa mereka tidak cukup kuat untuk melakukan kewajiban itu. Hal ini dikemukakan dalam dua perumpamaan: yang pertama menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, yang hanya akan memperbesar koyak baju yang tua itu (ay. 16), yang kedua mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, yang hanya akan menghancurkan kantong kulit itu (ay. 17). Murid-murid Kristus tidak mampu menjalankan kegiatan-kegiatan yang berat ini sebaik yang dilakukan murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi. Alasannya, seperti yang dikemukakan cendekiawan Dr. Whitby: di antara orang-orang Yahudi, tidak hanya ada sekte Farisi dan Esen yang menjalankan kehidupan yang keras, tetapi juga ada sekolah-sekolah bagi para nabi, di mana murid-muridnya sering kali hidup di pegunungan dan padang belantara, dan banyak dari antara mereka berasal dari Nazaret. Mereka juga mempunyai sekolah-sekolah pribadi untuk melatih orang menjalankan disiplin yang ketat. Dari sekolah-sekolah inilah mungkin banyak dari murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi berasal; sementara murid-murid Kristus, karena mereka langsung dipanggil dari pekerjaan-pekerjaan duniawi, belum terbiasa dengan praktik-praktik agama yang keras semacam itu, dan ini tidak cocok bagi mereka. Selain itu praktik-praktik semacam ini juga tidak cocok untuk pekerjaan mereka yang lain. Perhatikanlah:

(1) Beberapa kewajiban beragama lebih keras dan lebih sulit dibandingkan kewajiban-kewajiban beragama yang lain, seperti kain yang belum susut dan anggur baru, yang membutuhkan tekad yang sangat teguh dan sangat tidak enak bagi tubuh jasmani; seperti itulah ibadah puasa dan kewajiban-kewajiban yang menyertainya.

(2) Yang terbaik dari antara murid-murid Kristus pun harus melewati masa kanak-kanak terlebih dahulu; tidak semua pohon di kebun Kristus bertumbuh sama, demikianlah, tidak semua murid-Nya ada dalam pertumbuhan yang sama. Di dalam Kristus ada murid yang baru menjadi bayi dan ada juga yang sudah bertumbuh.

(3) Dalam mengarahkan orang untuk menjalankan kewajiban-kewajiban agama, kelemahan dan kekurangan orang Kristen yang masih belum dewasa haruslah dipertimbangkan. Seperti halnya makanan harus diberikan sesuai dengan usia masing-masing orang (1Kor. 3:2; Ibr. 5:12), begitu pula pekerjaan mereka harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Kristus tidak akan mengatakan suatu hal yang tidak mampu ditanggung oleh murid-murid-Nya (Yoh. 16:12). Orang-orang percaya yang baru menerima Yesus tidak boleh diberikan kewajiban-kewajiban yang sangat keras pada awalnya; kalau tidak, mereka akan merasa kecil hati. Seperti inilah pemeliharaan Allah terhadap umat Israel-Nya ketika Ia membawa mereka keluar dari Mesir. Ia tidak menuntun mereka melewati orang-orang Filistin (Kel. 13:17-18). Demikian halnya dengan pemeliharaan Yakub akan anak-anak dan hewan ternaknya, di mana ia tidak mau membebani mereka dengan pekerjaan yang terlalu berat (Kej. 33:13). Dan seperti ini jugalah Kristus memelihara anak-anak yang masih kecil dalam keluarga kerajaan-Nya dan dalam kawanan domba-Nya; dengan lemah lembut Ia membimbing mereka. Ketiadaan pemeliharaan seperti ini sering kali membuat kantong kulit menjadi hancur dan anggur menjadi tumpah; pengakuan banyak orang menjadi gagal dan tidak menghasilkan apa-apa karena kurang berhati-hati pada awal-awalnya. Perhatikanlah, dalam berbuat baik kita bisa saja berbuat terlalu berlebihan dan melampaui kebenaran; dan perbuatan yang keterlaluan yang demikian bisa jadi disebabkan oleh tipu muslihat Iblis.

=====TUHAN YESUS MEMBERKATI======

1 komentar:

Yoel Giban mengatakan...

Tuhan Yesus memberkati yang membaca dan membrikan komentarnya

Statistik Pengunjung