Selasa, 31 Oktober 2023

Renungan Harian Lilin Kecil

Bacaan kita dari Yohanes 3:1-21 adalah bagian dari Perjanjian Baru dalam Alkitab. Pasal ini merupakan dialog antara Yesus dan Nikodemus, seorang Farisi dan anggota Sanhedrin, yang datang menjumpai Yesus di malam hari.

Dalam pasal ini, Nikodemus mengakui bahwa Yesus diturunkan oleh Allah sebagai guru dan pewahyuan yang berasal dari Allah. Namun, Yesus dengan tegas mengatakan bahwa untuk melihat dan masuk ke dalam Kerajaan Allah, seseorang harus dilahirkan kembali. Nikodemus terkejut dan bertanya bagaimana mungkin seseorang bisa lahir kembali saat sudah tua. Yesus menjelaskan bahwa yang dilahirkan dari daging adalah daging, tetapi yang dilahirkan dari Roh adalah roh.

Yesus kemudian menggunakan perbandingan dengan ular tembaga yang digantung di tiang untuk menyelamatkan orang-orang Israel yang digigit ular berbisa di padang gurun. Demikian juga, setiap orang yang percaya kepada Yesus akan memperoleh hidup yang kekal. Allah mengasihi dunia ini sehingga Dia mengutus Yesus untuk menjadi korban penyelamatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Ayat terkenal dalam pasal ini adalah Yohanes 3:16, "Sebab begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Ayat ini menyampaikan pesan bahwa Allah mengasihi umat-Nya sedemikian rupa sehingga Dia memberikan Anak-Nya sebagai korban tukar bagi dosa-dosa kita. Menerima Yesus sebagai Juruselamat dan mengimani-Nya membawa hidup yang kekal dan kebebasan dari hukuman dosa.

Renungan dari Yohanes 3:1-21 mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kelahiran rohani dan iman kepada Yesus Kristus. Melalui kelahiran kembali oleh Roh Kudus, kita menjadi anak-anak Allah dan memiliki jaminan hidup kekal di dalam Kerajaan-Nya. Allah mengasihi setiap orang di dunia ini dan menawarkan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Marilah kita hidup dalam iman kepada-Nya dan membagikan kabar baik ini kepada orang lain, agar mereka juga dapat mengalami hidup yang kekal melalui Yesus Kristus.

Sekian dari renungan  Yohanes 3:1-21. Semoga hal ini menjadi berkat dan pencerahan bagi kita semua. Amin.

Disini
JAYAPURA, 1 November 2023
an Yoel Giban

Senin, 30 Oktober 2023

Refleksi Kehidupan


MAKNA KATA HIDUP

Kata HIDUP merupakan konsep yang kompleks dan relevan bagi setiap individu. Kata hidup memiliki berbagai makna yang dapat diinterpretasikan oleh masing-masing orang sesuai dengan pengalaman dan pandangan hidup mereka.


Secara umum, hidup dapat diartikan sebagai keadaan atau proses keberadaan yang dimiliki oleh semua makhluk hidup di dunia ini. Namun, makna hidup tidak hanya terbatas pada penjelasan tersebut. Makna hidup juga mencakup pemahaman tentang tujuan, arti, dan nilai yang dikaitkan dengan kehidupan seseorang.

Dalam konteks ini, hidup memiliki makna yang lebih dalam dan filosofis. Banyak ahli dan filsuf telah mencoba memberikan penjelasan tentang makna hidup. Misalnya, Viktor Frankl, seorang psikolog eksistensial, berpendapat bahwa hidup memiliki makna yang terkait dengan pencarian dan pemenuhan tujuan hidup serta menemukan arti hidup dalam menghadapi tantangan dan penderitaan.

Selain itu, hidup dapat diartikan sebagai anugerah yang mengandung tanggung jawab moral. Dalam perspektif ini, hidup memiliki makna yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban yang harus dijalani oleh setiap individu demi kebaikan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.


Lebih jauh lagi, hidup juga dapat diartikan sebagai perjalanan atau petualangan pribadi. Hidup adalah proses pembelajaran dan pertumbuhan, di mana setiap pengalaman dan pelajaran yang diperoleh membentuk dan mengubah diri kita.


Namun, penting untuk diingat bahwa makna hidup adalah konseptual dan bergantung pada perspektif individu. Setiap orang memiliki interpretasi unik tentang makna hidup mereka sendiri berdasarkan kepercayaan, nilai, dan pengalaman pribadi mereka.

