MEMAHAMI PENGERTIAN DOSA
Menurut [Ensiklopedia]
I. Artinya
Alkitab menggunakan
beberapa istilah untuk dosa. Kata Ibrani yg paling umum ialah khatta't (dlm
berbagai bentuk dari akar kata yg sama), 'awon, pesya `ra`; dan kata Yunani
ialah hamartia, hamartema, parabasis, paraptoma, poneria, anomia dan adikia.
Ada beda pengertian terkandung dalam masing-masing istilah itu yg memantulkan
berbagai segi, dan dari situ orang mengenali dosa. Dosa ialah kegagalan, kekeliruan atau
kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak menaati hukum, kelaliman atau ketidakadilan.
Dosa ialah kejahatan dalam segala bentuknya.
Tapi keterangan tentang
dosa janganlah begitu saja dikutip dari istilah-istilah dalam Alkitab. Ciri
utama dosa dalam segala seginya ialah tertuju kepada Allah. Daud mengungkapkan
hal ini dalam pengakuannya, 'Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah
berdosa' (Mzm 51:6),
dan Paulus dalam tuduhannya, 'Keinginan daging ialah perseteruan terhadap
Allah' (Rm
8:7).
Kepastian arah ini harus dipertimbangkan bila hendak mencari pengertian yg
dikandung istilah-istilah yg bermacam-macam itu. Setiap pengertian tentang dosa
yg tidak dilatari penentangan yg tertuju kepada Allah, adalah merupakan
penyimpangan dari arti yg digambarkan Alkitab.
Pikiran umum bahwa dosa
adalah melulu keakuan, menunjukkan pemahaman yg salah tentang kodrat dosa dan
bobot kejahatannya. Dari awalnya dan sepanjang perkembangannya, dosa adalah
setiap penentangan yg ditujukan kepada Allah, dan patokan inilah yg dapat
menerangkan keanekaan bentuk dan kegiatan dosa. Apabila Alkitab berkata bahwa
'dosa ialah pelanggaran hukum Allah' (1 Yoh 3:4), maka kepada pengertian yg sama inilah perhatian kita ditujukan.
Hukum Allah ialah gambaran dari kesempurnaan Allah; dalam hukum-Nya,
kekudusan-Nya-lah yg terungkap untuk mengatur pikiran dan tindakan, selaras
dengan kesempurnaan-Nya. Pelanggaran ialah penentangan atas apa yg dituntut
kemuliaan Allah dari kita, yg pada hakikatnya sama dengan menentang Allah
sendiri.
II. Asal mula dosa
Dosa sudah ada di alam
semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Ini terbukti dari hadirnya
penggoda itu di Taman Eden dengan kata-kata godaannya. Tapi Alkitab tidak
memberikan keterangan tentang kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikatnya ke dalam
dosa, kecuali asal mula dosa dalam kaitannya dengan manusia.
Kej 3 menceritakan jalannya
peristiwa pencobaan, dan 1 Tim 2:14 mengulas pencobaan itu (bnd Yak 1:13-14). Serangan Iblis ditujukan
terhadap keutuhan dan kebenaran Allah (bnd Kej 3:4). Dan silat katanya yg meyakinkan Hawa
ialah, bahwa Hawa bersama suaminya akan menjadi sama seperti Allah, yakni akan
mengenal yg baik dan yg jahat (bnd Kej 3:5). Kepada keinginan durhaka inilah
perhatian Hawa dipusatkan, dan secara khusus dalam tanggapannya terungkap
bisikan, 'Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian', yg justru adalah
tahapan menuju aib dan kemurtadan dalam hati dan pikiran Hawa. Reaksi Hawa
menunjukkan bahwa Iblis berhasil menjerat kepercayaan Hawa, dan bahwa Hawa
membenarkan dakwaan Iblis terhadap kebenaran Allah. Reaksi itu juga menunjukkan
bahwa Hawa ingin menjadi sama seperti Allah -- tahu yg baik dan yg jahat.
Jenis keinginan atau hawa
nafsu itulah yg disoroti untuk melacak asal mula dosa. Hawa memberikan tempat
kepada Iblis, yg hanya boleh diduduki Allah saja. Hawa menyetujui serangan
Iblis yg bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Hawa menginginkan
bagi dirinya hak-hak khusus Allah. Dalam kesediaannya berbincang-bincang dengan
penggoda, dalam ketiadaan niatnya menolak saran-saran penggoda yg demikian
kasar dan lancung, dan dalam persetujuan hatinya secara diam-diam terletak
tahapan langkah-langkahnya yg mendahului tindakannya memakan buah terlarang
itu.
