Senin, 21 Juni 2021

Volume II

MEMAHAMI PENGERTIAN DOSA

Menurut  [Ensiklopedia]

I. Artinya

Alkitab menggunakan beberapa istilah untuk dosa. Kata Ibrani yg paling umum ialah khatta't (dlm berbagai bentuk dari akar kata yg sama), 'awon, pesya `ra`; dan kata Yunani ialah hamartia, hamartema, parabasis, paraptoma, poneria, anomia dan adikia. Ada beda pengertian terkandung dalam masing-masing istilah itu yg memantulkan berbagai segi, dan dari situ orang mengenali dosa. Dosa ialah kegagalan, kekeliruan atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak menaati hukum, kelaliman atau ketidakadilan. Dosa ialah kejahatan dalam segala bentuknya.

Tapi keterangan tentang dosa janganlah begitu saja dikutip dari istilah-istilah dalam Alkitab. Ciri utama dosa dalam segala seginya ialah tertuju kepada Allah. Daud mengungkapkan hal ini dalam pengakuannya, 'Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa' (Mzm 51:6), dan Paulus dalam tuduhannya, 'Keinginan daging ialah perseteruan terhadap Allah' (Rm 8:7). Kepastian arah ini harus dipertimbangkan bila hendak mencari pengertian yg dikandung istilah-istilah yg bermacam-macam itu. Setiap pengertian tentang dosa yg tidak dilatari penentangan yg tertuju kepada Allah, adalah merupakan penyimpangan dari arti yg digambarkan Alkitab.

Pikiran umum bahwa dosa adalah melulu keakuan, menunjukkan pemahaman yg salah tentang kodrat dosa dan bobot kejahatannya. Dari awalnya dan sepanjang perkembangannya, dosa adalah setiap penentangan yg ditujukan kepada Allah, dan patokan inilah yg dapat menerangkan keanekaan bentuk dan kegiatan dosa. Apabila Alkitab berkata bahwa 'dosa ialah pelanggaran hukum Allah' (1 Yoh 3:4), maka kepada pengertian yg sama inilah perhatian kita ditujukan. Hukum Allah ialah gambaran dari kesempurnaan Allah; dalam hukum-Nya, kekudusan-Nya-lah yg terungkap untuk mengatur pikiran dan tindakan, selaras dengan kesempurnaan-Nya. Pelanggaran ialah penentangan atas apa yg dituntut kemuliaan Allah dari kita, yg pada hakikatnya sama dengan menentang Allah sendiri.

II. Asal mula dosa

Dosa sudah ada di alam semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Ini terbukti dari hadirnya penggoda itu di Taman Eden dengan kata-kata godaannya. Tapi Alkitab tidak memberikan keterangan tentang kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikatnya ke dalam dosa, kecuali asal mula dosa dalam kaitannya dengan manusia.

Kej 3 menceritakan jalannya peristiwa pencobaan, dan 1 Tim 2:14 mengulas pencobaan itu (bnd Yak 1:13-14). Serangan Iblis ditujukan terhadap keutuhan dan kebenaran Allah (bnd Kej 3:4). Dan silat katanya yg meyakinkan Hawa ialah, bahwa Hawa bersama suaminya akan menjadi sama seperti Allah, yakni akan mengenal yg baik dan yg jahat (bnd Kej 3:5). Kepada keinginan durhaka inilah perhatian Hawa dipusatkan, dan secara khusus dalam tanggapannya terungkap bisikan, 'Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian', yg justru adalah tahapan menuju aib dan kemurtadan dalam hati dan pikiran Hawa. Reaksi Hawa menunjukkan bahwa Iblis berhasil menjerat kepercayaan Hawa, dan bahwa Hawa membenarkan dakwaan Iblis terhadap kebenaran Allah. Reaksi itu juga menunjukkan bahwa Hawa ingin menjadi sama seperti Allah -- tahu yg baik dan yg jahat.

Jenis keinginan atau hawa nafsu itulah yg disoroti untuk melacak asal mula dosa. Hawa memberikan tempat kepada Iblis, yg hanya boleh diduduki Allah saja. Hawa menyetujui serangan Iblis yg bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Hawa menginginkan bagi dirinya hak-hak khusus Allah. Dalam kesediaannya berbincang-bincang dengan penggoda, dalam ketiadaan niatnya menolak saran-saran penggoda yg demikian kasar dan lancung, dan dalam persetujuan hatinya secara diam-diam terletak tahapan langkah-langkahnya yg mendahului tindakannya memakan buah terlarang itu.

