Cari Blog Ini

Kamis, 03 Juli 2025

Renungan Pagi: Kerajaan Allah

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
(Matius 6:33)

Pagi ini, mari kita awali hari dengan merenungkan tentang Kerajaan Allah—suatu realitas rohani yang hadir di tengah dunia ini dan yang akan digenapi secara sempurna kelak.πŸ‘ˆYesus berbicara banyak tentang Kerajaan Allah dalam pengajaran-Nya. Kerajaan ini bukan soal wilayah geografis, melainkan tentang pemerintahan Allah atas hidup manusia. Saat kita mengakui Yesus sebagai Raja dalam hidup kita, maka kita menjadi bagian dari Kerajaan-Nya.✅

Yesus berkata, "Carilah dahulu Kerajaan Allah." Ini adalah panggilan untuk menjadikan kehendak Allah sebagai prioritas utama dalam hidup kita. Kita sering kali sibuk dengan kekhawatiran hidup—makanan, pakaian, masa depan—tetapi Yesus menantang kita untuk fokus kepada perkara kekal, bukan hanya kebutuhan duniawi✅ Ketika kita hidup dalam Kerajaan Allah, kita mengutamakan:
1. Hidup dalam kebenaran dan kekudusan
2. Menjadi terang dan garam di tengah dunia
3. Menjalani hidup dengan iman, kasih, dan pengharapan
4. Melayani Tuhan dan sesama dengan kerendahan hati. 
Kerajaan Allah hadir saat kita taat kepada Tuhan, memberitakan Injil, dan hidup sesuai kehendak-Nya.✅

Refleksi Pribadi: Apakah saya sudah mencari Kerajaan Allah lebih daripada kepentingan pribadi ? Apakah hidup saya mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah?✅

Doa: Tuhan Yesus, ajar aku untuk menjadikan Engkau sebagai Raja atas hidupku. Tolong aku agar tidak hanya sibuk mengejar hal duniawi, tetapi mencari Kerajaan-Mu dan hidup dalam kebenaran-Mu setiap hari. Penuhi aku dengan Roh-Mu agar aku dapat menjadi wakil Kerajaan-Mu di bumi ini. Dalam nama Yesus aku berdoa, Amin.✅

Selamat pagi!
Hiduplah hari ini sebagai warga Kerajaan Allah. ✨πŸ‘‘

APA ITU JIWA


Jiwa memiliki beberapa arti, yaitu: 

ΓΌ  Roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup 

ΓΌ  Seluruh kehidupan batin manusia, yang meliputi perasaan, pikiran, dan angan-angan 

ΓΌ  Inti spiritual dan kesadaran diri 

ΓΌ  Sesuatu atau orang yang utama dan menjadi sumber tenaga atau semangat 

ΓΌ  Isi (maksud) yang sebenarnya atau arti 

ΓΌ  Buah hati atau kekasih 

ΓΌ  Daya hidup orang atau makhluk hidup lain 

 

Menurut Ibnu Sina dan Aristoteles, jiwa adalah sesuatu yang ghaib, tidak bisa dilihat secara langsung, tetapi bisa dirasakan. Keberadaannya bisa diketahui melalui petunjuk dari Tuhan dan dipelajari dari Al-Quran dan Sunnah.  Menurut St. Maximos The, jiwa manusia terdiri dari pikiran, emosi, dan kehendak. Pikiran manusia dapat berpikir, emosi atau perasaan manusia dapat mengasihi, dan kehendak manusia dapat memilih. Jiwa dan raga merupakan dua aspek penting dalam kehidupan manusia. Jiwa mencerminkan inti spiritual dan kesadaran diri, sementara raga merupakan bagian fisik yang memungkinkan kita berinteraksi dengan dunia fisi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jiwa: Jiwa (berasal dari bahasa Sanskerta : jiva yang artinya "benih kehidupan") Dalam berbagai agama dan filsafatjiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian dan sinonim dengan roh, akal, atau awak diri.[1] Di dalam teologi, jiwa dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. Di beberapa budaya, benda-benda mati dikatakan memiliki jiwa, kepercayaan ini disebut animisme.[2] Penggunaan istilah jiwa dan roh sering kali sama, meskipun kata yang pertama lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata yang kedua.[3] Jiwa dan psyche bisa juga digunakan secara sinonimous, meskipun psyche lebih berkonotasi fisik, sedangkan jiwa berhubungan dekat dengan metafisik dan agama.[4] Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yang ada di di tubuh dan menyebabkan seseorang hidup atau nyawa. Jiwa juga diartikan sebagai seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, dan sebagainya).[5] Jiwa manusia berbeda dengan jiwa makhluk yang lain seperti binatang, pohon, dan sebagainya. Jiwa manusia bagaikan alam semesta, atau alam semesta itu sendiri, yang tersembunyi di dalam tubuh manusia dan terus bergerak dan berotasi.[butuh rujukan] jiwa hanya lah sebuah nyawa yang dikendalikan oleh roh.

Filsuf pertama yang mempelajari dan memberikan definisi mengenai jiwa adalah Plato. Dalam pemikirannya, Plato mengartikan jiwa sebagai sesuatu yang tidak tampak tetapi merupakan dunia nyata yang tidak berubah. Sifat dari jiwa ialah kekal dan tidak berubah. Tubuh dan jiwa dianggap berbeda. Masing-masing mempunyai fungsi bagi keberadaan manusia. Jiwa berperan sebagai pengatur tindakan rasional yang kemudian mengendalikan keinginan atau nafsu manusia. Plato adalah orang pertama yang menulis bahwa jiwa bukan saja esensi hidup tetapi juga esensi pikiran manusia.[6] Dalam naskah-naskah Plato kita menemukan bahwa jiwa memainkan banyak peran, di antaranya sebagai penggerak tubuh, pembawa sifat-sifat moral, dan sebagai akal (nous) yang berpikir.

 

Definisi Jiwa Menurut Ibnu Sina

Ibnu Sina adalah seorang filsuf dan dokter Muslim yang lahir pada tahun 980 M di Afshana, sebuah wilayah yang tidak jauh dari Buhkara. Dia merupakan salah satu tokoh utama dalam sejarah ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam filsafat Islam. Selain itu Ibnu Sina juga dianggap sebagai salah satu tokoh psikologi Islam. Ibnu Sina memiliki pendekatan yang sangat komprehensif dalam menjelaskan apa yang dimaksud dengan jiwa.

 Menurut pendekatan Ibnu Sina terhadap jiwa, jiwa dan ruh merupakan istilah yang sama dan memiliki arti yang sama. Menurut Ibnu Sina, jiwa adalah subtansi ruhani yang memancar kepada jasad dan menghidupkannya lalu menjadikannya alat untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu, sehingga dengan keduanya ia bisa menyempurnakan dirinya dan mengenal Tuhan (Yamin, 2016). Menurutnya jiwa atau ruh adalah aspek yang memberikan kemampuan pada seseorang untuk merasakan, berpikir, dan bertindak. Jiwa atau ruh juga merupakan bagian dari sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk mengendalikan fungsi tubuh, termasuk pertumbuhan, pergerakan, dan respon terhadap lingkungan.

 Ibnu Sina menjelaskan bahwa hubungan antara jiwa dan badan adalah sangat erat. Ia percaya bahwa jiwa memiliki peran yang penting dalam mengatur fungsi tubuh, termasuk proses penyembuhan. Ibnu Sina menjelaskan bahwa hubungan antara jiwa dan badan tidak terdapat dalam individu saja, tetapi jiwa yang cukup kuat bisa menyembuhkan badan yang sakit, tanpa badan itu harus berobat jika penyakitnya tidak parah, Ibnu Sina dapat meneliti hal seperti ini secara ilmiah dan menjelaskan betapa jiwa yang kuat bisa membuat fisik yang kuat juga (Kusuma, 2022). Namun, Ibnu Sina juga menekankan bahwa penyakit yang parah tidak bisa disembuhkan hanya dengan kekuatan jiwa saja. Namun, jiwa yang kuat bisa membantu proses penyembuhan dengan cara memperkuat sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk menangani penyakit.