Di situlah letaknya asal
mula dosa dan sifatnya yg sesungguhnya. Dosa tidak bermula pada tindakan yg
terang-terangan; dosa timbul dari hati dan pikiran (bnd Mrk 7:21-23).
Kebusukan hati terungkap sendiri dalam perbuatan melanggar perintah Allah; Adam
dan Hawa mula-mula sesat dari Allah, barulah kemudian mereka melakukan
pelanggaran-pelanggaran nyata. Mereka dihanyutkan oleh hawa nafsu sendiri dan
tergoda. Bagaimana ini dapat terjadi dalam hal mereka, itulah rahasia asal mula
dosa.
Bobot kejahatan dosa yg
pertama itu nampak dalam kenyataan, bahwa dosa itu memperkosa kedaulatan Allah
dan perintah-Nya dalam hal kekuasaan, kebaikan, hikmat, keadilan, kesetiaan dan
kasih karunia-Nya. Pelanggaran berarti membuang kekuasaan Allah, meragukan
kebaikan hatiNya, menengkari hikmat-Nya, menolak keadilan-Nya, memutarbalikkan
kebenaran-Nya, dan menghinakan kasih karunia-Nya. Lawan dari segenap
kemahasempurnaan Allah ialah dosa. Dan melawan itu adalah tetap watak dosa.
III. Akibat-akibat dosa
Dosa Adam dan Hawa bukanlah
peristiwa yg berdiri sendiri tanpa kaitan. Akibat-akibatnya terhadap mereka,
terhadap keturunannya dan terhadap dunia segera kelihatan.
a. Sikap manusia terhadap
Allah
Perubahan sikap Adam dan
Hawa terhadap Allah menunjukkan pemberontakan yg terjadi dalam hati mereka.
'Bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Allah Yahweh di antara
pohon-pohonan dalam taman' (Kej
3:8), dan 'ditutupilah dirinya dengan cawat' (Kej 3:7). Padahal manusia diciptakan untuk
hidup di hadapan Allah dan dalam persekutuan dengan Dia. Tapi sekarang --
setelah mereka jatuh ke dalam dosa -- mereka gentar berjumpa dengan Allah
(bnd Yoh 3:20).
Rasa malu dan ketakutan yg sekarang merajai hati mereka (bnd Kej 2:25; 3:7,10)
menunjukkan bahwa perpecahan sudah terjadi.
b. Sikap Allah terhadap
manusia
Perubahan tidak hanya
terjadi pada sikap manusia terhadap Allah, tapi juga pada sikap Allah terhadap
manusia. Hajaran, hukuman, kutukan dan pengusiran dari Taman Eden, semuanya ini
menandakan perubahan itu. Dosa timbul pada satu pihak, tapi akibat-akibatnya
melibatkan kedua pihak. Dosa menimbulkan amarah dan kegusaran Allah, dan memang
harus demikian sebab dosa bertentangan mutlak dengan hakikat Allah. Mustahil
Allah masa bodoh terhadap dosa, karena mustahil pula Allah menyangkali diriNya
sendiri.
c. Akibat-akibatnya
terhadap umat manusia
Sejarah umat manusia
berikutnya melengkapi daftar kejahatan (Kej 4:8, 19, 23, 24; 6:2, 3, 5). Dan timbunan
kejahatan yg merajalela itu mencapai kesudahannya dalam pemusnahan umat
manusia, kecuali 8 orang (Kej 6:7,13; 7:21-24). Kejatuhan ke dalam dosa berakibat
tetap dan menyeluruh, tidak hanya menimpa Adam dan Hawa, tapi juga menimpa
segenap keturunan mereka; dalam ihwal dosa dan kejahatan terkandung solidaritas
insani, yakni sama-sama langsung terhisab dalam perbuatan dosa itu dan
menanggung segala akibatnya.
d. Akibat-akibatnya
terhadap alam semesta
Akibat-akibat dari
kejatuhan ke dalam dosa meluas sampai ke alam semesta. 'Terkutuklah tanah ini
karena engkau' (Kej 3:17;
bnd Rm
8:20).