Di situlah letaknya asal mula dosa dan sifatnya yg sesungguhnya. Dosa tidak bermula pada tindakan yg terang-terangan; dosa timbul dari hati dan pikiran (bnd Mrk 7:21-23). Kebusukan hati terungkap sendiri dalam perbuatan melanggar perintah Allah; Adam dan Hawa mula-mula sesat dari Allah, barulah kemudian mereka melakukan pelanggaran-pelanggaran nyata. Mereka dihanyutkan oleh hawa nafsu sendiri dan tergoda. Bagaimana ini dapat terjadi dalam hal mereka, itulah rahasia asal mula dosa.

Bobot kejahatan dosa yg pertama itu nampak dalam kenyataan, bahwa dosa itu memperkosa kedaulatan Allah dan perintah-Nya dalam hal kekuasaan, kebaikan, hikmat, keadilan, kesetiaan dan kasih karunia-Nya. Pelanggaran berarti membuang kekuasaan Allah, meragukan kebaikan hatiNya, menengkari hikmat-Nya, menolak keadilan-Nya, memutarbalikkan kebenaran-Nya, dan menghinakan kasih karunia-Nya. Lawan dari segenap kemahasempurnaan Allah ialah dosa. Dan melawan itu adalah tetap watak dosa.

III. Akibat-akibat dosa

Dosa Adam dan Hawa bukanlah peristiwa yg berdiri sendiri tanpa kaitan. Akibat-akibatnya terhadap mereka, terhadap keturunannya dan terhadap dunia segera kelihatan.

a. Sikap manusia terhadap Allah

Perubahan sikap Adam dan Hawa terhadap Allah menunjukkan pemberontakan yg terjadi dalam hati mereka. 'Bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Allah Yahweh di antara pohon-pohonan dalam taman' (Kej 3:8), dan 'ditutupilah dirinya dengan cawat' (Kej 3:7). Padahal manusia diciptakan untuk hidup di hadapan Allah dan dalam persekutuan dengan Dia. Tapi sekarang -- setelah mereka jatuh ke dalam dosa -- mereka gentar berjumpa dengan Allah (bnd Yoh 3:20). Rasa malu dan ketakutan yg sekarang merajai hati mereka (bnd Kej 2:25; 3:7,10) menunjukkan bahwa perpecahan sudah terjadi.

b. Sikap Allah terhadap manusia

Perubahan tidak hanya terjadi pada sikap manusia terhadap Allah, tapi juga pada sikap Allah terhadap manusia. Hajaran, hukuman, kutukan dan pengusiran dari Taman Eden, semuanya ini menandakan perubahan itu. Dosa timbul pada satu pihak, tapi akibat-akibatnya melibatkan kedua pihak. Dosa menimbulkan amarah dan kegusaran Allah, dan memang harus demikian sebab dosa bertentangan mutlak dengan hakikat Allah. Mustahil Allah masa bodoh terhadap dosa, karena mustahil pula Allah menyangkali diriNya sendiri.

c. Akibat-akibatnya terhadap umat manusia

Sejarah umat manusia berikutnya melengkapi daftar kejahatan (Kej 4:8, 19, 23, 24; 6:2, 3, 5). Dan timbunan kejahatan yg merajalela itu mencapai kesudahannya dalam pemusnahan umat manusia, kecuali 8 orang (Kej 6:7,13; 7:21-24). Kejatuhan ke dalam dosa berakibat tetap dan menyeluruh, tidak hanya menimpa Adam dan Hawa, tapi juga menimpa segenap keturunan mereka; dalam ihwal dosa dan kejahatan terkandung solidaritas insani, yakni sama-sama langsung terhisab dalam perbuatan dosa itu dan menanggung segala akibatnya.

