Selasa, 17 Desember 2019

Alasan Orang Yahudi membenci Orang Samaria

ALASAN ORANG YAHUDI MEMBENCI ORANG SAMARIA MENURUT KAMUS ALKITAB DAN ENSIKLOPEDIA KRISTEN

Sebenarnya orang Samaria adalah bagian dari bangsa Yahudi, tetapi orang Yahudi tidak menerima mereka sebagai orang Yahudi murni sebab di antara mereka telah terjadi kawin campur dengan bangsa lain. 

Menurut Kamus Browning
Ibu kota kerajaan Utara yang terpisah sejak zaman raja Omri kurang lebih tahun 870 sebelum masehi, lRaj. 16:24  sampai tahun 722 sM pada waktu Asyur merebutnya. Kota ini sangat diperkuat dan beberapa penduduknya sangat mewah (Am. 6:4-6). Daerah perbukitan sekitar Samaria diduduki suku-suku Yusuf pada waktu awal mula pendudukan, tetapi setelah ditaklukkan Asyur, sebagian besar penduduk setempat dikeluarkan (2Raj. 17:6 ) dan diganti dengan pendatang asing sekitar tahun 720 sM. Ini adalah penjelasan orang Yahudi tentang perasaan benci di antara orang Yehuda dan Samaria yang makin memburuk dengan dibangunnya kembali Yerusalem, setelah masa pembuangan Ezr. 4:8-24. Di lain pihak, permusuhan orang Yahudi setelah pembuangan itu yang mungkin menghasilkan catatan permusuhan mengenai asal-usul orang Samaria. Pada waktu zaman Helenis 325-363 sM ada gangguan lebih lanjut dan orang Samaria membangun kembali kota di Sikhem dan Bait Suci untuk Yahweh di Gunung Gerizim. Pada zaman Makabe daerah ini dikuasai Yudea. Pemerintah Romawi yang memberikannya kepada  Herodes Agung pada tahun 30 sM dan dilanjutkan kepada  Arkhelaus (4sM-6M). Sebagai daerah pemerintahan, Samaria disebut dalam Perjanjian Baru (Mat. 10:5; Kis. 8:4-25).
Orang-orang yang ditempatkan di daerah Samaria oleh Asyur menurut 2Raj. 17:29 dan yang oleh orang Yahudi dinyatakan menjalankan suatu bentuk peribadahan Ibrani yang dicemari oleh campuran peribadahan mereka terdahulu. Pada zaman Perjanjian Baru  orang Samaria dihina oleh orang Yahudi sebagai orang asing Luk. 17:18 padahal mereka masih mempunyai banyak persamaan dengan orang Yahudi. Karena Kitab Suci Samaria hanya terdiri dari Pentateukh, orang Samaria merasa memegangnya lebih kuat daripada orang Yahudi, terutama dalam peraturan hari Sabat. Bait Suci orang Samaria ada di Gunung Gerizim dan dilayani oleh imam-imam (Yoh. 4:20). Warisan yang sama dari orang Yahudi dan orang Samaria bersama sejarah keretakan dan ketidakcocokan mereka menambah ramai soal sikap Yesus yang bersahabat dengan orang Samaria (Luk. 17:18; Yoh. 4:7) dan nada anti-ras yang mengejutkan dalam perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati (Luk. 10:33). Dalam perluasan Gereja dari Yerusalem ke Roma, orang Samaria menempati kedudukan tengah dalam penginjilan orang Yahudi Palestina dan orang Yahudi Helenis di satu pihak dan orang bukan Yahudi di lain pihak (Kis. 8:12). Kendati penganiayaan dan goncangan politik dan militer terjadi di Palestina, suatu persekutuan kecil orang Samaria tetap bertahan sampai ke dalam zaman modern.