Manusia adalah mahkota seluruh ciptaan, dijadikan menurut gambar Allah, dan
karena itu merupakan wakil Allah (Kej
1:26). Bencana kejatuhan manusia ke dalam dosa mendatangkan bencana
laknat atas alam semesta, yg tadinya atasnya manusia telah dikaruniai kuasa.
Dosa adalah peristiwa dalam kawasan rohani manusia, tapi akibatnya menimpa
seluruh alam semesta.
e. Munculnya maut
Maut adalah rangkuman dari
hukuman atas dosa. Inilah peringatan yg bertalian dengan larangan di Taman Eden
(Kej 2:17), dan
merupakan pengejawantahan langsung kutuk ilahi atas orang berdosa (Kej 3:19). Maut sebagai
gejala alamiah, ialah porandanya unsur-unsur kedirian manusia yg pada asalinya
adalah utuh dan padu sejalin. Keporandaan ini melukiskan hakikat maut, yaitu
keterpisahan, dan hal ini terungkap sejelas-jelasnya dalam terpisahnya manusia
dari Allah, yg nyata pada pengusiran manusia dari Taman Eden. Oleh karena dosa,
manusia gentar menghadapi kematian (Luk 12:5; Ibr 2:15).
IV. Dosa ditanggungkan pada
segenap umat manusia
Dosa pertama, yaitu dosa
Adam, mempunyai makna dan dampak khas bagi seluruh umat manusia. Rm 5:12, 14-19 dan 1 Kor 15:22 memberi penekanan
pada pelanggaran yg satu itu oleh manusia yg satu itu, dan hanya karena
pelanggaran yg satu itulah dosa, hukuman dan maut berkuasa dan menimpa segenap
umat manusia. Dosa itu disebut 'seperti yg telah dibuat oleh Adam',
'pelanggaran satu orang', 'satu pelanggaran', 'ketidaktaatan satu orang' (Rm 5:14, 15, 16, 19). Pasti yg dimaksudkan
ialah pelanggaran pertama dari Adam. Jadi anak kalimat dalam Rm 5:12 'karena semua orang
telah berbuat dosa', menunjuk kepada dosa-dosa segenap umat manusia terhisab di
dalam dosa Adam. Itu tidak menunjuk kepada dosa-dosa nyata segenap umat
manusia, apalagi kepada kebusukan hati yang diwarisi manusia. Lagipula anak
kalimat dari ay 12 tadi jelas menyatakan
bagaimana 'semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut' (ay 15), dan dalam ay-ay
berikutnya ditekankan 'pelanggaran yg satu itu' (TBI, 'satu pelanggaran itu').
Jika bukan dosa yg satu itu
yg dimaksudkan, maka Paulus telah menandaskan dua hal yg berlainan dengan
mengaitkannya pada pokok yg sama dalam konteks naskah yg sama. Justru
satu-satunya keterangan terhadap kedua bentuk pernyataan ini, ialah semua orang
terhisab dalam dosa Adam. Kesimpulan itu juga yg harus diambil dari 1 Kor 15:22 'di dalam Adam semua
orang mati'. Maut ialah upah dosa, dan melulu akibat dosa (Rm 6:23). Karena semua mati di
dalam Adam, maka penyebabnya adalah karena semua berdosa di dalam Adam.
Menurut Alkitab, jenis
solidaritas pada keterhisaban dengan Adam, yg menerangkan segenap umat manusia
terhisab dalam dosa Adam, sama dengan jenis solidaritas dengan Kristus, yakni
terhisab dalam karya penyelamatan Kristus bagi semua orang yg dipersatukan
dengan Dia. Gambaran kesejajaran Adam dengan Kristus dalam Rm 5:12-19; 1 Kor 15:22, 45-49 menjelaskan jenis
hubungan yg sama antara kedua Tokoh itu dengan manusia. Kita tidak perlu
mendalilkan sesuatu kenyataan dalam hal Adam dan umat manusia melebihi apa yg
kita jumpai dalam hal Kristus dan umat-Nya. Kristus adalah Kepala yg mewakili
umat-Nya. Kekepalaan demikianlah yg mutlak mendasari solidaritas segenap umat
manusia dalam keterhisabannya berdosa dalam dosa Adam.
Menolak ajaran ini bukan
hanya berarti tidak mau menerima kesaksian ps-ps yg berkaitan dengannya, tapi
juga berarti tidak menghargai hubungan erat antara asas yg menguasai hubungan
manusia dengan Adam dan asas yg menguasai tindakan penyelamatan Allah.