Dalam menghadapi pertanyaan tentang makna hidup, penting bagi setiap individu untuk melakukan refleksi diri, mengenali nilai-nilai yang penting bagi mereka, menentukan tujuan hidup, dan hidup sesuai dengan pemahaman tentang makna hidup tersebut. Dengan demikian, seseorang dapat mencapai kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup mereka. Semoga bermanfaat


Disini

JAYAPURA 31 Oktober 2023

an Yoel Giban


Minggu, 29 Oktober 2023

Refleksi Rohani

Mengapa kita perlu mengenal Yesus? Ada enam keuntungan jika kita mengenal Yesus

1. Penyelamat Dosa
Yesus adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa kita. Ia mati di kayu salib sebagai pengorbanan untuk menebus dosa  umat manusia. Dengan mengenal Yesus, kita dapat menerima pengampunan-Nya dan hidup dalam kebebasan dari dosa-dosa kita.

2. Teladan Hidup
Yesus adalah contoh teladan yang sempurna bagi kita. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk hidup seperti Yesus, mengasihi sesama, melayani dengan rendah hati, dan menaati perintah-perintah-Nya. Melalui pengenalan diri kita kepada Yesus, kita dapat belajar dari sikap-Nya yang penuh kasih dan kesetiaan.

3. Hubungan dengan Allah
Yesus adalah pengantara antara manusia dan Allah. Melalui pengorbanan-Nya, kita dapat memiliki hubungan yang hidup dan pribadi dengan Allah Bapa. Dalam mengenal Yesus, kita dapat mengalami kehadiran Allah dalam hidup kita sehari-hari dan memperoleh penghiburan, petunjuk, dan kekuatan dari-Nya.

4. Kehidupan Abadi
Yesus menjanjikan kehidupan abadi bagi semua yang percaya dan mengikut-Nya. Dalam mengenal Yesus, kita dapat memiliki harapan yang pasti akan kehidupan yang kekal bersama-Nya di surga. Pengenalan diri kita kepada Yesus memberi kita jaminan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari kehidupan yang baru dengan-Nya.

5. Transformasi Hidup
Mengenal Yesus memberikan peluang kepada kita untuk mengalami perubahan yang nyata dalam hidup kita. Melalui kuasa Roh Kudus, kita dapat diberdayakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan kita, mengubah pikiran dan perilaku kita menjadi lebih sesuai dengan kehendak Allah. Pengenalan diri kita kepada Yesus membawa transformasi spiritual yang membantu kita untuk hidup dalam ketaatan dan kebenaran.

Mengenal Yesus adalah suatu anugerah besar dalam hidup kita. Ini tidak hanya memberikan arti dan makna hidup kita, tetapi juga membawa transformasi dan harapan yang kekal. Marilah kita meluangkan waktu dan usaha untuk mengenal Yesus dengan lebih dalam melalui membaca Firman-Nya, sehingga kita dapat hidup dalam kebenaran dan berbagi berkat-Nya dengan sesama.

Disini
JAYAPURA 29 Oktober 2023
an Yoel Giban

Minggu, 22 Oktober 2023

Comentary Mathew Hendry

Lukas 17:11-19

Ucapan Syukur 1 dari 10 orang yang Disembuhkan oleh Yesus


Di sini diceritakan mengenai kesembuhan sepuluh orang kusta, yang tidak kita temukan di dalam kitab-kitab Injil lainnya. Kusta merupakan sebuah penyakit yang dianggap orang Yahudi sebagai hukuman atas dosa tertentu, dan terkena penyakit ini, lebih dari penyakit lainnya, diartikan sebagai tanda ketidaksenangan Allah. Dan oleh karena itulah Yesus, yang datang untuk menghapuskan dosa dan melenyapkan murka, sangat peduli untuk mentahirkan orang kusta yang Ia temui dalam perjalanan-Nya. Yesus sedang menuju Yerusalem, di tengah-tengah perjalanan-Nya, di mana Dia tidak begitu banyak memiliki kenalan bila dibandingkan dengan yang dimiliki-Nya di Yerusalem ataupun di Galilea. Dia telah berada di garis batas wilayah, perbatasan yang menghampar di antara Samaria dan Galilea. Dia melewati jalan itu untuk menemukan orang-orang kusta itu dan menyembuhkan mereka, sebab Dia berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari-Nya. 


I. Permintaan orang-orang kusta itu kepada Yesus. Mereka bersepuluh, sebab, meskipun mereka dikucilkan dari pergaulan dengan orang lain, mereka tetap leluasa untuk bergaul dengan sesama penderita kusta lainnya, dan hal itu menghiburkan mereka, sebab dengan begitu mereka memiliki kesempatan untuk saling berbagi dan saling menguatkan.


