YESUS MENYEMBUHKAN SEORANG YANG SAKIT KUSTA MATIUS 8.1-4
Terjemahan Bebas Matius 8:1-4 (TB) ayat 1 Setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. 2 Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." 3 Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya. 4 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."
Setelah penulis Injil ini memaparkan ajaran-ajaran Tuhan kita dalam pasal-pasal sebelumnya, sekarang ia melanjutkan dengan menceritakan sebagian dari mujizat-mujizat yang diperbuat-Nya. Mujizat-mujizat ini membuktikan bahwa Kristus adalah Sang Guru yang datang dari Allah dan Penyembuh Agung bagi dunia yang sakit. Dalam pasal ini diceritakan tentang:
I. Kristus menahirkan seorang yang sakit kusta (ay. 1-4).
II. Kristus menyembuhkan orang yang sakit lumpuh dan orang yang sakit demam (ay. 5-18).
III. Kristus berbicara dengan dua orang yang mau mengikuti-Nya (ay. 19-22).
IV. Kristus meredakan angin ribut (ay. 23-27).
V. Kristus mengusir roh-roh jahat (ay. 28-34).
Orang Sakit Kusta Disembuhkan (8:1-4)
Ayat pertama dalam pasal ini merujuk kepada apa yang terjadi pada pasal sebelumnya setelah Kristus mengakhiri khotbah-Nya: takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya; dan sebagai akibatnya, setelah Yesus turun dari bukit, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Sekalipun Kristus merupakan seorang Pemberi hukum yang sangat tegas dan seorang Penegur, mereka tetap tidak jemu mengikuti Dia dan tidak mau pergi atau berpisah dari-Nya. Perhatikanlah, apabila Kristus sudah menunjukkan diri-Nya kepada seseorang, maka orang itu pasti ingin mengenal Dia lebih dekat lagi. Orang yang tahu banyak tentang Kristus pasti ingin mengetahui lebih banyak lagi; dan kita akan mengenal Tuhan, bila kita terus berusaha mengenal Dia seperti ini. Menyenangkan sekali melihat orang banyak begitu tersentuh hatinya terhadap Kristus, sampai mereka berpikir mereka tidak akan pernah bisa puas dalam mendengarkan Dia. Mereka begitu ingin memperoleh hal-hal yang terbaik, dan karena itu mereka pergi berbondong-bondong mengikuti pengajaran yang baik, dan mengikuti Anak Domba ke mana pun Ia pergi. Sekaranglah nubuat Yakub tentang Mesias digenapi, yaitu bahwa kepadanya akan takluk bangsa-bangsa. Namun demikian, tidak semua orang yang berbondong-bondong mengikuti Dia tetap melekat kepada-Nya. Mereka yang mengikuti-Nya dari dekat dan terus-menerus hanyalah segelintir saja, sedangkan sebagian besar tidak lebih dari sekadar pengikut saja.
Dalam ayat-ayat di atas diceritakan tentang Kristus yang menahirkan seorang yang sakit kusta. Dengan membandingkan Markus 1:40 dan Lukas 5:12, tampak bahwa, walaupun Matius menempatkan cerita ini setelah khotbah di bukit karena ia ingin menyampaikan ajaran Kristus terlebih dulu dan baru setelah itu mujizat-mujizat-Nya, cerita ini sebenarnya terjadi beberapa waktu sebelum khotbah di bukit; tetapi ini tidaklah penting. Cerita ini cocok ditempatkan bersama mujizat-mujizat Kristus yang pertama.
Karena penyakit kusta dipandang orang Yahudi sebagai suatu tanda khusus dari ketidakberkenanan Allah, maka dari itu kita melihat Miriam, Gehazi, dan Uzia terkena kusta karena mereka melakukan suatu dosa tertentu, dan oleh sebab itu untuk menunjukkan bahwa Kristus datang untuk menghilangkan murka Allah dengan menghapus dosa, Ia memulai pekerjaan-Nya dengan menyembuhkan orang yang sakit kusta.