Kesejajaran Adam sebagai manusia pertama dengan Kristus sebagai Adam terakhir,
menunjukkan bahwa asas yg berlaku dan mendasari tercapainya keselamatan dalam
Kristus, adalah sama dengan asas yg berlaku yg menghisabkan manusia berdosa dan
pewaris kerajaan maut.
Sejarah umat manusia dapat
diterangkan sebagai dua sisi yg bertentangan yaitu: 1. dosa -- kutuk maut dan
2. keadilbenaran pembenaran -- hidup. Yg pertama timbul dari kesatuan manusia
dengan Adam, yg kedua dari kesatuan dengan Kristus. Hanya kedua inilah sarana
yg ada, yg di dalamnya manusia hidup dan bergerak. Pemerintahan Allah terhadap
manusia ditata sesuai bentuk kedua sisi itu. Jika kita mengabaikan Adam maka
kita tak akan mengerti Kristus dengan sesungguhnya. Semua yg mati -- mati di dalam
Adam; semua yg dihidupkan -- dihidupkan di dalam Kristus.
V. Hati yg busuk
Dosa tidak pernah melulu
hanya berupa tindak pelanggaran dengan sengaja. Setiap keinginan melakukan
tindak kejahatan adalah lebih busuk daripada kejahatan itu sendiri. Perbuatan dosa
adalah pertanda dari hati yg berdosa (bnd Mrk 7:20-23; Ams 4:23; 23:7). Justru dosa senantiasa
melibatkan hati, akal budi, pembawaan dan kehendak secara jungkir balik. Ini
benar seperti jelas nampak dalam peristiwa dosa pertama, dan berlaku pada semua
tindak perbuatan dosa. Karena dosa Adam ditimpakan dan ditanggungkan kepada
segenap keturunannya, maka segenap umat manusia terhisab langsung dalam
kejungkirbalikan itu. Bila tidak, maka dosa Adam menjadi tanpa arti, demikian
juga pertanggungan dan keterhisaban itu akan tinggal maya. Maka dapatlah
dimengerti penegasan Paulus, 'Oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah
menjadi orang berdosa' (Rm
5:19).
Kebusukan yg ditimbulkan
dosa dan yg dalamnya semua manusia lahir ke bumi, adalah dasar keterhisaban
manusia langsung terlibat dalam dosa Adam. Dengan tepat Daud menyimpulkannya,
'Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung
ibuku' (Mzm 51:7).
Dan tentang itu Tuhan Yesus berkata, 'Apa yg dilahirkan dari daging, adalah
daging' (Yoh 3:6).
Kesaksian Alkitab mengenai
kebusukan hati yg sifatnya merembes rata dan menyeluruh ini adalah gamblang. Kej 6:5; 8:21 menyajikan
bobot dan kualitasnya 'Kejahatan manusia besar di bumi dan... kecenderungan
hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata', dan 'yg ditimbulkan hatinya
adalah jahat'. Kutipan ini jelas menyatakan kecenderungan hati manusia -- suatu
ungkapan yg pemakaiannya dalam Alkitab adalah wajar dan tepat, untuk
menelanjangi sifat kebusukan hati manusia.
Dakwaan Kej 6:5 tidak
dibatasi pada zaman pra Air Bah saja, dan ini jelas dari Kej 8:21. Justru sifat 'kedosaan' itu sudah
kokoh, mantap dan berlangsung terus. Karena itu tak satu pun upaya manusiawi
akan mampu mengobatinya. Orang tidak akan mampu meniadakan kesaksian yg terukir
dalam pernyataan Allah ini. Tak ada kemungkinan lain kecuali bahwa fakta
kebusukan hati itu adalah bersifat menyeluruh, baik dilihat dari kehebatan
bobotnya maupun dari luasnya. Fakta itu mencakup hati manusia yg paling hakiki
dan merupakan ciri khas dari watak manusia.
Kesaksian Alkitab
berikutnya tentang 'keberdosaan' manusia adalah sama. Yahweh menyelidiki hati
dan menguji batin manusia (bnd Yer 17:10), dan hasilnya, 'Betapa liciknya hati, lebih
licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yg dapat
mengetahuinya?' (Yer 17:9).
Rasul Paulus dalam Rm
3:10-18 mengutip beberapa nas PL, khususnya Mzm 14 dan 53,
di mana dipaparkan tuduhan-tuduhan yg paling berat terhadap manusia. Tidak ada
yg terkecuali! Hal ini jelas terlihat baik dari konteksnya maupun dari tuduhan
itu sendiri. Ay-ay yg menyusuli Rm 3:9 mengukuhkan kenyataan bahwa baik orang Yahudi maupun orang
Yunani -- mereka semuanya adalah sama dan sama-sama di bawah kuasa dosa. Ay-ay
itu juga menunjukkan betapa busuknya hati akibat dosa.
Oleh pernyataan 'tidak ada
yg benar, seorang pun tidak' dan pernyataan-pernyataan berikutnya, maka dari
sudut mana pun manusia dilihat, dirinya secara menyeluruh alpa total akan apa
yg baik atau berkenan di mata Allah.
Dalam rangka nada yg
sama, Rm
8:5-7 menelanjangi
keinginan daging yg demikian tajamnya bertentangan dengan keinginan Roh.
Penggunaan istilah 'keinginan daging' adalah dalam arti susila yg menghunjuk
kepada kodrat manusia yg dikendalikan dan dikuasai oleh dosa. Dan itulah pula
yg dimaksudkan Tuhan Yesus dengan, 'Apa yg dilahirkan dari daging, adalah
daging' (Yoh 3:6).
Jadi apabila Paulus berkata bahwa 'keinginan daging adalah perseteruan terhadap
Allah' (Rm
8:7),
maka istilah itu di sini berarti 'pikiran' (Yunani phronema). Dengan perkataan
lain, pikiran dan jalan pikiran manusia dikuasai dan ditentukan oleh permusuhan
terhadap Allah; bahkan pikiran daging itu sendiri sama dengan perseteruan itu.
Perseteruan adalah tindak tanduk manusia yg paling asli dan khas. Di tempat di
mana kemuliaan Allah menuntut penjelmaan yg paling nyata, justru di situlah
perseteruan itu paling hebat.
Walaupun mungkin
orang-orang yg berhati busuk masih melakukan hal-hal yg dituntut hukum Taurat,
namun mereka tidak taat kepada hukum Taurat Allah melulu oleh perseteruan itu (Rm 8:7; 1 Kor 2:14; bnd Mat 6:2, 5, 16; Mrk 7:6, 7; Rm 13:4; 1 Kor 10:31; 13:3; Tit 1:15; 3:5; Ibr 11:4, 6).
VI. Ketidakmampuan
Ketidakmampuan manusia
melakukan yg baik adalah akibat ketiadaan kapasitasnya, yg menjadi tiada sebab
kodrat hatinya yg busuk. Karena kebusukan hati itu menyeluruh, maka menyeluruh
pula ketidakmampuan manusia untuk melakukan yg baik dan membuat hati Allah
senang.
Kita tidak akan mampu
mengubah watak kita atau berperilaku lain dari itu. Dalam hal pengertian,
manusia duniawi tak akan dapat memahami hal-hal yg berasal dari Roh Allah,
sebab hal-hal itu hanya dapat dilihat dengan mata rohani (1 Kor 2:14). Mengenai ketaatan kepada
hukum Taurat Allah, manusia duniawi bukan hanya tidak tunduk kepada hukum
Taurat Allah, tapi bahkan tidak bisa (Rm 8:7). Mereka yg hidup menurut daging tak dapat menyenangkan hati
Allah. Pohon yg tidak baik tak mungkin menghasilkan buah yg baik (Mat 7:18). Ketidakmungkinan pada
kedua kasus itu tak dapat disangkal. Tuhan Yesus sendiri mengatakan, bahwa iman
kepada-Nya sekalipun adalah tak mungkin tanpa karunia dan tarikan Allah Bapak (Yoh 6:44, 45, 65).
Kesaksian ini sama maknanya dengan ucapan-Nya yg tegas, bahwa seorang pun tak
akan dapat mengerti Kerajaan Allah atau masuk ke dalamnya, sebelum ia
dilahirkan kembali dari air dan Roh (Yoh 3:3, 5-6, 8; bnd Yoh 1:13; 1 Yoh 2:29; 3:9; 4:7;
5:1, 4, 18).