Mereka menemui Yesus ketika Ia memasuki suatu desa. Mereka tidak membiarkan-Nya beristirahat terlebih dahulu setelah perjalanan jauh, melainkan segera menemui-Nya begitu Ia memasuki desa, dengan tubuh yang pasti masih letih. Namun, Dia tetap tidak mengusir mereka ataupun menunda-nunda melayani perkara mereka.


Mereka tinggal berdiri agak jauh, sebab mereka tahu bahwa berdasarkan hukum Taurat, penyakit mereka itu mengharuskan mereka untuk menjaga jarak. Kesadaran akan penyakit kusta rohani kita haruslah membuat kita rendah hati saat datang menghampiri-Nya. Siapakah kita ini, sehingga berani mendekat kepada Dia yang benar-benar kudus? Kita sendiri jauh dari kudus.


Mereka sepakat meminta satu hal, dan benar-benar gigih memohonkannya (ay. 13): Mereka berteriak, sebab mereka berada agak jauh, dan berseru, "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Orang-orang yang mengharapkan bantuan dari Kristus harus memandang-Nya sebagai Guru dan taat terhadap perintah-Nya. Jika Dia adalah Guru, maka itu berarti bahwa Dia juga adalah Yesus, Sang Juruselamat, dan bukan sebaliknya. Mereka tidak secara khusus meminta supaya disembuhkan dari penyakit kusta, melainkan memohon, "Kasihanilah kami"; dan itu pun cukup untuk menimbulkan belas kasihan Yesus, sebab belas kasihan-Nya tak habis-habisnya. Mereka telah mendengar tentang Yesus (sekalipun Ia sendiri jarang berkhotbah di daerah itu), dan itulah yang meneguhkan mereka untuk meminta pertolongan dari-Nya. Dan memang, jika ada satu orang saja yang memulai permohonan yang sederhana seperti itu, maka semua yang lain pun akan ikut bergabung.


II. Yesus mengirim mereka kepada imam, supaya diperiksa oleh imam, yang merupakan pengadil dalam hal penyakit kusta. Yesus tidak mengatakan bahwa mereka pasti akan sembuh. Ia hanya menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri kepada imam-imam (ay. 14). 


Hal itu merupakan ujian bagi ketaatan mereka, dan mereka memang pantas diuji sebagaimana Naaman yang disuruh pergi mandi dalam sungai Yordan. Perhatikanlah, orang-orang yang mengharapkan kebaikan Yesus haruslah bersedia mendapatkannya dengan cara yang telah Ia tentukan. Beberapa dari orang kusta ini mungkin saja ingin membantah suruhan itu: "Kalau Dia mau, seharusnya Dia langsung saja menyembuhkan kita. Tetapi kalau tidak, Dia sebaiknya berterus-terang saja. Tidak usah suruh kita pergi menemui imam-imam seperti ini." Akan tetapi, karena sisanya setuju, maka akhirnya mereka semua pergi menghadap imam. Oleh karena hukum tata cara masih berlaku, Yesus pun berhati-hati menjaga hukum tersebut supaya dijalankan dan supaya nama baik hukum itu tetap dijaga. Ia juga ingin menjaga agar penghormatan yang selayaknya tetap diberikan kepada para imam yang menjalankan tugas mereka sesuai dengan hukum itu. Akan tetapi, mungkin juga Ia memiliki rencana lain, yaitu supaya imam itu bisa menilai dan menyaksikan kesempurnaan kesembuhan tersebut, dan supaya sang imam menjadi tergugah, dan menggugah rekan-rekan imamnya yang lain untuk mencari tahu mengenai pribadi yang memiliki kuasa sebegitu dahsyatnya atas penyakit-penyakit tubuh.


III. Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir, sehingga mereka layak untuk diperiksa oleh sang imam dan disahkan olehnya bahwa mereka telah menjadi tahir. 


Perhatikanlah, kita barulah dapat berharap Allah akan menyongsong kita dengan belas kasihan-Nya bila kita didapati sedang menjalankan tugas kita. Jika kita melakukan apa yang kita bisa, Allah tidak akan segan-segan turun tangan untuk melakukan apa yang tidak mampu kita lakukan. Pergilah, jalankanlah segala perintah dan ketetapan. Pergilah, berdoalah dan bacalah firman Allah: Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam; pergilah dan ungkapkanlah perkaramu di hadapan hamba Allah yang setia. Segala sarana itu tidaklah dengan sendirinya punya kekuatan untuk memulihkanmu, tetapi Allah sendirilah yang akan memulihkan engkau melalui sarana-sarana tersebut.