d. Akibat-akibatnya terhadap alam semesta

Akibat-akibat dari kejatuhan ke dalam dosa meluas sampai ke alam semesta. 'Terkutuklah tanah ini karena engkau' (Kej 3:17; bnd Rm 8:20). Manusia adalah mahkota seluruh ciptaan, dijadikan menurut gambar Allah, dan karena itu merupakan wakil Allah (Kej 1:26). Bencana kejatuhan manusia ke dalam dosa mendatangkan bencana laknat atas alam semesta, yg tadinya atasnya manusia telah dikaruniai kuasa. Dosa adalah peristiwa dalam kawasan rohani manusia, tapi akibatnya menimpa seluruh alam semesta.

e. Munculnya maut

Maut adalah rangkuman dari hukuman atas dosa. Inilah peringatan yg bertalian dengan larangan di Taman Eden (Kej 2:17), dan merupakan pengejawantahan langsung kutuk ilahi atas orang berdosa (Kej 3:19). Maut sebagai gejala alamiah, ialah porandanya unsur-unsur kedirian manusia yg pada asalinya adalah utuh dan padu sejalin. Keporandaan ini melukiskan hakikat maut, yaitu keterpisahan, dan hal ini terungkap sejelas-jelasnya dalam terpisahnya manusia dari Allah, yg nyata pada pengusiran manusia dari Taman Eden. Oleh karena dosa, manusia gentar menghadapi kematian (Luk 12:5Ibr 2:15).

IV. Dosa ditanggungkan pada segenap umat manusia

Dosa pertama, yaitu dosa Adam, mempunyai makna dan dampak khas bagi seluruh umat manusia. Rm 5:12, 14-19 dan 1 Kor 15:22 memberi penekanan pada pelanggaran yg satu itu oleh manusia yg satu itu, dan hanya karena pelanggaran yg satu itulah dosa, hukuman dan maut berkuasa dan menimpa segenap umat manusia. Dosa itu disebut 'seperti yg telah dibuat oleh Adam', 'pelanggaran satu orang', 'satu pelanggaran', 'ketidaktaatan satu orang' (Rm 5:14, 15, 16, 19). Pasti yg dimaksudkan ialah pelanggaran pertama dari Adam. Jadi anak kalimat dalam Rm 5:12 'karena semua orang telah berbuat dosa', menunjuk kepada dosa-dosa segenap umat manusia terhisab di dalam dosa Adam. Itu tidak menunjuk kepada dosa-dosa nyata segenap umat manusia, apalagi kepada kebusukan hati yang diwarisi manusia. Lagipula anak kalimat dari ay 12 tadi jelas menyatakan bagaimana 'semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut' (ay 15), dan dalam ay-ay berikutnya ditekankan 'pelanggaran yg satu itu' (TBI, 'satu pelanggaran itu').

Jika bukan dosa yg satu itu yg dimaksudkan, maka Paulus telah menandaskan dua hal yg berlainan dengan mengaitkannya pada pokok yg sama dalam konteks naskah yg sama. Justru satu-satunya keterangan terhadap kedua bentuk pernyataan ini, ialah semua orang terhisab dalam dosa Adam. Kesimpulan itu juga yg harus diambil dari 1 Kor 15:22 'di dalam Adam semua orang mati'. Maut ialah upah dosa, dan melulu akibat dosa (Rm 6:23). Karena semua mati di dalam Adam, maka penyebabnya adalah karena semua berdosa di dalam Adam.

Menurut Alkitab, jenis solidaritas pada keterhisaban dengan Adam, yg menerangkan segenap umat manusia terhisab dalam dosa Adam, sama dengan jenis solidaritas dengan Kristus, yakni terhisab dalam karya penyelamatan Kristus bagi semua orang yg dipersatukan dengan Dia. Gambaran kesejajaran Adam dengan Kristus dalam Rm 5:12-191 Kor 15:22, 45-49 menjelaskan jenis hubungan yg sama antara kedua Tokoh itu dengan manusia. Kita tidak perlu mendalilkan sesuatu kenyataan dalam hal Adam dan umat manusia melebihi apa yg kita jumpai dalam hal Kristus dan umat-Nya. Kristus adalah Kepala yg mewakili umat-Nya. Kekepalaan demikianlah yg mutlak mendasari solidaritas segenap umat manusia dalam keterhisabannya berdosa dalam dosa Adam.

Menolak ajaran ini bukan hanya berarti tidak mau menerima kesaksian ps-ps yg berkaitan dengannya, tapi juga berarti tidak menghargai hubungan erat antara asas yg menguasai hubungan manusia dengan Adam dan asas yg menguasai tindakan penyelamatan Allah. Kesejajaran Adam sebagai manusia pertama dengan Kristus sebagai Adam terakhir, menunjukkan bahwa asas yg berlaku dan mendasari tercapainya keselamatan dalam Kristus, adalah sama dengan asas yg berlaku yg menghisabkan manusia berdosa dan pewaris kerajaan maut.

Sejarah umat manusia dapat diterangkan sebagai dua sisi yg bertentangan yaitu: 1. dosa -- kutuk maut dan 2. keadilbenaran pembenaran -- hidup. Yg pertama timbul dari kesatuan manusia dengan Adam, yg kedua dari kesatuan dengan Kristus. Hanya kedua inilah sarana yg ada, yg di dalamnya manusia hidup dan bergerak. Pemerintahan Allah terhadap manusia ditata sesuai bentuk kedua sisi itu. Jika kita mengabaikan Adam maka kita tak akan mengerti Kristus dengan sesungguhnya. Semua yg mati -- mati di dalam Adam; semua yg dihidupkan -- dihidupkan di dalam Kristus.

V. Hati yg busuk

Dosa tidak pernah melulu hanya berupa tindak pelanggaran dengan sengaja. Setiap keinginan melakukan tindak kejahatan adalah lebih busuk daripada kejahatan itu sendiri. Perbuatan dosa adalah pertanda dari hati yg berdosa (bnd Mrk 7:20-23Ams 4:23; 23:7). Justru dosa senantiasa melibatkan hati, akal budi, pembawaan dan kehendak secara jungkir balik. Ini benar seperti jelas nampak dalam peristiwa dosa pertama, dan berlaku pada semua tindak perbuatan dosa. Karena dosa Adam ditimpakan dan ditanggungkan kepada segenap keturunannya, maka segenap umat manusia terhisab langsung dalam kejungkirbalikan itu. Bila tidak, maka dosa Adam menjadi tanpa arti, demikian juga pertanggungan dan keterhisaban itu akan tinggal maya. Maka dapatlah dimengerti penegasan Paulus, 'Oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa' (Rm 5:19).

Kebusukan yg ditimbulkan dosa dan yg dalamnya semua manusia lahir ke bumi, adalah dasar keterhisaban manusia langsung terlibat dalam dosa Adam. Dengan tepat Daud menyimpulkannya, 'Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku' (Mzm 51:7). Dan tentang itu Tuhan Yesus berkata, 'Apa yg dilahirkan dari daging, adalah daging' (Yoh 3:6).

Kesaksian Alkitab mengenai kebusukan hati yg sifatnya merembes rata dan menyeluruh ini adalah gamblang. Kej 6:5; 8:21 menyajikan bobot dan kualitasnya 'Kejahatan manusia besar di bumi dan... kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata', dan 'yg ditimbulkan hatinya adalah jahat'. Kutipan ini jelas menyatakan kecenderungan hati manusia -- suatu ungkapan yg pemakaiannya dalam Alkitab adalah wajar dan tepat, untuk menelanjangi sifat kebusukan hati manusia.

Dakwaan Kej 6:5 tidak dibatasi pada zaman pra Air Bah saja, dan ini jelas dari Kej 8:21. Justru sifat 'kedosaan' itu sudah kokoh, mantap dan berlangsung terus. Karena itu tak satu pun upaya manusiawi akan mampu mengobatinya. Orang tidak akan mampu meniadakan kesaksian yg terukir dalam pernyataan Allah ini. Tak ada kemungkinan lain kecuali bahwa fakta kebusukan hati itu adalah bersifat menyeluruh, baik dilihat dari kehebatan bobotnya maupun dari luasnya. Fakta itu mencakup hati manusia yg paling hakiki dan merupakan ciri khas dari watak manusia.