Mutlaknya dan pentingnya
perubahan radikal seperti penciptaan baru itu, membuktikan betapa gawatnya
kedosaan manusia yg tanpa asa. Seluruh kesaksian Alkitab yg bertalian tentang
manusia diperbudak dosa, menyimpulkan bahwa manusia duniawi -- baik secara
psikologis, susila maupun rohani -- mustahil menerima hal-hal yg berasal dari
Roh Allah, mustahil mengasihi Allah dan melakukan sesuatu yg menyenangkan
Allah, dan mustahil percaya kepada Kristus demi keselamatan jiwanya. Perbudakan
dosa inilah yg menjadi pradalil Injil, dan kemuliaan Injil adalah justru
menyediakan kelepasan dari belenggu perhambaan dosa. Injil ialah Kabar Baik
tentang kasih karunia dan kuasa bagi segenap umat manusia yg pada dirinya tidak
berdaya sama sekali.
VII. Tanggung jawab
Karena dosa adalah sikap
menentang Allah, maka Allah tak dapat 'membiarkan dosa atau tak acuh
terhadapnya. Allah bertindak melawannya. Dan tindakan-Nya yg khas adalah
murka-Nya. Akan halnya Alkitab berulang kali menyebut murka Allah, mendorong
kita memperhitungkan kenyataan dan anti murka-Nya itu. PL menggunakan beberapa
istilah untuk murka. Istilah bh Ibrani yg paling sering digunakan ialah 'af
dalam arti marah, dan kharon 'af untuk mengungkapkan kehebatan murka Allah
(bnd Kel 4:14; 32:12; Bil 11:10; 22:22; Yos 7:1; Ayb 42:7; Mzm 21:9; Yes 10:5; Nah
1:6; Zef 2:2); kata hema
juga berulang-ulang digunakan (bnd Ul 29:23; Mzm
6:2; 79:6; 90:7; Yer
7:20; Nah
1:2);
'evrd (bnd Mzm 78:49; Yes 9:19; 10:6; Yeh 7:19; Hos 5:10) dan qetsef (bnd Ul 29:28; Mzm 38:1; Yer 32:37; 50:13; Za 1:2) cukup sering dipakai dan
perlu disebut; demikian juga za'am yg melahirkan perasaan berang (bnd Mzm 38:4; 69: 25;
78:50; Yes
10:5; Yeh 22:31; Nah 1:6).
Jelas kelihatan bahwa dalam
PL banyak ay mengenai murka Allah. Sering beberapa istilah sama-sama tampil
dalam satu ay untuk menguatkan dan meneguhkan pikiran yg dilukiskannya.
Istilah-istilah itu sendiri mengandung kehebatan pada dirinya dan dalam susunan
kalimat di mana kata-kata itu dipakai, untuk mengungkapkan ketidaksenangan yg
membara, rasa murka yg menyala-nyala dan pembalasan yg kudus.
Istilah-istilah Yunaninya
ialah orge dan thymus. Yg pertama kerap kali bertalian dengan murka Allah dalam
PB (bnd Yoh 3:36; Rm 1:18; 2:5,8; 3:5; 5:9; 9:22; Ef 2:3; 5:6; 1 Tes 1:10; Ibr 3:11; Why 6:17) dan yg terakhir agak jarang
(bnd Rm
2:8; Why
14:10,19; 16:1,19; 19:15; lih zelos dlm Ibr 10:27).
Karena itu murka Allah
adalah suatu kenyataan yg sungguh, dan bahasa serta ajaran Alkitab mengukirkan
ke dalam hati kita kesungguhan tersebut yg menjadi ciri khasnya. Ada tiga hal
pokok yg perlu diketahui. Pertama, murka Allah janganlah diartikan dalam bentuk
dan sifat kemarahan yg kalap tidak menentu, seperti lazimnya kemarahan manusia.
Murka Allah adalah rasa tidak senang atas dasar pertimbangan yg benar-benar
matang dan tegas yg dituntut oleh kekudusan-Nya. Kedua, murka Allah janganlah
diartikan sebagai dipacu oleh dendam, melainkan kemarahan yg kudus; tak ada
sekelumit pun sifat kedengkian dalamnya. Murka Allah bukanlah permusuhan yg
timbul dari hati yg busuk, melainkan kebencian yg benar dan pada tempatnya.
Ketiga, tidak boleh merendahkan murka Allah menjadi kemauan menghukum. Murka
ialah pengejawantahan positif dari ketidakpuasan, tepat seperti apa yg
menyenangkan hati Allah memberikan kepuasan kepada-Nya. Janganlah meniadakan
dari Allah apa yg kita sebut perasaan hati. Murka Allah mempunyai padanannya
dalam hati manusia, yg terungkap sempurna dalam teladan hidup Yesus sendiri
(bnd Mrk 3:5;10:14).