https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/1171-jiwa-sebagai-bagian-dari-psikologi-dalam-perspektif-ibnu-sina

 

JIWA MENURUT ORANG KRISTEN

"Jiwaku memuliakan Tuhan" (Luk. 1:46). Di sini kata jiwa bersinonim dengan roh; keduanya menunjuk kepada keadaan emosi, dan dalam pengertian tertentu sama dengan hati, yang merupakan tempat bagi semua pikiran, perasaan dan kehendak (Luk. 1:46, 47).

Apakah yang dimaksud dengan jiwa?

Istilah ini telah dipakai dalam beraneka ragam pengertian oleh para penulis Alkitab. Kata nephesh dalam Perjanjian Lama secara harfiah diterjemahkan "yang bernafas," sama dengan kata psyche dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan jiwa atau hidup. (1) Itu berarti kehidupan fisik menurut keadaan yang alamiah. "Mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati" (Mat. 2:20); "Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan?" (Mat. 6:25). (2) Itu berarti bahwa kehidupan emosi dan keinginan, termasuk nafsu makan atau rasa haus, dan perasaan kebaikan hati maupun perasaan kebencian. "Jiwaku memuliakan Tuhan" (Luk. 1:46). Di sini kata jiwa bersinonim dengan roh; keduanya menunjuk kepada keadaan emosi, dan dalam pengertian tertentu sama dengan hati, yang merupakan tempat bagi semua pikiran, perasaan dan kehendak (Luk. 1:46, 47). Pengertian jelek dari kata itu dipakai dalam Yakobus 3:16, di mana iri hati ditunjukkan sebagai suatu sifat yang berhubungan dengan hawa nafsu, yang fisik/kejiwaan. (3) Kata itu berarti diri sendiri, yang membedakan satu individu dari lainnya. "Aku akan berkata kepada jiwaku," yaitu kepada diriku (Luk. 12:19). "Tiap-tiap orang [jiwa] harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya" (Rm. 13:1). (4) Kata itu juga dipakai dalam pengertian agama: Paulus dan Barnabas menguatkan hati murid-murid (Kis. 14:22). Pengharapan adalah sauh bagi jiwa (Ibr. 6:19). Pada dua contoh ini jiwa dipakai sebagai sinonim dengan roh; tetapi dalam kebanyakan kasus jelas ditarik perbedaan antara jiwa yang bersifat alamiah dengan roh yang berhubungan dengan Allah. Perbedaan ini pertama kali ditekankan oleh Yesus, yang membantu manusia untuk menyadari kehidupan ilahi di dalam diri mereka dan mengajak mereka memperdalam kemampuan rohani dengan menanggapi himbauan penuh kasih dari Roh Kudus. Tetapi, Pauluslah yang dalam suratnya menekankan supremasi roh.

Jiwa adalah eksistensi kesadaran yang terdiri atas berbagai hasrat, dorongan, emosi dan kemauan. Jiwa mengacu pada manusia dalam keadaannya yang alamiah, belum tersentuh oleh penyataan anugerah Allah. Yang membedakan satu individu dari individu lain ialah kepribadian di dalam dirinya. Manusia yang bermoral menghidupi keluarganya, menyelesaikan urusan atau bisnisnya, membayar hutangnya dan menjadi anggota masyarakat yang terhormat. Tetapi, dia belum mempertimbangkan Allah yang menyatakan diri melalui Yesus Kristus, dan dia tetap di luar persekutuan ilahi. Hidupnya akan terus tidak sempurna, sampai dia (rohnya) dilahirkan kembali dan dia mengizinkan Roh Yang Kekal, yaitu Roh Kristus, memiliki dirinya. Ketika ini terjadi orang itu seutuhnya mengalami satu transformasi (perubahan). Dia merasa bahwa penghuni spiritual yang mendiami kemanusiaannya benar-benar tamu yang kekal, tercermin melalui pikiran, hasrat, tindakan dan watak, dan sifat Allah. Jadi, kita mengetahui bahwa jiwa yang hidup dalam diri orang, walaupun tidak dapat dijelaskan kata-kata manusia, ikut memiliki sifat ilahi dan tidak dapat binasa. Semoga menamba Wawasan [YG
]

 


Rabu, 02 Juli 2025

Tuhan adalah Gembalaku

πŸŒ™ Renungan Malam: "Tuhan Gembalaku" (Mazmur 23)

Ayat Kunci: Mazmur 23:1
"Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."✅

Di akhir hari yang melelahkan, kita diingatkan bahwa Tuhan adalah Gembala yang setia. Ia tidak pernah meninggalkan kita sendirian dalam perjalanan hidup ini. Seperti domba yang bergantung sepenuhnya pada gembalanya, kita pun bisa berserah kepada Tuhan dengan penuh percaya dan tenang.

Saat kita tidur malam ini, kita dapat mengingat bahwa:

Ia membaringkan kita di padang yang berumput hijau — tempat istirahat dan pemulihan.

Ia menuntun kita ke air yang tenang — ketenangan batin yang hanya datang dari-Nya.πŸ‘ˆ

Ia menyertai kita di lembah kekelaman — tidak peduli seberapa gelap hari ini terasa, kasih dan tongkat-Nya menopang kita.✅
Mazmur 23 adalah pelukan kasih Tuhan di malam hari. Saat dunia terdiam, suara-Nya lembut berkata: "Aku bersamamu. Aku cukup bagimu. Tidurlah dengan tenang, sebab Aku menjagamu."

Doa Malam
Tuhan yang baik, terima kasih karena Engkau adalah Gembala yang setia. Di malam ini, aku menyerahkan seluruh kekhawatiranku ke dalam tangan-Mu. Pulihkanlah tubuh, jiwa, dan pikiranku. Biarlah malam ini aku tidur dalam damai karena Engkau menjagaku. Amin✅

Selasa, 01 Juli 2025

Bekerja untuk Tuhan

πŸŒ… Renungan πŸ‘‰ "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Kolose 3:23✅

Pagi ini, firman Tuhan mengingatkan kita bahwa setiap pekerjaan, sekecil apapun, memiliki nilai kekal jika dilakukan dengan hati yang tulus kepada Tuhan. Entah itu membersihkan rumah, mengajar, melayani orang lain, atau bekerja di kantor, Tuhan memperhatikan bukan hanya hasilnya, tetapi sikap hati kita dalam melakukannya✅

Ketika kita bekerja dengan sikap “untuk Tuhan,” kita tidak mudah kecewa ketika tidak dihargai oleh manusia. Kita tidak mencari pujian atau pengakuan, karena kita tahu siapa yang sesungguhnya menjadi Tuan kita: Tuhan sendiri. Hal ini memberi kita kekuatan dan semangat baru untuk menjalani hari, karena kita tahu bahwa pekerjaan kita tidak sia-siaπŸ‘ˆ

✅Aplikasi Hari Ini: Lakukan setiap tugas hari ini dengan sukacita dan integritas. Jangan mengeluh meskipun tugas terasa berat atau tidak diperhatikan orang lain. Ingat bahwa Tuhan melihat dan menghargai setiap jerih lelah kita.

Doa Pagi: Tuhan, terima kasih untuk hari yang baru. Ajarku untuk bekerja hari ini dengan segenap hatiku seperti untuk Engkau. Biarlah setiap tindakanku menjadi persembahan yang berkenan bagi-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.πŸŒžπŸ™ [YG]

Statistik Pengunjung

Wikipedia

Hasil penelusuran