Kesaksian Alkitab berikutnya tentang 'keberdosaan' manusia adalah sama. Yahweh menyelidiki hati dan menguji batin manusia (bnd Yer 17:10), dan hasilnya, 'Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yg dapat mengetahuinya?' (Yer 17:9). Rasul Paulus dalam Rm 3:10-18 mengutip beberapa nas PL, khususnya Mzm 14 dan 53, di mana dipaparkan tuduhan-tuduhan yg paling berat terhadap manusia. Tidak ada yg terkecuali! Hal ini jelas terlihat baik dari konteksnya maupun dari tuduhan itu sendiri. Ay-ay yg menyusuli Rm 3:9 mengukuhkan kenyataan bahwa baik orang Yahudi maupun orang Yunani -- mereka semuanya adalah sama dan sama-sama di bawah kuasa dosa. Ay-ay itu juga menunjukkan betapa busuknya hati akibat dosa.

Oleh pernyataan 'tidak ada yg benar, seorang pun tidak' dan pernyataan-pernyataan berikutnya, maka dari sudut mana pun manusia dilihat, dirinya secara menyeluruh alpa total akan apa yg baik atau berkenan di mata Allah.

Dalam rangka nada yg sama, Rm 8:5-7 menelanjangi keinginan daging yg demikian tajamnya bertentangan dengan keinginan Roh. Penggunaan istilah 'keinginan daging' adalah dalam arti susila yg menghunjuk kepada kodrat manusia yg dikendalikan dan dikuasai oleh dosa. Dan itulah pula yg dimaksudkan Tuhan Yesus dengan, 'Apa yg dilahirkan dari daging, adalah daging' (Yoh 3:6). Jadi apabila Paulus berkata bahwa 'keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah' (Rm 8:7), maka istilah itu di sini berarti 'pikiran' (Yunani phronema). Dengan perkataan lain, pikiran dan jalan pikiran manusia dikuasai dan ditentukan oleh permusuhan terhadap Allah; bahkan pikiran daging itu sendiri sama dengan perseteruan itu. Perseteruan adalah tindak tanduk manusia yg paling asli dan khas. Di tempat di mana kemuliaan Allah menuntut penjelmaan yg paling nyata, justru di situlah perseteruan itu paling hebat.

Walaupun mungkin orang-orang yg berhati busuk masih melakukan hal-hal yg dituntut hukum Taurat, namun mereka tidak taat kepada hukum Taurat Allah melulu oleh perseteruan itu (Rm 8:71 Kor 2:14; bnd Mat 6:2, 5, 16Mrk 7:6, 7Rm 13:41 Kor 10:31; 13:3Tit 1:15; 3:5Ibr 11:4, 6).

VI. Ketidakmampuan

Ketidakmampuan manusia melakukan yg baik adalah akibat ketiadaan kapasitasnya, yg menjadi tiada sebab kodrat hatinya yg busuk. Karena kebusukan hati itu menyeluruh, maka menyeluruh pula ketidakmampuan manusia untuk melakukan yg baik dan membuat hati Allah senang.

Kita tidak akan mampu mengubah watak kita atau berperilaku lain dari itu. Dalam hal pengertian, manusia duniawi tak akan dapat memahami hal-hal yg berasal dari Roh Allah, sebab hal-hal itu hanya dapat dilihat dengan mata rohani (1 Kor 2:14). Mengenai ketaatan kepada hukum Taurat Allah, manusia duniawi bukan hanya tidak tunduk kepada hukum Taurat Allah, tapi bahkan tidak bisa (Rm 8:7). Mereka yg hidup menurut daging tak dapat menyenangkan hati Allah. Pohon yg tidak baik tak mungkin menghasilkan buah yg baik (Mat 7:18). Ketidakmungkinan pada kedua kasus itu tak dapat disangkal. Tuhan Yesus sendiri mengatakan, bahwa iman kepada-Nya sekalipun adalah tak mungkin tanpa karunia dan tarikan Allah Bapak (Yoh 6:44, 45, 65). Kesaksian ini sama maknanya dengan ucapan-Nya yg tegas, bahwa seorang pun tak akan dapat mengerti Kerajaan Allah atau masuk ke dalamnya, sebelum ia dilahirkan kembali dari air dan Roh (Yoh 3:3, 5-6, 8; bnd Yoh 1:131 Yoh 2:29; 3:9; 4:7; 5:1, 4, 18).

Mutlaknya dan pentingnya perubahan radikal seperti penciptaan baru itu, membuktikan betapa gawatnya kedosaan manusia yg tanpa asa. Seluruh kesaksian Alkitab yg bertalian tentang manusia diperbudak dosa, menyimpulkan bahwa manusia duniawi -- baik secara psikologis, susila maupun rohani -- mustahil menerima hal-hal yg berasal dari Roh Allah, mustahil mengasihi Allah dan melakukan sesuatu yg menyenangkan Allah, dan mustahil percaya kepada Kristus demi keselamatan jiwanya. Perbudakan dosa inilah yg menjadi pradalil Injil, dan kemuliaan Injil adalah justru menyediakan kelepasan dari belenggu perhambaan dosa. Injil ialah Kabar Baik tentang kasih karunia dan kuasa bagi segenap umat manusia yg pada dirinya tidak berdaya sama sekali.

VII. Tanggung jawab

Karena dosa adalah sikap menentang Allah, maka Allah tak dapat 'membiarkan dosa atau tak acuh terhadapnya. Allah bertindak melawannya. Dan tindakan-Nya yg khas adalah murka-Nya. Akan halnya Alkitab berulang kali menyebut murka Allah, mendorong kita memperhitungkan kenyataan dan anti murka-Nya itu. PL menggunakan beberapa istilah untuk murka. Istilah bh Ibrani yg paling sering digunakan ialah 'af dalam arti marah, dan kharon 'af untuk mengungkapkan kehebatan murka Allah (bnd Kel 4:14; 32:12Bil 11:10; 22:22Yos 7:1Ayb 42:7Mzm 21:9Yes 10:5Nah 1:6Zef 2:2); kata hema juga berulang-ulang digunakan (bnd Ul 29:23Mzm 6:2; 79:6; 90:7Yer 7:20Nah 1:2); 'evrd (bnd Mzm 78:49Yes 9:19; 10:6Yeh 7:19Hos 5:10) dan qetsef (bnd Ul 29:28Mzm 38:1Yer 32:37; 50:13Za 1:2) cukup sering dipakai dan perlu disebut; demikian juga za'am yg melahirkan perasaan berang (bnd Mzm 38:4; 69: 25; 78:50Yes 10:5Yeh 22:31Nah 1:6).

Jelas kelihatan bahwa dalam PL banyak ay mengenai murka Allah. Sering beberapa istilah sama-sama tampil dalam satu ay untuk menguatkan dan meneguhkan pikiran yg dilukiskannya. Istilah-istilah itu sendiri mengandung kehebatan pada dirinya dan dalam susunan kalimat di mana kata-kata itu dipakai, untuk mengungkapkan ketidaksenangan yg membara, rasa murka yg menyala-nyala dan pembalasan yg kudus.

Istilah-istilah Yunaninya ialah orge dan thymus. Yg pertama kerap kali bertalian dengan murka Allah dalam PB (bnd Yoh 3:36Rm 1:18; 2:5,8; 3:5; 5:9; 9:22Ef 2:3; 5:61 Tes 1:10Ibr 3:11Why 6:17) dan yg terakhir agak jarang (bnd Rm 2:8Why 14:10,19; 16:1,19; 19:15; lih zelos dlm Ibr 10:27).

Karena itu murka Allah adalah suatu kenyataan yg sungguh, dan bahasa serta ajaran Alkitab mengukirkan ke dalam hati kita kesungguhan tersebut yg menjadi ciri khasnya. Ada tiga hal pokok yg perlu diketahui. Pertama, murka Allah janganlah diartikan dalam bentuk dan sifat kemarahan yg kalap tidak menentu, seperti lazimnya kemarahan manusia. Murka Allah adalah rasa tidak senang atas dasar pertimbangan yg benar-benar matang dan tegas yg dituntut oleh kekudusan-Nya. Kedua, murka Allah janganlah diartikan sebagai dipacu oleh dendam, melainkan kemarahan yg kudus; tak ada sekelumit pun sifat kedengkian dalamnya. Murka Allah bukanlah permusuhan yg timbul dari hati yg busuk, melainkan kebencian yg benar dan pada tempatnya. Ketiga, tidak boleh merendahkan murka Allah menjadi kemauan menghukum. Murka ialah pengejawantahan positif dari ketidakpuasan, tepat seperti apa yg menyenangkan hati Allah memberikan kepuasan kepada-Nya. Janganlah meniadakan dari Allah apa yg kita sebut perasaan hati. Murka Allah mempunyai padanannya dalam hati manusia, yg terungkap sempurna dalam teladan hidup Yesus sendiri (bnd Mrk 3:5;10:14).

Justru simpul tanggung jawab karena dosa ialah murka Allah. Dan karena dosa tak pernah tanpa oknum persona, tapi justru dalamnya, dan pelakunya, yakni oknum persona itu, maka murka Allah tertuang dalam ketidaksenangan yg tertuju kepada manusia; manusia -- kitalah obyek murkaNya itu. Siksaan yg bersifat hukuman yg diderita manusia adalah ungkapan murka Allah. Rasa bersalah dan tersiksa adalah pantulan di alam sadar kita akan ketidaksenangan Allah. Bobot inti kebinasaan terakhir adalah siksaan yg tak berbatas akibat murka Allah (bnd Yes 30:33; 66:24Dan 12:2Mrk 9:43, 45, 48).

VIII. Kemenangan alas dosa

Kendati dosa adalah ihwal yg sangat menyedihkan, Alkitab menawarkan pengharapan dan optimisme menghadapinya. Inti berita Alkitab adalah prakarsa akbar ilahi mengatasi dosa, yaitu rencana Allah menyelamatkan manusia yg berpusat pada Tuhan Yesus Kristus, Adam yg terakhir, Anak Yg Kekal, Juruselamat manusia. Dosa dikalahkan oleh karya Kristus -- kelahiran-Nya yg ajaib, hidup-Nya yg taat kepada Allah secara sempurna, khususnya kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke sorga ke sebelah kanan Bapak, kerajaan-Nya atas sejarah umat manusia dan kedatangan-Nya yg kedua kali dengan penuh kemuliaan. Kuasa rampasan dosa sudah dibinasakan, tuntutannya yg sadis dan aneh ditelanjangi, kedok siasat najisnya dibuka dan dibuang, akibat-akibat buruk dari kejatuhan Adam dibungkamkan, diimbangi dan diimbali, sehingga kehormatan dan keakbaran Allah dibenarkan dan dikukuhkan, kekudusan-Nya dimantapkan, dan kemuliaan-Nya berjaya luas.

Itulah amanat akbar Alkitab, 'Allah dalam Kristus telah menaklukkan dosa!' Dampak penaklukan itu terungkap dalam kehidupan umat Allah, yaitu orang-orang yg oleh iman kepada Yesus Kristus dan karya penyelamatan-Nya yg tuntas sempurna, dibebaskan dari kesalahan dan hukuman dosa. Dan mereka mengalami penaklukan kuasa dosa melalui kesatuan mereka dengan Kristus. Proses pengalaman ini akan mencapai puncaknya pada zaman akhir -- pada waktu Kristus dalam kemuliaan-Nya datang untuk kedua kalinya. Pada waktu itu pula umat Allah akan dikuduskan secara sempurna, dosa akan dienyahkan dari ciptaan Allah, dan sorga serta bumi baru akan terwujud di mana kebenaran diberlakukan. (Lih Kej 3:15Yes 52:13Yer 31:31-34Mat 1:21Mrk 2:5; 10:45Luk 2:11; 11:12-22Yoh 1:29; 3:16 dab; Kis 2:38; 13:38 dab; Rm passim; 1 Kor 15:3 dab; 22 dab; Ef 1:13-14; 2:1-10Kol 2:11-15Ibr 8:1-10:251 Ptr 1:18-212 Ptr 3:11-131 Yoh 1:6-2:2Why 20:7-14; 21: 22-22:5.)

KEPUSTAKAAN.

J Muller, The Christian Doctrine of Sin, 1877; J On, Sin as a Problem of Today, 1910; F. R Tenant, The Concept ofSin,1912;C Ryder Smith, The Bible Doctrine of Sin, 1953; E Brunner, Man in Revolt, 1939; R Niebuhr, The Nature and Destiny of Man, 1941 dan 1943; J Murray, The Imputation of Adam's Sin, 1959; G. C Berkouwer, Sin, 1971; W Gunther, W Bauder, NIDNTT 3, hlm 573-587; TDNT 1, hlm 149-163,267-339;3, hlm 167-172;5, hlm 161-166, 447-448, 736-744; 6, hlm 170-172, 883-884; 7, hlm 339-358. JM/BAM/MHS

Tidak ada komentar:

Statistik Pengunjung