Karena penyakit kusta dianggap datang langsung dari tangan Allah, maka penyakit ini juga akan disembuhkan langsung oleh tangan-Nya. Oleh sebab itu, penyakit ini tidak dicoba untuk disembuhkan oleh tabib tetapi diserahkan di bawah pengawasan para imam, para hamba Tuhan, yang menanti-nanti untuk melihat apa yang akan dilakukan Allah. Jika penyakit ini menempel pada pakaian atau pada dinding-dinding rumah, maka ini pun menjadi najis, dan tampaknya penyakit ini sangat berbeda dari apa yang kita kenal sekarang dengan penyakit lepra. Raja Israel dulu pernah berkata, "Allahkah aku ini, sehingga aku dikirimi pesan untuk menyembuhkan seseorang dari penyakit kustanya?" (2Raj. 5:7). Tetapi, Kristus membuktikan bahwa Dia Allah, dengan menyembuhkan banyak orang dari penyakit kusta dan memberikan wewenang kepada para murid-Nya untuk melakukannya juga di dalam nama-Nya (10:8). Penyembuhan ini juga dijadikan salah satu bukti bahwa Dia adalah Mesias (11:5). Dalam hal ini juga Kristus menunjukkan bahwa Dia adalah Penyelamat umat-Nya dari dosa-dosa mereka, karena walaupun setiap penyakit merupakan akibat maupun pertanda dosa, sebagai kekacauan jiwa, namun penyakit kusta merupakan akibat atau pertanda dosa dalam cara yang khusus karena penyakit ini membuat orang najis, dan penderitanya harus dijauhkan dari segala sesuatu yang kudus, tidak seperti penyakit-penyakit lainnya. Oleh sebab itu, dalam hukum Taurat (Im. 13 dan 14) kusta tidak diperlakukan sebagai suatu penyakit, melainkan sebagai suatu kenajisan. Imam akan menyatakan apakah seseorang tahir atau najis sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang tersedia. Tetapi kehormatan untuk menahirkan penderita kusta hanya disediakan khusus bagi Kristus, yang melakukannya sebagai Imam Besar yang kita akui. Ia datang untuk melakukan apa yang tidak mungkin dilakukan hukum T8aurat karena tak berdaya oleh daging (Rm. 8:3). Hukum Taurat mengungkapkan keberadaan dosa (karena melalui hukum Taurat dosa diketahui), dan menyatakan bahwa pendosa itu najis. Hukum Taurat membuat orang-orang berdosa terkurung (Gal. 3:23), seperti imam yang mengurung penderita kusta, tetapi hukum itu tidak dapat berbuat lebih jauh; hukum Taurat tidak bisa membuat mereka yang datang untuk mengambil bagian di dalamnya menjadi sempurna. Tetapi Kristus menghapus dosa, menahirkan kita darinya, dan dengan demikian menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan. Sekarang kita bisa melihat:
I. Permohonan si penderita kusta kepada Kristus.
Jika ini terjadi setelah khotbah di bukit, seperti yang kita katakan tadi, maka kita bisa beranggapan bahwa, walaupun penderita kusta itu dilarang memasuki kota-kota Israel karena penyakitnya, di sini dia sedang berada di suatu tempat di mana dia bisa mendengar khotbah Kristus, dan perasaannya tergugah oleh khotbah itu sehingga dia berani mengajukan suatu permohonan kepada-Nya. Sebab, Kristus yang mengajar sebagai orang yang berkuasa juga dapat menyembuhkan dengan kuasa. Hal inilah yang membuat si penderita kusta ini datang dan sujud menyembah Dia, sebagai seorang yang penuh dengan kuasa ilahi. Permohonan yang disampaikannya adalah "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Penahirannya ini bisa dipandang:
Sebagai belas kasihan yang sementara sifatnya; belas kasihan terhadap tubuh, yang membebaskan tubuh itu dari suatu penyakit, yang walaupun tidak mengancam hidupnya, namun membuatnya terasa pahit. Dengan demikian, kejadian ini mengajar kita bukan hanya untuk memohon kepada Kristus, yang berkuasa atas segala penyakit jasmani, untuk menyembuhkan tubuh dari penyakit-penyakit itu, melainkan juga untuk mengajarkan bagaimana kita harus bersikap ketika memohon kepada-Nya. Kita harus yakin akan kuasa-Nya dan percaya bahwa Dia sanggup menyembuhkan penyakit kita pada saat ini juga, seperti pada waktu dulu ketika Ia masih ada di bumi, namun semuanya ini harus dilakukan dengan berserah kepada kehendak-Nya: Tuhan, jika Tuhan mau, Tuhan dapat. Mengenai belas kasihan yang sementara itu, kita tidak bisa pastikan apakah kehendak Allah dalam mengaruniakan belas kasihan itu; tetapi walaupun demikian, kita bisa yakin akan kuasa Allah, bahwa kuasa-Nya dalam memberikan belas kasihan itu tidak terbatas, demi kemuliaan-Nya dan kebaikan kita. Ketika kita tidak bisa yakin tentang kehendak Allah, kita bisa yakin akan hikmat dan belas kasihan-Nya, sehingga dengan sukacita kita bisa berseru, "Jadilah kehendak-Mu." Sikap seperti ini membuat kita menjadi tenang dalam berharap, dan ketika semuanya terjadi, kita akan terhibur.
Sebagai belas kasihan yang khas yang bisa kita terima. Dosa merupakan penyakit kusta dari jiwa. Dosa menghalangi kita dari persekutuan dengan Allah, dan supaya persekutuan ini dipulihkan, perlu bagi kita untuk dibersihkan dari penyakit kusta ini. Kita harus benar-benar peduli dengan hal ini. Sekarang perhatikanlah, kita akan merasa tenang jika kita memohon kepada Kristus, Sang Tabib Agung itu, dengan keyakinan bahwa jika Dia mau, Dia dapat menahirkan kita. Kita harus datang kepada-Nya dan berkata demikian dengan berani, disertai rasa rendah hati dan percaya. Ini berarti:
(1) Kita harus bersandar pada kuasa-Nya; kita harus yakin bahwa Kristus dapat mentahirkan kita. Tidak ada kesalahan yang begitu besar sehingga Allah dengan kebaikan-Nya tidak bisa menebusnya, dan tidak ada kejahatan yang begitu buruk sehingga Allah dengan anugerah-Nya tidak bisa menaklukkannya. Allah tidak akan mempekerjakan seorang dokter di rumah sakit-Nya jika dokter itu tidak par negotio -- memenuhi syarat dalam segala hal untuk pekerjaannya.
(2) Kita harus memohon belas kasihan-Nya; kita tidak boleh menuntut belas kasihan Allah ini seperti kita menagih utang, tetapi kita harus dengan rendah hati memintanya seperti kita minta pertolongan, "Tuhan, jika Tuhan mau. Aku bersimpuh di kaki-Mu, dan jika aku binasa, aku akan binasa di situ."
II. Jawaban Kristus, yang sangat baik adanya, terhadap permohonan ini (ay. 3).
Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu. Penyakit kusta adalah penyakit yang busuk dan menjijikkan, tetapi Kristus menjamahnya. Ia tidak merasa jijik berbicara dengan pemungut cukai dan orang berdosa, supaya Ia bisa berbuat baik untuk mereka. Menurut hukum Taurat, jika seseorang bersentuhan dengan penderita kusta, maka orang itu akan tertular menjadi najis, tetapi Kristus menunjukkan bahwa ketika Ia berbicara dengan orang berdosa, Ia tidak terancam menjadi najis oleh mereka, karena penguasa dunia ini tidak bisa berbuat apa-apa kepada-Nya. Jika kita terkena air selokan, kita menjadi kotor; tetapi Kristus tidak termasuk orang-orang berdosa, sekalipun Ia berada di antara mereka.
Kristus berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Dia tidak berkata seperti yang dikatakan Elisa kepada Namaan, "Pergilah, mandilah di Sungai Yordan!" Ia tidak menyuruhnya melakukan suatu pekerjaan yang merepotkan dan melelahkan, tetapi Ia hanya mengucapkan sepatah kata, lalu menyembuhkan orang itu.
(1) Perkataan ini mengandung kebaikan hati, "Aku mau." "Aku bersedia menolongmu sebagaimana engkau sendiri bersedia untuk ditolong." Perhatikanlah, orang yang dengan iman memohon belas kasihan dan anugerah kepada Kristus boleh yakin bahwa Dia bersedia, bahkan sangat bersedia, untuk memberi mereka belas kasihan dan anugerah yang mereka minta dari-Nya. Kristus adalah seorang Tabib yang tidak perlu dibujuk-bujuk, karena Dia selalu bersedia. Dia tidak perlu didesak-desak, karena pada saat kita berbicara, Dia mendengar. Dia tidak perlu diberi upah, karena Dia menyembuhkan dengan gratis, Dia tidak menginginkan uang atau imbalan. Dia memperlihatkan kepada kita bahwa sama seperti Dia sanggup menyelamatkan orang-orang berdosa, demikian pula Dia juga bersedia untuk menyembuhkan mereka.
(2) Perkataan ini mengandung kuasa, "Jadilah engkau tahir." Kuasa yang berupa wewenang dan wibawa dikeluarkan dalam perkataan ini. Kristus menyembuhkan dengan mengucapkan suatu kata perintah kepada kita, "Jadilah engkau tahir." "Bersedialah menjadi tahir, dan manfaatkanlah cara penahirannya. Bersihkanlah dirimu dari segala kenajisan." Tetapi dalam perkataan ini terkandung perintah berkenaan dengan diri kita; terkandung suatu perkataan yang melaksanakan apa yang diperintahkan itu, yaitu "Aku mau supaya engkau menjadi tahir." Perkataan seperti ini penting untuk penyembuhan dan menggenapkan kesembuhan itu sendiri; dan Yang Mahakuasa yang mengucapkan perkataan ini pasti akan menganugerahkan anugerah-Nya kepada mereka yang benar-benar menginginkannya.
III. Perubahan yang menggembirakan yang diakibatkan oleh perkataan itu: Seketika itu juga tahirlah orang itu dari kustanya.
Alam bekerja secara bertahap, tetapi Allah Sang Pencipta alam bekerja dengan segera; Dia berkata, maka itu terjadilah. Allah juga bekerja dengan berhasil; Dia memerintah, dan itu terlaksana. Salah satu mujizat pertama yang diperbuat Musa adalah menyembuhkan dirinya sendiri dari penyakit kusta (Kel. 4:7), karena imam-imam yang berada di bawah hukum Taurat harus mempersembahkan persembahan untuk dosa mereka terlebih dulu; tetapi salah satu mujizat Kristus adalah menyembuhkan penyakit kusta pada orang lain, karena Ia tidak mempunyai dosa pribadi untuk ditebus.
IV. Perintah-perintah Kristus kepada orang itu setelah kesembuhannya. Pantaslah bagi orang yang disembuhkan Kristus untuk selalu diperintah oleh-Nya setelah disembuhkan.
"Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapapun. Jangan beritahukan kepada siapa pun sampai engkau memperlihatkan dirimu kepada imam, dan dinyatakan tahir olehnya; supaya dengan demikian engkau mempunyai bukti yang sah bahwa sebelumnya engkau terkena kusta dan sekarang benar-benar menjadi tahir." Kristus ingin agar mujizat-Nya bisa tampak dengan segala kejelasan dan bukti yang penuh, dan supaya mujizat itu tidak diberitakan terlebih dulu, sampai segala kejelasan dan bukti yang kuat yang mendukungnya. Perhatikanlah, orang yang mengabarkan kebenaran-kebenaran Kristus harus mampu membuktikan kebenarannya, membela apa yang mereka ajarkan, dan meyakinkan orang yang menyangkalnya. "Jangan beritahukan kepada siapa pun, sampai engkau memperlihatkan dirimu kepada imam, karena kalau ia mendengar siapa yang menyembuhkan engkau, dengan penuh kebencian ia tidak akan mengakui kesembuhanmu, dan dengan demikian engkau akan tetap diasingkan." Begitulah kelakuan imam-imam pada masa Kristus, sehingga orang-orang yang berurusan dengan mereka harus bersikap cerdik seperti ular.
Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, sesuai dengan hukum Taurat (Im. 14:2). Kristus sangat menjaga agar hukum Taurat benar-benar dilaksanakan, karena kalau tidak, Ia akan menyakiti orang lain. Dia menjaga supaya aturan tetap terpelihara, dan agar orang yang bertugas mengurus hukum ini dihormati dan dipatuhi dengan tertib. Orang-orang yang dibersihkan dari penyakit kusta rohani dapat mencari bantuan dari hamba-hamba Kristus, dan membagikan permasalahan mereka dengan para hamba itu, supaya hamba-hamba Kristus ini bisa membantu mereka mencari tahu keadaan rohani mereka dan memberikan nasihat dan penghiburan serta berdoa bagi mereka.
Persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai tanda syukur kepada Allah dan sebagai imbalan bagi imam atas jerih payahnya. Ini sebagai bukti bagi mereka, entah itu dalam artian:
(1) Yang diperintahkan Musa untuk menjadi bukti: hukum-hukum yang dijalankan dalam suatu upacara merupakan kesaksian akan kuasa Allah atas mereka, perhatian-Nya kepada mereka, dan anugerah-Nya yang akan diungkapkan setelah upacara itu. Atau,
(2) "Persembahkanlah itu sebagai bukti, dan biarlah imam tahu siapa yang telah menahirkanmu, dan bagaimana itu terjadi. Ini akan menjadi suatu kesaksian bahwa ada seseorang di antara mereka yang bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh imam besar. Biarlah itu dicatat sebagai kesaksian akan kuasa dan pernyataan-Ku kepada mereka, jika mereka mau percaya dan menindaklanjutinya, tetapi jika mereka tidak mau, kesaksian-Ku itu akan melawan mereka." Karena dengan cara yang demikianlah perkataan dan perbuatan Kristus menjadi kesaksian.
=========WALHEBAK WA=========
Tidak ada komentar:
Posting Komentar