Golongan Farisi, Golongan Saduki, Golongan Eseni dan
Golongan Pengikut Yesus
Matius 16:1-4
Perbedaan
antar golongan dan antar etnik dapat diketahui dari simbol-simbol atau cara
komunikasi antar sesama dan antar orang lain. Sebagaimana komunikasi antar
personal yang terjadi selama ini pada masyarakat pegunungan tengah Papua.
Demikianlah perbedaan antar golongan yang terjadi pada zaman Yesus, bahwa
perbedaan antar golongan itu terlihat jelas pada pergaulan antar sesama mereka
bahwa:
1.
Golongan FARISI
Orang
Farisi adalah Suatu golongan dari para "rabi, guru atau
pengajar" dan ahli Taurat yang sangat berpengaruh. Mereka berpegang
pada Taurat Musa dan "adat istiadat nenek moyang" (Mat 15:2).
Seluruh hukum dan peraturan mereka taati secara mutlak. Mereka adalah Golongan
agama dalam bangsa Yahudi. Orang-orang Farisi sangat taat kepada hukum-hukum agama
Yahudi dan peraturan-peraturan yang sudah ditambahkan pada hukum-hukum itu dari
zaman ke zaman.
Mereka
perjuangkan pengetahuan yang mendasar tentang Taurat dan tradisi para
nenek-moyang (Misna; Talmud). Mereka menuntut penafsiran yang paling keras,
terutama tentang soal-soal yang berhubungan dengan Sabat, kebersihan rituil
(tahir) dan yang berkaitan dengan soal persepuluhan.
Walaupun
mereka begitu serius di dalam bidang agama, sebenarnya pelaksanaan pandangan
dasar mereka yang berat-sebelah, kerajinan mereka terhadap hukum yang
keterlaluan, maupun ketahiran rituil membuat mereka memisahkan diri secara
sombong dengan memandang rendah rakyat sambil mempertahankan sifat kelompok
mereka pribadi. Sikap mereka terhadap hukum jatuh pada formalisme kosong
(pemenuhan hukum secara harafiah), sehingga orang Farisi bukan lagi pembawa
iman yang hidup.
Teguran
yang keras Yesus terhadap orang Farisi adalah tidak menyangkut ajaran mereka,
melainkan terutama menyangkut mentalitas mereka (sikap
angkuh dan sikap berpura-pura) dan tingkah-laku mereka (Mat
23:13-36). Perlawanan mereka yang tidak dapat didamaikan akhirnya membuat Yesus
dihukum mati (Mark 3:6).
Golongan
Orang Saduki adalah Suatu golongan pemimpin agama Yahudi, yang sebagian besar terdiri
dari imam-imam.
Mereka mendasarkan pengajarannya pada kelima kitab Musa dan menolak segala adat
istiadat yang ditambahkan kemudian. Mereka tidak percaya kepada kebangkitan dan
adanya malaikat. Terhadap kebudayaan Yunani golongan ini sangat terbuka.
Mereka
mendasarkan kepercayaan mereka hanya atas kelima buku pertama dalam Perjanjian
Lama (PENTATEUKH). Itu sebabnya pendirian mereka banyak berlainan dengan
golongan Farisi yang percaya adanya hidup sesudah mati dan adanya malaikat.
Golongan Farisi adalah golongan yang banyak anggotanya.
Mereka
tidak mengakui kebangkitan dan kematian (Mark 12:18) dan berbeda pendapat dalam
banyak persoalan rituil maupun yuridis dengan para Farisi. Asal mula partai
mereka itu terselubung dalam kegelapan, namun sudah sejak perlawanan kelompok
mereka terhadap Yonatan, yang memusatkan kekuasaan politik dan religius pada
Imam Agung (153 sebelum Mas.), kelompok mereka itu sudah memperoleh bentuk
tertentu. Di dalam mahkamah agama orang saduki selalu bisa mempertahankan
pengaruhnya, tetapi selalu menjadi musuh orang-orang Farisi.
Orang
Saduki itu di dalam Injil memang jarang disebut (Misalnya: Mat 3:7;
16:1; Mark 12:18; Luk 20:27). Meskipun demikian kekuasannya sangat
mantap, sebab Imam Agung selalu diambil dari golongan mereka dan mereka lebih
mudah menyesuaikan diri mereka pada bangsa Roma. Pada permulaannya mereka
hampir tidak pernah mengadakan pertikaian dengan Yesus, namun demikian mereka
di kemudian harinya bergabung dengan orang-orang Farisi di dalam rasa
kebenciannya terhadap Yesus (Mark 12:18-27 dsj.). Orang Saduki yang
bernama Kayafas akhirnya memutuskan hukuman mati. Setelah tahun 70 sesudah
Masehi.
Orang
Eseni adalah sebuah mazhab Yahudi dengan kecenderungan melakukan askese secara
keras. Kata Eseni itu (: barangkali berasal dari bahasa Aram) berarti:
"orang-orang saleh". Menurut kesaksian Filo dari Aleksandria dan
Flavius Yosefus, dapatlah dipastikan kegiatan mereka pada waktu di antara tahun
150 sebelum Mas. (di bawah pimpinan Yonatan dari Makabe) dan tahun 70 ses. Mas.
Mereka
hidup terutama di dekat En-Gedi, tidak jauh dari Laut mati. Hidup mereka
menggunakan bentuk semacam persekutuan hidup biara. Mereka taat pada
seorang pemimpin yang mereka pilih sendiri. Aliran mereka ini mempunyai
mempunyai ciri yang khas karena hidup selibat, meninggalkan harta-milik maupun
perdagangan, melakukan pertanian, mempertahankan perintah Sabat dengan keras,
mengadakan pembersihan-pembersihan rituil, novisiat dan merahasiakan beberapa
ajaran terhadap orang luaran. Aliran mereka ini menolak ibadat kenisah
dan tidak melakukan persembahan kurban binatang. Meski unsur-unsur utama dari
ajaran mereka itu Yahudi, namun nampaknya dicampuri dengan pengaruh-pengaruh
asing (: Parsisme, Neopitagorisme?). Dengan dasar alasan yang kuat, para ahli
berpendapat, bahwa Jemaat Kumran bergantung pada gerakan
Pengikut
Yesus rata-rata adalah orang-orang yang tidak mempunyai pengaruh besar dalam
kehidupan golongan Orang Farisi, orang Saduki dan golongan Eseni. Mereka
semuanya berasal dari masyarakat biasa yaitu dari golongan petani, neyalan dan
pengemis yang dianggap orang Farisi atau Saduki sebagai rakyat jelata yang
tidak ada artinya.
Dari
latarbelakang kehidupan murid-murid-Nya yang tidak berpendidikan itu membuat
Yesus seringkali mengulang maksud pengajaran-Nya kepada murid-murid-Nya. Oleh sebab itulah murid-murid-Nya sering kali sulit mengerti kata-katan Yesus,
Misalnya dalam Injil Matius 16:7 repos murid-murid-Nya berbeda dengan maksud
pengajaran Yesus, yang mana dikaitkan dengan makanan.
Sifat EKSKLUSIVISME/ EKSKLUSIV
Klaim
eksklusiv merupakan suatu tanda kesombongan yang mendatangkan murka Tuhan,
sebab sifat itu menunjukkan diri yang paling benar dari yang lain. Karena
itulah Yesus menentang sifat kesombongan mereka.
Yesus tidak menentang PENGAJARAN MEREKA tetapi Yesus menentang SIFAT Mereka
yang sombong terhadap masyarakat kecil dan menganggap diri mereka yang
paling suci dan paling benar.
Eksklusivisme
adalah salah satu cara pandang suatu agama terhadap agama-agama yang berbeda
dari agama tersebut. Pendekatan eksklusivisme merupakan salah satu pendekatan
di dalam studi teologi agama-agama. Pendekatan eksklusivisme menyatakan bahwa
agama Kristen merupakan satu-satunya jalan keselamatan.
Quraish
Shibab mengatakan “malapetaka dapat terjadi bukan saja karena umat beragama
tidak memahami agama orang lain, tetapi juga karena ketidakmampuan untuk
mengerti agamanya sendiri. Jika setiap pemeluk agama yang berbeda-beda itu
didorong untuk menyusun kerangka teologis menurut kacamata agamanya, setidaknya
mereka didesak untuk menggali dari agamanya sendiri nilai-nilai positif yang
mendukung bahkan menggiatkan hubungan-hubungan antar penganut agama-agama yang
berbeda-beda itu, sehingga sedapat mungkin konflik-konflik yang tidak perlu
dapat dihindarkan”
Eksklusiv adalah tanda
KESOMBONGAN. MERASA DIRI PALING BENAR,kepura puraan dan munafik
1.
Merendakan diri dan mencari Tuhan,
(teladan
Perwira dari Kapernaum) Matius 8:5-13
Merendahkan
diri identik dengan "kita sedang
ada di rumah orang lain". Apa yang harus kita lakukan, ketiga berada di
rumah orang lain ? Setidak-tidaknya mengerjakan apa yang harus dikerjakan
supaya mereka senang. Harusnya kita sadar bahwa sedang menikmati berkat
kebaikan tuhan, sehingga tidak ada alasan untuk membanggakan diri tetapi
berusaha untuk menyenangkan dia dalam segala hal yang dia berikan. Semua
bersumber dari dia, Roma 11:36, dan harus kita, 1 tesalonika 5:18 bahwa semua
yang terjadi dalam hidup kita adalah dalam rencana dan kehendak-Nya.
Apa
yang terjadi akhir-akhir ini adalah bagian dari rencana Tuhan untuk
mendewasakan iman kita. Untuk mengajar kita agar taat dalam beribdah, taat
dalam melakukan tugas sebagai anak tanpa mempertakan mengapa semua ini terjadi.
Segala keputusan Tuhan bagian dari kebaikan bagi kita untuk belajar mengucap
syukur dan memuliahkan dia dalam segala hal.
Mengikut
Tuhan juga sebagai bukti kasih sayang sehingga apapun perintah-nya dilaksanakan
atas dasar kasih kepada Allah sebagai Tuhan atas segala TUHAN, termasuk
melaksanakan pelayanan sebagai bukti pengabdian kita,Kolose 3.23. Jadi mengikut
Tuhan adalah bukti kasih sayang kepada tuhan sehingga apapun yang terjadi dalam
hidup ini adalah bagian dari proses pendewasaan Iman. Kalau talenta dilatih
dalam kesunyian hidup, sementara IMAN harus di LATIH dalam badai-badai
kehidupan.
Perintah-Nya
adalah jikalau kamu mengasihi AKU maka kamu akan menuruti segala pentintahku.
Bapak ibu saudara mari kita praktekkan kuasa yang Tuhan berikan kepada kita
dalam hal melakukan perintah-Nya. Sebabaimana dikatakan bahwa setiap oranh yang
menerima-Nya diberinya kuasa, Yohanes 1:12. Jadi tidak ada alasan untuk
mengatakan bahwa saya tidak mempunyai kuasa, sekarang tergantung pada kita
untuk mempraktekkan segala karunia yang tuhan kasih, sebagai pengajar, sebagai pelayan, dan apa saja yang Tuhan percayakan
lakukan itu dengan ketulusan sehingga dapat penyertaan Tuhan.
1.
Keluarga kita diberkati, 2 Samuel 7:1-17 (2 Samuel 7:12)
Apabila
umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan
nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak
kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya.
2. Ladang dan LUMBUNG kita diberkati Ulangan 28:1-14
Ulangan 28:3-6 (TB) 3 Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang. 4 Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu.5 Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. 6 Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar.
3. Hidup kita diberkati Ulangan 30:11-20
Ulangan 30:16
karena
pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan
hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan
dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh
TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.
Kesimpulannya
1.
Datanglah kepada Tuhan dengan hati yang rindu akan Tuhan dan
berlutut dihadapan-Nya maka Tuhan akan memberkati dan menguasai hidup kita,
2.
Jaukan segala kesombongan dan kebanggaan diri atas segala hal
supaya Tuhan jangan membuang kita dari hadapan-Nya,
3.
Mendekatlah kepada-Nya dengan ketaatan agar kita dilayakkan untuk masuk dalam
rencana dan kehendak-Nya.
Wamena,
21 Februari 2021
Pdm.Yoel
Giban, S.Th, M.Pd.K