Menurut Ensiklopedia Alkitab
I. Sejarahnya Orang Samaria
Sesudah memerintah 6 thn di Tirza, Omri membangun ibu kota baru kerajaan Utara di atas bukit, 11 km di sebelah barat laut Sikhem, menguasai jalur perdagangan utama yang melalui dataran Esdraelon. Ia membeli daerah itu seharga 2 talenta perak, dan menamainya menurut nama pemiliknya Semer (1 Raj 16:24). Tempat itu tidak dikenal bila tidak disamakan dengan Samir, rumah Tola (Hak 10:1; F. M Abel, Geographie de la Palestine, 2, hlm 444).
Bukit yang tingginya 100 m, dan meliputi pemandangan di atas dataran itu tak dapat ditaklukkan kecuali dengan mengepungnya (2 Raj 6:24), dan nama (syom'ron) dapat dihubungkan dengan kata Ibrani yang berarti 'pos penjagaan'. 
Omri mengizinkan orang Aram dari Damsyik mendirikan beberapa pasar di kota Samaria (1 Raj 20:34). Enam tahun Omri membangun Samaria. Kemudian dilanjutkan oleh Ahab, yang membangun sebuah rumah yang dihiasi atau dilapisi dengan gading (1 Raj 22:39). Dalam sebuah kuil bagi Baal, dewa Sidon (Melqart), yang penyembahannya didorong oleh Izebel (1 Raj 18:22), Ahab mendirikan pilar ('asyera) di dekat mezbah, yang kemudian dibuang oleh Yoram ( 2 Raj 3:2). Kuil-kuil dan gedung-gedung lainnya yang dipakai oleh imam-imam penyembah berhala, nampaknya sudah digunakan sejak zaman ini sampai terjadi pembaruan yang dilakukan oleh Yehu (2 Raj 10:19). Samaria untuk kurun waktu yang lama dianggap oleh para nabi sebagai pusat penyembahan berhala (Yes 8:4; 9:9; Yer 23:13; Yeh 23:4; Hos 7:1; Mi 1:6).
Ben-Hadad II dari Siria mengepung Samaria. Mula-mula tidak berhasil (1 Raj 20:1-21). Tapi kemudian pasukan Siria menimbulkan bala kelaparan yang amat hebat (2 Raj 6:25). Ini dapat diatasi hanya oleh kepanikan dan penarikan mundur pasukan Siria secara tiba-tiba, seperti yang diketahui dan dilaporkan oleh penderita kusta (2 Raj 7). Ahab dikuburkan di kota itu, sama seperti sejumlah raja Israel lainnya yang tinggal di sana (1 Raj 22:37; 2 Raj 13:9, 13; 14:16). Keturunan Ahab terbunuh di sana (2 Raj 10:1), termasuk Ahazia, yg sia-sia bersembunyi di kota yg ramai itu (2 Taw 22:9). Samaria dikepung lagi pada zaman Elisa dan secara ajaib diselamatkan (2 Raj 6:8).
Pada tahun ke-10 pemerintahan Menahem, ia menyelamatkan Samaria dari serangan Asyur dengan membayar upeti, semacam pajak kepala, kepada Tiglat-Pileser III (2 Raj 15:17-20). Putranya, Pekah, menyewa dan membawa tentara Asyur lagi menyerang Yehuda.
Dalam almanak Asyur, kota itu juga disebut Samarina atau Bit-Humri ('Rumah Omri'), dikepung oleh Salmaneser V dari Asyur pada tahun 725-722 sM. Kitab 2 Raj 3 dan mencatat bahwa ia menaklukkan Samaria, dan catatan itu sesuai dengan Tawarikh Babel. Tapi agaknya ia meninggal sebelum kota itu pada akhirnya menyerah. Penduduk, yang dihasut oleh Iau-bi'di dari Hamat, menolak membayar pajak yang dipaksakan kepada mereka. Pada tahun berikutnya (721 sM), Sargon II, raja baru Asyur, memulai rencana pembuangan massal seluruh penduduk wilayah itu. Menurut almanaknya, Sargon mengangkut 27.270 atau 27.290 tawanan, dan maksudnya ialah untuk meniadakan keberadaan kerajaan Israel Utara sebagai suatu negara yang merdeka. Orang-orang buangan itu dikirim ke tempat-tempat di Siria, Asyur, dan Babel. Tempat asal mereka diserahkan kepada rakyat jajahan dari daerah-daerah yang tidak aman, bagian wilayah kekaisaran Asyur ( 2 Raj 17:24). Kegagalan mengolah lahan wilayah yang ditinggalkan itu menyebabkan meningkatnya serangan singa-singa (ay 25). Beberapa orang Israel yang disebut orang Samaria (ay 29) masih mendiami bagian kota itu dan melanjutkan ibadah di Yerusalem (Yer 41:5). Menurut suatu prasasti kuniform (HCS, 247), kota itu berada di bawah gubernur Asyur; baik Esar-Hadon (Ezr 4:2) maupun Asyurbanipal (Ezr 4:9, 10) memasukkan tambahan rakyat dari Babel dan Elam. Persaingan antara Samaria dan Yehuda yang terjadi sejak dulu makin bertambah tegang, walaupun Samaria sebagai kota makin merosot.
Papirus-papirus yang baru ditemukan di gua di Wadi ed-Daliyeh, 14 km di utara Yerikho, nampaknya menguatkan catatan ahli sejarah kuno, bahwa mula-mula Samaria memihak pada Aleksander yang merebut kota itu pada thn 331 sM. Tapi pada saat Aleksander di Mesir, mereka membunuh gubernur Siria yang dilantik oleh Aleksander: ia kembali dan membinasakan Samaria, membunuh pemimpin-pemimpin kota itu dalam gua tempat pelarian mereka, dan membawa orang Makedonia sebagai penduduk negeri. Data papirus itu memungkinkan pendaftaran nama gubernur Samaria mulai dari Sanbalat I lk 445 sM.
Samaria dikepung oleh Yohanes Hirkanus pada kurun 111-107 sM, dan desa-desa di sekitarnya dibinasakan. Pompeius dan Gabinius mulai membangunnya kembali (Jos., Ant. 14.75), tapi Herodes-lah yang memperindah kota itu selanjutnya dan memberi nama baru, Sebaste (Agusta), untuk menghormati kaisar. Di dalam kota itu ia tempatkan 6.000 veteran, termasuk orang-orang Yunani. Sesudah Herodes meninggal, Samaria menjadi bagian wilayah Arkhelaus, kemudian menjadi koloni Romawi di bawah Septimus Severus. Meskipun ada pertentangan antara Yehuda dan Samaria, Yesus Kristus menempuh jalan pintas lewat Samaria ke Galilea (Luk 17:11), dan beristirahat di Sikhar dekat Sikhem, sebuah kota Samaria (Yoh 4:4). Filipus berkhotbah di Samaria, tapi mungkin yang dimaksud ialah distriknya bukan kotanya, karena dalam Kis 8:5 tidak ada kata sandangnya.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa kejatuhan Samaria pada 722 sM memulai zaman baru dalam sejarah kerajaan Utara. Pemindahan penduduk Yahudi ke negeri-negeri lain oleh Sargon, dibarengi pemasukan orang-orang buangan dari wilayah-wilayah lain Kekaisaran Asyur ke Samaria oleh Sargon, Esar-Hadon dan Asyurbanipal. Orang-orang Israel yg tinggal di Samaria menjadi inti masyarakat baru itu, dan walaupun berbagai kultus diperkenalkan, mereka dapat menjamin kelangsungan ibadah kepada Yahweh. Hubungan dekat dengan Yehuda sebelum dan sesudah kejatuhan Yerusalem pada 586 sM tetap dipertahankan (2 Taw 30:1, 2 Raj 23:19, 20; Yer 41:4).
Pada zaman Persia mula-mula, ketika orang Yahudi diperbolehkan kembali ke Yerusalem, mereka mencoba membangun kembali Bait Allah dan tembok kota. Mereka segera menghadapi perlawanan dari para penguasa Samaria. Cukup kuat alasan untuk mengatakan bahwa perlawanan ini melulu berlatar belakang politik, karena sampai akhir abad 5 sM orang Yahudi di Elephantine dapat meminta bantuan dari para penguasa Yerusalem maupun Samaria, guna pembangunan kembali rumah ibadat.
Dengan kedatangan Ezra dan Nehemia ketegangan memuncak. Semangat baru untuk kemurnian suku bangsa yang diimpor dari masyarakat Yahudi di Babel, tidak suka dengan nenek moyang Samaria yang campuran. Ketika cucu imam besar menikah dengan putri Sanbalat, Nehemia mengusirnya. Yosefus mencatat suatu peristiwa yang serupa, yang diberi penanggalan abad berikutnya, dan sulit untuk menghubungkan kedua kisah tersebut. Mungkin mereka mencatat dua peristiwa yang berlainan, atau mungkin Yosefus mengacaukan beberapa data rinciannya. Ia menghubungkan gedung kuil Samaria di bukit Gerizim dengan peristiwa tersebut, dan dalam hal kuil itu mungkin ia benar.
Kerusuhan terakhir antara orang Yahudi dan orang Samaria rupanya sudah terjadi sekitar tahun 200 sM, ketika Ben-Sira menulis Ekklus 50:25, 26. Alkitab orang Samaria mempunyai hukum tetapi tanpa nabi, dan hal ini juga menyarankan tanggal tersebut. Pada masa pemberontakan Makabeus, Samaria tundukkan diri kepada taufan itu, dan kuil mereka di bukit Gerizim diabdikan kepada Zeus Xenios. Tapi orang Hasmonean memperoleh pengaruh yang makin besar atas Samaria, dan sekitar 128 sM Hyrkanus merebut Sikhem dan menghancurkan kuil Gerizim.
Pada tahun 63 sM Pompeius melepaskan Samaria dan menggabungkannya dengan Propinsi Siria yang baru. Kota Samaria menjadi tempat tinggal yang disukai Herodes Agung, dan ia memberinya nama baru, Sebaste, untuk menghormati Kaisar Agustus. Pada tahun 6 M Yudea dan Samaria disatukan menjadi satu propinsi kelas tiga di bawah Siria, dan kedudukan prokuratornya di Kaisarea. Selama periode ini perpecahan antara Yahudi dan Samaria bertambah tajam oleh beberapa peristiwa Antara tahun 6 dan 9 M orang Samaria menghamburkan tulang-tulang di Bait Allah di Yerusalem menjelang perayaan Paskah. Pada tahun 52 M orang Samaria membantai sekelompok peziarah Galilea di En-Ganim. Hal ini menyebabkan sengketa di hadapan Klaudius, memberikan keputusan yang menguntungkan bagi Yahudi.
Seperti orang Yahudi, orang Samaria menderita penindasan Romawi. Pada tahun 36 M seorang Samaria yang fanatik mengumpulkan massa di bukit Gerizim. Ia menjanjikan akan menunjukkan tempat perkakas-perkakas suci disembunyikan. Banyak dari mereka yang dibunuh oleh Pilatus. Protes yang ditujukan kepada Vitellius, wakil kaisar di Siria, mengakibatkan Pilatus dipecat. Dalam pemberontakan tahun 66 M Sebaste dibakar rata dengan tanah, dan sekelompok orang yang tidak mau tunduk di bukit Gerizim dibantai habis oleh Vettukenus Cerealis, mungkin tahun 67. Sejak itu orang Samaria mempertahankan hidup sebagai masyarakat minoritas yang sering dianiaya. Masih ada sekitar 300 Iebih sedikit orang Samaria di Nablus (Sikhem).
Pengakuan percaya orang Samaria mempunyai 6 pasal: Percaya kepada satu Tuhan, kepada Musa sang nabi, kepada Hukum, kepada bukit Gerizim sebagai tempat yang ditetapkan Tuhan untuk mempersembahkan korban (bacaan Samaria dlm UI 27:4), kepada hari pengadilan dan penganugerahan, dan akan datangnya kembali Musa sebagai Taheb, atau pembaharu (sesuatu yang dekat dengan Mesias). Kepercayaan mereka akan kebangkitan kurang jelas. Orang Yahudi memandang orang Samaria sebagai sempalan, bukan golongan kafir, dan mempunyai kepercayaan yang sama, mis tentang pajak-pajak dan ketidaksucian yang timbul dari kuburan. Penyebab utama persaingan mereka ialah kuil Gerizim. Pentateukh Samaria merupakan kesaksian yang amat penting bagi teks asli, walaupun ada modifikasi-modifikasi berdasarkan teologi.
Yohanes menceritakan bagaimana Yesus tinggal selama 2 hari di Sikhem, dan di situ banyak orang percaya kepadaNya. Selama pelayanan-Nya, Ia memandang misi-Nya terutama tertuju kepada orang Israel, tapi sesudah kebangkitan-Nya Ia memerintahkan para rasul memberitakan Injil ke Samaria, dan misi ke Samaria dilaksanakan terutama oleh orang-orang Helenis sesudah Stefanus mati martir.

Sumber data untuk sejarah orang Samaria sebagai berikut: 
1. PL, khususnya 2 Raj 17, Ezr dan Neh: Ekklus 50:2, 26; 2 Makabe 6:2; Testamen Lewi 7:2; Prisma Sargon dalam Almanak Asyur; Papirus Elephantine (A. E Cowley, Aramaic Papyri of the Fifth Century BC, No. 30); Mishnah (Berakoth 7:1; 8:8; Demai 3:4; 5:9; 6:1; 7:4; Shebiith 8:10; Terumoth 3:9; Shekalim 1:5; Rosh ha-Shanah 2:2; Ketuboth 3:1; Nadarim 3:10; Gittin 1:5; Kiddushin 4:3; Oholoth 17:3; Niddah 4:1, 2; 7:4, 5); Talmud Babel (Masseket Kutim)
2. PB (Mat 10:5; Luk 9:52; 10:33; 17:16; Yoh 4:7-42; 8:48; Kis 1:8; 8:1, 5-25; 9:31; 15:3); Yosefus, terutama BJ 2:12.3-7, Ant. 9.14.3, 11.7.2, 8.2-7, 13.9.1, 18.2.2, 4.1, 2, 20.6.1, 2; dan kesusastraan Samaria pada umumnya, khususnya Pentateukh Samaria, Targum, 'Kitab Yosua', Toledoth, Tawarikh Abu'l Fath dan karya-karya teologis dan liturgis lainnya.

II. Arkeologi

Bukit Samaria (Sebastiyeh, modern) pada Zaman Perunggu I telah didiami, kemudian ditinggalkan hingga Zaman Besi. Di situ telah ditemukan 16 tingkat pemukiman oleh kelompok Harvard (1908-19 10), dan kemudian kerja sama antara Harvard Hebrew University  British School of Archaeology di Yerusalem mengadakan penelitian (1931-1935). Selanjutnya tempat itu digali lagi oleh Departemen Badan Purbakala pemerintahan Yordan (1965) dan British School of Archaeology di Yerusalem (1968). Daerahnya sulit digali karena padatnya dan deretan perumahan serta pembangunan kembali yang terus-menerus. Masa pemukiman tujuh tingkat telah dianggap berasal dari orang Israel: Tingkat I-II = Omri-Ahab (28 thn). Dinding benteng sebelah dalam (tebalnya 1,5 m) dan sebelah luar (tebalnya 6 m) diselesaikan oleh raja Ahab melingkari puncaknya. Sebuah gerbang utama nampaknya mempunyai ruang masuk dengan tugu. Istana yang kemudian diubah oleh Yerobeam II mempunyai halaman yang luas, di mana terdapat sebuah tempat persediaan air atau kolam (10 x 5 m). Mungkin itulah tempat mencuci kereta Ahab yang berlumuran darah (1 Raj 22:38). Dalam gudang yang bersambungan dengan kolam itu ditemukan lebih dari 200 plakat atau potongan gading. Ini menunjukkan adanya pengaruh gaya Fenisia dan Mesir kuno, dan mungkin merupakan alas bagi perabot rumah Ahab. Enam puluh lima ostraka dengan prasasti Ibrani kuno, mencatat kapasitas dan pemilik asli dari bejana anggur, beserta tanggal isinya (DOTT, hlm 204-208). Ini mungkin menunjuk kepada pemerintahan Yerobeam II.
Tingkat III menandai zaman Yehu termasuk perubahan di gedung-gedung terdahulu. Kemudian, sesudah diantarai suatu kurun waktu, datang tingkat IV-VI, zaman Israel meliputi Yerobeam dan abad 8 sM. Kota Samaria diperbaiki pada dasawarsa-dasawarsa terakhir sebelum kejatuhannya ke tangan Asyur pada tahun 722 sM, yanh ditandai oleh pembinasaan tingkat VII.
Sisa-sisa bangunan Helenistik terpelihara baik, dengan menara bulat yang berdiri setinggi sembilan belas tumpukan batu, sebuah benteng, tembok kota (dekat Gerbang Barat), kepingan-kepingan uang logam, gagang bejana yang dicap, dan sisa-sisa tembikar Yunani.
Bagian kota yang disebut Kota Romawi, yakni bangunan Herodes dikenal karena kuil besar yang diperuntukkan bagi Kaisar Agustus. Bagian ini dibangun di atas istana-istana Israel. Sisa-sisa lainnya mencakup dinding yang tertutup Gerbang Barat, dengan tiga menara bulat, sebuah jalan (820 m) dengan deretan tiang-tiang yang dibatasi oleh portal-portal dan toko-toko, kuil Isis yang diperuntukkan kembali bagi Kore, sebuah basilika (68 x 32 m), terbagi menjadi tiga bagian oleh tiang batu besar bergaya Korintus, sebuah forum, sebuah stadion, dan sebuah saluran air. Banyak dari puing-puing yang dapat ditemukan mungkin harus diberi penanggalan dari zaman orang-orang yang memperbaikinya, terutama Septimus Severus (tahun 193-211). Demikian

KEPUSTAKAAN. 
A Parrot, Samaria 1958; 
J. W Crowfoot, K Kenyon dll, Samaria 1, The Building at Samaria, 1943; 2, Earlylvories at Samaria, 1938; 3, The Objects from Samaria, 1957; BA 26, 1963, hlm 110-121; 
J. B Hennessy, 'Exavations at Samaria-Sebaste' 1968, Levant 2, 1970, hlm 1-21: 
P. W dan N. L Lapp, Discoveries in the Wadi ed-Daliyeh, AASOR 41, 1974. DJW/S/HAO
J MacDonald, The Theologi of the Samaritans, 1964, memberi informasi tentang naskah-naskah Samaria. 
J. A Montgomery, The Samaritans 1908; 
G. E Wright, Shechem 1965, ps 10; 
J. D Purvis, The Samaritan Penteteuch and the Origin of the Samaritan Sect, 1968; 
R. J Bull, BA 31, 1968, hlm 58-72; 
H. G Kippenberg, Garizim and Synagoge 1971; 
C. H. H Scobie, NTS 19, 1972-1973, hlm 390-414; 
R Bergmeier, Journal for the Study of Judaism 5, 1974, hlm 121-153; 
J. D Purvis, NovT 17, 1975, hlm 161-198; 
R. J Coggins, Samaritans and Jews 1975; 
K Haacker, NIDNTT 3, hlm 449-467. AG/S/HAO

Statistik Pengunjung