Justru simpul tanggung
jawab karena dosa ialah murka Allah. Dan karena dosa tak pernah tanpa oknum
persona, tapi justru dalamnya, dan pelakunya, yakni oknum persona itu, maka
murka Allah tertuang dalam ketidaksenangan yg tertuju kepada manusia; manusia --
kitalah obyek murkaNya itu. Siksaan yg bersifat hukuman yg diderita manusia
adalah ungkapan murka Allah. Rasa bersalah dan tersiksa adalah pantulan di alam
sadar kita akan ketidaksenangan Allah. Bobot inti kebinasaan terakhir adalah
siksaan yg tak berbatas akibat murka Allah (bnd Yes 30:33; 66:24; Dan 12:2; Mrk 9:43, 45, 48).
VIII. Kemenangan alas dosa
Kendati dosa adalah ihwal
yg sangat menyedihkan, Alkitab menawarkan pengharapan dan optimisme
menghadapinya. Inti berita Alkitab adalah prakarsa akbar ilahi mengatasi dosa,
yaitu rencana Allah menyelamatkan manusia yg berpusat pada Tuhan Yesus Kristus,
Adam yg terakhir, Anak Yg Kekal, Juruselamat manusia. Dosa dikalahkan oleh
karya Kristus -- kelahiran-Nya yg ajaib, hidup-Nya yg taat kepada Allah secara
sempurna, khususnya kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya
ke sorga ke sebelah kanan Bapak, kerajaan-Nya atas sejarah umat manusia dan
kedatangan-Nya yg kedua kali dengan penuh kemuliaan. Kuasa rampasan dosa sudah
dibinasakan, tuntutannya yg sadis dan aneh ditelanjangi, kedok siasat najisnya
dibuka dan dibuang, akibat-akibat buruk dari kejatuhan Adam dibungkamkan,
diimbangi dan diimbali, sehingga kehormatan dan keakbaran Allah dibenarkan dan
dikukuhkan, kekudusan-Nya dimantapkan, dan kemuliaan-Nya berjaya luas.
Itulah amanat akbar
Alkitab, 'Allah dalam Kristus telah menaklukkan dosa!' Dampak penaklukan itu
terungkap dalam kehidupan umat Allah, yaitu orang-orang yg oleh iman kepada
Yesus Kristus dan karya penyelamatan-Nya yg tuntas sempurna, dibebaskan dari
kesalahan dan hukuman dosa. Dan mereka mengalami penaklukan kuasa dosa melalui
kesatuan mereka dengan Kristus. Proses pengalaman ini akan mencapai puncaknya
pada zaman akhir -- pada waktu Kristus dalam kemuliaan-Nya datang untuk kedua
kalinya. Pada waktu itu pula umat Allah akan dikuduskan secara sempurna, dosa
akan dienyahkan dari ciptaan Allah, dan sorga serta bumi baru akan terwujud di
mana kebenaran diberlakukan. (Lih Kej 3:15; Yes 52:13; Yer
31:31-34; Mat
1:21; Mrk 2:5; 10:45; Luk 2:11; 11:12-22; Yoh 1:29; 3:16 dab; Kis 2:38; 13:38 dab;
Rm passim; 1
Kor 15:3 dab; 22 dab; Ef 1:13-14; 2:1-10; Kol 2:11-15; Ibr 8:1-10:25; 1 Ptr 1:18-21; 2 Ptr 3:11-13; 1 Yoh 1:6-2:2; Why 20:7-14; 21:
22-22:5.)
KEPUSTAKAAN.
J Muller, The Christian
Doctrine of Sin, 1877; J On, Sin as a Problem of Today, 1910; F. R Tenant, The
Concept ofSin,1912;C Ryder Smith, The Bible Doctrine of Sin, 1953; E Brunner,
Man in Revolt, 1939; R Niebuhr, The Nature and Destiny of Man, 1941 dan 1943; J
Murray, The Imputation of Adam's Sin, 1959; G. C Berkouwer, Sin, 1971; W
Gunther, W Bauder, NIDNTT 3, hlm 573-587; TDNT 1, hlm 149-163,267-339;3, hlm
167-172;5, hlm 161-166, 447-448, 736-744; 6, hlm 170-172, 883-884; 7, hlm
339-358. JM/BAM/MHS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar