2 Korintus 13:1-14
Pada bagian akhir suratnya, Paulus menyampaikan harapan dan nasihat. Ia berharap jemaat menguji diri apakah mereka tegak dalam iman. Ia mengajak mereka menyelidiki diri sendiri, apakah Kristus Yesus benar-benar ada di hati mereka. Ia menasihati mereka agar melakukan hal yang baik dan bukan yang jahat (5-7). Paulus mendoakan agar jemaat menjadi sempurna dalam Kristus Yesus.
Sangat menarik bahwa hanya empat kali kata doa disebutkan dalam surat 2 Korintus (bdk. 1:11; 9:14; 13:7, 9). Ini bukan berarti Paulus dan Timotius jarang berdoa. Kata "doa" yang dimaksudkan adalah doa Paulus untuk jemaat Korintus yang sangat dikasihinya (bdk. 2Kor 2:4).
Jika kita perhatikan bahasa Paulus dalam suratnya, terasa sekali kasihnya yang luar biasa. Hampir di setiap alinea suratnya, ia menyampaikan kedalaman kasihnya. Sebagai bapa rohani, Paulus memahami pergumulan dan penderitaan gereja Kristus. Paulus tidak merasa dirinya kuat, melainkan lemah (9). Ia dikuatkan oleh doa jemaat Korintus yang mengasihinya. Jadi, baik Paulus, Silwanus (Silas), Timotius, dan Titus maupun jemaat Korintus menjadi kuat karena saling mendoakan. Demikian juga dengan orang percaya masa kini. Kita pun bisa menjadi kuat dalam iman, introspeksi, dan perbuatan baik, kalau saling mendukung dalam doa.
Dalam pelayanan masa kini, semangat berdoa dan saling mendoakan saudara seiman semakin berkurang. Doa sudah menjadi pemanis bibir. Setelah itu, doa menjadi hambar, atau bahkan pahit karena banyak pelayanan yang menimbulkan sakit hati dan kebencian. Tidak sedikit pelayan Tuhan mengalami kekeringan dan "mati" rohani. Ini semua disebabkan oleh pudarnya semangat berdoa dan redupnya kerinduan untuk saling mendoakan.
Marilah kita bertekun dalam doa dan giat untuk saling mendoakan. Kita perlu memohon ampun, sebab sering kali lalai dan mengabaikan doa dalam pelayanan. Kita berdoa untuk berkomunikasi dengan Allah. Kita juga dipanggil mendoakan para pelayan, rekan sepelayanan, dan jemaat Tuhan. [TMP]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar