Rabu, 24 Juni 2020

Indah pada Waktunya

 
Pengkhotbah 3:1-15

Orang percaya sama dengan orang tidak percaya. Keduanya tidak dapat mengendalikan apa yang akan mereka alami dalam hidup. Semua orang mengalami banyak hal yang menyukakan hati, tetapi juga banyak hal yang mendukakan hati. Jadi, apa yang berbeda dalam kehidupan orang percaya dan orang tidak percaya?

Dengan ungkapan yang berpasangan, "Ada waktu untuk..., ada waktu untuk...", pengkhotbah menyatakan bahwa hidup adalah campuran antara kegembiraan dan kesedihan. Hal ini menekankan pada ketidakmampuan manusia mengendalikan berbagai peristiwa yang terjadi. Karena itu pengkhotbah bertanya, "Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?" (9). Namun, pengkhotbah juga menyadari bahwa tidak mungkin manusia tidak berjerih payah, karena Allah sudah menetapkan pekerjaan yang harus dilakukan manusia dengan bersusah payah (10, bandingkan juga Kej 3:17-19).

Supaya kita tidak putus asa, pengkhotbah menegaskan bahwa Allah akan "membuat segala sesuatu indah pada waktunya". Jika kita perhatikan ungkapan berpasangan yang diberikan, ini dimulai dengan "ada waktu untuk lahir" dan diakhiri dengan "ada waktu untuk damai". Pengkhotbah menyatakan bahwa bagi orang percaya, walau harus melewati berbagai hal yang menyenangkan dan menyakitkan, kita dilahirkan untuk berakhir dengan damai bersama Allah. Inilah arti segala sesuatu indah pada waktunya.

Meskipun kita juga mengalami pasang surut seperti orang tidak percaya, tetapi ada perbedaannya. Pada akhirnya, kita berdamai dengan Tuhan. Dan, damai ini tidak dapat diubahkan oleh peristiwa apa pun dalam hidup kita. Karena itu, segala sesuatu menjadi indah pada waktunya.

Dengan mengetahui bahwa pada akhirnya kita akan hidup kekal di dalam damai sejahtera bersama Tuhan, kiranya kita mampu menikmati kehidupan ini dan menjalaninya dengan lebih tenang. Waktu kita sangat berharga. Kita perlu memohon kepada Allah agar dimampukan untuk melihat indahnya hidup bersama-Nya. [INT]

Statistik Pengunjung