IV. Seorang dari mereka, hanya seorang saja, kembali, untuk mengucap syukur (ay. 15). 


Ketika melihat bahwa ia telah sembuh, dia tidak lantas terus pergi menemui sang imam untuk dinyatakan tahir olehnya dan dibebaskan dari segala pengucilan yang sebelumnya telah mengungkungnya, seperti yang hendak dilakukan oleh sembilan orang lainnya, melainkan kembali kepada Dia yang merupakan sumber dari kesembuhannya itu. Ia ingin memberikan kemuliaan kepada-Nya terlebih dahulu, sebelum ia mengecap kebaikan-Nya. Kelihatannya dia begitu tulus dan bersungguh-sungguh dalam pengucapan syukurnya itu: Ia memuliakan Allah dengan suara nyaring, mengakui bahwa kesembuhannya itu berasal dari Dia. Ia mengangkat suaranya dalam puji-pujian, seperti yang dilakukannya ketika berseru memohon kepada-Nya (ay. 13). Orang-orang yang telah menerima belas kasihan dari Allah haruslah mengumandangkannya kepada orang lain, supaya mereka dapat memuji Allah juga, dan didorong melalui pengalaman mereka itu, memercayai Allah. Akan tetapi, dia juga mengungkapkan rasa syukurnya kepada Kristus dengan cara yang istimewa (ay. 16): Ia lalu tersungkur di depan kaki Yesus, dalam sikap hormat yang menunjukkan kerendahan hati yang paling dalam, dan mengucap syukur kepada-Nya. 


Perhatikanlah, kita harus mengucap syukur atas kebaikan yang telah Yesus limpahkan kepada kita, terutama atas kesembuhan penyakit kita, dan kita haruslah bergegas dalam melayangkan pujian, tidak menunda-nundanya, sebab bisa saja waktu akan melunturkan kesadaran kita akan belas kasihan tersebut. Kita juga wajib merendahkan diri saat mengucapkan syukur, seperti saat berdoa. Sudah merupakan kewajiban keturunan Yakub, sebagaimana dia sendiri, untuk mengakui diri mereka sebagai yang paling hina dan tidak layak menerima belas kasihan Allah, sesudah mereka menerima belas kasihan itu, seperti halnya ketika mereka sedang meminta belas kasihan tersebut.


V. Yesus memperhatikan yang seorang itu, yang dengan demikian terlihat menonjol dari yang lainnya. Kelihatannya dia adalah seorang Samaria, sementara yang lainnya adalah orang-orang Yahudi (ay. 16). 


Orang-orang Samaria terpisah dari jemaat Yahudi dan tidak memiliki pengetahuan dan ibadah penyembahan yang murni terhadap Allah seperti yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi. Akan tetapi, justru seorang Samaria-lah yang memuliakan Allah ketika orang-orang Yahudi lupa melakukannya, atau bahkan menolak untuk melakukannya.


Perhatian khusus yang diberikan Yesus kepadanya. Orang Samaria itu kembali untuk berterima kasih. Padahal yang lainnya menunjukkan sikap tidak berterima kasih walaupun mereka juga sama-sama menikmati belas kasihan Kristus. Ternyata justru orang asing di negeri Israellah yang menjadi satu-satunya orang yang kembali untuk memuliakan Allah (ay. 17-18).


(1) Betapa murah hatinya Yesus dalam berbuat baik: Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di sini terjadi penyembuhan secara besar-besaran, semua si sakit dipulihkan dengan hanya sebuah perkataan saja. Perhatikanlah, ada kelimpahan penyembuhan di dalam darah Kristus, yang cukup bagi semua pasien-Nya, betapapun banyaknya jumlah mereka itu. Kita lihat di sini sepuluh orang ditahirkan sekaligus. Jadi, kita tidak akan kehabisan anugerah dengan membaginya bersama orang lain.


(2) Betapa pelitnya kita dalam membalas budi: "Di manakah yang sembilan orang itu? Mengapa mereka tidak kembali untuk berterima kasih?" Hal ini menyiratkan bahwa sikap tidak tahu berterima kasih adalah dosa yang kerap ditemukan. Dari antara banyak orang yang menerima belas kasihan Allah, hanya ada sedikit, sangat sedikit, yang kembali untuk berterima kasih dengan cara yang benar (bahkan kurang dari satu berbanding sepuluh), yang bersikap tahu membalas budi atas kebaikan yang telah mereka terima.


(3) Betapa seringnya terjadi bahwa yang paling berterima kasih justru adalah orang yang paling tidak terduga akan melakukannya. Seorang Samaria mengucap syukur, sementara orang Yahudi tidak. Begitulah, banyak orang yang mengaku-ngaku beragama dikalahkan dan dipermalukan oleh orang-orang yang hanya mengikuti dorongan rohani alamiah saja, bukan hanya dalam hal nilai-nilai moral, tetapi juga di dalam kesalehan dan bakti. Hal ini memperberat kesalahan orang-orang Yahudi yang tidak tahu berterima kasih itu, yang menurut Kristus telah menyepelekan kebaikan-Nya. Hal itu juga menunjukkan bahwa Kristus sungguh layak untuk merasa kesal karena sikap umat manusia yang tidak tahu berterima kasih itu. Dia telah berbuat begitu banyak bagi mereka, tetapi hanya menerima begitu sedikit saja balas budi dari mereka.


Peneguhan besar yang Kristus berikan baginya (ay. 19). Kesembilan orang lainnya memang mendapatkan kesembuhan, dan kesembuhan itu tidak ditarik kembali, walaupun hal sedemikian pantas diterima oleh mereka yang tidak tahu berterima kasih itu, bahkan sekalipun mereka melihat suatu teladan sikap berterima kasih di depan mata mereka. Akan tetapi, orang ini mendapatkan peneguhan atas kesembuhannya itu secara khusus, dengan sebuah pujian istimewa: Imanmu telah menyelamatkan engkau. Kesembilan orang lainnya dipulihkan oleh kuasa Kristus, oleh belas kasihan-Nya atas kesulitan mereka, dan sebagai jawaban atas doa mereka. Akan tetapi orang Samaria itu diselamatkan oleh imannya, yang membuatnya menonjol di mata Kristus. Perhatikanlah, berkat-berkat sementara yang kita peroleh di dunia ini akan dilipatgandakan dan terasa manis bagi kita bila didapatkan melalui doa yang penuh iman dan disyukuri dengan puji-pujian yang juga penuh iman. Amin


Wamena 22 Oktober 2023

Senin, 16 Oktober 2023

Renungan Pagi

Renungan pagi kita hari ini diambil dari Lukas 13:18-21, di mana Yesus menceritakan dua perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Mari kita pelajari pesan yang terkandung dalam teks ini.

Perumpamaan pertama yang diceritakan oleh Yesus adalah tentang butir sesawi yang sangat kecil. Ia berkata, "perumpamaan soal Kerajaan Allah itu seperti sebutir sesawi yang diambil seseorang lalu ditaburkan ke dalam kebunnya, dan tumbuhlah ia menjadi pohon, sehingga burung di udara datang dan diam di cabangnya." (Lukas 13:19).

Makna perumpamaan ini adalah bahwa Kerajaan Allah seolah-olah dimulai dari yang kecil dan tampak tidak berarti, namun akan berkembang menjadi sesuatu yang besar dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak meremehkan hal-hal sederhana dalam kehidupan kita, tetapi melihat potensi dan dampak yang dapat kita hasilkan melalui tindakan kecil yang dilakukan dengan setia dan penuh kasih.

Perumpamaan kedua yang dikemukakan oleh Yesus adalah tentang ragi yang diambil wanita dan dicampurkan dengan tepung hingga adonan seluruhnya beragi. Ia berkata, "Seumpama ragi, yang diambil oleh seorang perempuan lalu dicampurkan ke dalam sekawanan tepung sebanyak tiga sapunduit hingga seluruh adonan menjadi beragi." (Lukas 13:21).

Makna perumpamaan ini adalah bahwa Kerajaan Allah membawa pengaruh yang besar dan menyeluruh dalam hidup kita. Ragi ini menggambarkan kebaikan dan kebenaran yang diberikan oleh Allah, dan ketika kita menerima dan membiarkannya bekerja dalam hidup kita, ia akan mengubah dan mengisi segala sesuatu yang ada dalam diri kita. Dengan demikian, kita dipanggil untuk menerima dan merenungkan Firman Tuhan serta membiarkannya mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita.

Dari kedua perumpamaan ini, kita dapat mengambil banyak pelajaran. Pertama, kita diajarkan untuk menghargai dan memperhatikan hal-hal kecil dalam hidup, karena mereka dapat berkembang menjadi sesuatu yang besar. Kedua, kita diingatkan untuk membiarkan Firman Tuhan mengisi hidup kita. Ketiga, kita dipanggil untuk melihat potensi dan dampak positif yang dapat kita wujudkan ketika kita hidup dalam Kerajaan Allah.

Semoga renungan ini memotivasi kita untuk hidup dengan sederhana, setia, serta merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Tuhan memberkati kita semua, Amin

Diaini,
Wamena 17 Oktober 2023
an Yoel Giban

Statistik Pengunjung